Share

Bab 4. Datang ke rumah

Akhirnya Kayla mengikuti mobil Bram, sebagai dokter yang memang ditakdirkan menjadi seorang penolong ia harus lekas bertindak.

Mobil sampai di kediaman Daren, rumah mewah dengan dua lantai. Kayla terus mengikuti mobil Bram, Bram turun lalu cepat mengajak Kayla masuk.

" cepat dok sebelum jantung teman saya berhenti berdetak." ucap Bram, aktingnya sangat natural ia terlihat panik.

Bram yang duduk di rumah tengah sedang mengutak atik laptopnya mendengar langkah kaki masuk dengan terburu-buru.

Bram langsung mendorong Daren agar jatuh di sofa dan rebahan. Dengan cepat ia mengangkat kaki Daren agar naik ke sofa.

" jangan mati sekarang pak." Daren menampakkan kepanikan.

" apa ?" Daren ngga ngerti, Bram lalu memberi isyarat ketika dokter Kayla mendekat.

" dasar gila ." umpat Daren.

Kayla mengeluarkan stetoskopnya kemudian memeriksa Daren. Daren hanya diam, yang kata Bram ia sakit napas pun terlihat normal saja.

" anda baik-baik saja."

" eh iya,,, tadi saya sakit kepala." ucap Daren, Bram meringis padahal Daren mengatakan sakit napas. Kayla mengerutkan keningnya tak sesuai dengan yang ia dengar tadi.

" teman anda bilang anda sakit napas, jantungnya berdebar." ucap Kayla matanya menelisik wajah Daren.

" iya dok tadi saya sakit napas tapi sudah mendingan, jantung saya yang masih berdetak rasanya sedikit sesak." ucap Daren, dalam otaknya ia merutuki Bram. ia tak pandai berakting hari ini justru di uji nyali nya untuk akting.

" kalau tak berdetak berarti anda sudah almarhum pak." ucap Kayla, ingin rasanya ia tancapkan suntikan itu pada dua lelaki di hadapannya ini. ia sudah susah payah datang ke sini, ia kira keadaan nya memang urgent ternyata tidak.

" Hay,,, dok,,, " Daren yang memang emosian ingin mengumpat dokter Kayla.

namun tak jadi karna Davina sudah berlari turun dari tangga melihat dokter cantik datang. " Dokter cantik." teriaknya.

Kayla langsung tersenyum gadis kecil itu bisa mengobati rasa kesalnya. Davina langsung berhamburan minta di peluk, Kayla pun langsung menyambut nya.

" Dokter cantik datang Yee,,," teriak Davina kegirangan, Daren merasa lega anaknya terlihat sangat semangat sekali.

" Davina sudah sembuh ?" tanya Kayla yang langsung mengajak Davina duduk.

" iya Davina sudah sehat, terima kasih pa sudah panggil dokter cantik ke sini."

Bram memilih berlari keluar, ia tak mau ikut campur urusan ini. Mata Kayla menatap tajam Bram yang berlari kecil lalu menoleh ke arah Daren.

" Papa mu tadi sakit jadi dokter di panggil ke sini." Kayla mencubit pipi Davina dengan gemas.

" Papa sakit apa ? kok ngga bilang Davina !" Davina lalu turun dari pangkuan Kayla ia lalu meletakkan telapak tangannya ke dahi papanya.

" papa ngga apa-apa dokter ngga sakit, tadi juga pulang sama Davina dari rumah sakit." Daren meringis ia ingin pergi saja dari sana, tapi tatapan tajam Kayla membuatnya kembali duduk. Baru kali ini ia tak bisa berkutik, dulu terhadap Zira istrinya sekarang kenapa ia tak berani di tatap oleh Kayla.

" Tante dokter Davina mau kasih tau sesuatu sama tante, ayo ikut Davina ke kamar." Davina langsung menarik tangan Kayla menuju lantai atas masuk ke dalam kamarnya.

" ini Jenni teman Davina, tante tau semenjak mama pergi dulu ke surga Jenni yang menjadi teman Davina." Ucap Davina.

" emmm,,, Jenni juga cantik sama seperti Davina." Ucap Kayla.

" Ini papa, ini mama dan yang masih bayi itu Davina tante." Davina memberitahu foto yang ia simpan di nakas.

" Ini lukisan milik siapa sayang ?" tanya Kayla, di dinding ada lukisan yang terpasang namun belum selesai.

" Punya Davina tante, gambar Davina sama papa tapi mamanya ngga ada." Ucapnya dengan sendu.

" Nanti Davina pasti akan dapat mama yang sama seperti mamanya Davina."

" ngga mau, mama Zira tetep mama Zira. Davina mau mama yang lain, buat temenin Davina juga papa. Kasihan papa kalau malam tidurnya kedinginan. Davina sudah ada Jenni tapi papa belum punya teman tidur." Ucapnya dengan polos, Jenni mrupakan bonek beruang yang besar.

" insyallah nanti Davina dan papa akan punya sosok mama lagi."

" Davina mau tante dokter jasi mamanya Davina." Davina memeluk Kayla, Kayla lalu balas memeluknya. Anak sekecil itu sudah berfikir jauh, ia tak hanya memikirkan kebahagiaanya sendiri tapi untuk kebahagiaan papanya.

" tante ngga bisa sayang."

" kenapa ? aku ngga akan nakal tante, aku akan selalu baik pada semua orang." ucapnya dengan polos. Davina menangis di pelukan Kayla, Kala mengusap kepala Kayla dengan lembut.

" sayang, papa pasti sudah punya pilihan untuk di jadikan mama untuk Davina."

" Davina ngga mau, Davina mau tante saja yang jadi mama Davina." Kayla menarik napas panjang, sebenarnya ia tak mau terjebak dengan situasi ini. Tapi kenapa Tuhan mengirimnya kepada gadis kecil ini, ia baru saja dikhianati oleh calon suaminya rasanya belum ingin lagi memulai hubungan baru. Apalagi ini dengan duda mempunyai anak satu, meskipun masa lalunya sudah selesai tapi ia tak tau bagaimana hatinya.

" Sayang emm,,, tante harus ke rumah sakit, tante harus pulang ya. Nanti kita bisa bertemu, Davina bisa main ke rumah tante atau kita bisa bertemu."

" boleh tante ?" Kayla mengangguk, tak mungkin jika dia akan menolaknya.

Davina dan Kayla lalu turun, kayla sudah tau dnegan sedikit informasi yang di berikan Davina. Meskipun sebenarnya ia tak ingin tau, bukan urusannya tapi entahlah Kayla tak tau takdir apa yang akan ia jalani nanti.

Dibawah ada Bram yang sedang di marahi oleh Daren, kenapa harus berbohong kepada Kayla jika dirinya sakit. Bram hanya diam tapi ia menhan tawanya, akting kali ini terlihat sangat lucu sekali.

" kau taukan aku ini tak suka dengan pembohong, awas saja kamu ulangi lagi perbuatan kamu itu." ucap Daren sudah mencak-mencak.

" oke bos aku minta maaf." Ucap Bram menunduk, sbenranya bukan menunduk takut tapi selebihnya menyembunyikan tawa. Kayla mendengarnya benar saja tadi lelaki yang mengajaknya kemari telah berbohong padanya.

" sayang, tante pulang dulu ya. Nanti jika mau ketemu telepon saja."

" iya dokter cantik, tapi janji ya kita nanti liburan bersama."

" insyaallah jika tante libur." Ucap Kayla tanpa ada raut kemarahan nsedikitpun pada Davina, justru ia iba dengan gadis kecil itu yang haus akan kasih sayang seorang ibu.

" da,,, tante." Davina melambaikan tangannya, Kayla membalasnya.

Daren hanya melirik saja, sungguh dia malu setengah mati. Tak berani setelahnya menemui Kayla lagi, Semua karena Bram. Daren sudah memarahi Bram habis-habisan. Kayla lalu menjalankan obilnya untuk kembali ke mall ia tadi belum sempat berbelanja.

" gimana pa pilihan Davina, cantik kan ?" Uacap Davina dengan melipatkan tangannya di dada,bersidekap seperti orang yang sedang mengonterogasi papanya.

" iya sayang dokter Kayla cantik," Ucap Daren mengakuinya.

Bram dan mamanya tertawa, mereka memang punya siasat untuk mencarikan Daren pendamping yang cocok untuk Davina juga. Kalau di lihat dari dokter Kayla ia sangat penyayang sekali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status