Anthony menyukai pesta, dia begitu suka segala sesuatu yang memekakkan telinga agar dirinya bisa tahu bahwa saat itu dia masih hidup. Pesta menyadarkannya dari ketakutan kematiannya.Sahabatnya Bruno tengah berbicara tentang suatu hal yang membosankan mengenai bisnis mereka yang ada di Scotland. Anthony tidak butuh nasehat dari temannya itu, karena bisnis mereka jelas menjadi salah satu alasan mengapa Scotland masih bergantung kepada Anthony.Tidak ada pihak yang bisa menghalanginya. Karena jaringan bisnis Anthony telah meluas di sepanjang negara Eropa.Ya, Anthony adalah seorang mafia sekaligus CEO perusahaan yang bergerak dalam bidang pengadaan berlian, resort dan teknologi.Tidak akan ada yang bisa menangkapnya karena sebagian besar para pengusaha di benua Eropa menggunakan jasa Anthony. Teknologinya yang berbasis keamanan rumah dan perusahaan jelas sangat berguna bagi para pembisnis kancah dunia.Dan untuk pekerjaan kotor Anthony, dia menjalankan pekerjaan untuk pengadaan pembunuha
Itu dimulai dengan suara alarm yang membangunkan pagi Rene, hari terakhir di Scotland dan dia sangat antusias untuk kembali pulang ke rumahnya.Rene melihat kasur Kate yang sudah kosong, itu artinya Kate sudah mulai mencari sarapan.Pesta yang diselenggarakan di bar itu sangat luar biasa, Rene hampir terbawa suasana untuk ikut mabuk tapi untungnya Orlan mencegahnya.Mengenai Orlan, kekasihnya itu benar-benar orang yang sangat baik hati. Dirinya tidak segan-segan menasehati bahkan mengantarkan teman-teman mereka pulang kembali ke hotel dengan selamat.Setelah mereka memastikan semua teman-temannya masuk ke dalam kamar mereka, Orlan mengantar Rene sampai ke kamar Rene. Mencium dahinya dan mengucapkan selamat malam dengan suara beratnya.Orlan tidak pernah mabuk, hampir tidak pernah mabuk jika itu di dekat Rene. Yang Rene ketahui, Orlan tidak ingin mabuk disampingnya karena Rene pasti akan merasa tidak nyaman.Ucapan Orlan kembali m
Cuaca yang cerah di Scotland tidak terasa menyenangkan bagi Dyana. Saat ini dirinya tengah berada di sebuah jalanan kota yang terhimpit oleh sesaknya gedung-gedung pencakar langit.Dyana bersenandung sedih dalam perjalanannya menuju tempat masa kecilnya itu.Kepergian Dyana jelas tidak diketahui oleh siapapun bahkan oleh Jason kekasihnya. Mungkin sebentar lagi akan ada cekcok diantara mereka berdua tapi Dyana tidak peduli.Dia hanya ingin melihat rumah yang menjadi tempat dirinya tumbuh, melihat adiknya dan melihat neneknya.Lamunannya terbawa oleh masa kelam dimana lima tahun yang lalu, saat usianya baru tujuh belas tahun dirinya menjadi tulang punggung keluarganya.Ayahnya terlalu brengsek dan ibunya harus menanggung segala rasa sakit karena menikahi pria yang berhati seperti iblis.Ibunya meninggal ketika Dyana berumur sepuluh tahun, meninggalkan Dyana untuk mengurusi adik dan neneknya.Dyana putus sekolah saat itu, kerja serabutan demi memberikan hidup yang layak untuk adik perempu
Saat itu, hampir tiga bulan Dyana terperangkap dalam jerat kehidupan Jason. Dyana yang terpenjara tidak pernah boleh keluar dari mansion. Tidak boleh berbicara pada siapapun selain orang-orang yang dipercaya dan dikenal oleh Jason.Rasa itu membuatnya gila, Dyana gila karena terperangkap dalam kemewahan bukanlah hidupnya. Hidupnya selama ini bebas, tidak dipenuhi aturan yang mengekang.Tapi bersama Jason? Dia tidak boleh memiliki kebebasan itu semua. Hanya Jason yang boleh menentukan hidup Dyana.Karena sudah muak dengan segalanya, termasuk dengan Jason yang bungkam pada hubungan mereka akhirnya Dyana pergi dari mansion, kabur tanpa membawa apapun selain telepon dan dompet miliknya.Dyana tidak peduli lagi mengenai Jason yang marah, Dyana tidak peduli lagi jika pada akhirnya adiknya atau neneknya akan sengsara lagi karena ulahnya. Sebab pada akhirnya Dyana lah yang menanggung emosi dan tekanan batin.Mansion mewah itu sendiri berada di salah satu pulau pribadi di Scotland dan dikelilin
Dyana berhenti untuk mengambil napasnya, sesak di rasakan olehnya. Airmatanya memupuk menyedihkan.Saat itu pintu toko bunga terbuka, adik Dyana, Jessica terlihat sedang menata ulang bunga-bunga yang segar itu.Jessica terlihat cantik, dia sudah tumbuh menjadi gadis dewasa. Dan Dyana tidak pernah bisa melihat perubahannya.Dyana tercekat karena kenyataan itu, adiknya tidak pernah tahu pekerjaan apa yang dilakukan olehnya. Adiknya hanya tahu bahwa Dyana tidak bisa menemuinya, sampai batas waktu yang ditentukan.Jason hanya memperbolehkan Dyana menghubungi adiknya itu ketika Jason ada di sampingnya. Jadi komunikasi mereka tidak pernah seintensif itu.Jessica sangat sehat, tumbuh tinggi dengan rambut hitam legamnya yang luar biasa.Dyana ingin mendekat, mengusapkan tangannya ke rambut adik perempuannya itu tapi dia tidak bisa melakukannya.Tangisan Dyana membuat Jessica seperti bisa merasakannya, Jessica terlihat menoleh ke sekelilingnya. Dan saat itu Jessica berbalik, menatap Dyana yang
"Pak, seseorang mengirimkan hadiah untukmu."Alex yang saat itu tengah berjalan keluar dari koridor dihentikan oleh seorang murid yang mengatakan bahwa dia mendapatkan sebuah bunga dari seseorang.Alex tersenyum, "dari siapa itu Tommy?""Entahlah... Dia tidak mengatakan apapun dan hanya ingin kau mengambilnya."Senyum Alex hilang dan digantikan dengan tatapan cemas."Tommy, apa yang sudah ku katakan padamu? Jangan pernah berbicara dengan orang asing, apalagi mau diberikan sesuatu oleh orang asing.""Tapi dia bukan orang asing Pak.""Apa maksudmu?""Dia mengatakan sangat mengenalmu dan itu jelas untukmu. Alex Mylson."Kerutan di dahi Alea kembali terlihat."Apa lagi yang dia katakan?""Dia mengatakan bahwa kau sudah memenuhi janjimu untuk menjadi guru dan itu sangat keren!"Mendengar hal itu Alex langsung mengambil hadiah yang dipegang oleh anak muridnya itu.Dan benar saja, kata-kata dibelakang kotak hadiah itu membuat jantung Alex terhenti.Kau hebat, sudah bisa menggapai salah satu i
Dyana berjalan dengan tatapan kosong di bawah ruko-ruko yang menjulang tinggi itu, disisi kanannya kantong plastik yang berisi barang-barang pokok untuk keluarganya terasa berat.Nyonya Merlin memberikan banyak uang dan bonus tambahan untuk Dyana, sehingga kali ini tidak butuh lama bagi dirinya untuk bisa membawakan adiknya makanan yang layak.Saat dirinya sampai di depan rumah, Dyana membuka pintu dan melihat adiknya menangis. Jessica menangis karena neneknya yang sedang memukulinya."Apa-apaan ini?!" Teriak Dyana menghentikan neneknya. Neneknya menghentikan pukulannya pada adik Dyana tapi dia bisa melihat neneknya menahan amarah yang teramat sangat begitu dia melihat Dyana."Jadi kau sudah pulang hah?!" Raung neneknya.Neneknya menghampiri Dyana, memegang erat jaket yang dipakai Dyana."Mengapa kau melakukan ini Dyana? Katakan pada nenek mengapa kau tega melakukan ini pada kami! Apakah aku pernah mengajarimu melakukan hal yang menjijikan seperti ini?!" Teriak neneknya sambil menangi
Saat menyadari bahwa Dyana tidak beranjak sama sekali dari tempat duduknya saat itulah Alex kembali bertanya."Apakah kau tidak ingin pulang ke rumah atau bagaimana?""Aku punya.""Lalu?""Aku tidak bisa pulang.""Tapi mengapa?"Melihat Dyana yang hanya diam, Alex menghembuskan napasnya."Jika kau tidak ingin mengatakan alasannya tidak apa-apa, aku bisa mengerti-""Karena aku diusir." Potong Dyana."Aku tidak bisa pulang ke rumah ku saat ini karena nenek ku sudah tidak ingin melihat wajahku lagi.""Oh...""Aku sudah tidak punya siapapun selain nenek dan adik perempuan ku tapi saat ini mereka tidak bisa menerimaku."Alex yang masih duduk mulai bersandar dan mengubah posisinya seperti Dyana."Tapi apa alasannya? Mengapa nenekmu tidak ingin melihatmu padahal kau adalah cucunya?"Dyana tidak ingin membicarakan ini dengan siapapun terutama dengan pria asing yang baru dikenalnya itu, tapi dia entah mengapa bisa merasakan keamanan aneh dari pria yang sudah berada di sampingnya ini."Karena ak