Rico tersadar, dengan sigap Rico segera membalikan arah stirnya, "Astaga, hampir saja terhantam mobil." Rico segera minggir memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, mengusap wajahnya berkali-kali, dia sedikit merasa ngantuk tapi sebentar lagi sudah memasuki kota Milan, dia memutuskan menghubungi Rose sambil mengendarai mobil, mungkin itu menolong rasa ngantuknya. [TELEPON ROSE] "Hai Rose, apa kau sudah tidur?" "Belum Tuan, bagaimana pekerjaan Tuan? "Sudah selesai, aku perjalanan pulang." "Oh pekerjaan di luar kota?" "Iya, aku dari Bellagio, sekarang aku kembali ke Milan." "Baiklah Tuan, hati-hati ya." "Iya, tapi Rose, kau temani aku sebentar ya, karena tadi aku mengantuk dan hampir saja terkena maut." "Astaga ya Tuhan, aku temani saja, tapi Tuan harus fokus menyetir ya!" "Iya Rose, ini sebentar lagi juga sampai, bagaimana soal universitasmu?" "Bulan depan aku wisuda, Tuan." "Wah! Bolehkah aku menemanimu datang ke wisuda?" "Tentu saja boleh." "Baiklah, e
Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca, sumber suara itu dari salah satu Maid yang memecahkan piring kaca. Semoga ini bukan pertanda buruk! "Maaf Tuan, maaf saya tidak sengaja memecahkan piring kaca itu, berapa saya harus membayarnya Tuan?" "Tidak perlu membayar, kau cukup bersihkan bekas serpihan kaca itu dan bersihkan kamar di atas." "Baik Tuan." Jack tidak menyuruh Maid itu membayar ganti dari piring yang pecah tapi dia menyuruh untuk pekerjaan lain, Jack terbilang baik tapi dia juga mengerti aturan. "Maafkan kesalahan salah Maid didikan saya, Tuan." ucap Kepala Maid--menunduk. "Tidak apa, lain kali lebih hati-hati membawa barang yang mudah pecah." "Baik, saya mengerti Tuan." ucap Kepala Maid. "Apa harga piring itu mahal?" tanya Kimberley. "Lumayan mahal, tapi tidak apa, nanti aku bisa membelinya lagi." Jack lanjut makan. Kimberley mengangguk. "Sayang besok kita berangkat pagi sekali, besok kau juga akan segera bertemu keluargaku." "Iya pak, aku sangat gug
"Tidak apa, kalian lanjutkan saja, nanti malam jangan lupa makan makan bersama." Jack kembali ke kamarnya. "Ngomong-ngomong kamar Nyonya Kimberley di mana?" tanya Rose--keluar kamar. "Nyonya Kimberley satu kamar bersama Pak Jack." Rose tertegun mendengar jawaban Rico, 'Itu artinya Nyonya Kimberley tidur bersama Pak Jack??' batin Rose. "Rose? Kenapa?" "Tidak apa, bolehkah aku melihat balkon itu?" tanya Rose menunjuk balkon. "Tentu saja Rose, ayo kutemani." Mereka berjalan sejajar ke arah balkon. "Wah! Indah sekali Tuan." ucap Rose di pembatas balkon. "Kau suka?" tanya Rico di belakangnya. "Iya." "Aku tidak sabar menyaksikan pernikahan besok." kata Rico--duduk di kursi panjang. "Bukan Tuan yang menikah, tapi Tuan yang tidak sabar." "Hahaha..." "Mansion ini sangat luas, kalau aku di sini pasti tidak perlu liburan lagi." "Kau bisa tinggal di sini kapan saja Rose." "Ah, aku tidak enak dengan Pak Jack, mansion ini bukan tempat penampungan, hahaha." Mere
Rico berlari kembali menuju kamar mandi, dia tidak bisa menahan lagi untuk buang air kecil, itu menolongnya. 'Ayo tahan Rico, tahan!' batin Rico. "Tuan Rico, di mana remotenya?" tanya Rose. "Di dalam laci Rose." jawab Rico dari dalam kamar mandi. Rose menyalakan layar televisi sambil bersantai di ranjang. "Sudah? Aku jarang nonton televisi jadi aku menyimpan remote di dalam laci." "Sudah Tuan, bolehkah aku bersantai di ranjangmu?" "Tentu saja boleh, sebentar ya." Rose mengedarkan pandangannya di sekitar kamar, terpampang beberapa pajangan seni di dinding, juga beberapa pajangan unik seperti miniatur pistol, miniatur figur wanita dan miniatur aneh lainnya, kamarnya berwarna coklat dan hitam. 'Pria ini suka warna gelap ya, miniatur ini unik sekali.' batin Rose--meraih miniatur figur wanita berpose seksi. "Rose, ini camilan dan minuman di meja ya." Rico meletakan--terduduk di ranjang. "Terima kasih Tuan, kau punya banyak pajangan unik ya..." "Iya, kau mau?" tanya
"Iya, Tuan Rico tampan!" "Hahaha, terima kasih, aku mau ke balkon mencari udara segar." "Aku ikut!" "Ayo Rose..." Mereka menikmati senja di balkon, mencari udara segar dan berbincang hingga hari petang, kemudian menuju ruang makan untuk makan malam bersama. "Pemandangan di sini bagus juga, tapi sayangnya matahari terbenam tidak terlihat." "Iya karena tertutup rapat pohon-pohon hutan yang menjulang tinggi di sana." ucap Rico--menunjuk. "Ayo kita bersiap makan malam." Rico mengunci partisi pembatas balkon, kemudian mereka menuju ruang makan, ternyata Jack dan Kimberley sudah menunggu di sana. "Apa kalian menunggu terlalu lama?" ucap Rico--meraih kursi, "Silakan Rose." "Terima kasih Tuan Rico." "Lumayan lama, ayo duduklah." jawab Jack. "Silakan makan..." ucap Kimberley. "Iya Nyonya..." jawab Rose. "Kau mau yang mana sayang, biar aku ambilkan." tanya Jack--menoleh ke arah Kimberley. "Yang itu..." ucap Kimberley--menunjuk ikan laut. Jack dan Kimberley saling mem
Suara gemuruh petir bercampur dengan hujan deras, menambah kesan menakutkan bagi Rose. Rose! Tuan! Mereka membalikkan badan bersamaan dan saling memanggil. "Oh Iya Rose, kenapa?" "Aku takut, Tuan." "Baiklah, sini, tenang saja, itu suara petir, sepertinya di luar hujan deras." Rico merangkul Rose.'Tuan Rico memelukku? sungguh?' Rose bergumam dalam hati. Sekarang tubuh mereka tidak berjarak, tidur dalam dekapan. "Kenapa Tuan belum tidur?" "Aku memikirkanmu, aku mengira kau tidak bisa tidur dan ternyata benar." "Hmmm..." Dalam dekapan, Rose bisa mendengar detak jantung Rico yang begitu cepat, dia juga merasakan tubuhnya bergemetar saat dipelukan Rico. Rasanya ingin tetap berada di momen ini, di mana Rico terus memeluk Rose dan Rose terus berada di pelukan Rico. 'Ini baru pertama aku memeluk Rose, Ya Tuhan semoga ini tidak membangkitkan gairahku.' batin Rico. Beberapa saat mereka berdua tertidur dalam dekapan, tengah malam Rico terjaga, dia memandang wajah Ros
"Ponselku tertinggal di ruang tengah!" ucap Rico--berlari. "Menyita waktu saja!!!" geram Jack--turun dari mobil. "Mana kuncinya, Bu???" "Tuan Rico mencari ponsel ya? Ini ponselnya." ucap Kepala Maid--menyerahkan ponsel. "Astaga! Untung saja aku ingat." "Lain kali jangan sampai lupa, Tuan." "Tolong periksa lagi, jangan ada yang tertinggal!" ucap Jack. Jack geleng-geleng. "Bagaimana barang-barangmu sayang?" "Sudah semua, Pak." Kimberley mengangguk. Jack berwajah datar, seperti sedikit tidak punya mood. Akhirnya mereka berangkat ke Bellagio pukul 09.00 pagi mobil yang ditumpangi Rico berjalan lebih awal, kemudian mobil Jack, disusul dua mobil Alphard. "Wah, bagus sekali Tuan." ucap Rose--melihat pegunungan. "Iya, kau tidak memotretnya?" tanya Rico--fokus menyetir. "Iya Tuan, ini bagus sekali pemandangannya." Rose meraih ponsel dan memotret pemandangan di sekitar jalanan menuju Bellagio, dia juga memotret Rico di dalam mobil dan mereka berdua berfoto bersama.
"Ayo Nyonya." ajak Rose--masuk gereja. Rose masuk mendampingi Kimberley, semua mata tertuju pada Kimberley, langkah demi selangkah dia mendekati punggung pria yang menoleh ke arahnya dengan senyum lebar, mata bertemu dengan mata, saling menatap satu sama lain dan tersenyum. 'Pria itu di sampingku, pria yang dulunya menjadikanku sebagai tawanannya, pria yang sudah merubah seluruh kehidupanku, pria yang pernah bersikap kasar hanya karena aku membantah, sekarang aku akan menikah dengannya, semoga ini awal dari kebahagiaanku.' Kimberley bergumam dalam hati. Kimberley merasa bahagia karena pernikahannya dengan cek berjalan sesuai rencana. Pendeta di hadapan mereka juga ikut tersenyum, seluruh jemaat menyalakan lilin untuk pembacaan doa pembuka kemudian melantunkan lagu pujian dan pendeta menyampaikan firman Tuhan, itu sangat khidmat. Jack dan Kimberley sesekali menoleh--saling pandang dan tersenyum. Jemaat sebagai saksi, akhirnya mereka mengikat janji kudus dan tanda tangan perja