Share

Bab 2. Sebuah janji

Kayla hanya tertawa gemas dengan gadis kecil yang ada di hadapannya. Davina memiliki mata yang indah, besar dan bulu matanya lentik.

Rima sejak tadi menyenggol lengan Kayla, bahwa ayah dari Davina menatapnya tajam. Kayla tetap saja bercanda dengan Davina agar anak perempuan itu tetap semangat untuk lekas sembuh.

" Tante dokter cantik, aku mau punya mama cantik seperti Bu dokter." ucapnya lagi.

" berdoa saja sayang, semoga apa yang Davina harapkan terkabul. Sekarang banyak makan terus minum obat, biar cepat sembuh dan pulang. oke cantik."

" siap Tante dokter." Tangannya meraih Kayla untuk minta di peluknya. Kayla tertawa senang, gadis kecil yang ada di hadapannya membuat hatinya sedikit terobati.

Kayla lalu meninggalkan ruang rawat inap itu, tanpa berpamitan dengan ayah sang gadis kecil. Cukup memberitahu suster yang ada di samping Davina, Kayla yakin itu merupakan pengasuh Davina.

" Kay apa kamu tak melihat tatapan mata ayahnya tadi. Setajam silet aku sampai takut, terlihat sangat garang apalagi jambangnya. uh,,, bikin geli." ucap Rima terus berjalan mendampingi Kayla.

Kayla tertawa lebar, ada-ada saja sahabat nya ini. Jambang lelaki bikin ia geli, kalau Kayla justru menyukainya. Menurut Kayla lelaki itu nampak gagah dan berwibawa.

" Lelaki yang memiliki jambang itu terlihat kelakiannya dan berwibawa. Aku lebih suka lelaki yang seperti itu."

" issshhh,,,, ya udah gaet saja itu duda, ganteng. tapi ngeri aku galak seperti nya." ucap Rima, Kayla tak menanggapi lagi ia memilih lanjut jalan untuk melakukan visit.

" Kelihatannya memang masih muda, wajar saja kemarin sikapnya begitu. Mungkin ia tak ingin anaknya di sentuh oleh siapapun, untung aku dokter jadi aku bisa memiliki wewenang untuk mengobrol dengan gadis kecilnya. udah yuk jangan bicarakan lelaki orang." Kayla mengajak Rima untuk naik lift, mereka akan visit ke atas.

" Dia duda Kayla bukan lelaki orang, ingat kan yang di katakan gadis kecil tadi. mamanya sudah di surga, jadi dia free untuk di miliki oleh siapapun." ucap Rima dengan tegas membicarakan status lelaki tadi. Kayla hanya tersenyum saja tak menanggapi, untuk apa juga membicarakan orang lain. Kayla masih anti dengan lelaki, siapapun itu.

____

Sudah tiga hari ini Davina di rawat, kemarin ia tak mau makan dan minum obat setelah demam tinggi. Tapi kini Davina kembali bersemangat ketika melihat Kayla dokter cantik yang telah menangani dirinya.

" ayo sayang di makan dan minum obat." papanya merayu tapi Davina masih tetap saja tak mau menyentuh makanannya.

Davina mengatakan jika akan makan setelah dokter cantik datang, namun sayang yang ia harapkan bukanlah Kayla, namun sosok lain yang datang pagi ini untuk visit.

" Hai cantik, gimana kabarnya sayang ?" tanya dokter Mahen, melihat Davina yang cantik ia pun menyukai sosok Davina.

" alhamdulillah baik dokter." jawab Daren, Davina hanya diam tangannya bersidekap tak mau di periksa oleh Mahen.

" Demamnya sudah turun, keadaannya lebih baik. Makan yang banyak, obat dan vitaminnya di minum nanti sore boleh pulang." Ucap dokter Mahen mencubit pipi Davina, tetap sama Davina hanya diam dengan wajah cemberut.

" Kenapa dokter yang datang, dokter cantik mana ?" teriak Davina. Daren menghentkan sikap tak sopannya pada dokter Mahen itu.

" Dokter cantik, emm,,, maksudnya dokter Kayla. Oh beliau tidak ada jadwal piket sayang dan hari ini libur." dokter Mahen menjelaskan, karena memang hanya Kayla dokter yang baru masuk rumah sakit ini dan single. Kayla kemarin piket jadi dirinya ingat pasti yang di tanyakan gadis kecil ini adalah Kayla.

" Jadi puteri saya bisa pulang hari ini dok ?"

" Bisa, tapi lihat nanti kondisi terakhir puteri bapak. Jika dia bisa menghabiskan bubur ini dan mau meminum obatnya di pastikan akan bisa pulang." terang dokter Mahen.

" Terima kasih dok." Dokter Mahen lalu pamit karena dirinya akan visit pasien lainnya.

Davina masih saja ngambek, sudah beberapa kali Daren dan suster membujuknya tapi tetap tidak mau menyentuh makanan yang ada di hadapannya. begitulah Davina yang suka tantrum, kadang ia menangis dan menjerit jika sesuatu yang ia harapkan tak bisa terwujud.

" Sayang ayo makan, kita nanti akan pulang. Banyak pekerjaan yang papa tinggalkan di kantor sayang." Kembali Daren membujuknya.

" makanya cepat cari istri Daren, anakmu ini memang aneh. Jika saja mau dengan mama kamu tak akan repot." Daren mendesah lesu, sudah beberpa kali mamanya mengenalkan seorang wanita tapi tak ada yang cocok untuk menjadi istri Daren maupun menjadi ibu dari Davina.

" Harus bagimana ma, Davina tak mau juga dengan wanita yang mama kenalkan pada Daren."

" terus gimana Moana ? apa Davina masih tetap tidak mau, Davina sudah mengenal Moana sejak lama kan. Coba kamu lebih dekatkan lagi." saran mamanya, Moana sepupu dari adik ipar suaminya.

" Mama kemarin lihatkan, Moana sudah mendekatinya tapi apa yang Davina perbuat ia mengusir Moana ma."

" terus bagaimana denganmu, apa ada wanita yang kamu suka. Kalau Moana kamu suka apa tidak ?" tanya mamanya, berharap sang putra segera menikah lagi. Sudah lima tahun kepergian Zira, tetap saja Daren belum dekat sama siapapun.

" Tak ada yang aku sukai wanita di dunia ini selain Zira ma, ia sosok yang sempurna bagi Daren."

" mama tau, kehilangan orang yang kit cintai itu menyakitkan sekali. Lalu apa kamu akan menjadi duda seumur hidup, Zira pasti akan sedih melihatmu tak melanjutkan hidupmu. Perhatikan Davina, ia butuh sosok seorang ibu." sudah berulang kali mamanya meminta Daren untuk menikah lagi, tapi Daren masih enggan bagi dia Davina merupakan prioritas baginya.

" iya ma, doakan daren."

" Mama selalu mendoakanmu sayang, tapi doa tanpa ikhtiar mana bisa." Daren memeluk mamanya, ia tau mamanya sangat mengkhawatirkan dirinya. Tapi Daren belum menyukai wanita lagi selain mendiang istrinya.

Sudah lelah rasanya suster membujuk Davina ia tetap dengan pendiriannya tidak mau menyentuh makananannya.

" sayang tadi ingat kan kata dokter, Davina sudah bisa pulang asal bisa menghabiskan makanannya kemudian minum obat." Ucap Daren, Davina tetap membungkam mulutnya.

" okey papa janji, kita akan cari bu dokter."

" papa serius !!" Davina langsung menoleh ke arah papanya.

" mana pernah papa tak serius."

" papa janji !" Davina menelisik wajah papanya, tak mau ia di bohongi lagi.

" Janji sayang, papa janji kita akan cari ibu dokter. Yang penting sekarang habiskan makannya, minum obat dan istirahat." Davina lansung memeluk papanya, ia langsung membuka mulutnya dan menghabiskan makanannya sampai habis. Beruntung kali ini Davina tidak tantrum lagi, biasanya dengan segala bujukan rayuan ia tak bisa di taklukkan dan berakhir kelelahan lalu tertidur.

Daren langsung menghubungi Bram sang asisten pribadinya, seperti biasa ia akan di buat kalang kabut oleh sang bos. Menyusun jadwal yang akhirnya mundur saja sudah membuat dirinya stres, apalagi di tambah lagi di suruh mencari wanita untuk sang puteri. 

Tak ada kata gagal bagi Daren, apapun yang ia minta Bram harus bisa mewujudkannya. 

Bersambung,,,

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status