"Apa sudah selesai semuanya? Kau sudah mengemasi barang-barang yang kau butuhkan?"Rene mengangguk dan menunjukkan pada Orlan tas kecil yang selalu menjadi kesukaannya. Rene tersenyum kepada Orlan, "hanya ini saja barang-barang yang ku butuhkan.""Di tas sekecil itu?"Orlan dengan tatapan tak percaya bertanya kepada Rene yang terlihat bahagia."Aku hanya butuh kenangan-kenangan tentang bibi Shelly dan dirimu."Orlan tersenyum melihat tingkah Rene, bagaimana pun dia terlihat bahagia.Rene sudah melalui semua yang terjadi dengan tabah dan kuat, maka Orlan harus terus mendukungnya.Orlan memang merindukan Renesmee yang selalu tersenyum dan bahagia. Tapi kini semuanya perlu waktu, Rene perlu waktu untuk bisa terus menghilangkan rasa traumanya."Kau yakin hanya butuh itu?""Aku yakin."Orlan mengangguk dan segera setelah itu mereka pergi dari rumah Rene.Rene melihat rumah itu lagi setelah Orlan menguncinya."Aku akan sangat merindukan rumah ini.""Aku tahu. Tapi aku yakin kau tidak aman j
Rene melihat dirinya melalui cermin yang ada di kamarnya. Rene bisa melihat bayangan dirinya yang lesu, memiliki lingkaran hitam di matanya dan pucat.Akhir-akhir ini mimpi tentang pulau itu, Anthony dan anak-anaknya menghampirinya setiap kali Rene memejamkan matanya.Dalam mimpi itu, Rene bisa melihat anak-anaknya dan Anthony saling menatapnya dengan penuh kebencian. Mereka menggumamkan kata-kata yang tidak dapat di dengar oleh Rene, tapi jelas Rene bisa merasakan rasa sakit mengendap di hatinya ketika dia melihat wajah-wajah mereka.Mengerti bahwa tidurnya tidak akan nyenyak karena dihantui oleh wajah-wajah itu, Rene akhirnya memutuskan untuk terjaga semalaman dengan membaca buku-buku yang dia bawa dari rumahnya.Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Anthony mencarinya. Dia sempat khawatir bahwa apa yang dia lakukan saat itu mungkin membuat Anthony terluka parah.Kenangan sebelum Rene kabur terlintas di kepalanya. Dia benar-benar tidak pernah merencanakan untuk menusuk kaki Anthony
"Apa kau ingin di temani?" Kalimat penuh tanda tanya itu dilontarkan oleh Orlan ketika mereka sampai di tempat yang telah dijanjikan oleh ibu Rene untuk bertemu dengannya."Aku tidak butuh di temani, kau tahu aku sudah dewasa." Jawab Rene dengan senyum mencoba meyakinkan Orlan.Orlan memandanginya dengan tidak yakin, Rene tahu bahwa pria itu sangat khawatir kepadanya dan inilah yang dia selalu lakukan setiap saat.Desahan napas Orlan yang terlihat kecewa membuat Rene sedikit merasa menyesal. Tapi dengan anggukan kecil itu, Rene tahu bahwa pria yang ada di hadapannya ini akan menyadari betapa pentingnya pertemuan ini."Aku akan duduk di sebrang sana dan jika kau merasa tidak nyaman atau terjadi sesuatu. Aku mohon untuk memanggilku. Apa kau mengerti?"Rene mengangguk dan dengan itu Orlan mengecup telapak tangannya dengan lembut. Dia pergi dan meninggalkan Rene sendirian disana.Rene duduk di tempat yang sudah dia dan ibunya sepakati, jam dinding sudah menunjukan waktu bahwa ibunya akan
Rene berjalan menuju sisi taman yang basah, hujan deres yang mengguyur kota membuat beberapa jalanan tergenang air.Jaket yang Rene kenakan tidak bisa menghalangi dinginnya udara atau mungkin kelembaban udara yang menusuk kulitnya.Rene menatap beberapa orang yang juga sedang berjalan sambil memegang kopi panas atau beberapa anak-anak yang memainkan bermain air hujan dengan menciprati temannya yang lainnya.Rene tersenyum melihat pemandangan itu, ulu hatinya nyeri melihat raut polos anak-anak yang sedang bermain tanpa adanya beban. Rene bertanya-tanya apakah anak-anaknya akan seperti itu juga?Ataukah Anthony membesarkan kedua anaknya dengan cara yang berbeda? Bisakah anak-anaknya hidup normal seperti anak-anak lainnya?Pikiran itu membuatnya pusing dan pada akhirnya dia memilih duduk di bangku taman yang tidak terkena air sama sekali.Rene menyadari sudah hampir satu bulan sejak dirinya pergi dari pulau.Dan sampai hari ini, belum ada tanda-tanda Anthony mencari keberadaannya. Rene b
Angin malam membuat banyak orang ragu-ragu untuk pergi ke luar dari rumahnya, tapi tidak bagi Anthony yang masih kuat untuk duduk di bangku dekat balkon.Wajahnya mengeras ketika mengingat pengkhianatan Renesmee.Wanita itu meninggalkannya, dia tidak merasa sakit sama sekali. Tapi wanita itu dengan beraninya meninggalkan anak-anaknya.Alan dan Rosseanne akhir-akhir ini sering menangis tanpa sebab, ketika Anthony membawa dokter ke rumah. Mereka mengatakan padanya bahwa anak-anaknya mengalami demam.Anthony langsung membenci Renesmee saat itu, dia bukan hanya menyakiti hati dan fisiknya. Tapi Rene juga menyakiti anak-anaknya.Anthony masih mengingat bagaimana Rene yang menusuk pisau ke arah paha kakinya. Rene menyakitinya dan pergi dari pulau ini dengan sembrono, meninggalkan dirinya dan anak-anak mereka.Janji yang mereka buat, cinta yang mereka gaungkan di setiap sisi pulau hanyalah sebuah fiksi.Rene tidak pernah mencintainya, dia membohongi semuanya. Dia berpura-pura dan berakting
Hujan masih membasahi sebagian besar kota, Rene masih berharap setidaknya hujan yang turun bisa membuat dirinya tenang dari hiruk pikuk keadaan yang memaksanya saat ini. Pikirannya melayang, menggoda setiap napas berat yang diambil oleh paru-parunya."Kau tidak akan bisa melupakanku, aku akan terus menghantui pikiran mu sampai kau bisa menjadi gila. Nama ku akan terukir terus menerus di nadi mu karena setiap napas yang kau miliki itu bukan milikmu. Itu adalah milikku dan selamanya adalah milikku."Kata-kata itu terus menyentak hatinya, membuat setiap tingkah lakunya menjadi tidak nyaman."Sialan." Umpat Rene dengan rendah.Rene memejamkan matanya dengan rasa pedih yang mulai menjalar.Itu bukanlah salahnya, hidupnya hancur bukanlah salah Rene. Rene hanya korban dan sekarang dia seharusnya bisa lebih bahagia.Rene meninggalkan segala sesuatu yang dia miliki di Inggris, cinta matinya dan sejumlah hal lain yang selama kurang lebih empat tahun menemaninya.Sekarang dia bukan lagi Renesmee
"Andai saat itu aku tahu bahwa itu adalah terakhir kalinya aku melihat mu, maka akan ku genggam tangan mu sekuat tenagaku. Akan ku bisikkan padamu bahwa aku mencintaimu.""Jadi kau sudah membawa semua yang kau butuhkan?" Shelly bertanya kepada keponakan satu-satunya itu.Rene mengangguk pelan, seakan-akan tidak ingin pergi."Kau tahu Rene, kau bisa membatalkan penerbangan ini.""Tidak. Aku tidak bisa melakukannya.""Tapi kau tidak terlihat menyukai perjalananmu kali ini. Kenapa tidak mengatakan sebenarnya?""Kau terlalu khawatir, aku akan baik-baik saja."Shelly akhirnya menarik napasnya, mengangguk perlahan. Tangannya mengelus kepala keponakannya itu."Setelah kau pulang dari Scotland, aku berjanji untuk memasak makanan kesukaan mu. Kita akan makan malam dengan menonton aktor favorit mu itu.""Oke, aku sangat tidak sabar untuk itu. Aku harus pergi, jaga dirimu baik-baik Shell."Rene mulai melangkah, tapi Shelly sempat memegang tangannya seakan-akan tidak rela keponakannya itu pergi."
Rene tidak ikut pesta sama sekali, dirinya begitu lelah karena perjalanan sehingga dirinya memutuskan untuk tidur.Saat masuk ke dalam kamarnya, ternyata di depan kamarnya ada Orlan yang tengah menunggunya."Hei." Orlan dengan salah tingkah menyapanya."Bukankah kau seharusnya pergi bersama Roby sayang?" Tanya Rene.Orlan menggaruk kepalanya dengan canggung, "tidak terlalu ingin keramaian.""Oh...""Kate menyuruhku menemani dirimu. Apa kau ingin aku pulang kembali ke kamarku atau...""Tidak, tinggallah."Orlan mengangguk masih dengan wajah yang malu-malu.Rene memasukkan kunci kamarnya diikuti oleh Orlan."Aku akan mandi dulu.""Oh ya, tentu..."Rene menghabiskan waktunya agak lama untuk mandi.Selesai mandi Rene melihat Orlan tengah tertidur di kamarnya.Rene menghampiri Orlan, ikut memeluknya seperti yang biasa mereka lakukan saat sedang menghabiskan waktu bersama."Jadi sudah selesai mandinya hm?""Ya.""Mak