Share

Bab 3

Penulis: Rayana Wheen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rene tidak ikut pesta sama sekali, dirinya begitu lelah karena perjalanan sehingga dirinya memutuskan untuk tidur.

Saat masuk ke dalam kamarnya, ternyata di depan kamarnya ada Orlan yang tengah menunggunya.

"Hei." Orlan dengan salah tingkah menyapanya.

"Bukankah kau seharusnya pergi bersama Roby sayang?" Tanya Rene.

Orlan menggaruk kepalanya dengan canggung, "tidak terlalu ingin keramaian."

"Oh..."

"Kate menyuruhku menemani dirimu. Apa kau ingin aku pulang kembali ke kamarku atau..."

"Tidak, tinggallah."

Orlan mengangguk masih dengan wajah yang malu-malu.

Rene memasukkan kunci kamarnya diikuti oleh Orlan.

"Aku akan mandi dulu."

"Oh ya, tentu..."

Rene menghabiskan waktunya agak lama untuk mandi.

Selesai mandi Rene melihat Orlan tengah tertidur di kamarnya.

Rene menghampiri Orlan, ikut memeluknya seperti yang biasa mereka lakukan saat sedang menghabiskan waktu bersama.

"Jadi sudah selesai mandinya hm?"

"Ya."

"Maka tidurlah bersamaku."

Rene menyetujuinya dengan terus mengeratkan pelukannya tapi ternyata ucapan Kate membuatnya sedikit bimbang.

"Kau tahu sayang? Kate bilang dirimu dan diriku harus saling tidur bersama."

Orlan tampaknya tidak terganggu dengan ucapan Kate dan malah terkekeh.

"Kau tahu seperti apa sifat Kate, dia adalah orang yang sok tahu."

"Jadi kau tidak?"

"Tentu saja tidak sayang, aku sama sekali tidak pernah ada pemikiran seperti itu kepadamu."

"Mengapa?"

"Karena aku mencintaimu dengan tulus, bukan karena perasaan seperti itu."

Rene menatap mata Orlan dengan tajam.

"Dengar sayang, aku mencintaimu dengan cinta yang benar-benar tulus. Aku tidak ingin merusak apapun yang kau miliki karena aku berpikir untuk hidup bersama denganmu. Ingat bahwa aku berjanji untuk menikahi mu setelah kita lulus kuliah suatu saat nanti? Itu adalah bukti bahwa kau lebih dari sekedar berharga."

Orlan mengusap rambut Rene dengan penuh kasih sayang.

"Lebih dari itu, aku merasa bahwa kita ditakdirkan untuk bersama. Menjadi tua dan membesarkan anak dan cucu kita. Kau ingin menjadi dokter? Maka kejarlah cita-cita mu. Itu yang selama ini kita yakini kan? Percaya bahwa kita memiliki takdir Tuhan yang bisa membuat kita melalui semua yang ada di dunia ini."

Rene merasakan kesedihan luar biasa ketika Orlan mengatakan hal seperti itu. Entah mengapa Rene merasa bahwa mungkin saat inilah dirinya dan Orlan akan bersama meskipun mereka tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

"Orlan, aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena memiliki pria seperti mu."

Orlan mengecup pipi Rene, "tentu saja. Sekarang tidurlah, akan banyak kegiatan esok hari."

Mereka berdua berpelukan malam itu, saling berdoa semoga itu semua bukanlah hal yang akan membuat mereka berpisah.

*****

Hari ini adalah hari keenam mereka berada di Scotland. Tinggal menyisakan satu hari saja bagi mereka untuk merasakan suasana di negara berangin itu.

Rene tengah duduk sambil memijat pelan kakinya, rasanya pegal setelah dirinya di haruskan memanjat bukit di Scotland untuk mengamati banyak hal.

Kate sedang pergi untuk mengambil air minum atau mencari makanan ringan untuk mereka.

Orlan belum terlihat tapi pastinya dia akan terlihat sebentar lagi.

Guru-guru yang mendampingi mereka turun dari bukit dan menyuruh mereka berkumpul.

Seluruh anak-anak berkumpul menjadi satu dengan membentuk setengah lingkaran.

"Jadi kita sudah mendekati akhir dari perjalanan kita di negara ini, dua hari yang lalu para guru kalian sudah meminta kalian mengerjakan tugas dari kelompok masing-masing..."

Para teman-teman Rene mengangguk setuju.

"Dan setelah kami tinjau lebih teliti lagi, kami menemukan satu pekerjaan kalian yang sangat detail dan teliti."

"Ouhhhh!" Seruan heboh diantara teman-teman Rene.

"Kalian tahu itu siapa?"

"Rene?" Kate menjawab dengan nada tinggi yang membuat orang-orang disekelilingnya menatap ke arah Rene.

"Ya! Pintar sekali, Rene kemarilah nak." Gurunya memanggil Rene untuk melangkah maju.

Rene maju ke depan kerumunan itu, semua orang membuat sorakan untuk Rene.

"Kau sungguh hebat nak! Pengamat yang sangat hebat! Aku hampir tidak bisa menemukan kata-kata untuk kesempurnaan tugasmu!"

Guru Rene menepuk pundak Rene, lalu mengucapkan banyak nasehat dan itu membuat Rene tersipu.

"Tentu saja Rene, dia adalah kebanggaan kita kan!" Roby berseru sambil mendorong Orlan untuk menggodanya.

Rene kembali ke barisan dan Orlan mendekatinya.

"Ada hadiah yang menanti sepertinya."

Orlan menyeringai dan Rene hanya menepuk pundaknya.

Para guru membebaskan para muridnya untuk pergi ke sekitar bukit itu, namun karena lelah mendaki para teman-teman Rene tidak berniat untuk pergi ke manapun.

"Kau ingin pulang sayang?" Tanya Orlan dengan perhatian.

"Aku lelah, kau tahu sepertinya kaki ku mati rasa."

Orlan terkekeh mendengar perkataan kekasihnya itu.

"Mau ku gendong?"

"Serius?"

Orlan duduk di bawah kaki Rene, mengangkat kaki Rene dan menekannya perlahan.

Orlan juga membuka alas sepatu Rene, kaki Rene yang bengkak membuat Orlan merasa kasihan.

"Kau tahu? Jika kau sudah tidak sanggup melakukan sesuatu maka jangan lakukan hal apapun."

"Hanya bukit, tentu saja aku bisa melakukannya."

Rene menggeleng sambil mengerucutkan bibirnya.

Orlan memijatnya pelan, penuh kasih sayang. Adegan itu membuat para teman-teman Rene terutama Roby dan Kate heboh.

Tidak bisa dipungkiri, Rene dan Orlan adalah pasangan paling romantis di sekolahan mereka.

Orlan berbalik masih dengan posisi duduk.

"Ayo naik ke punggungku, aku akan menggendong mu sampai ke bus."

Siulan teman-teman Rene membuat Rene memerah.

Rene mengangguk meletakkan badannya ke punggung Orlan.

Orlan memang bukan tipe pria berbadan besar tapi Orlan memiliki badan yang kokoh untuk menopang Rene.

Sepanjang perjalanan menuju bus, Rene dan Orlan digoda oleh banyak pihak termasuk guru mereka sendiri.

Bahkan banyak yang meramalkan kisah cinta Orlan dan Rene akan menjadi kisah cinta paling menakjubkan di masa depan.

*****

Rene tertidur begitu sampai di bus, perjalanan menuju hotel dari bukit memakan waktu yang cukup lama.

Orlan menatap kekasihnya yang sedang tertidur itu. Kekasih yang dia yakini akan menjadi pilihan di masa depannya.

Kekasihnya begitu nyenyak dalam tidurnya, mata cokelat hangatnya melebur tertutup dengan bulu mata yang lentik.

Orlan tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa Rene. Tangannya terulur mendekati wajah cantik Rene, mengelusnya perlahan tidak ingin membangunkannya dan mulai mengagumi ciptaan Tuhan.

Selama ini ada ketakutan bagi Orlan, ketakutan apakah dia bisa hidup dengan Rene dimasa depan, apakah Rene akan memilihnya untuk menjadi tempat paling akhir penantian panjang hidupnya?

Rasanya sesak jika Rene tidak memilihnya, tidak bisa dimilikinya. Orlan juga berpikir apakah Tuhan menciptakan Rene untuk dirinya? Atau Orlan hanya diciptakan sebagai salah satu tempat cerita cinta Rene dimulai?

Orlan tidak tahu masa depan, tidak tahu seperti apa Tuhan akan memisahkan atau mendekatkan dirinya dan Rene.

*****

Jason melangkah menuju kamar hotelnya, saat masuk dia tidak bisa menemukan Dyana sama sekali. Tiba-tiba ketakutan akan Dyana yang meninggalkannya muncul.

Jason mengijinkan Dyana untuk pergi keluar dari kamar, tapi tidak boleh sampai pergi dari hotel ini.

Mungkinkah?

Mungkinkah wanita sialan itu kabur?

Jason menghembuskan napasnya dengan tergesa-gesa, jika Dyana kabur maka dia akan menghancurkan segala hal yang berkaitan dengan wanita itu. Akan menghancurkan adik perempuan Dyana, neneknya bahkan siapapun itu.

Jason membuka telfonnya untuk mengabarkan Dyana yang kabur, tapi kemudian sepasang lengan memeluk tubuhnya.

"Ada apa Jase? Kau terlihat cemas?"

Jason mencengkram tangan Dyana dengan penuh kekuatan.

"Darimana saja kau ini? Sudah ku bilang bukan! Kau boleh pergi tapi kembalilah sebelum aku pulang ke rumah!"

Dyana merasakan amarah menyulutnya akibat kata-kata Jason.

"Apa maksudmu? Aku sudah ada di hadapanmu saat ini!" Alih-alih membuat suara yang bisa menenangkan Jason, Dyana malah ikut meninggikan suaranya.

Jason mengernyitkan dahinya, tidak pernah sekalipun dalam hidupnya Dyana berhasil meninggikan suaranya di depan mukanya.

"Sialan kau!" Suara tamparan memenuhi ruangan itu. Jason menampar Dyana dengan tenaga yang begitu kencang, membuat Dyana terhempas dan sisi mulutnya sobek.

"Kau berani melawanku? Sejak kapan!"

Jason menjambak Dyana, tidak memperdulikan suara kesakitan kekasihnya itu.

Saat menatap Dyana yang terdiam saja, Jason merasakan amarahnya surut. Kekasihnya itu terlihat begitu menyedihkan. Matanya berkantung, memerah dan sudut bibirnya pecah akibat tamparannya.

Karena kasihan Jason melepaskan Dyana, menghembuskan nafasnya perlahan dan mencoba tenang.

Dyana sendiri tidak melakukan apapun. Hanya duduk tanpa mencoba melawan ataupun memulai percakapan.

Keheningan berlangsung lama, Jason yang tidak ingin membuat kekacauan lagi mendekati Dyana, memeluknya dan mengucapkan beribu maaf.

Dyana hanya mengangguk, terlalu lelah untuk mengatakan apapun karena sejatinya dirinya tahu, Jason tidak akan pernah berubah. Jason tetaplah pria yang tidak ingin siapapun mengalahkannya terutama Dyana.

"Jangan lakukan itu lagi, aku tidak bisa membayangkan pulang ke kamarku tanpa ada dirimu." Lirih Jason.

"Tapi aku bukan istrimu Jase."

"Tapi aku kekasihmu dan kau adalah milikku. Apapun yang kau lakukan, itu harus dengan ijinku."

"Ya."

"Apakah itu sakit?"

Jason mengusap lembut wajah Dyana, menekan lemah ke luka yang sudah di timbulkan olehnya.

"Kapan kita akan pulang?" Tanya Dyana pada Jason yang tengah sibuk memeriksanya.

"Apa kau tidak betah tinggal disini?"

"Tidak, aku tidak mengatakan hal itu. Aku hanya bertanya kapan kawan baikmu itu membawa kita pulang?"

Jason terlihat kecewa ketika Dyana mengatakan hal itu.

"Aku tidak tahu, Bruno bilang pulang esok hari. Tapi kau tahu Anthony hanya akan pulang jika urusannya selesai."

"Apa urusannya sangat penting sampai Anthony membawa kau dan Bruno ikut bersamanya?"

"Kau tahu tidak ada yang mengenal Scotland sebaik diriku dan itu adalah alasannya."

Dyana mengangguk kecil tidak lagi ingin tahu mengenai urusan Jason dan kedua sahabat baiknya itu.

Bunyi handphone Jason terdengar, Jason mengangkatnya.

Setelah beberapa percakapan, Jason kembali melirik Dyana.

"Apa kau ingin pergi ke bar dekat sini? Aku bisa membawamu jika kau menginginkannya."

Dyana terlihat cerah begitu mendengar Jason tidak lagi memenjarakannya di dalam kamar mereka.

"Kau serius?"

"Ya. Jika kau berjanji untuk tidak kabur dan tidak menghilang dari pandanganku."

Dyana terlihat senang, sambil berdiri Dyana mengecup pipi Jason.

"Tentu saja aku ingin pergi, aku janji padamu aku tidak akan melakukan hal apapun yang membuatmu kesal."

"Baiklah, bersiap-siaplah. Aku akan menjemputmu dalam dua puluh menit."

Jason mencium bibir Dyana dengan penuh gairah.

Dyana merasa sesak, masih tidak bisa menerima bahwa dirinya harus berpura-pura menikmati segala perlakuan Jason.

Jason menyatukan dahi mereka, "aku akan menemui Bruno dan Anthony."

"Oke."

Bab terkait

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 4

    Anthony menyukai pesta, dia begitu suka segala sesuatu yang memekakkan telinga agar dirinya bisa tahu bahwa saat itu dia masih hidup. Pesta menyadarkannya dari ketakutan kematiannya.Sahabatnya Bruno tengah berbicara tentang suatu hal yang membosankan mengenai bisnis mereka yang ada di Scotland. Anthony tidak butuh nasehat dari temannya itu, karena bisnis mereka jelas menjadi salah satu alasan mengapa Scotland masih bergantung kepada Anthony.Tidak ada pihak yang bisa menghalanginya. Karena jaringan bisnis Anthony telah meluas di sepanjang negara Eropa.Ya, Anthony adalah seorang mafia sekaligus CEO perusahaan yang bergerak dalam bidang pengadaan berlian, resort dan teknologi.Tidak akan ada yang bisa menangkapnya karena sebagian besar para pengusaha di benua Eropa menggunakan jasa Anthony. Teknologinya yang berbasis keamanan rumah dan perusahaan jelas sangat berguna bagi para pembisnis kancah dunia.Dan untuk pekerjaan kotor Anthony, dia menjalankan pekerjaan untuk pengadaan pembunuha

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 5

    Itu dimulai dengan suara alarm yang membangunkan pagi Rene, hari terakhir di Scotland dan dia sangat antusias untuk kembali pulang ke rumahnya.Rene melihat kasur Kate yang sudah kosong, itu artinya Kate sudah mulai mencari sarapan.Pesta yang diselenggarakan di bar itu sangat luar biasa, Rene hampir terbawa suasana untuk ikut mabuk tapi untungnya Orlan mencegahnya.Mengenai Orlan, kekasihnya itu benar-benar orang yang sangat baik hati. Dirinya tidak segan-segan menasehati bahkan mengantarkan teman-teman mereka pulang kembali ke hotel dengan selamat.Setelah mereka memastikan semua teman-temannya masuk ke dalam kamar mereka, Orlan mengantar Rene sampai ke kamar Rene. Mencium dahinya dan mengucapkan selamat malam dengan suara beratnya.Orlan tidak pernah mabuk, hampir tidak pernah mabuk jika itu di dekat Rene. Yang Rene ketahui, Orlan tidak ingin mabuk disampingnya karena Rene pasti akan merasa tidak nyaman.Ucapan Orlan kembali m

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 6

    Cuaca yang cerah di Scotland tidak terasa menyenangkan bagi Dyana. Saat ini dirinya tengah berada di sebuah jalanan kota yang terhimpit oleh sesaknya gedung-gedung pencakar langit.Dyana bersenandung sedih dalam perjalanannya menuju tempat masa kecilnya itu.Kepergian Dyana jelas tidak diketahui oleh siapapun bahkan oleh Jason kekasihnya. Mungkin sebentar lagi akan ada cekcok diantara mereka berdua tapi Dyana tidak peduli.Dia hanya ingin melihat rumah yang menjadi tempat dirinya tumbuh, melihat adiknya dan melihat neneknya.Lamunannya terbawa oleh masa kelam dimana lima tahun yang lalu, saat usianya baru tujuh belas tahun dirinya menjadi tulang punggung keluarganya.Ayahnya terlalu brengsek dan ibunya harus menanggung segala rasa sakit karena menikahi pria yang berhati seperti iblis.Ibunya meninggal ketika Dyana berumur sepuluh tahun, meninggalkan Dyana untuk mengurusi adik dan neneknya.Dyana putus sekolah saat itu, kerja serabutan demi memberikan hidup yang layak untuk adik perempu

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 7

    Saat itu, hampir tiga bulan Dyana terperangkap dalam jerat kehidupan Jason. Dyana yang terpenjara tidak pernah boleh keluar dari mansion. Tidak boleh berbicara pada siapapun selain orang-orang yang dipercaya dan dikenal oleh Jason.Rasa itu membuatnya gila, Dyana gila karena terperangkap dalam kemewahan bukanlah hidupnya. Hidupnya selama ini bebas, tidak dipenuhi aturan yang mengekang.Tapi bersama Jason? Dia tidak boleh memiliki kebebasan itu semua. Hanya Jason yang boleh menentukan hidup Dyana.Karena sudah muak dengan segalanya, termasuk dengan Jason yang bungkam pada hubungan mereka akhirnya Dyana pergi dari mansion, kabur tanpa membawa apapun selain telepon dan dompet miliknya.Dyana tidak peduli lagi mengenai Jason yang marah, Dyana tidak peduli lagi jika pada akhirnya adiknya atau neneknya akan sengsara lagi karena ulahnya. Sebab pada akhirnya Dyana lah yang menanggung emosi dan tekanan batin.Mansion mewah itu sendiri berada di salah satu pulau pribadi di Scotland dan dikelilin

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 8

    Dyana berhenti untuk mengambil napasnya, sesak di rasakan olehnya. Airmatanya memupuk menyedihkan.Saat itu pintu toko bunga terbuka, adik Dyana, Jessica terlihat sedang menata ulang bunga-bunga yang segar itu.Jessica terlihat cantik, dia sudah tumbuh menjadi gadis dewasa. Dan Dyana tidak pernah bisa melihat perubahannya.Dyana tercekat karena kenyataan itu, adiknya tidak pernah tahu pekerjaan apa yang dilakukan olehnya. Adiknya hanya tahu bahwa Dyana tidak bisa menemuinya, sampai batas waktu yang ditentukan.Jason hanya memperbolehkan Dyana menghubungi adiknya itu ketika Jason ada di sampingnya. Jadi komunikasi mereka tidak pernah seintensif itu.Jessica sangat sehat, tumbuh tinggi dengan rambut hitam legamnya yang luar biasa.Dyana ingin mendekat, mengusapkan tangannya ke rambut adik perempuannya itu tapi dia tidak bisa melakukannya.Tangisan Dyana membuat Jessica seperti bisa merasakannya, Jessica terlihat menoleh ke sekelilingnya. Dan saat itu Jessica berbalik, menatap Dyana yang

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 9

    "Pak, seseorang mengirimkan hadiah untukmu."Alex yang saat itu tengah berjalan keluar dari koridor dihentikan oleh seorang murid yang mengatakan bahwa dia mendapatkan sebuah bunga dari seseorang.Alex tersenyum, "dari siapa itu Tommy?""Entahlah... Dia tidak mengatakan apapun dan hanya ingin kau mengambilnya."Senyum Alex hilang dan digantikan dengan tatapan cemas."Tommy, apa yang sudah ku katakan padamu? Jangan pernah berbicara dengan orang asing, apalagi mau diberikan sesuatu oleh orang asing.""Tapi dia bukan orang asing Pak.""Apa maksudmu?""Dia mengatakan sangat mengenalmu dan itu jelas untukmu. Alex Mylson."Kerutan di dahi Alea kembali terlihat."Apa lagi yang dia katakan?""Dia mengatakan bahwa kau sudah memenuhi janjimu untuk menjadi guru dan itu sangat keren!"Mendengar hal itu Alex langsung mengambil hadiah yang dipegang oleh anak muridnya itu.Dan benar saja, kata-kata dibelakang kotak hadiah itu membuat jantung Alex terhenti.Kau hebat, sudah bisa menggapai salah satu i

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 10

    Dyana berjalan dengan tatapan kosong di bawah ruko-ruko yang menjulang tinggi itu, disisi kanannya kantong plastik yang berisi barang-barang pokok untuk keluarganya terasa berat.Nyonya Merlin memberikan banyak uang dan bonus tambahan untuk Dyana, sehingga kali ini tidak butuh lama bagi dirinya untuk bisa membawakan adiknya makanan yang layak.Saat dirinya sampai di depan rumah, Dyana membuka pintu dan melihat adiknya menangis. Jessica menangis karena neneknya yang sedang memukulinya."Apa-apaan ini?!" Teriak Dyana menghentikan neneknya. Neneknya menghentikan pukulannya pada adik Dyana tapi dia bisa melihat neneknya menahan amarah yang teramat sangat begitu dia melihat Dyana."Jadi kau sudah pulang hah?!" Raung neneknya.Neneknya menghampiri Dyana, memegang erat jaket yang dipakai Dyana."Mengapa kau melakukan ini Dyana? Katakan pada nenek mengapa kau tega melakukan ini pada kami! Apakah aku pernah mengajarimu melakukan hal yang menjijikan seperti ini?!" Teriak neneknya sambil menangi

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 11

    Saat menyadari bahwa Dyana tidak beranjak sama sekali dari tempat duduknya saat itulah Alex kembali bertanya."Apakah kau tidak ingin pulang ke rumah atau bagaimana?""Aku punya.""Lalu?""Aku tidak bisa pulang.""Tapi mengapa?"Melihat Dyana yang hanya diam, Alex menghembuskan napasnya."Jika kau tidak ingin mengatakan alasannya tidak apa-apa, aku bisa mengerti-""Karena aku diusir." Potong Dyana."Aku tidak bisa pulang ke rumah ku saat ini karena nenek ku sudah tidak ingin melihat wajahku lagi.""Oh...""Aku sudah tidak punya siapapun selain nenek dan adik perempuan ku tapi saat ini mereka tidak bisa menerimaku."Alex yang masih duduk mulai bersandar dan mengubah posisinya seperti Dyana."Tapi apa alasannya? Mengapa nenekmu tidak ingin melihatmu padahal kau adalah cucunya?"Dyana tidak ingin membicarakan ini dengan siapapun terutama dengan pria asing yang baru dikenalnya itu, tapi dia entah mengapa bisa merasakan keamanan aneh dari pria yang sudah berada di sampingnya ini."Karena ak

Bab terbaru

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Epilog

    Angin malam membuat banyak orang ragu-ragu untuk pergi ke luar dari rumahnya, tapi tidak bagi Anthony yang masih kuat untuk duduk di bangku dekat balkon.Wajahnya mengeras ketika mengingat pengkhianatan Renesmee.Wanita itu meninggalkannya, dia tidak merasa sakit sama sekali. Tapi wanita itu dengan beraninya meninggalkan anak-anaknya.Alan dan Rosseanne akhir-akhir ini sering menangis tanpa sebab, ketika Anthony membawa dokter ke rumah. Mereka mengatakan padanya bahwa anak-anaknya mengalami demam.Anthony langsung membenci Renesmee saat itu, dia bukan hanya menyakiti hati dan fisiknya. Tapi Rene juga menyakiti anak-anaknya.Anthony masih mengingat bagaimana Rene yang menusuk pisau ke arah paha kakinya. Rene menyakitinya dan pergi dari pulau ini dengan sembrono, meninggalkan dirinya dan anak-anak mereka.Janji yang mereka buat, cinta yang mereka gaungkan di setiap sisi pulau hanyalah sebuah fiksi.Rene tidak pernah mencintainya, dia membohongi semuanya. Dia berpura-pura dan berakting

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 103

    Rene berjalan menuju sisi taman yang basah, hujan deres yang mengguyur kota membuat beberapa jalanan tergenang air.Jaket yang Rene kenakan tidak bisa menghalangi dinginnya udara atau mungkin kelembaban udara yang menusuk kulitnya.Rene menatap beberapa orang yang juga sedang berjalan sambil memegang kopi panas atau beberapa anak-anak yang memainkan bermain air hujan dengan menciprati temannya yang lainnya.Rene tersenyum melihat pemandangan itu, ulu hatinya nyeri melihat raut polos anak-anak yang sedang bermain tanpa adanya beban. Rene bertanya-tanya apakah anak-anaknya akan seperti itu juga?Ataukah Anthony membesarkan kedua anaknya dengan cara yang berbeda? Bisakah anak-anaknya hidup normal seperti anak-anak lainnya?Pikiran itu membuatnya pusing dan pada akhirnya dia memilih duduk di bangku taman yang tidak terkena air sama sekali.Rene menyadari sudah hampir satu bulan sejak dirinya pergi dari pulau.Dan sampai hari ini, belum ada tanda-tanda Anthony mencari keberadaannya. Rene b

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 102

    "Apa kau ingin di temani?" Kalimat penuh tanda tanya itu dilontarkan oleh Orlan ketika mereka sampai di tempat yang telah dijanjikan oleh ibu Rene untuk bertemu dengannya."Aku tidak butuh di temani, kau tahu aku sudah dewasa." Jawab Rene dengan senyum mencoba meyakinkan Orlan.Orlan memandanginya dengan tidak yakin, Rene tahu bahwa pria itu sangat khawatir kepadanya dan inilah yang dia selalu lakukan setiap saat.Desahan napas Orlan yang terlihat kecewa membuat Rene sedikit merasa menyesal. Tapi dengan anggukan kecil itu, Rene tahu bahwa pria yang ada di hadapannya ini akan menyadari betapa pentingnya pertemuan ini."Aku akan duduk di sebrang sana dan jika kau merasa tidak nyaman atau terjadi sesuatu. Aku mohon untuk memanggilku. Apa kau mengerti?"Rene mengangguk dan dengan itu Orlan mengecup telapak tangannya dengan lembut. Dia pergi dan meninggalkan Rene sendirian disana.Rene duduk di tempat yang sudah dia dan ibunya sepakati, jam dinding sudah menunjukan waktu bahwa ibunya akan

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 101

    Rene melihat dirinya melalui cermin yang ada di kamarnya. Rene bisa melihat bayangan dirinya yang lesu, memiliki lingkaran hitam di matanya dan pucat.Akhir-akhir ini mimpi tentang pulau itu, Anthony dan anak-anaknya menghampirinya setiap kali Rene memejamkan matanya.Dalam mimpi itu, Rene bisa melihat anak-anaknya dan Anthony saling menatapnya dengan penuh kebencian. Mereka menggumamkan kata-kata yang tidak dapat di dengar oleh Rene, tapi jelas Rene bisa merasakan rasa sakit mengendap di hatinya ketika dia melihat wajah-wajah mereka.Mengerti bahwa tidurnya tidak akan nyenyak karena dihantui oleh wajah-wajah itu, Rene akhirnya memutuskan untuk terjaga semalaman dengan membaca buku-buku yang dia bawa dari rumahnya.Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Anthony mencarinya. Dia sempat khawatir bahwa apa yang dia lakukan saat itu mungkin membuat Anthony terluka parah.Kenangan sebelum Rene kabur terlintas di kepalanya. Dia benar-benar tidak pernah merencanakan untuk menusuk kaki Anthony

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 100

    "Apa sudah selesai semuanya? Kau sudah mengemasi barang-barang yang kau butuhkan?"Rene mengangguk dan menunjukkan pada Orlan tas kecil yang selalu menjadi kesukaannya. Rene tersenyum kepada Orlan, "hanya ini saja barang-barang yang ku butuhkan.""Di tas sekecil itu?"Orlan dengan tatapan tak percaya bertanya kepada Rene yang terlihat bahagia."Aku hanya butuh kenangan-kenangan tentang bibi Shelly dan dirimu."Orlan tersenyum melihat tingkah Rene, bagaimana pun dia terlihat bahagia.Rene sudah melalui semua yang terjadi dengan tabah dan kuat, maka Orlan harus terus mendukungnya.Orlan memang merindukan Renesmee yang selalu tersenyum dan bahagia. Tapi kini semuanya perlu waktu, Rene perlu waktu untuk bisa terus menghilangkan rasa traumanya."Kau yakin hanya butuh itu?""Aku yakin."Orlan mengangguk dan segera setelah itu mereka pergi dari rumah Rene.Rene melihat rumah itu lagi setelah Orlan menguncinya."Aku akan sangat merindukan rumah ini.""Aku tahu. Tapi aku yakin kau tidak aman j

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 99

    Rene akhirnya kembali mencoba berjalan menuju kamarnya, ketika dia membuka kamarnya, semuanya masih sama seperti terakhir kali dia pergi.Sprei, selimut hingga bantal yang terdapat di kasur kamar itu tidak berubah sama sekali.Dan untuk yang pertama kalinya, Rene merasakan kerinduan mengenai dirinya yang dulu.Dia pikir akan lebih muda baginya untuk melupakan masa lalunya tapi dengan melihat kamar ini, dia tahu bahwa tidak semudah itu melepas apa yang pernah dia rasakan.Rene mendekati meja kamarnya, melihat foto mesranya dengan Orlan. Bukan hanya satu melainkan beberapa foto yang menunjukkan kasih sayang mereka berdua.Rene tersenyum, dia mengusap foto itu. Rene masih bisa mengingat setiap kejadian dalam foto itu.Foto kencan pertama mereka, diambil ketika Orlan dan dirinya pergi ke kota untuk membeli buku-buku yang diinginkan Rene.Orlan melihat Rene masih terdiam sambil menggenggam foto itu dengan jemarinya."Kau ingat foto itu?""Tentu saja, ini foto kencan pertama kita."Orlan me

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 98

    Pintu mobil milik Orlan dibuka oleh Renesmee, dia diperbolehkan pulang setelah lama diperiksa di rumah sakit.Orlan dengan hati-hati menuntunnya dan dia kembali melihat rumah yang di tempati olehnya dan bibi Shelly. Rumah itu terasa asing, padahal Rene telah dibesarkan dan tinggal di rumah ini dengan kurun waktu yang sangat lama.Lebih lama daripada di pulau itu, tapi Rene merasa tidak dapat mengenali rumahnya sendiri.Orlan dan dia memasuki halaman rumahnya, terlihat kotor dan tidak terawat karena memang setelah bibinya meninggal, tidak ada lagi yang membersihkan halaman dan rumput-rumput di sekelilingnya.Rene melihat pohon besar di sisi kanan rumah yang kini gugur daunnya, dia mengenang masa-masa ketika bibinya dengan penuh perhatian akan membiarkannya bermain boneka atau bahkan ayunan sambil memasakkan makanan kesukaannya di dapur. Jika bibinya telah selesai masak, biasanya pintu jendela akan dibuka dan dengan wajah yang penuh cinta, bibinya akan memanggil Rene untuk makan.Kenang

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 97

    Orlan mendatanginya lagi ketika matahari sudah berada di tengah-tengah kota. Seragam Orlan yang menjadi pusat perhatian Rene untuk pertama kalinya.Dia begitu tampan dan dewasa begitu mengenakan pakaian kerjanya itu, tapi ada beberapa rasa sedih dan lelah yang bisa Rene lihat dari raut wajah dan mata Orlan."Kau terlihat bagus dengan seragam itu." Ucap Rene lemah ketika Orlan tidak kunjung mendekatinya atau bahkan mengatakan sesuatu untuk menyapanya."Kau tidak tidur lagi?""Aku tidur.""Jangan berbohong padaku Renesmee."Renesmee?"Aku tidak bisa tidur." Ungkap Rene dengan lemah."Aku takut jika aku tertidur, semua ini hanya akan menjadi mimpi."Itu bohong.Dia tahu bahwa tidak mungkin ini semua adalah mimpi.Rene hanya takut bahwa jika dia tertidur, dia akan melihat gambaran kehidupannya ketika berada di pulau itu."Mereka menempatkan polisi-polisi di luar karena mereka peduli terhadap kenyamanan mu. Tidak akan ada yang menyerangmu. Tidak ketika ada aku disini bersamamu."Orlan meme

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 96

    Beberapa tahun kemudianRasanya sakit, Rene benar-benar kesakitan.Sakit di semua bagian tubuhnya.Dia berpikir bahwa kegelapan itu mungkin adalah pertanda bahwa dia telah mati.Tapi dia sadar bahwa dia belum mati.Ada suara seseorang yang berteriak memanggilnya."Rene!"Dia mencoba mencari tahu arah suara itu dan siapa yang sedang berteriak kepadanya."Rene kau harus bangun! Kau tidak boleh mati!""Aku mencintaimu!""Kita berdua akan baik-baik saja, aku berjanji padamu!"Dan saat itulah Rene membuka matanya, dia berada di ruangan serba putih dan bau obat-obatan menyeruak di setiap sudut ruangan itu.Tidak di ragukan lagi bahwa itu adalah rumah sakit, tapi mengapa dia sampai di rumah sakit?Rene bangun dan melihat jendela yang ada di sampingnya, jendela itu mengarah ke gedung-gedung tinggi.Dan ketika dia mengelus perutnya, itu sudah datar. Tidak ada lagi benjolan kehidupan dalam dirinya.Rene mulai panik dan mencoba berpikir sedemikian rupa mengenai apa yang terjadi padanya.Apa yang

DMCA.com Protection Status