"Iya, Tuan Rico tampan!" "Hahaha, terima kasih, aku mau ke balkon mencari udara segar." "Aku ikut!" "Ayo Rose..." Mereka menikmati senja di balkon, mencari udara segar dan berbincang hingga hari petang, kemudian menuju ruang makan untuk makan malam bersama. "Pemandangan di sini bagus juga, tapi sayangnya matahari terbenam tidak terlihat." "Iya karena tertutup rapat pohon-pohon hutan yang menjulang tinggi di sana." ucap Rico--menunjuk. "Ayo kita bersiap makan malam." Rico mengunci partisi pembatas balkon, kemudian mereka menuju ruang makan, ternyata Jack dan Kimberley sudah menunggu di sana. "Apa kalian menunggu terlalu lama?" ucap Rico--meraih kursi, "Silakan Rose." "Terima kasih Tuan Rico." "Lumayan lama, ayo duduklah." jawab Jack. "Silakan makan..." ucap Kimberley. "Iya Nyonya..." jawab Rose. "Kau mau yang mana sayang, biar aku ambilkan." tanya Jack--menoleh ke arah Kimberley. "Yang itu..." ucap Kimberley--menunjuk ikan laut. Jack dan Kimberley saling mem
Suara gemuruh petir bercampur dengan hujan deras, menambah kesan menakutkan bagi Rose. Rose! Tuan! Mereka membalikkan badan bersamaan dan saling memanggil. "Oh Iya Rose, kenapa?" "Aku takut, Tuan." "Baiklah, sini, tenang saja, itu suara petir, sepertinya di luar hujan deras." Rico merangkul Rose.'Tuan Rico memelukku? sungguh?' Rose bergumam dalam hati. Sekarang tubuh mereka tidak berjarak, tidur dalam dekapan. "Kenapa Tuan belum tidur?" "Aku memikirkanmu, aku mengira kau tidak bisa tidur dan ternyata benar." "Hmmm..." Dalam dekapan, Rose bisa mendengar detak jantung Rico yang begitu cepat, dia juga merasakan tubuhnya bergemetar saat dipelukan Rico. Rasanya ingin tetap berada di momen ini, di mana Rico terus memeluk Rose dan Rose terus berada di pelukan Rico. 'Ini baru pertama aku memeluk Rose, Ya Tuhan semoga ini tidak membangkitkan gairahku.' batin Rico. Beberapa saat mereka berdua tertidur dalam dekapan, tengah malam Rico terjaga, dia memandang wajah Ros
"Ponselku tertinggal di ruang tengah!" ucap Rico--berlari. "Menyita waktu saja!!!" geram Jack--turun dari mobil. "Mana kuncinya, Bu???" "Tuan Rico mencari ponsel ya? Ini ponselnya." ucap Kepala Maid--menyerahkan ponsel. "Astaga! Untung saja aku ingat." "Lain kali jangan sampai lupa, Tuan." "Tolong periksa lagi, jangan ada yang tertinggal!" ucap Jack. Jack geleng-geleng. "Bagaimana barang-barangmu sayang?" "Sudah semua, Pak." Kimberley mengangguk. Jack berwajah datar, seperti sedikit tidak punya mood. Akhirnya mereka berangkat ke Bellagio pukul 09.00 pagi mobil yang ditumpangi Rico berjalan lebih awal, kemudian mobil Jack, disusul dua mobil Alphard. "Wah, bagus sekali Tuan." ucap Rose--melihat pegunungan. "Iya, kau tidak memotretnya?" tanya Rico--fokus menyetir. "Iya Tuan, ini bagus sekali pemandangannya." Rose meraih ponsel dan memotret pemandangan di sekitar jalanan menuju Bellagio, dia juga memotret Rico di dalam mobil dan mereka berdua berfoto bersama.
"Ayo Nyonya." ajak Rose--masuk gereja. Rose masuk mendampingi Kimberley, semua mata tertuju pada Kimberley, langkah demi selangkah dia mendekati punggung pria yang menoleh ke arahnya dengan senyum lebar, mata bertemu dengan mata, saling menatap satu sama lain dan tersenyum. 'Pria itu di sampingku, pria yang dulunya menjadikanku sebagai tawanannya, pria yang sudah merubah seluruh kehidupanku, pria yang pernah bersikap kasar hanya karena aku membantah, sekarang aku akan menikah dengannya, semoga ini awal dari kebahagiaanku.' Kimberley bergumam dalam hati. Kimberley merasa bahagia karena pernikahannya dengan cek berjalan sesuai rencana. Pendeta di hadapan mereka juga ikut tersenyum, seluruh jemaat menyalakan lilin untuk pembacaan doa pembuka kemudian melantunkan lagu pujian dan pendeta menyampaikan firman Tuhan, itu sangat khidmat. Jack dan Kimberley sesekali menoleh--saling pandang dan tersenyum. Jemaat sebagai saksi, akhirnya mereka mengikat janji kudus dan tanda tangan perja
Jack mengusap air matanya, sebentar lagi dia akan menjadi suami sekaligus menjadi ayah. Kimberley juga meneteskan air mata, Itu air mata bahagia! Pesan yang disampaikan Jack mampu menghipnotis, membuat para tamu terharu, hingga ... menangis. Paman Wiston juga terharu, dia bahagia sampai mengeluarkan air matanya. Tak lupa fotografer juga mengambil gambar fotografi beberapa bagian dari acara pernikahan, mulai dari awal sampai acara selesai, fotografer mengambil gambar pengantin pria dan wanita kemudian mengambil gambar pengantin dengan para keluarga dan tamu-tamu lainnya. "Kalian pasangan yang serasi, selamat ya." ucapan selamat teman bisnis Jack. "Terima kasih, terima kasih." ucap Jack. "Astaga pasangan muda ini, membuatku ingin pingsan." "Selamat atas pernikahan Pak Jack William." "Selamat atas pernikahan kalian ya." Para Kolega menjabat tangan--memberi ucapan selamat. Jack tidak mengambil pusing urusan kantor, karena kantor diliburkan dua hari, tapi Jack tidak m
Mendekati senja, para Maid datang membawa kue pernikahan, Jack dan Kimberley langsung memotong kue itu, dan para tamu bersorak. "Kau lapar sayang?" tanya Jack. "Nanti saja, Kau mau ini, Pak?" Kimberley menunjuk kue. "Boleh, sedikit saja." Tiba-tiba ada dua anak laki-laki datang, itu keponakan Jack. "Paman Jack, aku mau kue itu." "Oh iya sebentar ya, aku ambilkan." Jack mengambil sendok, "Coba dulu, enak tidak?" tanya Jack--menyuap. "Enak Paman." "Aku juga mau mencobanya..." "Sini..." Jack menyuapi bocah satunya. Bocah itu mengangguk! "Biar kuambilkan, ini untukmu dan ini untukmu juga." Kimberley mengambilkan porsi kue untuk dua bocah itu. "Terima kasih bibi, terima kasih paman." "Sama-sama sayang." ucap Kimberley, "Hehe, anak itu lucu sekali." lanjutnya. "Nanti kita buat yang seperti itu..." "Jangan bicara di sini, Pak." "Kenapa?" tanya Jack--merangkul pinggang. "Malu, banyak orang Pak." Jack tertawa kecil! Pemandangan pegunungan lebih terlihat
"Hehehe, maaf Kimberley, mungkin aku sedikit merasa tidak enak badan." "Kalau kau tidak kuat, kau boleh istirahat Lily, acaranya juga sudah selesai mungkin kita hanya makan malam dan berbincang saja." "Iya Kimberley." Sementara Jack masih diam menikmati makanannya, di tengah makan, dia melihat suatu keanehan dengan sahabat Kimberley yang suka menatap Rico dari awal, Jack memang suka mengamati orang-orang di sekitarnya. "Bagaimana soal universitas, Rose?" "Dia akan wisuda." jawab Rico. "Yang di tanya bukan Tuan." "Hehehe..." Rose menoleh, "Iya Nyonya, bulan depan aku akan wisuda." "Itu artinya, kau sudah lulus Rose?" tanya Kimberley terkejut "Iya Nyonya." Rose tersenyum. "Selamat ya Rose." ucap Kimberley--tersenyum. Jack ikut tersenyum. "Rose, kau mau diambilkan apa? Aku mau mengambil makanan lagi ke sana." "Bawakan dessert saja, Tuan." "Oke, sebentar aku ambilkan." "Dia menjadi pembantumu, haha." pekik Kimberley. Rico memang suka makan tapi dia juga
"Mantan kekasihku." jawab Lily--lirih. "Aku bisa merasakan ini tidak begitu sempit tapi, rasanya masih nikmat." Rico memaju mundurkan sambil membungkam mulut Lily, dia takut kamar ini tidak kedap suara jika suara Lily terdengar sampai luar, itu akan menjadi masalah, sebelumnya Rico hanya ingin mengingatkan Lily tapi, Rico tidak bisa membendung hasratnya. Lily terbawa suasana, tapi dia berusaha menahan suara, dia tidak mau ada orang yang mengetahuinya. Rico hanya menyentuh milik Lily, mereka juga tidak berciuman, permainan itu sebatas memuaskan hasrat. Ahhh! "Enak ya?" tanya Rico. Lily langsung mengangguk. "Ahhh, mau lebih cepat?" Lily hanya pasrah menikmati tubuhnya dihujani Rico, dia sudah lama tidak melakukan hal ini setelah putus dari mantan kekasihnya di Perancis, dia hanya sering menonton film dewasa dan memuaskan dirinya sendiri, itu sisi lain dari Lily yang tidak diketahui siapapun, bahkan Kimberley tidak mengetahuinya. "Enak hem?" Rico mempercepat gerakan--