Share

Bab 4

Anthony menyukai pesta, dia begitu suka segala sesuatu yang memekakkan telinga agar dirinya bisa tahu bahwa saat itu dia masih hidup. Pesta menyadarkannya dari ketakutan kematiannya.

Sahabatnya Bruno tengah berbicara tentang suatu hal yang membosankan mengenai bisnis mereka yang ada di Scotland. Anthony tidak butuh nasehat dari temannya itu, karena bisnis mereka jelas menjadi salah satu alasan mengapa Scotland masih bergantung kepada Anthony.

Tidak ada pihak yang bisa menghalanginya. Karena jaringan bisnis Anthony telah meluas di sepanjang negara Eropa.

Ya, Anthony adalah seorang mafia sekaligus CEO perusahaan yang bergerak dalam bidang pengadaan berlian, resort dan teknologi.

Tidak akan ada yang bisa menangkapnya karena sebagian besar para pengusaha di benua Eropa menggunakan jasa Anthony. Teknologinya yang berbasis keamanan rumah dan perusahaan jelas sangat berguna bagi para pembisnis kancah dunia.

Dan untuk pekerjaan kotor Anthony, dia menjalankan pekerjaan untuk pengadaan pembunuhan terencana bagi para pengusaha yang ingin membunuh saingan bisnisnya, Anthony juga memiliki kewenangan untuk mengekspor teknologi persenjataan ilegal.

Untuk narkoba, Anthony tidak terlalu menyukainya. Karena tentunya banyak teman-teman se-anggotanya yang sudah berkecimpung dalam dunia itu jadi Anthony tidak ingin ikut campur. Anthony hanya menjaga mereka, menjaga agar dunia tidak begitu mencurigai pergerakan keanggotaan mereka.

Bruno adalah salah satu anggotanya, dia pria yang baru berumur tiga puluh lima tahun, tiga tahun lebih muda dari Anthony.

Pria itu sudah menjadi tangan kanannya sejak dua puluh tahun yang lalu saat dunia mafia belum mengenal mereka berdua. Bruno berbisnis dibagian obat-obatan terlarang. Tentunya karena Bruno lulus sebagai dokter hebat di negara asalnya, Spanyol.

Namun ilmunya tidak digunakan olehnya di rumah sakit, melainkan digunakannya untuk menjadi bandar narkoba.

"Kau tidak ingin mencari wanita?" Tanya Bruno pada Anthony saat mereka berdua meminum anggur mahal dengan elegan di sudut bar itu.

"Tidak terlalu tertarik pada gagasan wanita." Anthony menjawab dengan datar.

"Bagaimana denganmu?" Sambung Anthony.

Bruno terkekeh, "kau tidak melihat bagaimana sifat Nathasya? Bisa-bisa aku dihabisi olehnya jika aku ketahuan tidur dengan wanita lain."

Anthony menggelengkan kepalanya, "mengapa kau begitu takut dengan Nat? Kalian bahkan belum menikah."

"Kau tidak tahu Ant, gagasan mengenai sebuah komitmen tidak selalu harus berkaitan dengan menikah. Aku mencintai Nat, bertanggung jawab atas perasaannya sudah cukup membuatku takut untuk mengkhianatinya. Kau belum menemukan yang seperti itu, jika kau sudah menemukannya pasti kau akan segera menyadari bahwa diatas cinta ada salah satu hal yang paling ingin kau jaga. Yaitu kepercayaan."

Anthony menatap gelasnya yang sudah kosong, "tidak tertarik pada sebuah hubungan seperti dirimu dan Nat."

"Oh ayolah Ant, sudah saatnya kau memilih wanita yang bisa membuatmu merasakan nyaman setiap saat. Tidak harus menikah ku pikir karena wanita sekarang lebih suka untuk tidak menikah."

"Tapi, sebelumnya.... Aku ingin bertanya padamu Ant, sebagai teman baikmu selama kurang lebih dua puluh tahun. Aku tidak pernah tahu kriteria wanita yang kau sukai."

Anthony berdiri dan berjalan menuju balkon bar, matanya menjelajahi lantai bar itu.

Sampai pada suatu titik, dunianya terhenti.

"Ant?"

Mata Anthony menatap gadis itu, gadis yang sempat menghentikan dunianya saat mereka bertabrakan di bandara.

Itu tidak mungkin hanya hayalan Anthony karena gadis itu benar-benar sedang bercanda dengan temannya yang lain. Jelas saja itu gadis yang sama, yang Anthony temui.

"Tipe wanita yang ku sukai adalah wanita yang berambut hitam, memiliki mata sehangat lelehan cokelat panas dan wajah yang ramah bagaikan musim panas. Dia harus selalu tersenyum bahagia dan memiliki senyum menyipit tanpa ada paksaan dari siapapun."

Anthony masih menatap gadis itu, tapi kemudian gadis itu pergi bersama seorang laki-laki yang bisa Anthony ketahui adalah kekasih gadis itu.

"Agak mengejutkan kau punya tipe yang sangat amat detail seperti itu."

Anthony mengalihkan pandangannya ke arah Bruno.

"Dimana Jason? Ku pikir kau sudah memanggilnya dari tadi?"

"Dia sampai sebentar lagi. Kau tahu? Aku kadang suka prihatin kepadanya. Dyana jelas bukanlah sosok yang diinginkan olehnya."

"Dyana bukan wanita murahan seperti yang Jason kira selama ini, jelas dia tidak akan menjadi seseorang yang diinginkan oleh Jason."

"Tapi Dyana menyetujuinya kan? Maksudku dia berhutang pada Jason akan hidupnya, keluarganya dan semua orang yang berkaitan dengan Dyana. Menurutku imbang."

Anthony menghela napas, "aku berpikir bahwa memaksakan kehendak bukanlah hal yang baik."

"Jangan mengatakan hal seperti itu Ant, tidak akan ada yang tahu masa depan. Siapa tahu kau harus melakukan hal seperti itu juga di masa yang akan datang."

Setelah ada beberapa keheningan, Jason datang dengan Dyana yang memeluk lengannya.

Anthony tidak terlalu mengenal Dyana, hanya pernah terlibat percakapan kecil dengan wanita itu beberapa kali saat Jason pertama kali mengenalkan mereka.

Dyana bukan sosok yang Anthony sukai tapi karena sikapnya yang masa bodoh membuat Anthony akhirnya berusaha menyukai wanita itu.

Tahu bahwa kekasihnya mungkin akan melakukan perbincangan bisnis penting, Dyana segera pamit pergi dengan mengecup pipi Jason.

Anthony mengamati kepergian Dyana. Sedikit menyipitkan matanya pada Jason karena wajah penuh luka Dyana berhasil menyita perhatiannya.

"Kau mengijinkannya pergi ke lantai dansa tanpa dirimu?" Bruno bertanya dengan sedikit tak percaya. Mengingat sifat posesif Jason pada kekasihnya itu.

"Hanya untuk malam ini saja, asalkan aku bisa tetap mengawasinya dan dia tidak pergi berdansa dengan laki-laki lain."

"Oh, jika itu dengan laki-laki aku yakin dia tidak akan melakukannya. Tapi kau tidak sadar bahwa Dyana bukanlah wanita murahan seperti gadis yang ada disini kan? Daryl jelas tidak tertarik dengan pria sepertimu tapi lebih tertarik dengan pria seperti Bruno." Anthony berucap sambil menyeringai.

"Hentikan itu Ant."

"Kalian bertengkar?" Tidak menghiraukan ucapan Bruno, Anthony langsung mencerca pertanyaan pada Jason.

"Ya."

"Mengapa?"

"Hanya ada sedikit kesalahpahaman. Selebihnya kami baik-baik saja."

Bruno menaikkan alisnya tanda tak percaya, "kau pasti bertengkar dengannya karena kau tidak menemukan dia di manapun kan?"

"Bagaimana kau bisa tahu?" Jason sedikit tidak percaya dengan prediksi Bruno.

"Oh ayolah, kau sudah melakukan itu hampir sebanyak seratus kali dalam setahun belakangan ini."

"Be-benarkah?" Jason sedikit terbata karena ketakutan.

"Ya, kau melakukannya."

Bruno menatap wajah Jason yang berkeringat itu.

"Katakan pada kami Jason, apa yang terjadi? Mengapa kau begitu ketakutan kepadanya?"

"Aku tidak bisa mengatakan apapun karena aku memang tidak ada yang perlu ku katakan." Jason berusaha menutupi ketakutannya.

Anthony terkekeh mengejek, "seseorang takut kehilangan kekasihnya."

"Kau belum pernah merasakan hal seperti itu Ant, suatu saat nanti mungkin kau akan lebih buruk dariku saat ini."

"Hahahaha kau mabuk? Tidak akan! Aku tidak akan pernah jatuh cinta!"

"Sialan Ant, aku bersumpah jika ada hari dimana kau terjatuh karena wanita maka aku akan tertawa di wajahmu tanpa rasa bersalah."

"Sudahlah, lupakan hal itu.... Tapi Jason, siapa gadis yang ada di dekat kekasihmu itu?"

Jason dan Anthony menoleh ke arah kaca pembatas ruangan itu yang langsung mengarah ke lantai dansa.

Disitu terlihat Dyana dan seorang gadis yang terlihat tidak asing.

"Dia gadis yang ku tabrak di bandara." Ucap Anthony.

"Siapa?"

"Entahlah, Dyana mengenalnya?"

"Tidak. Dia tidak pernah mengatakan apapun."

Jason bisa melihat Dyana seakan-akan bahagia dengan gadis itu, mereka saling berbincang bahkan Dyana terlihat membisikkan sesuatu kepada gadis itu. Tapi belum sempat Jason merasakan hal bahagia karena bisa melihat wajah kekasihnya berseri-seri Jason melihat ada pria lain yang datang. Sepertinya itu teman dari gadis yang berada di dekat Dyana.

Gadis itu sedari tadi tidaklah sendiri, melainkan ada laki-laki yang berada di dekatnya.

"Kau tidak cemburu?" Anthony bertanya pada Jason.

"Bukankah pria yang ada di samping gadis itu adalah kekasihnya?"

"Tahu darimana?"

"Hanya pengamatan sederhana."

Keheningan tercipta, "tanyakan pada kekasihmu itu siapa gadis yang ada di sampingnya."

"Memangnya kenapa?" Jason bertanya.

"Kau tertarik padanya?" Kali ini Bruno yang bertanya.

"Dia terlihat sangat muda dan mungkin tidak tertarik pada pria tua sepertimu."

"Siapa yang mengatakan aku tertarik?"

"Dari sikapmu."

"Aku hanya merasa Jason perlu berhati-hati pada gadis itu."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status