Share

Bab 4

Author: Rayana Wheen
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Anthony menyukai pesta, dia begitu suka segala sesuatu yang memekakkan telinga agar dirinya bisa tahu bahwa saat itu dia masih hidup. Pesta menyadarkannya dari ketakutan kematiannya.

Sahabatnya Bruno tengah berbicara tentang suatu hal yang membosankan mengenai bisnis mereka yang ada di Scotland. Anthony tidak butuh nasehat dari temannya itu, karena bisnis mereka jelas menjadi salah satu alasan mengapa Scotland masih bergantung kepada Anthony.

Tidak ada pihak yang bisa menghalanginya. Karena jaringan bisnis Anthony telah meluas di sepanjang negara Eropa.

Ya, Anthony adalah seorang mafia sekaligus CEO perusahaan yang bergerak dalam bidang pengadaan berlian, resort dan teknologi.

Tidak akan ada yang bisa menangkapnya karena sebagian besar para pengusaha di benua Eropa menggunakan jasa Anthony. Teknologinya yang berbasis keamanan rumah dan perusahaan jelas sangat berguna bagi para pembisnis kancah dunia.

Dan untuk pekerjaan kotor Anthony, dia menjalankan pekerjaan untuk pengadaan pembunuhan terencana bagi para pengusaha yang ingin membunuh saingan bisnisnya, Anthony juga memiliki kewenangan untuk mengekspor teknologi persenjataan ilegal.

Untuk narkoba, Anthony tidak terlalu menyukainya. Karena tentunya banyak teman-teman se-anggotanya yang sudah berkecimpung dalam dunia itu jadi Anthony tidak ingin ikut campur. Anthony hanya menjaga mereka, menjaga agar dunia tidak begitu mencurigai pergerakan keanggotaan mereka.

Bruno adalah salah satu anggotanya, dia pria yang baru berumur tiga puluh lima tahun, tiga tahun lebih muda dari Anthony.

Pria itu sudah menjadi tangan kanannya sejak dua puluh tahun yang lalu saat dunia mafia belum mengenal mereka berdua. Bruno berbisnis dibagian obat-obatan terlarang. Tentunya karena Bruno lulus sebagai dokter hebat di negara asalnya, Spanyol.

Namun ilmunya tidak digunakan olehnya di rumah sakit, melainkan digunakannya untuk menjadi bandar narkoba.

"Kau tidak ingin mencari wanita?" Tanya Bruno pada Anthony saat mereka berdua meminum anggur mahal dengan elegan di sudut bar itu.

"Tidak terlalu tertarik pada gagasan wanita." Anthony menjawab dengan datar.

"Bagaimana denganmu?" Sambung Anthony.

Bruno terkekeh, "kau tidak melihat bagaimana sifat Nathasya? Bisa-bisa aku dihabisi olehnya jika aku ketahuan tidur dengan wanita lain."

Anthony menggelengkan kepalanya, "mengapa kau begitu takut dengan Nat? Kalian bahkan belum menikah."

"Kau tidak tahu Ant, gagasan mengenai sebuah komitmen tidak selalu harus berkaitan dengan menikah. Aku mencintai Nat, bertanggung jawab atas perasaannya sudah cukup membuatku takut untuk mengkhianatinya. Kau belum menemukan yang seperti itu, jika kau sudah menemukannya pasti kau akan segera menyadari bahwa diatas cinta ada salah satu hal yang paling ingin kau jaga. Yaitu kepercayaan."

Anthony menatap gelasnya yang sudah kosong, "tidak tertarik pada sebuah hubungan seperti dirimu dan Nat."

"Oh ayolah Ant, sudah saatnya kau memilih wanita yang bisa membuatmu merasakan nyaman setiap saat. Tidak harus menikah ku pikir karena wanita sekarang lebih suka untuk tidak menikah."

"Tapi, sebelumnya.... Aku ingin bertanya padamu Ant, sebagai teman baikmu selama kurang lebih dua puluh tahun. Aku tidak pernah tahu kriteria wanita yang kau sukai."

Anthony berdiri dan berjalan menuju balkon bar, matanya menjelajahi lantai bar itu.

Sampai pada suatu titik, dunianya terhenti.

"Ant?"

Mata Anthony menatap gadis itu, gadis yang sempat menghentikan dunianya saat mereka bertabrakan di bandara.

Itu tidak mungkin hanya hayalan Anthony karena gadis itu benar-benar sedang bercanda dengan temannya yang lain. Jelas saja itu gadis yang sama, yang Anthony temui.

"Tipe wanita yang ku sukai adalah wanita yang berambut hitam, memiliki mata sehangat lelehan cokelat panas dan wajah yang ramah bagaikan musim panas. Dia harus selalu tersenyum bahagia dan memiliki senyum menyipit tanpa ada paksaan dari siapapun."

Anthony masih menatap gadis itu, tapi kemudian gadis itu pergi bersama seorang laki-laki yang bisa Anthony ketahui adalah kekasih gadis itu.

"Agak mengejutkan kau punya tipe yang sangat amat detail seperti itu."

Anthony mengalihkan pandangannya ke arah Bruno.

"Dimana Jason? Ku pikir kau sudah memanggilnya dari tadi?"

"Dia sampai sebentar lagi. Kau tahu? Aku kadang suka prihatin kepadanya. Dyana jelas bukanlah sosok yang diinginkan olehnya."

"Dyana bukan wanita murahan seperti yang Jason kira selama ini, jelas dia tidak akan menjadi seseorang yang diinginkan oleh Jason."

"Tapi Dyana menyetujuinya kan? Maksudku dia berhutang pada Jason akan hidupnya, keluarganya dan semua orang yang berkaitan dengan Dyana. Menurutku imbang."

Anthony menghela napas, "aku berpikir bahwa memaksakan kehendak bukanlah hal yang baik."

"Jangan mengatakan hal seperti itu Ant, tidak akan ada yang tahu masa depan. Siapa tahu kau harus melakukan hal seperti itu juga di masa yang akan datang."

Setelah ada beberapa keheningan, Jason datang dengan Dyana yang memeluk lengannya.

Anthony tidak terlalu mengenal Dyana, hanya pernah terlibat percakapan kecil dengan wanita itu beberapa kali saat Jason pertama kali mengenalkan mereka.

Dyana bukan sosok yang Anthony sukai tapi karena sikapnya yang masa bodoh membuat Anthony akhirnya berusaha menyukai wanita itu.

Tahu bahwa kekasihnya mungkin akan melakukan perbincangan bisnis penting, Dyana segera pamit pergi dengan mengecup pipi Jason.

Anthony mengamati kepergian Dyana. Sedikit menyipitkan matanya pada Jason karena wajah penuh luka Dyana berhasil menyita perhatiannya.

"Kau mengijinkannya pergi ke lantai dansa tanpa dirimu?" Bruno bertanya dengan sedikit tak percaya. Mengingat sifat posesif Jason pada kekasihnya itu.

"Hanya untuk malam ini saja, asalkan aku bisa tetap mengawasinya dan dia tidak pergi berdansa dengan laki-laki lain."

"Oh, jika itu dengan laki-laki aku yakin dia tidak akan melakukannya. Tapi kau tidak sadar bahwa Dyana bukanlah wanita murahan seperti gadis yang ada disini kan? Daryl jelas tidak tertarik dengan pria sepertimu tapi lebih tertarik dengan pria seperti Bruno." Anthony berucap sambil menyeringai.

"Hentikan itu Ant."

"Kalian bertengkar?" Tidak menghiraukan ucapan Bruno, Anthony langsung mencerca pertanyaan pada Jason.

"Ya."

"Mengapa?"

"Hanya ada sedikit kesalahpahaman. Selebihnya kami baik-baik saja."

Bruno menaikkan alisnya tanda tak percaya, "kau pasti bertengkar dengannya karena kau tidak menemukan dia di manapun kan?"

"Bagaimana kau bisa tahu?" Jason sedikit tidak percaya dengan prediksi Bruno.

"Oh ayolah, kau sudah melakukan itu hampir sebanyak seratus kali dalam setahun belakangan ini."

"Be-benarkah?" Jason sedikit terbata karena ketakutan.

"Ya, kau melakukannya."

Bruno menatap wajah Jason yang berkeringat itu.

"Katakan pada kami Jason, apa yang terjadi? Mengapa kau begitu ketakutan kepadanya?"

"Aku tidak bisa mengatakan apapun karena aku memang tidak ada yang perlu ku katakan." Jason berusaha menutupi ketakutannya.

Anthony terkekeh mengejek, "seseorang takut kehilangan kekasihnya."

"Kau belum pernah merasakan hal seperti itu Ant, suatu saat nanti mungkin kau akan lebih buruk dariku saat ini."

"Hahahaha kau mabuk? Tidak akan! Aku tidak akan pernah jatuh cinta!"

"Sialan Ant, aku bersumpah jika ada hari dimana kau terjatuh karena wanita maka aku akan tertawa di wajahmu tanpa rasa bersalah."

"Sudahlah, lupakan hal itu.... Tapi Jason, siapa gadis yang ada di dekat kekasihmu itu?"

Jason dan Anthony menoleh ke arah kaca pembatas ruangan itu yang langsung mengarah ke lantai dansa.

Disitu terlihat Dyana dan seorang gadis yang terlihat tidak asing.

"Dia gadis yang ku tabrak di bandara." Ucap Anthony.

"Siapa?"

"Entahlah, Dyana mengenalnya?"

"Tidak. Dia tidak pernah mengatakan apapun."

Jason bisa melihat Dyana seakan-akan bahagia dengan gadis itu, mereka saling berbincang bahkan Dyana terlihat membisikkan sesuatu kepada gadis itu. Tapi belum sempat Jason merasakan hal bahagia karena bisa melihat wajah kekasihnya berseri-seri Jason melihat ada pria lain yang datang. Sepertinya itu teman dari gadis yang berada di dekat Dyana.

Gadis itu sedari tadi tidaklah sendiri, melainkan ada laki-laki yang berada di dekatnya.

"Kau tidak cemburu?" Anthony bertanya pada Jason.

"Bukankah pria yang ada di samping gadis itu adalah kekasihnya?"

"Tahu darimana?"

"Hanya pengamatan sederhana."

Keheningan tercipta, "tanyakan pada kekasihmu itu siapa gadis yang ada di sampingnya."

"Memangnya kenapa?" Jason bertanya.

"Kau tertarik padanya?" Kali ini Bruno yang bertanya.

"Dia terlihat sangat muda dan mungkin tidak tertarik pada pria tua sepertimu."

"Siapa yang mengatakan aku tertarik?"

"Dari sikapmu."

"Aku hanya merasa Jason perlu berhati-hati pada gadis itu."

Related chapters

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 5

    Itu dimulai dengan suara alarm yang membangunkan pagi Rene, hari terakhir di Scotland dan dia sangat antusias untuk kembali pulang ke rumahnya.Rene melihat kasur Kate yang sudah kosong, itu artinya Kate sudah mulai mencari sarapan.Pesta yang diselenggarakan di bar itu sangat luar biasa, Rene hampir terbawa suasana untuk ikut mabuk tapi untungnya Orlan mencegahnya.Mengenai Orlan, kekasihnya itu benar-benar orang yang sangat baik hati. Dirinya tidak segan-segan menasehati bahkan mengantarkan teman-teman mereka pulang kembali ke hotel dengan selamat.Setelah mereka memastikan semua teman-temannya masuk ke dalam kamar mereka, Orlan mengantar Rene sampai ke kamar Rene. Mencium dahinya dan mengucapkan selamat malam dengan suara beratnya.Orlan tidak pernah mabuk, hampir tidak pernah mabuk jika itu di dekat Rene. Yang Rene ketahui, Orlan tidak ingin mabuk disampingnya karena Rene pasti akan merasa tidak nyaman.Ucapan Orlan kembali m

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 6

    Cuaca yang cerah di Scotland tidak terasa menyenangkan bagi Dyana. Saat ini dirinya tengah berada di sebuah jalanan kota yang terhimpit oleh sesaknya gedung-gedung pencakar langit.Dyana bersenandung sedih dalam perjalanannya menuju tempat masa kecilnya itu.Kepergian Dyana jelas tidak diketahui oleh siapapun bahkan oleh Jason kekasihnya. Mungkin sebentar lagi akan ada cekcok diantara mereka berdua tapi Dyana tidak peduli.Dia hanya ingin melihat rumah yang menjadi tempat dirinya tumbuh, melihat adiknya dan melihat neneknya.Lamunannya terbawa oleh masa kelam dimana lima tahun yang lalu, saat usianya baru tujuh belas tahun dirinya menjadi tulang punggung keluarganya.Ayahnya terlalu brengsek dan ibunya harus menanggung segala rasa sakit karena menikahi pria yang berhati seperti iblis.Ibunya meninggal ketika Dyana berumur sepuluh tahun, meninggalkan Dyana untuk mengurusi adik dan neneknya.Dyana putus sekolah saat itu, kerja serabutan demi memberikan hidup yang layak untuk adik perempu

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 7

    Saat itu, hampir tiga bulan Dyana terperangkap dalam jerat kehidupan Jason. Dyana yang terpenjara tidak pernah boleh keluar dari mansion. Tidak boleh berbicara pada siapapun selain orang-orang yang dipercaya dan dikenal oleh Jason.Rasa itu membuatnya gila, Dyana gila karena terperangkap dalam kemewahan bukanlah hidupnya. Hidupnya selama ini bebas, tidak dipenuhi aturan yang mengekang.Tapi bersama Jason? Dia tidak boleh memiliki kebebasan itu semua. Hanya Jason yang boleh menentukan hidup Dyana.Karena sudah muak dengan segalanya, termasuk dengan Jason yang bungkam pada hubungan mereka akhirnya Dyana pergi dari mansion, kabur tanpa membawa apapun selain telepon dan dompet miliknya.Dyana tidak peduli lagi mengenai Jason yang marah, Dyana tidak peduli lagi jika pada akhirnya adiknya atau neneknya akan sengsara lagi karena ulahnya. Sebab pada akhirnya Dyana lah yang menanggung emosi dan tekanan batin.Mansion mewah itu sendiri berada di salah satu pulau pribadi di Scotland dan dikelilin

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 8

    Dyana berhenti untuk mengambil napasnya, sesak di rasakan olehnya. Airmatanya memupuk menyedihkan.Saat itu pintu toko bunga terbuka, adik Dyana, Jessica terlihat sedang menata ulang bunga-bunga yang segar itu.Jessica terlihat cantik, dia sudah tumbuh menjadi gadis dewasa. Dan Dyana tidak pernah bisa melihat perubahannya.Dyana tercekat karena kenyataan itu, adiknya tidak pernah tahu pekerjaan apa yang dilakukan olehnya. Adiknya hanya tahu bahwa Dyana tidak bisa menemuinya, sampai batas waktu yang ditentukan.Jason hanya memperbolehkan Dyana menghubungi adiknya itu ketika Jason ada di sampingnya. Jadi komunikasi mereka tidak pernah seintensif itu.Jessica sangat sehat, tumbuh tinggi dengan rambut hitam legamnya yang luar biasa.Dyana ingin mendekat, mengusapkan tangannya ke rambut adik perempuannya itu tapi dia tidak bisa melakukannya.Tangisan Dyana membuat Jessica seperti bisa merasakannya, Jessica terlihat menoleh ke sekelilingnya. Dan saat itu Jessica berbalik, menatap Dyana yang

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 9

    "Pak, seseorang mengirimkan hadiah untukmu."Alex yang saat itu tengah berjalan keluar dari koridor dihentikan oleh seorang murid yang mengatakan bahwa dia mendapatkan sebuah bunga dari seseorang.Alex tersenyum, "dari siapa itu Tommy?""Entahlah... Dia tidak mengatakan apapun dan hanya ingin kau mengambilnya."Senyum Alex hilang dan digantikan dengan tatapan cemas."Tommy, apa yang sudah ku katakan padamu? Jangan pernah berbicara dengan orang asing, apalagi mau diberikan sesuatu oleh orang asing.""Tapi dia bukan orang asing Pak.""Apa maksudmu?""Dia mengatakan sangat mengenalmu dan itu jelas untukmu. Alex Mylson."Kerutan di dahi Alea kembali terlihat."Apa lagi yang dia katakan?""Dia mengatakan bahwa kau sudah memenuhi janjimu untuk menjadi guru dan itu sangat keren!"Mendengar hal itu Alex langsung mengambil hadiah yang dipegang oleh anak muridnya itu.Dan benar saja, kata-kata dibelakang kotak hadiah itu membuat jantung Alex terhenti.Kau hebat, sudah bisa menggapai salah satu i

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 10

    Dyana berjalan dengan tatapan kosong di bawah ruko-ruko yang menjulang tinggi itu, disisi kanannya kantong plastik yang berisi barang-barang pokok untuk keluarganya terasa berat.Nyonya Merlin memberikan banyak uang dan bonus tambahan untuk Dyana, sehingga kali ini tidak butuh lama bagi dirinya untuk bisa membawakan adiknya makanan yang layak.Saat dirinya sampai di depan rumah, Dyana membuka pintu dan melihat adiknya menangis. Jessica menangis karena neneknya yang sedang memukulinya."Apa-apaan ini?!" Teriak Dyana menghentikan neneknya. Neneknya menghentikan pukulannya pada adik Dyana tapi dia bisa melihat neneknya menahan amarah yang teramat sangat begitu dia melihat Dyana."Jadi kau sudah pulang hah?!" Raung neneknya.Neneknya menghampiri Dyana, memegang erat jaket yang dipakai Dyana."Mengapa kau melakukan ini Dyana? Katakan pada nenek mengapa kau tega melakukan ini pada kami! Apakah aku pernah mengajarimu melakukan hal yang menjijikan seperti ini?!" Teriak neneknya sambil menangi

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 11

    Saat menyadari bahwa Dyana tidak beranjak sama sekali dari tempat duduknya saat itulah Alex kembali bertanya."Apakah kau tidak ingin pulang ke rumah atau bagaimana?""Aku punya.""Lalu?""Aku tidak bisa pulang.""Tapi mengapa?"Melihat Dyana yang hanya diam, Alex menghembuskan napasnya."Jika kau tidak ingin mengatakan alasannya tidak apa-apa, aku bisa mengerti-""Karena aku diusir." Potong Dyana."Aku tidak bisa pulang ke rumah ku saat ini karena nenek ku sudah tidak ingin melihat wajahku lagi.""Oh...""Aku sudah tidak punya siapapun selain nenek dan adik perempuan ku tapi saat ini mereka tidak bisa menerimaku."Alex yang masih duduk mulai bersandar dan mengubah posisinya seperti Dyana."Tapi apa alasannya? Mengapa nenekmu tidak ingin melihatmu padahal kau adalah cucunya?"Dyana tidak ingin membicarakan ini dengan siapapun terutama dengan pria asing yang baru dikenalnya itu, tapi dia entah mengapa bisa merasakan keamanan aneh dari pria yang sudah berada di sampingnya ini."Karena ak

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 12

    Alex mengajaknya pergi ke rumah temannya, disana Dyana diberikan kamar untuk berteduh selama satu bulan.Dan selama satu bulan itu hubungan Alex dan Dyana menjadi dekat. Alex juga menjadi alasan utama mengapa Dyana menjadi penjaga toko di toko milik bibi Alex.Memang uang yang didapatkan Dyana tidak seberapa ketimbang pekerjaan dulu, tapi Dyana senang bisa membuktikan bahwa dia mampu melakukan pekerjaan yang baik.Dyana sering mampir ke sekolahan adiknya hanya untuk memberikannya uang. Adiknya awalnya menangis tapi Dyana meyakinkan bahwa dia akan segera pulang menemuinya.Dan ketika dua bulan, Dyana pergi dari rumah yang disediakan itu. Menyewa sebuah kamar di dekat kota dan dekat dengan toko milik bibi Alex.Saat itu pula lah Alex dan Dyana menjalin hubungan. Alex lebih tua tiga tahun dari Dyana, yang membuatnya menjadi gadis yang sangat pengertian.Alex menyemangatinya, selalu menjadi bahu untuknya bersandar dan selalu memberikan alasan mengapa Dyana harus hidup dengan baik.Bulan be

Latest chapter

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Epilog

    Angin malam membuat banyak orang ragu-ragu untuk pergi ke luar dari rumahnya, tapi tidak bagi Anthony yang masih kuat untuk duduk di bangku dekat balkon.Wajahnya mengeras ketika mengingat pengkhianatan Renesmee.Wanita itu meninggalkannya, dia tidak merasa sakit sama sekali. Tapi wanita itu dengan beraninya meninggalkan anak-anaknya.Alan dan Rosseanne akhir-akhir ini sering menangis tanpa sebab, ketika Anthony membawa dokter ke rumah. Mereka mengatakan padanya bahwa anak-anaknya mengalami demam.Anthony langsung membenci Renesmee saat itu, dia bukan hanya menyakiti hati dan fisiknya. Tapi Rene juga menyakiti anak-anaknya.Anthony masih mengingat bagaimana Rene yang menusuk pisau ke arah paha kakinya. Rene menyakitinya dan pergi dari pulau ini dengan sembrono, meninggalkan dirinya dan anak-anak mereka.Janji yang mereka buat, cinta yang mereka gaungkan di setiap sisi pulau hanyalah sebuah fiksi.Rene tidak pernah mencintainya, dia membohongi semuanya. Dia berpura-pura dan berakting

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 103

    Rene berjalan menuju sisi taman yang basah, hujan deres yang mengguyur kota membuat beberapa jalanan tergenang air.Jaket yang Rene kenakan tidak bisa menghalangi dinginnya udara atau mungkin kelembaban udara yang menusuk kulitnya.Rene menatap beberapa orang yang juga sedang berjalan sambil memegang kopi panas atau beberapa anak-anak yang memainkan bermain air hujan dengan menciprati temannya yang lainnya.Rene tersenyum melihat pemandangan itu, ulu hatinya nyeri melihat raut polos anak-anak yang sedang bermain tanpa adanya beban. Rene bertanya-tanya apakah anak-anaknya akan seperti itu juga?Ataukah Anthony membesarkan kedua anaknya dengan cara yang berbeda? Bisakah anak-anaknya hidup normal seperti anak-anak lainnya?Pikiran itu membuatnya pusing dan pada akhirnya dia memilih duduk di bangku taman yang tidak terkena air sama sekali.Rene menyadari sudah hampir satu bulan sejak dirinya pergi dari pulau.Dan sampai hari ini, belum ada tanda-tanda Anthony mencari keberadaannya. Rene b

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 102

    "Apa kau ingin di temani?" Kalimat penuh tanda tanya itu dilontarkan oleh Orlan ketika mereka sampai di tempat yang telah dijanjikan oleh ibu Rene untuk bertemu dengannya."Aku tidak butuh di temani, kau tahu aku sudah dewasa." Jawab Rene dengan senyum mencoba meyakinkan Orlan.Orlan memandanginya dengan tidak yakin, Rene tahu bahwa pria itu sangat khawatir kepadanya dan inilah yang dia selalu lakukan setiap saat.Desahan napas Orlan yang terlihat kecewa membuat Rene sedikit merasa menyesal. Tapi dengan anggukan kecil itu, Rene tahu bahwa pria yang ada di hadapannya ini akan menyadari betapa pentingnya pertemuan ini."Aku akan duduk di sebrang sana dan jika kau merasa tidak nyaman atau terjadi sesuatu. Aku mohon untuk memanggilku. Apa kau mengerti?"Rene mengangguk dan dengan itu Orlan mengecup telapak tangannya dengan lembut. Dia pergi dan meninggalkan Rene sendirian disana.Rene duduk di tempat yang sudah dia dan ibunya sepakati, jam dinding sudah menunjukan waktu bahwa ibunya akan

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 101

    Rene melihat dirinya melalui cermin yang ada di kamarnya. Rene bisa melihat bayangan dirinya yang lesu, memiliki lingkaran hitam di matanya dan pucat.Akhir-akhir ini mimpi tentang pulau itu, Anthony dan anak-anaknya menghampirinya setiap kali Rene memejamkan matanya.Dalam mimpi itu, Rene bisa melihat anak-anaknya dan Anthony saling menatapnya dengan penuh kebencian. Mereka menggumamkan kata-kata yang tidak dapat di dengar oleh Rene, tapi jelas Rene bisa merasakan rasa sakit mengendap di hatinya ketika dia melihat wajah-wajah mereka.Mengerti bahwa tidurnya tidak akan nyenyak karena dihantui oleh wajah-wajah itu, Rene akhirnya memutuskan untuk terjaga semalaman dengan membaca buku-buku yang dia bawa dari rumahnya.Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Anthony mencarinya. Dia sempat khawatir bahwa apa yang dia lakukan saat itu mungkin membuat Anthony terluka parah.Kenangan sebelum Rene kabur terlintas di kepalanya. Dia benar-benar tidak pernah merencanakan untuk menusuk kaki Anthony

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 100

    "Apa sudah selesai semuanya? Kau sudah mengemasi barang-barang yang kau butuhkan?"Rene mengangguk dan menunjukkan pada Orlan tas kecil yang selalu menjadi kesukaannya. Rene tersenyum kepada Orlan, "hanya ini saja barang-barang yang ku butuhkan.""Di tas sekecil itu?"Orlan dengan tatapan tak percaya bertanya kepada Rene yang terlihat bahagia."Aku hanya butuh kenangan-kenangan tentang bibi Shelly dan dirimu."Orlan tersenyum melihat tingkah Rene, bagaimana pun dia terlihat bahagia.Rene sudah melalui semua yang terjadi dengan tabah dan kuat, maka Orlan harus terus mendukungnya.Orlan memang merindukan Renesmee yang selalu tersenyum dan bahagia. Tapi kini semuanya perlu waktu, Rene perlu waktu untuk bisa terus menghilangkan rasa traumanya."Kau yakin hanya butuh itu?""Aku yakin."Orlan mengangguk dan segera setelah itu mereka pergi dari rumah Rene.Rene melihat rumah itu lagi setelah Orlan menguncinya."Aku akan sangat merindukan rumah ini.""Aku tahu. Tapi aku yakin kau tidak aman j

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 99

    Rene akhirnya kembali mencoba berjalan menuju kamarnya, ketika dia membuka kamarnya, semuanya masih sama seperti terakhir kali dia pergi.Sprei, selimut hingga bantal yang terdapat di kasur kamar itu tidak berubah sama sekali.Dan untuk yang pertama kalinya, Rene merasakan kerinduan mengenai dirinya yang dulu.Dia pikir akan lebih muda baginya untuk melupakan masa lalunya tapi dengan melihat kamar ini, dia tahu bahwa tidak semudah itu melepas apa yang pernah dia rasakan.Rene mendekati meja kamarnya, melihat foto mesranya dengan Orlan. Bukan hanya satu melainkan beberapa foto yang menunjukkan kasih sayang mereka berdua.Rene tersenyum, dia mengusap foto itu. Rene masih bisa mengingat setiap kejadian dalam foto itu.Foto kencan pertama mereka, diambil ketika Orlan dan dirinya pergi ke kota untuk membeli buku-buku yang diinginkan Rene.Orlan melihat Rene masih terdiam sambil menggenggam foto itu dengan jemarinya."Kau ingat foto itu?""Tentu saja, ini foto kencan pertama kita."Orlan me

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 98

    Pintu mobil milik Orlan dibuka oleh Renesmee, dia diperbolehkan pulang setelah lama diperiksa di rumah sakit.Orlan dengan hati-hati menuntunnya dan dia kembali melihat rumah yang di tempati olehnya dan bibi Shelly. Rumah itu terasa asing, padahal Rene telah dibesarkan dan tinggal di rumah ini dengan kurun waktu yang sangat lama.Lebih lama daripada di pulau itu, tapi Rene merasa tidak dapat mengenali rumahnya sendiri.Orlan dan dia memasuki halaman rumahnya, terlihat kotor dan tidak terawat karena memang setelah bibinya meninggal, tidak ada lagi yang membersihkan halaman dan rumput-rumput di sekelilingnya.Rene melihat pohon besar di sisi kanan rumah yang kini gugur daunnya, dia mengenang masa-masa ketika bibinya dengan penuh perhatian akan membiarkannya bermain boneka atau bahkan ayunan sambil memasakkan makanan kesukaannya di dapur. Jika bibinya telah selesai masak, biasanya pintu jendela akan dibuka dan dengan wajah yang penuh cinta, bibinya akan memanggil Rene untuk makan.Kenang

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 97

    Orlan mendatanginya lagi ketika matahari sudah berada di tengah-tengah kota. Seragam Orlan yang menjadi pusat perhatian Rene untuk pertama kalinya.Dia begitu tampan dan dewasa begitu mengenakan pakaian kerjanya itu, tapi ada beberapa rasa sedih dan lelah yang bisa Rene lihat dari raut wajah dan mata Orlan."Kau terlihat bagus dengan seragam itu." Ucap Rene lemah ketika Orlan tidak kunjung mendekatinya atau bahkan mengatakan sesuatu untuk menyapanya."Kau tidak tidur lagi?""Aku tidur.""Jangan berbohong padaku Renesmee."Renesmee?"Aku tidak bisa tidur." Ungkap Rene dengan lemah."Aku takut jika aku tertidur, semua ini hanya akan menjadi mimpi."Itu bohong.Dia tahu bahwa tidak mungkin ini semua adalah mimpi.Rene hanya takut bahwa jika dia tertidur, dia akan melihat gambaran kehidupannya ketika berada di pulau itu."Mereka menempatkan polisi-polisi di luar karena mereka peduli terhadap kenyamanan mu. Tidak akan ada yang menyerangmu. Tidak ketika ada aku disini bersamamu."Orlan meme

  • Terperangkap Obsesi Mafia   Bab 96

    Beberapa tahun kemudianRasanya sakit, Rene benar-benar kesakitan.Sakit di semua bagian tubuhnya.Dia berpikir bahwa kegelapan itu mungkin adalah pertanda bahwa dia telah mati.Tapi dia sadar bahwa dia belum mati.Ada suara seseorang yang berteriak memanggilnya."Rene!"Dia mencoba mencari tahu arah suara itu dan siapa yang sedang berteriak kepadanya."Rene kau harus bangun! Kau tidak boleh mati!""Aku mencintaimu!""Kita berdua akan baik-baik saja, aku berjanji padamu!"Dan saat itulah Rene membuka matanya, dia berada di ruangan serba putih dan bau obat-obatan menyeruak di setiap sudut ruangan itu.Tidak di ragukan lagi bahwa itu adalah rumah sakit, tapi mengapa dia sampai di rumah sakit?Rene bangun dan melihat jendela yang ada di sampingnya, jendela itu mengarah ke gedung-gedung tinggi.Dan ketika dia mengelus perutnya, itu sudah datar. Tidak ada lagi benjolan kehidupan dalam dirinya.Rene mulai panik dan mencoba berpikir sedemikian rupa mengenai apa yang terjadi padanya.Apa yang

DMCA.com Protection Status