"Tidak apa, kalian lanjutkan saja, nanti malam jangan lupa makan makan bersama." Jack kembali ke kamarnya. "Ngomong-ngomong kamar Nyonya Kimberley di mana?" tanya Rose--keluar kamar. "Nyonya Kimberley satu kamar bersama Pak Jack." Rose tertegun mendengar jawaban Rico, 'Itu artinya Nyonya Kimberley tidur bersama Pak Jack??' batin Rose. "Rose? Kenapa?" "Tidak apa, bolehkah aku melihat balkon itu?" tanya Rose menunjuk balkon. "Tentu saja Rose, ayo kutemani." Mereka berjalan sejajar ke arah balkon. "Wah! Indah sekali Tuan." ucap Rose di pembatas balkon. "Kau suka?" tanya Rico di belakangnya. "Iya." "Aku tidak sabar menyaksikan pernikahan besok." kata Rico--duduk di kursi panjang. "Bukan Tuan yang menikah, tapi Tuan yang tidak sabar." "Hahaha..." "Mansion ini sangat luas, kalau aku di sini pasti tidak perlu liburan lagi." "Kau bisa tinggal di sini kapan saja Rose." "Ah, aku tidak enak dengan Pak Jack, mansion ini bukan tempat penampungan, hahaha." Mere
Rico berlari kembali menuju kamar mandi, dia tidak bisa menahan lagi untuk buang air kecil, itu menolongnya. 'Ayo tahan Rico, tahan!' batin Rico. "Tuan Rico, di mana remotenya?" tanya Rose. "Di dalam laci Rose." jawab Rico dari dalam kamar mandi. Rose menyalakan layar televisi sambil bersantai di ranjang. "Sudah? Aku jarang nonton televisi jadi aku menyimpan remote di dalam laci." "Sudah Tuan, bolehkah aku bersantai di ranjangmu?" "Tentu saja boleh, sebentar ya." Rose mengedarkan pandangannya di sekitar kamar, terpampang beberapa pajangan seni di dinding, juga beberapa pajangan unik seperti miniatur pistol, miniatur figur wanita dan miniatur aneh lainnya, kamarnya berwarna coklat dan hitam. 'Pria ini suka warna gelap ya, miniatur ini unik sekali.' batin Rose--meraih miniatur figur wanita berpose seksi. "Rose, ini camilan dan minuman di meja ya." Rico meletakan--terduduk di ranjang. "Terima kasih Tuan, kau punya banyak pajangan unik ya..." "Iya, kau mau?" tanya
"Iya, Tuan Rico tampan!" "Hahaha, terima kasih, aku mau ke balkon mencari udara segar." "Aku ikut!" "Ayo Rose..." Mereka menikmati senja di balkon, mencari udara segar dan berbincang hingga hari petang, kemudian menuju ruang makan untuk makan malam bersama. "Pemandangan di sini bagus juga, tapi sayangnya matahari terbenam tidak terlihat." "Iya karena tertutup rapat pohon-pohon hutan yang menjulang tinggi di sana." ucap Rico--menunjuk. "Ayo kita bersiap makan malam." Rico mengunci partisi pembatas balkon, kemudian mereka menuju ruang makan, ternyata Jack dan Kimberley sudah menunggu di sana. "Apa kalian menunggu terlalu lama?" ucap Rico--meraih kursi, "Silakan Rose." "Terima kasih Tuan Rico." "Lumayan lama, ayo duduklah." jawab Jack. "Silakan makan..." ucap Kimberley. "Iya Nyonya..." jawab Rose. "Kau mau yang mana sayang, biar aku ambilkan." tanya Jack--menoleh ke arah Kimberley. "Yang itu..." ucap Kimberley--menunjuk ikan laut. Jack dan Kimberley saling mem
Suara gemuruh petir bercampur dengan hujan deras, menambah kesan menakutkan bagi Rose. Rose! Tuan! Mereka membalikkan badan bersamaan dan saling memanggil. "Oh Iya Rose, kenapa?" "Aku takut, Tuan." "Baiklah, sini, tenang saja, itu suara petir, sepertinya di luar hujan deras." Rico merangkul Rose.'Tuan Rico memelukku? sungguh?' Rose bergumam dalam hati. Sekarang tubuh mereka tidak berjarak, tidur dalam dekapan. "Kenapa Tuan belum tidur?" "Aku memikirkanmu, aku mengira kau tidak bisa tidur dan ternyata benar." "Hmmm..." Dalam dekapan, Rose bisa mendengar detak jantung Rico yang begitu cepat, dia juga merasakan tubuhnya bergemetar saat dipelukan Rico. Rasanya ingin tetap berada di momen ini, di mana Rico terus memeluk Rose dan Rose terus berada di pelukan Rico. 'Ini baru pertama aku memeluk Rose, Ya Tuhan semoga ini tidak membangkitkan gairahku.' batin Rico. Beberapa saat mereka berdua tertidur dalam dekapan, tengah malam Rico terjaga, dia memandang wajah Ros
"Ponselku tertinggal di ruang tengah!" ucap Rico--berlari. "Menyita waktu saja!!!" geram Jack--turun dari mobil. "Mana kuncinya, Bu???" "Tuan Rico mencari ponsel ya? Ini ponselnya." ucap Kepala Maid--menyerahkan ponsel. "Astaga! Untung saja aku ingat." "Lain kali jangan sampai lupa, Tuan." "Tolong periksa lagi, jangan ada yang tertinggal!" ucap Jack. Jack geleng-geleng. "Bagaimana barang-barangmu sayang?" "Sudah semua, Pak." Kimberley mengangguk. Jack berwajah datar, seperti sedikit tidak punya mood. Akhirnya mereka berangkat ke Bellagio pukul 09.00 pagi mobil yang ditumpangi Rico berjalan lebih awal, kemudian mobil Jack, disusul dua mobil Alphard. "Wah, bagus sekali Tuan." ucap Rose--melihat pegunungan. "Iya, kau tidak memotretnya?" tanya Rico--fokus menyetir. "Iya Tuan, ini bagus sekali pemandangannya." Rose meraih ponsel dan memotret pemandangan di sekitar jalanan menuju Bellagio, dia juga memotret Rico di dalam mobil dan mereka berdua berfoto bersama.
"Ayo Nyonya." ajak Rose--masuk gereja. Rose masuk mendampingi Kimberley, semua mata tertuju pada Kimberley, langkah demi selangkah dia mendekati punggung pria yang menoleh ke arahnya dengan senyum lebar, mata bertemu dengan mata, saling menatap satu sama lain dan tersenyum. 'Pria itu di sampingku, pria yang dulunya menjadikanku sebagai tawanannya, pria yang sudah merubah seluruh kehidupanku, pria yang pernah bersikap kasar hanya karena aku membantah, sekarang aku akan menikah dengannya, semoga ini awal dari kebahagiaanku.' Kimberley bergumam dalam hati. Kimberley merasa bahagia karena pernikahannya dengan cek berjalan sesuai rencana. Pendeta di hadapan mereka juga ikut tersenyum, seluruh jemaat menyalakan lilin untuk pembacaan doa pembuka kemudian melantunkan lagu pujian dan pendeta menyampaikan firman Tuhan, itu sangat khidmat. Jack dan Kimberley sesekali menoleh--saling pandang dan tersenyum. Jemaat sebagai saksi, akhirnya mereka mengikat janji kudus dan tanda tangan perja
Jack mengusap air matanya, sebentar lagi dia akan menjadi suami sekaligus menjadi ayah. Kimberley juga meneteskan air mata, Itu air mata bahagia! Pesan yang disampaikan Jack mampu menghipnotis, membuat para tamu terharu, hingga ... menangis. Paman Wiston juga terharu, dia bahagia sampai mengeluarkan air matanya. Tak lupa fotografer juga mengambil gambar fotografi beberapa bagian dari acara pernikahan, mulai dari awal sampai acara selesai, fotografer mengambil gambar pengantin pria dan wanita kemudian mengambil gambar pengantin dengan para keluarga dan tamu-tamu lainnya. "Kalian pasangan yang serasi, selamat ya." ucapan selamat teman bisnis Jack. "Terima kasih, terima kasih." ucap Jack. "Astaga pasangan muda ini, membuatku ingin pingsan." "Selamat atas pernikahan Pak Jack William." "Selamat atas pernikahan kalian ya." Para Kolega menjabat tangan--memberi ucapan selamat. Jack tidak mengambil pusing urusan kantor, karena kantor diliburkan dua hari, tapi Jack tidak m
Mendekati senja, para Maid datang membawa kue pernikahan, Jack dan Kimberley langsung memotong kue itu, dan para tamu bersorak. "Kau lapar sayang?" tanya Jack. "Nanti saja, Kau mau ini, Pak?" Kimberley menunjuk kue. "Boleh, sedikit saja." Tiba-tiba ada dua anak laki-laki datang, itu keponakan Jack. "Paman Jack, aku mau kue itu." "Oh iya sebentar ya, aku ambilkan." Jack mengambil sendok, "Coba dulu, enak tidak?" tanya Jack--menyuap. "Enak Paman." "Aku juga mau mencobanya..." "Sini..." Jack menyuapi bocah satunya. Bocah itu mengangguk! "Biar kuambilkan, ini untukmu dan ini untukmu juga." Kimberley mengambilkan porsi kue untuk dua bocah itu. "Terima kasih bibi, terima kasih paman." "Sama-sama sayang." ucap Kimberley, "Hehe, anak itu lucu sekali." lanjutnya. "Nanti kita buat yang seperti itu..." "Jangan bicara di sini, Pak." "Kenapa?" tanya Jack--merangkul pinggang. "Malu, banyak orang Pak." Jack tertawa kecil! Pemandangan pegunungan lebih terlihat
Dengan lihai jilatan atas ke bawah sembari menghisap membuat birahi Kimberley semakin meningkat hingga Jack mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang kenikmatan milik Kimberley. "Sayang? Kau lihat ini berapa jari?" tanya Jack--mengangkat tangan. "S--satu, mmhh..." "Oke, kalau begitu aku tambah satu lagi." "Agh!" Jari tengah masuk ke dalam lubang itu, bergerak seperti keputusan saat pertama Kimberley memilih berkomitmen dengan pria di hadapannya itu, maju mundur seirama dan semakin cepat, usaha Kimberley mencoba menahan diri untuk melenguh terlalu keras, membuat mata kuning Jack tak cukup melihat istrinya menahan lenguhan dari sensasi jari-jari Jack yang mengerjai milik Kimberley, "Panggil Namaku Sayang! Aku rindu kau memanggil namaku." Bisikan Jack menambah gejolak birahi Kimberley semakin meningkat dan daerah sensitif di sana sudah basah tak karuan. "Ahhh, Jack!" "Bagus! Teruskan sayang..." Semakin tak karuan ingin membenamkan milik Jack ke dalam milik Kimberley. "Kenapa
Kimberley masih diam tak berkata apapun sembari menggelengkan kepala. Jack menarik nafas panjang dan membisik, "Pasti kau sudah menungguku?" ucapnya. Kimberley masih belum bicara, dia hanya mematung setelah mendengar ucapan suaminya, dia pasrah jika Jack menidurinya malam itu. Jack tersenyum kemudian beralih duduk di sofa, "Bisakah aku meniduri malam ini?" tanyanya. "Aku tidak tahu." singkat Kimberley. "Aku tidak tahu? Berarti jawabannya iya." ucap Jack. Kimberley membelalak sembari menoleh ke arah suaminya. "Kita sudah lama tidak melakukan hal itu aku ingin bermain denganmu." ucap Jack. "Sebaiknya kita makan dulu." ucap Kimberley. Ibu hamil itu bangkit keluar kamar menuju ruang makan, di susul Jack di belakangnya, mereka pergi makan malam bersama, di sana Rico dan Rose sudah selesai makan dan akan beristirahat. "Hei kalian baru turun, kalian kenapa?" tanya Rico. Saat Kimberley hendak menjawab, Jack memotong pembicaraan itu. "Kimberley tadi mual, dia ingin muntah, jadi di
Setelah berkali-kali memanggil akhirnya Jack menoleh terkejut dengan keberadaan kru pesawat, Jack memang terlalu fokus dengan istrinya sampai tidak mendengar apapun di sekitar. "Oh, astaga!" "Maaf mengejutkan Bapak Jack, silakan waktunya makan malam Pak." ucap kru pesawat. "Oke, di sini saja." "Baik Pak." Setelah beberapa saat menunggu akhirnya kru datang dengan beberapa makanan, "Silakan Pak, ada yang bisa kami bantu atau mungkin meminta sesuatu?" "Buatkan susu hangat saja." "Baik Pak." Kemudian perlahan Jack membangunkan istrinya. "Sayang, ayo makan sebentar." Jack menepuk pelan pundak Kimberley dan menciumnya, perlahan Kimberley membuka mata, "Kita sudah sampai?" "Belum sayang, ayo makan dulu." Belum lama bicara tiba-tiba Rico datang menyapa mereka, "Hei kalian tidak ada suaranya kalian tidur?" "Iya Kimberley tadi tidur." "Rupanya kalian makan di sini? Baiklah aku makan bersama Rose saja." Kemudian Rico kembali untuk makan bersama Rose, melihat ke arah
"Mama serius, ikutlah pulang bersama suamimu." Masih dalam pelukan Ibu Lucy, "Maafkan aku Ma..." ucapnya. "Tidak masalah, yang penting sering menghubungi Mama ya." Kimberley mengangguk, "Iya Ma." Ibu Lucy menoleh ke arah Jack, "Tolong jaga Kimberley ya, Nak." ucapnya. "Iya Bu Lucy, saya akan selalu menjaga dan merawat putri ibu dengan baik dan juga calon anak di perutnya." ucap Jack--mengelus perut Kimberley. "Tolong jaga Mama ya Bi, kalau terjadi apapun kabari Kimberley." "Iya, siap Non." "Lain waktu Kimberley mengunjungi Mama lebih lama ya." ucap Kimberley. "Iya putriku sayang." "Oh, tunggu sebentar." ucap Bu Lucy--mengambil barang. Ibu Lucy mengambil perhiasan gelang kesayangannya untuk di berikan pada Kimberley. "Ini gelang kesayangan Mama sejak kecil, pakailah." ucap Ibu Lucy--menyerahkan. "Sungguh?" "Iya putriku sayang." "Baik Ma, aku akan menyimpan ini dengan baik." Mereka berempat berpamitan dan pergi meninggalkan kediaman Ibu Lucy. "Hati-hat
Mereka berempat memasuki kediaman Ibu Lucy yang tak lain dia adalah Ibunya Kimberley, duduk di sofa panjang dalam ruang tamu mewah berdesain klasik, sementara asisten rumah tangga sibuk membuatkan teh suguhan dan sarapan untuk mereka. "Bi, buatkan teh hangat ya." titah Bu Lucy. "Baik Bu." Bu Lucy menoleh, "Lalu siapa mereka, Nak?" Saat Kimberley hendak menjawab, ucapannya didahului oleh suaminya. Jack buka suara, "Perkenalkan nama saya Jack William, kemudian ini Rico asisten saya, dan disamping istrinya." ucapnya berjabat tangan. "Rose, dia istri tercintaku!" sahut Rico. Rose berbisik, "Jangan membuatku malu!" Bu Lucy menjabat tangan Jack, "Saya Bu Lucy, Ibunya Kimberley." ucapnya tersenyum. Jack tersenyum, "Saya suaminya Kimberley, saya menikahi putri Ibu sudah beberapa bulan yang lalu, maaf kami tidak memberitahu Ibu Lucy sebelumnya." Sontak jawaban pria itu membuat Ibu Lucy terkejut tak percaya bahwa putrinya sudah menikah. Ibu Lucy langsung menoleh ke arah Kim
Menatap lekat sembari merangkul istrinya, "Tentu saja, aku selalu mencintaimu sama seperti saat pertama menculikmu." "Waktu kau menculikku, kau jatuh cinta padaku?" "Iya, itulah caraku untuk mendapatkan gadis yang sangat cuek ini." "Hahaha, nakal sekali!" Mereka menikmati senja yang semakin lama semakin hilang tetapi menara Eiffel berdiri tegak dengan sorot lampu kelap-kelip yang terlihat sangat indah di malam hari, menambahkan kesan romantis dan sensual bagi pasangan. "Sayang, ayo berfoto." "Iya sayang." Jack mengambil ponsel untuk memotret istrinya dengan view menara Eiffel di malam hari, mereka juga mengambil gambar bersama. "Bagus sayang, ayo kita berdua." Jack meletakkan ponsel di meja, "Ayo aku sudah siap." Mereka segera berdua, terlihat sangat romantis. "Hehehe, bagus sekali sayang." Mereka sangat menikmati kebersamaan itu dan hanyut ke dalam hasrat yang tidak ingin kehilangan satu sama lain. "Mmhh..." mereka berciuman. "Sayang, berjanjilah jangan ti
"Tentu saja sayang." "Hmm, aku tidak sabar sayang..." ucap Jack--mengelus perut istrinya. "Coba kau tebak, ini bayi laki-laki atau perempuan?" tanya Kimberley. "Pasti itu bayi perempuan yang cantiknya sama seperti ibunya." ucap Jack--berbisik. Kimberley tersenyum, "Kalau ini laki-laki pasti dia tampan dan pemberani sepertimu." "Hehehe..." Setelah keduanya rapi, mereka segera keluar dari hotel yqng mana Rico dan Rose telah menunggu mereka di lobi hotel dengan pakaian serba warna putih yang seirama. "Kalian menunggu lama?" tanya Jack. "Lumayan." "Ayo." ucap Jack--menggandeng istrinya. Mereka sengaja tidak menaiki taksi, melainkan hanya berjalan kaki santai di sekitar kota. "Hari ini kita jalan ke mana sayang?" tanya Jack. "Aku tidak mengerti, tanyakan saja pada Rico, dia yang mengajak kita..." Rico buka suara, "Karena cuacanya tidak panas, bagaimana kalau kita mengunjungi menara Eiffel?" "Ide bagus!" Kemudian mereka berempat menuju area di sekitar Menara Ei
Mereka bergegas menuju ke sebuah rumah makan, di sana sebuah restoran modern dengan gaya kolonial. "Kau mau makan apa sayang? Di sini?" ucap Jack--menunjuk sebuah restoran. Kimberley geleng-geleng sembari mengelus perutnya, "Aku tidak mau makanan laut lagi, aku mau makanan cepat saji," geleng-geleng lagi, "Aku tidak mau makan di sana,cari tempat lain." Jack mengangkat kedua alisnya, "Ya Tuhan kupikir kau ingin makan makanan laut lagi, lalu kita makan di mana?." Terkadang Jack juga bingung, semenjak istrinya hamil dia lebih perhatian dengan makanan yang Kimberley makan karena istrinya berubah selera dalam waktu yang singkat, kadang menginginkan makanan yang aneh-aneh dan harus langsung dituruti. Itu adalah kalau wajar bagi orang yang sedang hamil selalu ingin mengidam ini dan itu. "Mau ke McDonald?" tanya Jack. Kimberley menoleh, "Boleh sayang," ucapnya--menggangguk cepat. Akhirnya mereka berbelok masuk dan memesan beberapa makanan cepat saji seperti burger dan lainnya.
"Tentu saja sayang, lusa kita berangkat ya." ucap Jack. "Iya sayang." ucap Kimberley sumringah. Kemudian mereka melanjutkan makan malam dan segera beristirahat. "Kalian bulan madu berapa hari?" tanya Jack. "Dua hari saja cukup." jawab Rico. "Oke persiapkan saja." Setelah makan malam mereka beristirahat dan melakukan aktivitas seperti biasa di hari berikutnya, pagi hari di kantor setelah jam makan siang Rico dan Rose menyiapkan berkas yang akan dibereskan dan diberikan kepada Sekretaris karena mereka akan izin selama lima hari ke Perancis, maka dari itu Sekretaris yang mengantikan Jack dan Asistennya. "Pak tolong ini berkasnya kau tangani semua ya, kau pastikan pekerjaanmu dengan benar selama lima hari kedepan, karena Pak Jack dan istrinya akan pergi ke Perancis dan sekaligus aku juga ikut dengan mereka." "Baik Pak Rico saya mengerti, ngomong-ngomong bagaimana pernikahan Pak Rico dengan ibu Rose? Maaf jika saya lancang Pak." "Semuanya berjalan lancar, dan besok kita akan bulan