Dion tidak bisa menjawabnya. Dia segera masuk ke dalam mobil meninggalkan Rafly begitu saja. Bukankah itu sangat tidak baik. Asisten langsung masuk tanpa menunggu tuannya terlebih dahulu masuk.Namun, Rafly tidak peduli sama sekali, dia masih memandang ke arah Olla yang saat ini memandang ke arahnya. "Masuk sana, jangan keluar dan jangan kemana-mana," jawab Rafly singkat, padat dan jelas. Setelah itu, barulah Rafly masuk kembali ke dalam mobil. Barulah mobil tersebut meninggalkan rumah.Olla yang mendengar permintaan dari Rafly hanya menghela napas dan langsung masuk ke dalam rumah. Saat hendak masuk ke dalam rumah, kedua pria beda usia pun keluar, tidak lupa Olla memberikan salam kepada Tuan Mathias dan Tuan Abraham. Sapaan ke kepada Tuan Abraham hanya ditanggapi dingin olehnya. Olla hanya tersenyum kecil ke arah keduanya. Tuan Abraham segera masuk ke dalam mobil meninggalkan Tuan Mathias yang masih berdiri di depan Olla. "Nak, masuklah. Jangan pedulikan orang yang ada di rumah
Olla segera masuk ke dalam kamar. Dia benar-benar terluka hati. Entah kenapa saat ini Olla ingin sekali meninggalkan rumah tersebut. Namun di dalam perjanjian antara dirinya dan Rafly, Olla tidak boleh meninggalkan rumah tersebut tanpa perintah dari Rafly. Olla langsung terduduk di lantai, dia menangis dan memeluk kakinya yang dia lipat ke arah depan dan dia menyembunyikan wajahnya diantara kedua lutut yang ada di depannya."Kenapa mereka begitu kejam denganku Kenapa mereka memperlakukanku seperti ini, aku tidak pernah menginginkan semua ini. Untuk menikahi Rafly saja aku tidak berpikiran sama sekali, aku ke sini hanya ingin bekerja, mengubah nasibku dan aku ingin menjadi orang yang lebih sukses dari sebelumnya, tapi kenapa aku diperlakukan seperti ini. Kenapa! Mereka begitu jahat denganku, mereka tidak punya hati. Aku benci dengan dia!" teriak Olla dengan cukup kencang sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Olla mengangkat kepala dan memandang foto yang ada di atas tem
"Lihat saja, Anda semua pasti suka," jawab Dion dengan tenang. Ketiganya hanya bisa diam dan tidak berkata apapun. Mereka benar-benar tidak percaya Dion bisa seperti itu. Apalagi Rafly yang tenang dan wajah pembunuhnya sudah terlihat. "Mimpi apa aku semalam punya teman datar gitu wajahnya," gumam Edgar. Mereka menuju ke tempat yang dikatakan oleh Dion. Tempat yang sangat jauh dari keramaian dan tentu saja mereka saat ini belum tahu apa yang akan dilakukan oleh Rafly. Sesampainya, mereka di tempat tujuan Rafly turun di susul dengan yang lainnya. Anak buah Rafly menundukkan kepala dan mempersilahkan Rafly masuk. "Mereka aman, Tuan," jawab anak buah Rafly tanpa menunggu apa yang akan ditanyakan oleh sang Tuan. "Aman apanya?" tanya Farrel. "Kamu culik orang? Atas dasar apa?" tanya Edgar. "Pengkhianat," jawab Rafly singkat. Ketiganya lagi- lagi hanya bisa diam dan tidak banyak komentar karena mereka benar-benar ingin tahu pengkhianatan seperti apa. Rafly melihat anak buahnya meme
Rafly dan rombongan akhirnya pulang kembali mereka tidak ada jalan-jalan ke mana -mana. Dan tidak ada percakapan membeli oleh-oleh. Karena para sahabat Rafly sudah enggan untuk menasehati Rafly. Sudah ranah pribadi jadi biarkan saja pikirnya. "Tuan, apa Tuan akan langsung pulang ke rumah atau ke kantor dulu?" tanya Dion. "Ke kantor," jawab Rafly. Dion hanya menganggukkan kepala dan tidak lagi bertanya ini dan itu. Perjalanan dari France ke Italia tidak membuat Rafly lelah. Rafly dan para sahabat tiba di bandara mereka berpisah dan masuk ke mobil masing-masing. "Apa ada meeting hari ini?" tanya Rafly singkat. "Tidak ada, hanya memeriksa data keuangan dan ada beberapa kerja sama yang belum Anda sepakati saja setelah itu tidak ada. Dan satu lagi laporan dari Mollusca mengenai produk senjata api yang kita kirimkan itu ada cacatnya, dia minta kita cek dibagian produksi, apakah kesalahan dari kita atau ada sabotase, Tuan," ucap Dion. "Sabotase senjata api yang diproduksi di bagian Bar
Tuan Mathias muncul di belakang mereka. Bibi Ann segera berdiri dan menundukkan kepala ke arah Tuan Mathias. Olla yang masih nemegang piring juga ikut berdiri. Piringnya diletakkan terlebih dahulu baru dirinya ikut menundukkan kepala. "Sudah, kalian jangan seperti itu. Olla, kamu sedang apa, nak?" tanya Tuan Mathias. "Saya, sedang makan sembari mencari angin. Kakek, kenapa sudah pulang? Apa kakek sehat-sehat saja?" tanya Olla yang khawatir dengan kondisi Tuan Mathias. Tuan Mathias tersenyum melihat kekhawatiran cucu menantunya. Tidak salah dirinya memilih Olla. Baik, perhatian, ramah, adabnya juga bisa dikatakan luar biasa hormat kepada orang yang lebih tua juga terlihat. Walaupun tidak berpendidikan tapi dia mempunyai semua itu yang belum tentu dimiliki orang yang berpendidikan. Contohnya, anak, menantu, cucu dan wanita yang baru-baru ini muncul mengacaukan rumah mereka. "Makan apa, nak. Ayo kita makan sama-sama, Ann bawakan saya makanan ke sini. Tadi saya ada bawa ayam bakar,
Niken yang baru saja pulang mencari keberadaan Olla. Tujuannya satu, dia ingin memberikan kejutan yaitu paper bag yang berisi barang mewah dari Nyonya Megumi. "Aku harus temui pelayan miskin itu, aku akan tunjukkan semua belanjaan ini kepadanya. Aku yakin dia akan iri dan merengek hebat karena aku diberikan ini. 'Nyonya aku ini menantumu' . Memangnya kalau menantu kenapa? Menantu tidak disukai, buat apa," ucap Niken yang ke sana kemari mencari keberadaan dari Olla. Saat ini pelayan di rumah melihat Niken yang sibuk sendiri menenteng paper bagnya dan mereka tidak sudi untuk membantu. "Lihat itu, sebenarnya dia yang miskin, malah dia mengatakan Nona Olla. Dasar tidak tahu malu," ucap Susan yang enek melihat kelakuan dari tamunya Nyonya mereka. Saat dirinya kesulitan membawa paper bag Niken tanpa sengaja melihat Olla yang berada di belakang. Dengan antusias dia ke belakang akan tetapi dia melihat keberadaan dari Tuan Mathias yang tertawa dan keduanya terlihat akrab. "Pak tua itu den
Rafly mengambil botol dot yang entah kenapa dia bisa ambil itu. Melihat barang yang dia ambil salah, wajah Rafly langsung memerah dirinya tidak tahu harus berkata apa saat ini. Malu dan bodoh itu beda tipis. "Akibat durhaka dengan istri, ya begini. Tobat sebelum kamu menyesalinya. Jangan sampai terlambat takutnya, kalau terlambat bisa-bisa hidupmu akan menderita dan dia bahagia, bro," ujar Edgar meninggalkan Rafly seorang diri yang masih terdiam. Dion hanya bisa diam, dia tidak angkat bicara bahaya jika dia ikut menimpali apa yang dikatakan oleh sahabat tuannya. Rafly menatap ke arah Dion yang diam dan tidak meninggalkan dia. "Kenapa kamu tidak ikut mereka?" tanya Rafly dengan suara dingin. "Ah, itu anu begini, Tuan. Saya mau ambil itu juga. Tapi, warna pink untuk Bella. Sepertinya, dia tidak mau minum susu dari mangkuk. Jadi, saya mau beli untuk Bella, siapa tahu dia mau minum dari dot ini," jawab Dion segera mengambil dot besar berwarna pink dan satu lagi biru setelah itu Dion
Rafly segera masuk ke dalam kamar. Dirinya tidak ingin mendengar ocehan ibunya yang saat ini berteriak memanggil dirinya karena dia berkata seperti itu ke Niken. "Rafly... Rafly! Mommy belum selesai bicara padamu. Rafly!" teriak Nyonya Megumi dengan kencang tapi tetap tidak dipedulikan oleh Rafly. Nyonya Megumi hanya bisa menatap anaknya yang terus jalan tanpa sedikitpun berhenti. "Anak itu, benar-benar sudah membuatku emosi."Niken geram dan emosi karena Rafly mengusirnya dan yang lebih parahnya dia mengatakan kalau dirinya jangan ke sini jika tidak ada urusan. Apa-apaan ini, dia ada urusan karena dirinya. Kalau tidak, mungkin dia memilih keluar negeri. "Aunty, aku bagaimana? Apa aku harus pulang?" tanya Niken merengek ke Nyonya Megumi sembari memegang tangan Nyonya Megumi dan menggoyangkannya. Nyonya Megumi mendengar rengekkan Niken geram tapi dia berusaha tenang dan sabar. "Niken, kamu pulang saja. Besok ke sini lagi, Aunty ada sesuatu yang harus kamu kerjakan. Aunty harap kam
"Kita harus buat anak lagi, agar kita bisa bahagia. Banyak anak banyak rezki, aku suka anak-anak. Kamu setuju, Sayang?" tanya Rafly. Rafly hanya mendengar tawa dari suster dan Dokter tapi tidak mendengar suara Olla. Rafly menoleh ke arah Olla yang sudah tertidur. "Istri Anda sudah tidur, dia tidak mendengar apa yang Anda katakan. Dan dia harus menjalani proses penyembuhan paling lama tiga sampai lima bulan. Jadi, tolong Anda jangan agresif, ya," jawab Dokter membuat Rafly tersenyum. Rafly sangat malu, dia tidak tahu harus berkata apa. Olla yang sudah dibersihkan segera dibawa ke ruangan khusus dan bayinya juga. Di luar ruangan sahabat Rafly sudah berkumpul dan Dion ada di sana. Dia menatap ke arah Rafly dan tersenyum kecil. "Pingsan, itu harusnya disematkan untuk istriku dan aku, ini malah kamu," omel Rafly yang protes karena asistennya pingsan. "Namanya saja jatuh, ya wajar kalau saya seperti tadi pingsan," jawab Dion. "Selamat atas kelahiran bayi kembar tigamu, semoga dia men
Rafly dan Dion tidak bisa berbicara karena saat ini mereka sudah ketahuan oleh Olla. Keduanya duduk memandang ke arah Olla yang menatap mereka berdua dengan tatapan yang tajam. Olla masih menunggu jawaban dari keduanya. "Kenapa diam?" tanya Olla. "Mau jawab apa," sahut Rafly dengan tenangOlla menatap tajam ke arah Rafly yang malah mengatakan mau jawab apa. Olla geram karena Rafly bukannya mengatakan sesuatu tapi malah diam dan menjawab dengan tenang tanpa rasa bersalah sama sekali. "Sudah cukup, jangan buat aku kesal, kenapa kamu malah tenang, Rafly. Ada harimau di rumah ini dan temanku akan mati, aku tidak terima. Dia tidak boleh di sini dan jangan kamu pekerjakan temanku, kalau memang tidak ada pekerjaan di tempatmu jangan katakan ada. Kamu menyebalkan," rajuk Olla protes kepada Rafly. Mendengar apa yang dikatakan oleh Olla, Rafly hanya bisa diam, dia bersalah karena sudah membohongi Olla dan tidak memberitahukan siapa Bella itu. Rafly bangun dan mendekati istrinya, dia yang d
Rafly sudah tidak sabar ingin dengar apa yang akan Olla katakan. Dia yakin kalau Olla menginginkan itu dan dia tersenyum ke arah Olla dengan senyum malu-malu dan wajahnya mulai merona. Olla yang melihat perubahan dari Rafly tertawa sambil memegang perutnya yang sudah mulai tenang karena usapan lembut dari Rafly membuat ketiga anaknya tidak lagi tantrum di dalam perut.Melihat Olla tertawa tentu saja Rafly menaikkan alisnya, dia sepertinya tidak mengerti kenapa Olla tertawa. "Kamu tertawa, kenapa? Apa ada yang lucu?" tanya Rafly.Olla menggelengkan kepala dan dia membisikkan sesuatu di telinga Rafly. Rafly langsung terkejut dan dia memandang ke arah Olla, dia tidak percaya jika Olla tahu apa yang ada di pikirannya. "Kamu ini benar-benar, ya, keterlaluan mengerjai aku. Aku sudah semangat, tapi kamu malah mengatakan itu. Ya, sudah kita pergi makan dan beli es krim saja di tempat lain. Pak, pergi ke mall lainnya," ucap Rafly yang memerintahkan kepada sopir untuk pergi ke mall lain. "B
Adrian berbalik dan dia menatap Niken yang saat ini menatap dia. Keduanya tidak ada yang berbicara semuanya bungkam seribu bahasa. Tiba-tiba, Adrian tertawa karena mendengar perkataan Niken. "Hahaha, kamu mengatakan apa tadi? Kita kerja sama? Yakin itu?" tanya Adrian yang meremehkan Niken. Adrian segera pergi, wajahnya berubah menjadi datar dan terlihat wajah ketidaksukaan dia saat berhadapan dengan Niken. Niken mendengar jawaban dari Adrian mengepalkan tangannya. Dia tidak suka Niken mengatakan kerjasama. Dia yakin, Niken pasti mau menyakiti Olla. "Dokter Adrian, tunggu dulu. Sial, tidak tahu diri ke apa dia tidak bisa diajak kerja sama. Apa-apaan ini. Aku benar-benar tidak suka dengan dia. Tidak-tidak, aku harus buat dia kerja sama dengan aku. Aku tidak mau Olla mendapatkan Rafly, dia harus berpisah dengan Rafly," ucapnya. Niken mengejar Adrian, dia ingin Adrian membantunya dia tidak mau Adrian mengabaikannya dan itu akan membuat dia Semakin tidak bisa mendapatkan Rafly. "Adri
"Kamu kenal dia? Maksudnya, Olla? Wanita perebut calon suamiku? Apakah kamu kenal dia, Adrian?" tanya Niken yang menatap lekat ke Adrian yang masih memandang Olla dan Rafly yang menjadi pusat perhatian semua pengunjung di mall. Adrian tidak berbicara sama sekali, dia memilih diam dan memperhatikan dengan intens keduanya. Cemburu? Sudah pasti, dia tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Rafly memperlakukan Olla dengan cukup baik, dia berjalan memegang tangan Olla dengan cukup erat dan dia tidak sedikitpun melepaskan Olla. Penjagaan yang super ketat membuat semua orang takjub dengan Rafly. Siapa yang tidak mengenal dengan Rafly, pengusaha hebat dan sukses, mereka tahu kalau Rafly sudah menikah tapi mereka tidak tahu siapa istrinya dan sekarang mereka bisa melihat istri dari Rafly yang sesungguhnya dan juga bisa melihat bagaimana Rafly memperlakukan istrinya dengan cukup baik."Coba lihat itu, pengusaha muda dan tampan ia benar-benar sangat menjaga wanitanya, aku yakin wanitanya sangat
"Olla, aku pulang cepat bagaimana kita jalan-jalan. Atau kita berenang? Kamu pilih mana?" tanya Rafly menawarkan kepada Olla apakah dia mau pergi dengannya jalan-jalan atau berenang. "Jalan-jalan, sepertinya aku harus banyak gerak agar mudah melahirkan." Olla mengatakan dia ingin jalan agar dirinya tidak kesulitan melahirkan. Rafly yang mendengar perkataan dari Olla terkejut dia tidak menyangka kalau Olla mengatakan mudah melahirkan kalau jalan. "Kamu kenapa lahiran jalan. Lahiran di ruangan bersalin. Bukan jalan. Tidak boleh, aku tidak mengizinkannya. Siapa dokternya yang mengatakan melahirkan jalan. Aku akan habisi dia, mau buat istri aku menderita, kamu berenang saja," jawab Rafly yang membuat Olla mengangga. Sejak kapan melahirkan jalan. Olla menggelengkan kepala, suaminya ini pasti salah dengar atau salah tanggap tentang apa yang dia katakan tadi. "Rafly sayang, bukannya melahirkan sambil jalan. Aku memilih melahirkan di rumah sakit dan diruang bersalin dan meminta jalan aga
"Kenapa kamu terkejut seperti itu, Olla? Tidak suka dengan kehadiran aku? Aku datang ke sini dengan ibu mertuaku, ayah mertuaku dan kakekku siapa lagi kalau bukan Tuan Mathias. Kamu tahu, 'kan siapa kakek dari calon suamiku Rafly, orang kaya dna berpengaruh," ucap Niken yang saat ini posisinya sangat dekat dengan Olla dan Tia sahabat dari Olla. Tia mendengar perkataan dari Niken terkejut, dia memandang ke arah Olla, Tia ingin meminta penjelasan dari Olla atas perkataan dari Niken, akan tetapi melihat raut wajah Olla yang penuh amarah tentu saja dia tidak berani untuk bertanya. "Benarkah seperti itu, kamu datang dengan mereka. Baguslah, sangat bagus, aku senang ternyata sahabat kecil dari suamiku datang dengan mertuaku dan juga kakek dari suamiku. Ada apa ke sini mau melihat kebahagiaanku dengan suamiku? Boleh, tidak apa-apa, aku malah senang karena aku bisa menunjukkan keharmonisan kami, terlebih lagi, kami juga sepertinya ingin memperlihatkan kepada kamu dimana posisimu saat ini,"
Nancy mengatakan apa yang ingin dia katakan. Panjang lebar Nancy katakan dan setelah itu dirinya terdiam sesaat karena Nancy menghentikan ucapannya dan dia melanjutkan lagi apa yang ingin dia katakan. Tentu saja yang dikatakan oleh Nancy membuat mereka terdiam dan mengerjapkan matanya dan dia tahu sendiri kalau saat ini mereka memang membutuhkan informasi itu. "Dari mana kamu tahu semuanya. Siapa kamu sebenarnya, kamu FBI ya, Nancy ?" tanya Edgar yang segera berdiri dan mendekati Nancy yang tersenyum ke arah Edgar dan dia menepuk punfak Edgar. Nancy sangat tahu sekali apa yang dipikirkan oleh mereka semuanya. Dan satu kata itulah yang terlontar di benak mereka. "I am not FBI. I itu hanya orang biasa, sudah I katakan kalau ini buka salon dan sebelum ke sini itu sudah banyak orang-orang yang datang ke sana, mereka dari kota pakaian mereka seperti you semua dan mereka juga berbicara masalah ini. Karena kami orang desa tidak tahu maksud pembicaraan mereka, ya kami diam saja, kami tida
"Tidak ada kabar sama sekali, Tuan. Saya lihat semuanya sangat tenang dan sepertinya mereka tidak ingin mencari nuklir itu atau mungkin ...." Dion menghentikan ucapannya membuat Rafly yang tadinya fokus dengan tabletnya untuk mengecek saham yang ada di pasar saham mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Dion. "Mungkin apa ?" tanya Rafly dengan suara yang datar. "Mungkin yang kita bawa itu bukan nuklir yang sesungguhnya, Anda mengerti, 'kan maksudnya? Atau nuklir itu sudah dicuri, apakah Tuan berpikiran sama dengan saya?" tanya Dion yang membuat Rafly terdiam. Dia mencoba berpikir sejenak. Benarkah itu bukan nuklir yang dimaksud, tapi bagaimana bisa dia tertipu dan apakah benar nuklir itu di curi lagi. Rafly mencoba menghubungi seseorang namun tidak ada tanggapan dari orang tersebut. Orang itu tidak merespon panggilan dari Rafly. "Anda mau menghubungi siapa, Tuan?" tanya Dion yang penasaran."Saya menghubungi Marcel, tapi tidak ada jawaban," jawab Rafly. "Marcel? Marcel, siapa