Share

Bab 3. Memaksa bertemu

Bram mondar mandir ngga jelas, klien dari Jerman tiba-tiba datang untuk minta bertemu dengan Daren. Sedangkan Daren hari ini masih di rumah sakit, ia belum mendapatkan kabar jika Davina akan pulang.

Kalau ia menghubungi Daren pasti kena omel bosnya, jika tidak klien pasti akan menyebut Daren ngga profesional.

" Kenapa pak Bram, ada masalah ?" Tanya Via sekretaris Bram.

" iya, jadwal yang kita buat mundur kacau. Mr. Colbert hari ini minta ketemu." ucap Bram, rambutnya sudah acak-acakan nampak frustasi.

" ya sudah kita temui saja kalau begitu."

" jika saja Mr. Colbert mau kita yang menemui nya aku tak akan pusing begini. Dia minta ketemu sama bos Daren." ungkapnya.

" oke, kalau gitu kita hubungi pak Daren saja. Dari pada akan kehilangan proyek."

" Kamu berani Via, ia masih di rumah sakit. Aku malas saja berdebat sama duda arogan itu." pungkas Bram, Daren merupakan sepupunya mereka sudah bersama sejak kecil. Jika Bram tak sayang dengan Daren mungkin ia akan meninggalkan Daren sejak lama.

" terus bagaimana ? Aku akan mendengarkan umpatan nya, bukankah kita sudah kebal dengan makiannya." Via terkekeh, semenjak istrinya Daren meninggal sikap Daren jarang sekali manis. Yang ada seluruh kemarahan dalam hatinya ia luapkan di kantor.

Via lalu memencet nomor yang tersambung pada handphone Daren. Daren yang melihat nomor kantor tersebut langsung mengangkatnya.

" ada apa ?" tanya Daren langsung tanpa basa basi.

" maaf pak, Mr. Colbert dari Jerman hari ini minta ketemu. Sebentar lagi ia akan kembali ke Jerman, bisakah bapak meluangkan waktu untuk menemuinya ?" Via sudah siap mendengar umpatan dari Daren.

" oke, kamu kirimkan tempatnya di mana aku bisa menemui."

" baik pak." ucap Via lalu pamit menutup teleponnya.

Bram melongo tumben duda itu tak mencak-mencak, biasanya bukan dia bukan via akane mendapatkan perlakuan yang sama.

" kamu pakai pelet apa Via ?" Tanya Bram, Via tertawa ngakak.

" pasti hari ini hati pak Daren sedang baik-baik saja. apa dia menemukan tambatan hati lagi ya."

" Bisa jadi sih, tapi siapa. Dia itu sulit menerima wanita lain, macAm model papan atas aja dia tolak." ucap Bram ia baru mengingat jika pagi tadi Bram meminta mencari tentang dokter Kayla.

" oh ya Via, aku minta tolong ya. Kamu kan perempuan siapa tau kenal, dokter Kayla kenal tidak ?" tanya Bram.

" Cie,,, naksir ya sama Kayla. Dia teman aku pak, dulu semasa SMA."

" Serius kamu kenal."

" hmmm,,, iya dong pak dia sekarang pindah tugas sih tapi aku belum tau di mana. Ketemu terakhir di acara nikahan teman ku." Ucap Via mengingat terakhir kali ia ketemu Kayla.

" Minta alamatnya dan biodata lengkap tentang dirinya. nomor handphone nya kamu punya ?" Bram semangat tak perlu dia capek-capek ngintilin wanita yang di cari bosnya.

" sebentar ya aku masih simpan atau tidak." Via lalu mengambil handphone nya ia cari nomor Kayla.

" ini pak, semoga masih aktif aku sudah lama ngga hubungi dia juga sih."

" okey makasih Via."

____

Siang berlalu saatnya Daren harus bertemu dengan Mr. Colbert, Daren pamit dengan anak dan ibunya untuk pergi sebentar menemui klien.

Dengan senang hati Davina sang puteri mengizinkan, ia menanti papanya memenuhi janji.

Daren berangkat dengan mobilnya di temui nya klien yang sudah membuat janji dengannya. Bram sudah menunggu di sana, Bram lega akhirnya Daren datang juga meski sedikit terlambat.

Biasanya Daren orang yang disiplin ia tak pernah terlambat. Bram langsung membuka pembicaraan tentang proyek mereka. hampir satu jam mereka berbincang dan akhirnya proyek itu di setujui oleh dua belah pihak.

Mr. Colbert menjabat tangan Daren lalu ia permisi pergi pesawat sudah menantinya.

" Dr. Kayla Laora apa bos butuh nomor handphone nya."

Daren menatap tajam Bram, lalu mengangguk setuju.

" kirimkan ke handphone ku " ucap Daren.

Dr. Kayla masih gadis pak, apa butuh bantuan untuk mendekatinya.

Pakkk,,, satu pukulan mendarat di kepala Bram, Bram mengaduh Daren lalu cerita jika anaknya yang ingin bertemu dan ia sudha berjanji pada Davina.

" Baik kalau gitu bos mau balik ke rumah sakit atau menemuinya."

" kamu saja yang hubungi minta dia datang ke rumah dengan alasan Davina apapun itu." ucap Daren, ia tak mau tau yang jelas ia mau sore ini Kayla bisa datang menemui sang puteri.

" Baiklah akan aku coba, ku bilang padanya duda arogan sedang mencari cinta." ucap Bram dengan tawa.

Bugh,,,, lagi-lagi Bram jadi bahan samsak tinju.

" tak ada yang bisa menggantikan Zira di hatiku selamanya."

" betul yang kamu katakan, tapi Zira telah pergi lihat lah puteri mu yang selalu berharap memiliki mama lagi. kamu jangan terlalu egois memikirkan hidup mu saja Daren, pikirkan Davina juga." Kini Bram menasehati sebagai seorang sahabat.

" Ngga perlu pikirkan aku, pikirkan kamu yang bujang tua itu kapan kamu menikah."

" masalahnya beda Daren, aku memang belum menikah belum ada yang cocok saja. "

" ngeles." umpat Daren lalu ia beranjak pergi dan kembali ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Davina tertidur pulas, mungkin efek dari obat tadi yang membuatnya terlelap.

" Bagaimana Davina ketika aku tinggal pergi ma."

" baik ia terus bercerita tentang dokter cantik itu, jangan lupa pertemukan dia." pinta mamanya, ia tak tega melihat cucu kesayangannya bersemangat.

" iya ma, aku pasti memenuhi janjiku." ucap Daren ia lalu duduk di sofa dan meluruskan kakinya. merebahkan tubuh mencoba terlelap.

Daren terbangun kala mimpi itu datang lagi, siang bolong ia bermimpi tentang Zira yang memberikan seorang wanita pada Daren. Di mimpi itu Zira tersenyum bahagia ketika Daren bisa memasukkan cincin ke jari kelingking wanita itu.

Daren menarik rambutnya kuat, mimpi itu selalu mengganggu nya tiap tidur. Di lihatnya Davina sudah bangun dan ada suster yang melepaskan infus Davina.

" papa ayo kita pulang." ajak Davina, ternyata Daren kali ini tidur cukup lama.

" papa belum mengurus administrasi kamu sayang." Daren beranjak.

" sudah mama yang urus, ayo kita pulang. Davina tak sabar ingin pulang." ucap mamanya membawa tas berisi beberapa pakaian milik Davina.

____

Davina terus merengek, ia menagih janji pada Daren untuk di pertemukan dengan dokter cantik. Daren langsung menghubungi Bram, kebetulan Bram sedang ada di mall. ia sedang belanja kebutuhan sehari-hari nya yang telah habis.

" aku lupa menelpon dokter Kayla." Bram meringis bisa di marah habis-habisan dia sama sang bos.

Bram segera membayar belanjaan nya, ia bergegas keluar dari mall. Bram langsung tertawa senang ia bertemu dengan Kayla yang akan masuk ke Mall.

" dokter Kayla." ucap Bram memanggil, Kayla lalu berhenti dari jalannya.

" iya saya, ada apa pak."

" wah kebetulan sekali, saya minta tolong dok teman saya sedang sakit dan ia butuh bantuan saat ini juga. ayo dok temui teman saya dokter, ia bisa mati kalau dokter tak datang."

" teman anda sakit apa. " Bram bingung menjawab.

" napas-napas, ya iya sakit napas sesak katanya dok. sama jantungnya terus berdebar tak karuan." Bram memaksa Kayla hingga akhirnya Kayla mau mengikuti Bram dengan berat hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status