Suara keras itu adalah suara gemuruh petir yang menyambar, mendengar itu Kimberley sontak ketakutan memeluk erat, Jack terdiam merasa senang. Kenapa Jack senang? Ini bukan perihal mencari kesempatan di dalam kesempitan, itu sudah Jack dapatkan setiap hari. Jack merasa keberadaannya dibutuhkan, membalas pelukan itu, berusaha menenangkan Kimberley dalam dekapannya. "Tenang saja." ucap Jack sambil terus memeluk dan mengelus kepala Kimberley. Kimberly merasakan itu seperti dunianya akan jatuh ke tangan Jack, dia merasa Jack bersikap manis dan lembut seperti ini dibanding hari kemarin dia bersikap kasar seperti tak memilik hati. Jack juga punya hati! Kimberley mematung, ini benar-benar membuatku mencair. Kimberley tersenyum menyudahi pelukan itu. "Maaf Pak, aku hanya terkejut dengan suara petir tadi." "Tidak apa, wajar jika kau takut, tadi suaranya memang terdengar keras." Mereka malah menjadi hening. "Hey, kalian sudah berduaan saja di sini, ini masih pagi." "Semau
"Hai Rose..." sapa Kimberley di depan ponsel. "Oh, hai Nyonya, apa kabar?" Rose melambaikan tangan. "Aku baik, bagaimana kabarmu?"Mereka saling tersenyum! "Aku juga baik, Nyonya..." "Oh rupanya kau menelpon Rose, kau dekat dengan Rose?" tanya Jack mengintip ponsel Rico. Rico terdiam, tak bisa berkata-kata hanya senyum dan garuk-garuk kepala. "Hanya saja, aku tidak punya ide makanya aku menelpon Rose untuk menemaniku berenang." Karena malu, Rico mengutuskan untuk menyudahi berenang dan pergi mandi. "Ah, kalian memang pengganggu, aku selesai saja ingin beristirahat." Rico mengerutkan dahi. Diraihnya ponsel dan segera pergi dari kolam. "Oh melanjutkan menelpon, terus sambil..." "Tidak ada! Diam!" Rico memotong pembicaraan, berlalu pergi. Kini tersisa Jack dan Kimberley di kolam. "Kurasa Rico menyukai Rose." ucap Kimberley memandang Rico yang berlalu pergi. Jack ragu menoleh ke arah Kimberley. "Dari awal mengenal, mereka lengket seperti itu bahkan Rico samp
Menoleh, menunduk ke arah ponsel yang ada di samping bantal. Aaaa! Mereka saling berteriak. Rose tak sengaja melihat alat vital Rico, karena setelah mandi Rico lupa mengenakan handuk, Rico juga tak menyadarinya itu langsung terkejut malu. Rico segera mengenakan pakaian! "Astaga! Maafkan aku Rose." Rose menutup mata dibalik ponsel. 'Astaga bodoh sekali! Aku lupa memakai handuk, apa Rose sudah melihatnya? Sudahlah lupakan.' batin Rico "Maafkan aku Rose." ucap Rico di balik ponsel. "Iya Tuan!" jawab Rose sedikit canggung. "Ya sudah Rose, kau lanjutkan kesibukanmu, nanti jika ada waktu aku telepon lagi ya." Rico berlalu pergi menuju meja makan, dia makan sendirian dan melihat kondisi dapur sepi. 'Ke mana mereka? Kenapa di sini sepi sekali?' Rico bertanya-tanya dalam hati. Rico menyelesaikan makan dan segera kembali ke kamar. "Eh kalian melihat Jack dan Kimberley tidak?" "Tuan Jack dan Nyonya Kimberley di kamarnya Tuan." jawab Maid. 'Sedang apa mereka?' ba
"Aduh, maaf ya aku tak sengaja." ucap rose segera memungutnya. Rose memungut kertas yang jatuh, Rico juga segera membantu memungut tanpa disadari mereka menoleh. "Astaga Rose! Maaf aku tidak tahu, hahaha." "Tidak apa Tuan, kupikir siapa yang menabrakku, kenapa buru-buru sekali?" tanya rose. "Yaa, aku harus menyelesaikan sedikit tugasku dari Pak Jack, agar bisa lebih lama menemanimu nanti." Rico tersenyum lebar. "Ada-ada saja, tapi kenapa tidak lihat jalan?" Rose geleng-geleng. "Iya maaf, tadi aku berjalan sambil memikirkanmu eh, maksudku aku tidak fokus." "Oh begitu." Rose geleng-geleng menahan tawa. Mereka berjalan bersama menuju ruangan CEO. Beberapa staff memandang iri, tak sedikit dari mereka bergosip. "Lihat itu, model baru dekat terus sama asistens CEO." "Pak Jack tidak di kantor, mereka berduaan saja." "Mereka merasa seperti ini kantor mereka, haha." "Pasti dia sudah dipakai sama asisten itu." "Bayarannya berapa ya satu malam? haha." Rose mendengar
"Tidak Pak, kau memang tampan! Aku menonton drama ini karena kisah percintaannya, bukan pemainnya Pak, Pak Jack cemburu ya?" ucap Kimberley--menatap Jack. "Kata siapa aku cemburu?" Jack membuang muka. "Aku melihat dari wajahmu, kau cemburu Pak." Kimberley meraih kedua pipi Jack, dan perlahan mendaratkan ciuman di bibir. Tap! "Astaga Jack!" Rico yang menerobos kamar Jack itu langsung terkejut melihat kegiatan intim. Mendengar ucapan Rico itu Kimberley berhenti dari kegiatan intim, dia terkejut dan malu. "Oh Rico..." "Kau kebiasaan, masuk tanpa mengetuk pintu." ucap Jack menoleh ke arah Rico. "Hehehe, maaf aku tidak sengaja, tadi buru-buru aku kira kalian ke mana?" Jack belum menjawab. "Ya sudah, kalau begitu aku kembali ke kamar saja ya, kalian lanjut saja." "Eh tunggu sebentar, Rico!" "Iya sudah, maafkan aku! Aku kan aku sudah minta maaf." ucap Rico membelakangi. Jack beranjak dari ranjang, "Aku ingin bicara sebentar denganmu." Mereka berdua bicara di b
"Tidak masalah, itu urusanmu, tapi jika dia hamil kau harus tanggung jawab." Mendengar itu Rico terdiam banyak berpikir. "Sementara dirimu yang tidur bersama Kimberley, apa kau tidak takut jika Kimberley hamil dan kau belum menikahinya?" Jack terdiam! "Iya! Aku mengerti." "Sebaiknya kau cepat menikahinya, jangan sampai membuatnya trauma karena dia hamil sebelum menikah, waktu pertama kau bilang dia juga masih perawan dan akhirnya kau yang mengambilnya dan sekarang kau harus membayar semua itu." Rico menegaskan. "Membayar? kau kira jalang? wanita bayaran?" "Bukan itu, maksudku kau harus tanggungjawab." "Iya nanti kupikirkan, sebenarnya aku ingin secepatnya menikah dengan Kimberley." "Iya! lebih cepat lebih baik." "Oh begitu ya?" Kimberly datang--memotong pembicaraan mereka. Dua pria itu terbelalak menoleh bersamaan. 'Apa Kimberley sudah mendengar pembicaraanku dengan Rico?' batin Jack. 'Aduh, sejak kapan Kimberley di situ?' Rico bergumam dalam hati. "Kalian
Merobek piyama tidur! Aaaa! "Pak? Apa yang kau lakukan?" tanya Kimberley terkejut. "Sudah diam saja." Jack memaksa. "Jangan Pak, jangan." Kimberley geleng-geleng. "Diam saja, jangan membantah!" "Agh!" teriak Kimberley. Jack langsung memasukkan miliknya menerobos milik Kimberley, hentakan demi hentakan dirasakan. "Egh, sempit sekali." "Ahhh, hentikan Pak." Ahhhh! Jack terus memompa lubang kenikmatan Kimberley. "Diam!" "Mmhh." "Aghhh!" Jack mempercepat gerakan memompa. "Pak jangan, ampun Pak!" "Ampun? Oke, aku lebih cepat sayang." "Ahhhh!" erangan Kimberley, "Pakkk!" "Ahhhhhh!" puncak kenikmatan itu mereka dapatkan. Kali ini Jack melepas di dalam, tidak pikir panjang karena dia ingin menikahinya dan memiliki keturunan dari Kimberley. Mereka langsung pergi beristirahat! Paginya Rico sudah di depan pintu kamar karena hari ini dia juga ke kantor, mereka berangkat bersama. "Jack? Ayo berangkat, katanya hari ini ke kantor." Tidak ada jawaban da
"Sebentar ya." Rico mampir ke sebuah toko bunga. Beberapa saat Rose menunggu di luar, Rico datang membawa sebuket bunga mawar merah. "Rose, ini untukmu." ucap Rico--menyerahkan bunga. "Astaga Tuan, terima kasih, ini cantik sekali." Rose mencium aroma bunga. "Seperti yang menerimanya." "Hahaha, kau memang jago berbicara manis." ucap Rose dengan pukulan kecil. Di sisi lain Kimberley dan Jack menuju mansion, tetapi di tengah perjalanan Kimberley minta berhenti ke sebuah toko obat. "Kenapa kau turun di sebuah toko? Kau mau beli obat apa?" tanya Jack menoleh. "Sebentar ya, kau tunggu di mobil saja." ucap Kimberley turun dari mobil. Kimberley membeli obat penggugur kandungan, dia tidak ingin hamil sebelum menikah, mengingat tadi malam Jack mengeluarkan itu tepat di dalam yang biasa saja menjadikannya hamil, dia juga membeli obat penurun panas jika nanti Jack menanyakan sesuatu, dia bisa punya alasan. "Kau beli obat apa?" tanya Jack memeriksa. "Ini."ucap Kimberly menyer
Dengan lihai jilatan atas ke bawah sembari menghisap membuat birahi Kimberley semakin meningkat hingga Jack mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang kenikmatan milik Kimberley. "Sayang? Kau lihat ini berapa jari?" tanya Jack--mengangkat tangan. "S--satu, mmhh..." "Oke, kalau begitu aku tambah satu lagi." "Agh!" Jari tengah masuk ke dalam lubang itu, bergerak seperti keputusan saat pertama Kimberley memilih berkomitmen dengan pria di hadapannya itu, maju mundur seirama dan semakin cepat, usaha Kimberley mencoba menahan diri untuk melenguh terlalu keras, membuat mata kuning Jack tak cukup melihat istrinya menahan lenguhan dari sensasi jari-jari Jack yang mengerjai milik Kimberley, "Panggil Namaku Sayang! Aku rindu kau memanggil namaku." Bisikan Jack menambah gejolak birahi Kimberley semakin meningkat dan daerah sensitif di sana sudah basah tak karuan. "Ahhh, Jack!" "Bagus! Teruskan sayang..." Semakin tak karuan ingin membenamkan milik Jack ke dalam milik Kimberley. "Kenapa
Kimberley masih diam tak berkata apapun sembari menggelengkan kepala. Jack menarik nafas panjang dan membisik, "Pasti kau sudah menungguku?" ucapnya. Kimberley masih belum bicara, dia hanya mematung setelah mendengar ucapan suaminya, dia pasrah jika Jack menidurinya malam itu. Jack tersenyum kemudian beralih duduk di sofa, "Bisakah aku meniduri malam ini?" tanyanya. "Aku tidak tahu." singkat Kimberley. "Aku tidak tahu? Berarti jawabannya iya." ucap Jack. Kimberley membelalak sembari menoleh ke arah suaminya. "Kita sudah lama tidak melakukan hal itu aku ingin bermain denganmu." ucap Jack. "Sebaiknya kita makan dulu." ucap Kimberley. Ibu hamil itu bangkit keluar kamar menuju ruang makan, di susul Jack di belakangnya, mereka pergi makan malam bersama, di sana Rico dan Rose sudah selesai makan dan akan beristirahat. "Hei kalian baru turun, kalian kenapa?" tanya Rico. Saat Kimberley hendak menjawab, Jack memotong pembicaraan itu. "Kimberley tadi mual, dia ingin muntah, jadi di
Setelah berkali-kali memanggil akhirnya Jack menoleh terkejut dengan keberadaan kru pesawat, Jack memang terlalu fokus dengan istrinya sampai tidak mendengar apapun di sekitar. "Oh, astaga!" "Maaf mengejutkan Bapak Jack, silakan waktunya makan malam Pak." ucap kru pesawat. "Oke, di sini saja." "Baik Pak." Setelah beberapa saat menunggu akhirnya kru datang dengan beberapa makanan, "Silakan Pak, ada yang bisa kami bantu atau mungkin meminta sesuatu?" "Buatkan susu hangat saja." "Baik Pak." Kemudian perlahan Jack membangunkan istrinya. "Sayang, ayo makan sebentar." Jack menepuk pelan pundak Kimberley dan menciumnya, perlahan Kimberley membuka mata, "Kita sudah sampai?" "Belum sayang, ayo makan dulu." Belum lama bicara tiba-tiba Rico datang menyapa mereka, "Hei kalian tidak ada suaranya kalian tidur?" "Iya Kimberley tadi tidur." "Rupanya kalian makan di sini? Baiklah aku makan bersama Rose saja." Kemudian Rico kembali untuk makan bersama Rose, melihat ke arah
"Mama serius, ikutlah pulang bersama suamimu." Masih dalam pelukan Ibu Lucy, "Maafkan aku Ma..." ucapnya. "Tidak masalah, yang penting sering menghubungi Mama ya." Kimberley mengangguk, "Iya Ma." Ibu Lucy menoleh ke arah Jack, "Tolong jaga Kimberley ya, Nak." ucapnya. "Iya Bu Lucy, saya akan selalu menjaga dan merawat putri ibu dengan baik dan juga calon anak di perutnya." ucap Jack--mengelus perut Kimberley. "Tolong jaga Mama ya Bi, kalau terjadi apapun kabari Kimberley." "Iya, siap Non." "Lain waktu Kimberley mengunjungi Mama lebih lama ya." ucap Kimberley. "Iya putriku sayang." "Oh, tunggu sebentar." ucap Bu Lucy--mengambil barang. Ibu Lucy mengambil perhiasan gelang kesayangannya untuk di berikan pada Kimberley. "Ini gelang kesayangan Mama sejak kecil, pakailah." ucap Ibu Lucy--menyerahkan. "Sungguh?" "Iya putriku sayang." "Baik Ma, aku akan menyimpan ini dengan baik." Mereka berempat berpamitan dan pergi meninggalkan kediaman Ibu Lucy. "Hati-hat
Mereka berempat memasuki kediaman Ibu Lucy yang tak lain dia adalah Ibunya Kimberley, duduk di sofa panjang dalam ruang tamu mewah berdesain klasik, sementara asisten rumah tangga sibuk membuatkan teh suguhan dan sarapan untuk mereka. "Bi, buatkan teh hangat ya." titah Bu Lucy. "Baik Bu." Bu Lucy menoleh, "Lalu siapa mereka, Nak?" Saat Kimberley hendak menjawab, ucapannya didahului oleh suaminya. Jack buka suara, "Perkenalkan nama saya Jack William, kemudian ini Rico asisten saya, dan disamping istrinya." ucapnya berjabat tangan. "Rose, dia istri tercintaku!" sahut Rico. Rose berbisik, "Jangan membuatku malu!" Bu Lucy menjabat tangan Jack, "Saya Bu Lucy, Ibunya Kimberley." ucapnya tersenyum. Jack tersenyum, "Saya suaminya Kimberley, saya menikahi putri Ibu sudah beberapa bulan yang lalu, maaf kami tidak memberitahu Ibu Lucy sebelumnya." Sontak jawaban pria itu membuat Ibu Lucy terkejut tak percaya bahwa putrinya sudah menikah. Ibu Lucy langsung menoleh ke arah Kim
Menatap lekat sembari merangkul istrinya, "Tentu saja, aku selalu mencintaimu sama seperti saat pertama menculikmu." "Waktu kau menculikku, kau jatuh cinta padaku?" "Iya, itulah caraku untuk mendapatkan gadis yang sangat cuek ini." "Hahaha, nakal sekali!" Mereka menikmati senja yang semakin lama semakin hilang tetapi menara Eiffel berdiri tegak dengan sorot lampu kelap-kelip yang terlihat sangat indah di malam hari, menambahkan kesan romantis dan sensual bagi pasangan. "Sayang, ayo berfoto." "Iya sayang." Jack mengambil ponsel untuk memotret istrinya dengan view menara Eiffel di malam hari, mereka juga mengambil gambar bersama. "Bagus sayang, ayo kita berdua." Jack meletakkan ponsel di meja, "Ayo aku sudah siap." Mereka segera berdua, terlihat sangat romantis. "Hehehe, bagus sekali sayang." Mereka sangat menikmati kebersamaan itu dan hanyut ke dalam hasrat yang tidak ingin kehilangan satu sama lain. "Mmhh..." mereka berciuman. "Sayang, berjanjilah jangan ti
"Tentu saja sayang." "Hmm, aku tidak sabar sayang..." ucap Jack--mengelus perut istrinya. "Coba kau tebak, ini bayi laki-laki atau perempuan?" tanya Kimberley. "Pasti itu bayi perempuan yang cantiknya sama seperti ibunya." ucap Jack--berbisik. Kimberley tersenyum, "Kalau ini laki-laki pasti dia tampan dan pemberani sepertimu." "Hehehe..." Setelah keduanya rapi, mereka segera keluar dari hotel yqng mana Rico dan Rose telah menunggu mereka di lobi hotel dengan pakaian serba warna putih yang seirama. "Kalian menunggu lama?" tanya Jack. "Lumayan." "Ayo." ucap Jack--menggandeng istrinya. Mereka sengaja tidak menaiki taksi, melainkan hanya berjalan kaki santai di sekitar kota. "Hari ini kita jalan ke mana sayang?" tanya Jack. "Aku tidak mengerti, tanyakan saja pada Rico, dia yang mengajak kita..." Rico buka suara, "Karena cuacanya tidak panas, bagaimana kalau kita mengunjungi menara Eiffel?" "Ide bagus!" Kemudian mereka berempat menuju area di sekitar Menara Ei
Mereka bergegas menuju ke sebuah rumah makan, di sana sebuah restoran modern dengan gaya kolonial. "Kau mau makan apa sayang? Di sini?" ucap Jack--menunjuk sebuah restoran. Kimberley geleng-geleng sembari mengelus perutnya, "Aku tidak mau makanan laut lagi, aku mau makanan cepat saji," geleng-geleng lagi, "Aku tidak mau makan di sana,cari tempat lain." Jack mengangkat kedua alisnya, "Ya Tuhan kupikir kau ingin makan makanan laut lagi, lalu kita makan di mana?." Terkadang Jack juga bingung, semenjak istrinya hamil dia lebih perhatian dengan makanan yang Kimberley makan karena istrinya berubah selera dalam waktu yang singkat, kadang menginginkan makanan yang aneh-aneh dan harus langsung dituruti. Itu adalah kalau wajar bagi orang yang sedang hamil selalu ingin mengidam ini dan itu. "Mau ke McDonald?" tanya Jack. Kimberley menoleh, "Boleh sayang," ucapnya--menggangguk cepat. Akhirnya mereka berbelok masuk dan memesan beberapa makanan cepat saji seperti burger dan lainnya.
"Tentu saja sayang, lusa kita berangkat ya." ucap Jack. "Iya sayang." ucap Kimberley sumringah. Kemudian mereka melanjutkan makan malam dan segera beristirahat. "Kalian bulan madu berapa hari?" tanya Jack. "Dua hari saja cukup." jawab Rico. "Oke persiapkan saja." Setelah makan malam mereka beristirahat dan melakukan aktivitas seperti biasa di hari berikutnya, pagi hari di kantor setelah jam makan siang Rico dan Rose menyiapkan berkas yang akan dibereskan dan diberikan kepada Sekretaris karena mereka akan izin selama lima hari ke Perancis, maka dari itu Sekretaris yang mengantikan Jack dan Asistennya. "Pak tolong ini berkasnya kau tangani semua ya, kau pastikan pekerjaanmu dengan benar selama lima hari kedepan, karena Pak Jack dan istrinya akan pergi ke Perancis dan sekaligus aku juga ikut dengan mereka." "Baik Pak Rico saya mengerti, ngomong-ngomong bagaimana pernikahan Pak Rico dengan ibu Rose? Maaf jika saya lancang Pak." "Semuanya berjalan lancar, dan besok kita akan bulan