Dyana berjalan dengan tatapan kosong di bawah ruko-ruko yang menjulang tinggi itu, disisi kanannya kantong plastik yang berisi barang-barang pokok untuk keluarganya terasa berat.Nyonya Merlin memberikan banyak uang dan bonus tambahan untuk Dyana, sehingga kali ini tidak butuh lama bagi dirinya untuk bisa membawakan adiknya makanan yang layak.Saat dirinya sampai di depan rumah, Dyana membuka pintu dan melihat adiknya menangis. Jessica menangis karena neneknya yang sedang memukulinya."Apa-apaan ini?!" Teriak Dyana menghentikan neneknya. Neneknya menghentikan pukulannya pada adik Dyana tapi dia bisa melihat neneknya menahan amarah yang teramat sangat begitu dia melihat Dyana."Jadi kau sudah pulang hah?!" Raung neneknya.Neneknya menghampiri Dyana, memegang erat jaket yang dipakai Dyana."Mengapa kau melakukan ini Dyana? Katakan pada nenek mengapa kau tega melakukan ini pada kami! Apakah aku pernah mengajarimu melakukan hal yang menjijikan seperti ini?!" Teriak neneknya sambil menangi
Saat menyadari bahwa Dyana tidak beranjak sama sekali dari tempat duduknya saat itulah Alex kembali bertanya."Apakah kau tidak ingin pulang ke rumah atau bagaimana?""Aku punya.""Lalu?""Aku tidak bisa pulang.""Tapi mengapa?"Melihat Dyana yang hanya diam, Alex menghembuskan napasnya."Jika kau tidak ingin mengatakan alasannya tidak apa-apa, aku bisa mengerti-""Karena aku diusir." Potong Dyana."Aku tidak bisa pulang ke rumah ku saat ini karena nenek ku sudah tidak ingin melihat wajahku lagi.""Oh...""Aku sudah tidak punya siapapun selain nenek dan adik perempuan ku tapi saat ini mereka tidak bisa menerimaku."Alex yang masih duduk mulai bersandar dan mengubah posisinya seperti Dyana."Tapi apa alasannya? Mengapa nenekmu tidak ingin melihatmu padahal kau adalah cucunya?"Dyana tidak ingin membicarakan ini dengan siapapun terutama dengan pria asing yang baru dikenalnya itu, tapi dia entah mengapa bisa merasakan keamanan aneh dari pria yang sudah berada di sampingnya ini."Karena ak
Alex mengajaknya pergi ke rumah temannya, disana Dyana diberikan kamar untuk berteduh selama satu bulan.Dan selama satu bulan itu hubungan Alex dan Dyana menjadi dekat. Alex juga menjadi alasan utama mengapa Dyana menjadi penjaga toko di toko milik bibi Alex.Memang uang yang didapatkan Dyana tidak seberapa ketimbang pekerjaan dulu, tapi Dyana senang bisa membuktikan bahwa dia mampu melakukan pekerjaan yang baik.Dyana sering mampir ke sekolahan adiknya hanya untuk memberikannya uang. Adiknya awalnya menangis tapi Dyana meyakinkan bahwa dia akan segera pulang menemuinya.Dan ketika dua bulan, Dyana pergi dari rumah yang disediakan itu. Menyewa sebuah kamar di dekat kota dan dekat dengan toko milik bibi Alex.Saat itu pula lah Alex dan Dyana menjalin hubungan. Alex lebih tua tiga tahun dari Dyana, yang membuatnya menjadi gadis yang sangat pengertian.Alex menyemangatinya, selalu menjadi bahu untuknya bersandar dan selalu memberikan alasan mengapa Dyana harus hidup dengan baik.Bulan be
Masa lalu DyanaDyana berhasil menyelamatkan neneknya, walau dengan cara yang salah dan Dyana tahu jika neneknya mengetahui semuanya dia akan semakin membenci Dyana. Tapi Dirinya tidak peduli, tidak ketika nyawa neneknya hanya bisa diselamatkan dengan uang curian.Jessica masih tertidur, di pangkuan Dyana. Mereka menunggu di koridor rumah sakit. Airmata ketakutan masih ada di mata adiknya, beberapa kali Dyana harus mengelus atau sekedar menepuk punggung adiknya agar mimpi buruk yang datang kepada gadis itu sirna.Dirinya sendiri merasa lelah, kepalanya berdenyut. Dyana hampir tidak makan atau minum apapun setelah mendengar neneknya masuk rumah sakit.Kebingungan melandanya, jika neneknya bangun apakah Dyana harus tetap disini bersama adiknya dan pergi menemui neneknya? Sedangkan neneknya saja tidak ingin menemuinya sama sekali.Ketika Dyana ingin memejamkan matanya, langkah kaki yang begitu tergesa-gesa mengganggunya. Dia membuka mata untuk melihat banyaknya pria bertubuh besar."Siala
Dyana hanya duduk saja selama beberapa saat, tapi kemudian Jason datang. Membuka jas mahalnya dan kemudian telanjang."Kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?""Tidak, aku tidak tahu. Tuan kau sepertinya salah, dengar aku bukanlah wanita murahan dan kau harus tahu itu. Aku tidak suka melayani pria seperti mu atau bahkan bercinta dengan orang seperti mu karena aku bukan pelacur!"Jason mendekati Dyana mencengkram rambutnya dan tiba-tiba menyuruhnya duduk, Dyana dengan paksa disuruh membuka mulutnya dan mengambil milik Jason ke mulutnya.Tentu saja Dyana tersedak saat pria itu memaksanya, Jason tidak peduli dengan suara gerakan dari Dyana dan terus memaksanya untuk melakukan pekerjaan kotor itu.Jason sendiri mengambil tubuh Dyana dan secara mengejutkan memaksa jarinya untuk masuk ke dalam tubuh Dyana. Dyana tercekat dan bahwa berteriak."Jadi kau masih perawan huh?"Dyana tidak bisa menjawab apapun dan hanya bisa menggumamkan kata-kata aneh meminta Jason untuk berhenti.Namun Jason sep
"Jika kesalahan terbesar ku adalah karena mencintaimu, maka biarkan aku masuk neraka karenanya.""Hei! Kau baik-baik saja?" Orlan bertanya pada Rene ketika Rene hanya terdiam sepanjang perjalanan mereka."Ya, aku.""Mengapa kau hanya diam? Kucing menangkap lidah mu huh?""Aku baru menelepon Shelly, aku hanya mengkhawatirkan dirinya. Kau tahu kan terkadang aku berpikir, bahwa aku belum bisa memberikan apapun untuknya. Dia sudah berusaha keras berjuang membesarkan ku, tapi apa yang telah ku berikan padanya adalah rasa kurang hormat." Ucap Rene sambil membuka botol minumnya dan mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri."Kita akan bertemu dengannya kurang lebih enam jam lagi. Jadi mengapa kau terlalu khawatir akan hal itu? Lagipula bibi mu adalah wanita paling baik di dunia ini. Kita tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah karena dia berusaha membayar hutang budi atas ayahmu. Kau sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun dengan sikap acuh tak acuh mu, kita semua melakukan kesalahan, o
Anthony merokok dan menatap gedung sekelilingnya, beberapa jam lagi menuju keberhasilan misinya.Dia agak santai dan merasakan kebebasan hidupnya sebelum Bruno membuatnya kehilangan itu semua.Wajah Bruno terlihat merah padam dan sepertinya dia baru saja bertengkar dengan Nathasya."Apa yang terjadi pada wajah mu bung? Kau bertengkar lagi dengan kekasih mu itu?""Bukan urusanmu!" Desis Bruno."Itu urusan ku jika kau mengganggu istirahat santai ku dengan wajah penuh raut menyedihkan.""Aku tidak tahu apa yang salah dari wanita-wanita itu. Sialan Ant, aku bahkan tidak mengerti makhluk seperti apa mereka.""Dari awal kau harus memahami konsep wanita jika kau ingin berkencan dengan salah satu dari mereka."Anthony menatap Bruno dengan tatapan iba, "tapi memang aneh bukan, jatuh cinta dan ingin hidup bersama seorang wanita untuk selamanya?"Bruno mengangkat alisnya ke arah Anthony."Jujur padaku Ant, apakah pernah terbesit dalam pikiran mu untuk menikah dengan seseorang suatu saat nanti?"
Rene merasa kurang nyaman berada di dalam gedung museum itu, dia mengatakannya pada Orlan sehingga Orlan akhirnya menyuruhnya untuk duduk saja di luar gedung.Akhirnya Rene keluar dari gedung itu, duduk di sebelah pintu masuk dan menunggu kedatangan Kate yang sudah lama tidak kembali.Bosan menunggu dan hanya duduk, Rene bangkit dari kursinya dan mulai mengitari sudut-sudut halaman depan museum, sedikit kesal karena tidak adanya sesuatu yang membuatnya sibuk akhirnya Rene pergi ke tempat bus sekolahnya yang terparkir di halaman depan.Sebenarnya itu cukup jauh dan membuat Rene memerah karena panas kota Scotland yang membakar pipinya.Ketika dia sudah berada di samping bus, dia menyadari adanya teriakan dari suatu gang di dekatnya.Teriakan itu melengking dan Rene sangat mengenal nada suara itu."Kate?!" Rene berteriak memanggil Kate dan kemudian berlari ke arah gang yang gelap itu."Katryn!"Usahanya membuahkan hasil, suara Kate yang memanggilnya membuat Rene bisa mencari dimana asal