Hujan masih membasahi sebagian besar kota, Rene masih berharap setidaknya hujan yang turun bisa membuat dirinya tenang dari hiruk pikuk keadaan yang memaksanya saat ini. Pikirannya melayang, menggoda setiap napas berat yang diambil oleh paru-parunya."Kau tidak akan bisa melupakanku, aku akan terus menghantui pikiran mu sampai kau bisa menjadi gila. Nama ku akan terukir terus menerus di nadi mu karena setiap napas yang kau miliki itu bukan milikmu. Itu adalah milikku dan selamanya adalah milikku."Kata-kata itu terus menyentak hatinya, membuat setiap tingkah lakunya menjadi tidak nyaman."Sialan." Umpat Rene dengan rendah.Rene memejamkan matanya dengan rasa pedih yang mulai menjalar.Itu bukanlah salahnya, hidupnya hancur bukanlah salah Rene. Rene hanya korban dan sekarang dia seharusnya bisa lebih bahagia.Rene meninggalkan segala sesuatu yang dia miliki di Inggris, cinta matinya dan sejumlah hal lain yang selama kurang lebih empat tahun menemaninya.Sekarang dia bukan lagi Renesmee
"Andai saat itu aku tahu bahwa itu adalah terakhir kalinya aku melihat mu, maka akan ku genggam tangan mu sekuat tenagaku. Akan ku bisikkan padamu bahwa aku mencintaimu.""Jadi kau sudah membawa semua yang kau butuhkan?" Shelly bertanya kepada keponakan satu-satunya itu.Rene mengangguk pelan, seakan-akan tidak ingin pergi."Kau tahu Rene, kau bisa membatalkan penerbangan ini.""Tidak. Aku tidak bisa melakukannya.""Tapi kau tidak terlihat menyukai perjalananmu kali ini. Kenapa tidak mengatakan sebenarnya?""Kau terlalu khawatir, aku akan baik-baik saja."Shelly akhirnya menarik napasnya, mengangguk perlahan. Tangannya mengelus kepala keponakannya itu."Setelah kau pulang dari Scotland, aku berjanji untuk memasak makanan kesukaan mu. Kita akan makan malam dengan menonton aktor favorit mu itu.""Oke, aku sangat tidak sabar untuk itu. Aku harus pergi, jaga dirimu baik-baik Shell."Rene mulai melangkah, tapi Shelly sempat memegang tangannya seakan-akan tidak rela keponakannya itu pergi."
Rene tidak ikut pesta sama sekali, dirinya begitu lelah karena perjalanan sehingga dirinya memutuskan untuk tidur.Saat masuk ke dalam kamarnya, ternyata di depan kamarnya ada Orlan yang tengah menunggunya."Hei." Orlan dengan salah tingkah menyapanya."Bukankah kau seharusnya pergi bersama Roby sayang?" Tanya Rene.Orlan menggaruk kepalanya dengan canggung, "tidak terlalu ingin keramaian.""Oh...""Kate menyuruhku menemani dirimu. Apa kau ingin aku pulang kembali ke kamarku atau...""Tidak, tinggallah."Orlan mengangguk masih dengan wajah yang malu-malu.Rene memasukkan kunci kamarnya diikuti oleh Orlan."Aku akan mandi dulu.""Oh ya, tentu..."Rene menghabiskan waktunya agak lama untuk mandi.Selesai mandi Rene melihat Orlan tengah tertidur di kamarnya.Rene menghampiri Orlan, ikut memeluknya seperti yang biasa mereka lakukan saat sedang menghabiskan waktu bersama."Jadi sudah selesai mandinya hm?""Ya.""Mak
Anthony menyukai pesta, dia begitu suka segala sesuatu yang memekakkan telinga agar dirinya bisa tahu bahwa saat itu dia masih hidup. Pesta menyadarkannya dari ketakutan kematiannya.Sahabatnya Bruno tengah berbicara tentang suatu hal yang membosankan mengenai bisnis mereka yang ada di Scotland. Anthony tidak butuh nasehat dari temannya itu, karena bisnis mereka jelas menjadi salah satu alasan mengapa Scotland masih bergantung kepada Anthony.Tidak ada pihak yang bisa menghalanginya. Karena jaringan bisnis Anthony telah meluas di sepanjang negara Eropa.Ya, Anthony adalah seorang mafia sekaligus CEO perusahaan yang bergerak dalam bidang pengadaan berlian, resort dan teknologi.Tidak akan ada yang bisa menangkapnya karena sebagian besar para pengusaha di benua Eropa menggunakan jasa Anthony. Teknologinya yang berbasis keamanan rumah dan perusahaan jelas sangat berguna bagi para pembisnis kancah dunia.Dan untuk pekerjaan kotor Anthony, dia menjalankan pekerjaan untuk pengadaan pembunuha
Itu dimulai dengan suara alarm yang membangunkan pagi Rene, hari terakhir di Scotland dan dia sangat antusias untuk kembali pulang ke rumahnya.Rene melihat kasur Kate yang sudah kosong, itu artinya Kate sudah mulai mencari sarapan.Pesta yang diselenggarakan di bar itu sangat luar biasa, Rene hampir terbawa suasana untuk ikut mabuk tapi untungnya Orlan mencegahnya.Mengenai Orlan, kekasihnya itu benar-benar orang yang sangat baik hati. Dirinya tidak segan-segan menasehati bahkan mengantarkan teman-teman mereka pulang kembali ke hotel dengan selamat.Setelah mereka memastikan semua teman-temannya masuk ke dalam kamar mereka, Orlan mengantar Rene sampai ke kamar Rene. Mencium dahinya dan mengucapkan selamat malam dengan suara beratnya.Orlan tidak pernah mabuk, hampir tidak pernah mabuk jika itu di dekat Rene. Yang Rene ketahui, Orlan tidak ingin mabuk disampingnya karena Rene pasti akan merasa tidak nyaman.Ucapan Orlan kembali m
Cuaca yang cerah di Scotland tidak terasa menyenangkan bagi Dyana. Saat ini dirinya tengah berada di sebuah jalanan kota yang terhimpit oleh sesaknya gedung-gedung pencakar langit.Dyana bersenandung sedih dalam perjalanannya menuju tempat masa kecilnya itu.Kepergian Dyana jelas tidak diketahui oleh siapapun bahkan oleh Jason kekasihnya. Mungkin sebentar lagi akan ada cekcok diantara mereka berdua tapi Dyana tidak peduli.Dia hanya ingin melihat rumah yang menjadi tempat dirinya tumbuh, melihat adiknya dan melihat neneknya.Lamunannya terbawa oleh masa kelam dimana lima tahun yang lalu, saat usianya baru tujuh belas tahun dirinya menjadi tulang punggung keluarganya.Ayahnya terlalu brengsek dan ibunya harus menanggung segala rasa sakit karena menikahi pria yang berhati seperti iblis.Ibunya meninggal ketika Dyana berumur sepuluh tahun, meninggalkan Dyana untuk mengurusi adik dan neneknya.Dyana putus sekolah saat itu, kerja serabutan demi memberikan hidup yang layak untuk adik perempu
Saat itu, hampir tiga bulan Dyana terperangkap dalam jerat kehidupan Jason. Dyana yang terpenjara tidak pernah boleh keluar dari mansion. Tidak boleh berbicara pada siapapun selain orang-orang yang dipercaya dan dikenal oleh Jason.Rasa itu membuatnya gila, Dyana gila karena terperangkap dalam kemewahan bukanlah hidupnya. Hidupnya selama ini bebas, tidak dipenuhi aturan yang mengekang.Tapi bersama Jason? Dia tidak boleh memiliki kebebasan itu semua. Hanya Jason yang boleh menentukan hidup Dyana.Karena sudah muak dengan segalanya, termasuk dengan Jason yang bungkam pada hubungan mereka akhirnya Dyana pergi dari mansion, kabur tanpa membawa apapun selain telepon dan dompet miliknya.Dyana tidak peduli lagi mengenai Jason yang marah, Dyana tidak peduli lagi jika pada akhirnya adiknya atau neneknya akan sengsara lagi karena ulahnya. Sebab pada akhirnya Dyana lah yang menanggung emosi dan tekanan batin.Mansion mewah itu sendiri berada di salah satu pulau pribadi di Scotland dan dikelilin
Dyana berhenti untuk mengambil napasnya, sesak di rasakan olehnya. Airmatanya memupuk menyedihkan.Saat itu pintu toko bunga terbuka, adik Dyana, Jessica terlihat sedang menata ulang bunga-bunga yang segar itu.Jessica terlihat cantik, dia sudah tumbuh menjadi gadis dewasa. Dan Dyana tidak pernah bisa melihat perubahannya.Dyana tercekat karena kenyataan itu, adiknya tidak pernah tahu pekerjaan apa yang dilakukan olehnya. Adiknya hanya tahu bahwa Dyana tidak bisa menemuinya, sampai batas waktu yang ditentukan.Jason hanya memperbolehkan Dyana menghubungi adiknya itu ketika Jason ada di sampingnya. Jadi komunikasi mereka tidak pernah seintensif itu.Jessica sangat sehat, tumbuh tinggi dengan rambut hitam legamnya yang luar biasa.Dyana ingin mendekat, mengusapkan tangannya ke rambut adik perempuannya itu tapi dia tidak bisa melakukannya.Tangisan Dyana membuat Jessica seperti bisa merasakannya, Jessica terlihat menoleh ke sekelilingnya. Dan saat itu Jessica berbalik, menatap Dyana yang