"Rico sudah pulang?" tanya Jack melihat keberadaan Rico duduk di sofa panjang. "Iya, tadi dia menemaniku." 'Kenapa dia senyum-senyum seperti itu' batin Jack heran dengan tingkah Rico. "Kenapa dia senyum-senyum seperti itu." tanya Jack. "Mungkin dia asik bercanda dengan seseorang, mungkin kekasihnya." jawab Kimberley. Kadang firasat wanita itu tajam. "Rico!" Panggil Jack Rico langsung menoleh dan berkata, "Ada apa memanggilku? Pekerjaan sudah selesai, semuanya aman." meletakkan ponsel. "Bagus!" Jack tidak melanjutkan pembicaraan. Jack masih mengunyah makanan dari tangan Kimberley. "Kemarin saja kau seperti iblis sekarang kau bersikap manja." ucap Rico. "Diam kau!" jawab Jack kesal. "Sekarang kau tak berdaya seperti ini, lihatlah Kimberley! Orang yang kemarin menghukummu." Rico terkekeh--tertawa semakin keras. "HAHAHA!" Kimberley hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu mereka. "Sudahlah Rico jangan menertawakan orang sakit." "Nanti kalau kau sakit, siap
Suara keras itu adalah suara gemuruh petir yang menyambar, mendengar itu Kimberley sontak ketakutan memeluk erat, Jack terdiam merasa senang. Kenapa Jack senang? Ini bukan perihal mencari kesempatan di dalam kesempitan, itu sudah Jack dapatkan setiap hari. Jack merasa keberadaannya dibutuhkan, membalas pelukan itu, berusaha menenangkan Kimberley dalam dekapannya. "Tenang saja." ucap Jack sambil terus memeluk dan mengelus kepala Kimberley. Kimberly merasakan itu seperti dunianya akan jatuh ke tangan Jack, dia merasa Jack bersikap manis dan lembut seperti ini dibanding hari kemarin dia bersikap kasar seperti tak memilik hati. Jack juga punya hati! Kimberley mematung, ini benar-benar membuatku mencair. Kimberley tersenyum menyudahi pelukan itu. "Maaf Pak, aku hanya terkejut dengan suara petir tadi." "Tidak apa, wajar jika kau takut, tadi suaranya memang terdengar keras." Mereka malah menjadi hening. "Hey, kalian sudah berduaan saja di sini, ini masih pagi." "Semau
"Hai Rose..." sapa Kimberley di depan ponsel. "Oh, hai Nyonya, apa kabar?" Rose melambaikan tangan. "Aku baik, bagaimana kabarmu?"Mereka saling tersenyum! "Aku juga baik, Nyonya..." "Oh rupanya kau menelpon Rose, kau dekat dengan Rose?" tanya Jack mengintip ponsel Rico. Rico terdiam, tak bisa berkata-kata hanya senyum dan garuk-garuk kepala. "Hanya saja, aku tidak punya ide makanya aku menelpon Rose untuk menemaniku berenang." Karena malu, Rico mengutuskan untuk menyudahi berenang dan pergi mandi. "Ah, kalian memang pengganggu, aku selesai saja ingin beristirahat." Rico mengerutkan dahi. Diraihnya ponsel dan segera pergi dari kolam. "Oh melanjutkan menelpon, terus sambil..." "Tidak ada! Diam!" Rico memotong pembicaraan, berlalu pergi. Kini tersisa Jack dan Kimberley di kolam. "Kurasa Rico menyukai Rose." ucap Kimberley memandang Rico yang berlalu pergi. Jack ragu menoleh ke arah Kimberley. "Dari awal mengenal, mereka lengket seperti itu bahkan Rico samp
Menoleh, menunduk ke arah ponsel yang ada di samping bantal. Aaaa! Mereka saling berteriak. Rose tak sengaja melihat alat vital Rico, karena setelah mandi Rico lupa mengenakan handuk, Rico juga tak menyadarinya itu langsung terkejut malu. Rico segera mengenakan pakaian! "Astaga! Maafkan aku Rose." Rose menutup mata dibalik ponsel. 'Astaga bodoh sekali! Aku lupa memakai handuk, apa Rose sudah melihatnya? Sudahlah lupakan.' batin Rico "Maafkan aku Rose." ucap Rico di balik ponsel. "Iya Tuan!" jawab Rose sedikit canggung. "Ya sudah Rose, kau lanjutkan kesibukanmu, nanti jika ada waktu aku telepon lagi ya." Rico berlalu pergi menuju meja makan, dia makan sendirian dan melihat kondisi dapur sepi. 'Ke mana mereka? Kenapa di sini sepi sekali?' Rico bertanya-tanya dalam hati. Rico menyelesaikan makan dan segera kembali ke kamar. "Eh kalian melihat Jack dan Kimberley tidak?" "Tuan Jack dan Nyonya Kimberley di kamarnya Tuan." jawab Maid. 'Sedang apa mereka?' ba
"Aduh, maaf ya aku tak sengaja." ucap rose segera memungutnya. Rose memungut kertas yang jatuh, Rico juga segera membantu memungut tanpa disadari mereka menoleh. "Astaga Rose! Maaf aku tidak tahu, hahaha." "Tidak apa Tuan, kupikir siapa yang menabrakku, kenapa buru-buru sekali?" tanya rose. "Yaa, aku harus menyelesaikan sedikit tugasku dari Pak Jack, agar bisa lebih lama menemanimu nanti." Rico tersenyum lebar. "Ada-ada saja, tapi kenapa tidak lihat jalan?" Rose geleng-geleng. "Iya maaf, tadi aku berjalan sambil memikirkanmu eh, maksudku aku tidak fokus." "Oh begitu." Rose geleng-geleng menahan tawa. Mereka berjalan bersama menuju ruangan CEO. Beberapa staff memandang iri, tak sedikit dari mereka bergosip. "Lihat itu, model baru dekat terus sama asistens CEO." "Pak Jack tidak di kantor, mereka berduaan saja." "Mereka merasa seperti ini kantor mereka, haha." "Pasti dia sudah dipakai sama asisten itu." "Bayarannya berapa ya satu malam? haha." Rose mendengar
"Tidak Pak, kau memang tampan! Aku menonton drama ini karena kisah percintaannya, bukan pemainnya Pak, Pak Jack cemburu ya?" ucap Kimberley--menatap Jack. "Kata siapa aku cemburu?" Jack membuang muka. "Aku melihat dari wajahmu, kau cemburu Pak." Kimberley meraih kedua pipi Jack, dan perlahan mendaratkan ciuman di bibir. Tap! "Astaga Jack!" Rico yang menerobos kamar Jack itu langsung terkejut melihat kegiatan intim. Mendengar ucapan Rico itu Kimberley berhenti dari kegiatan intim, dia terkejut dan malu. "Oh Rico..." "Kau kebiasaan, masuk tanpa mengetuk pintu." ucap Jack menoleh ke arah Rico. "Hehehe, maaf aku tidak sengaja, tadi buru-buru aku kira kalian ke mana?" Jack belum menjawab. "Ya sudah, kalau begitu aku kembali ke kamar saja ya, kalian lanjut saja." "Eh tunggu sebentar, Rico!" "Iya sudah, maafkan aku! Aku kan aku sudah minta maaf." ucap Rico membelakangi. Jack beranjak dari ranjang, "Aku ingin bicara sebentar denganmu." Mereka berdua bicara di b
"Tidak masalah, itu urusanmu, tapi jika dia hamil kau harus tanggung jawab." Mendengar itu Rico terdiam banyak berpikir. "Sementara dirimu yang tidur bersama Kimberley, apa kau tidak takut jika Kimberley hamil dan kau belum menikahinya?" Jack terdiam! "Iya! Aku mengerti." "Sebaiknya kau cepat menikahinya, jangan sampai membuatnya trauma karena dia hamil sebelum menikah, waktu pertama kau bilang dia juga masih perawan dan akhirnya kau yang mengambilnya dan sekarang kau harus membayar semua itu." Rico menegaskan. "Membayar? kau kira jalang? wanita bayaran?" "Bukan itu, maksudku kau harus tanggungjawab." "Iya nanti kupikirkan, sebenarnya aku ingin secepatnya menikah dengan Kimberley." "Iya! lebih cepat lebih baik." "Oh begitu ya?" Kimberly datang--memotong pembicaraan mereka. Dua pria itu terbelalak menoleh bersamaan. 'Apa Kimberley sudah mendengar pembicaraanku dengan Rico?' batin Jack. 'Aduh, sejak kapan Kimberley di situ?' Rico bergumam dalam hati. "Kalian
Merobek piyama tidur! Aaaa! "Pak? Apa yang kau lakukan?" tanya Kimberley terkejut. "Sudah diam saja." Jack memaksa. "Jangan Pak, jangan." Kimberley geleng-geleng. "Diam saja, jangan membantah!" "Agh!" teriak Kimberley. Jack langsung memasukkan miliknya menerobos milik Kimberley, hentakan demi hentakan dirasakan. "Egh, sempit sekali." "Ahhh, hentikan Pak." Ahhhh! Jack terus memompa lubang kenikmatan Kimberley. "Diam!" "Mmhh." "Aghhh!" Jack mempercepat gerakan memompa. "Pak jangan, ampun Pak!" "Ampun? Oke, aku lebih cepat sayang." "Ahhhh!" erangan Kimberley, "Pakkk!" "Ahhhhhh!" puncak kenikmatan itu mereka dapatkan. Kali ini Jack melepas di dalam, tidak pikir panjang karena dia ingin menikahinya dan memiliki keturunan dari Kimberley. Mereka langsung pergi beristirahat! Paginya Rico sudah di depan pintu kamar karena hari ini dia juga ke kantor, mereka berangkat bersama. "Jack? Ayo berangkat, katanya hari ini ke kantor." Tidak ada jawaban da