Sejak kejadian Rafly yang salah bicara, Rafly semakin banyak diam dan mengabaikan Olla. Olla mendapatkan benda yang jatuh itu. Berupa coklat yang berbentuk telur. Dan coklat itu di simpan oleh Olla di dalam tas lusuhnya. "Niken, kamu ada perlu apa ke sini?" tanya Tuan Mathias ke Niken yang duduk di kursi bersama mereka dan posisinya dekat dengan Rafly. Mereka saat ini berada di meja makan. Dan Niken duduk tepat di samping Rafly sedangkan Olla duduk di sebelah Nyonya Megumi. "Tidak apa, biarkan dia duduk di situ, Dad. Lagipula, mau duduk di mana saja Olla tidak kelaparan dan bisa makan juga. Apa harus duduk di sebelah anakku, kalau dia makan? Jangan berlebihan, Dad," sahut Nyonya Megumi. Hempasan meja membuat mereka semuanya terdiam. Nyonya Megumi menelan salivanya karena mendapati mertuanya marah padanya. Dia mulai ketakutan. Tuan Abraham melirik ke arah istrinya, dia sudah berulang kali katakan jangan bawa Niken ke sini, tapi istrinya tetap membawanya. Dan yang lebih parahnya, d
Niken ikut terkejut mendengar suara barito yang menanyakan ada apa dan sudah bisa dia tebak itu suara siapa. Tuan Mathias geram dengan apa yang dia lihat saat ini. Niken sebenarnya kesal karena dia gagal merayu Rafly padahal tinggal sedikit lagi. Itu, dikarenakan kedatangannya Tuan Mathias. Tuan Mathias lah yang menggagalkan semuanya dan awalnya senang karena Olla yang muncul, tapi tiba-tiba Tuan Mathias. "Aku tanya kenapa ini? Kenapa wanita ini ada di sini?" tanya Tuan Mathias yang suaranya sudah menggelegar dan raut wajahnya mulai terlihat merah padam. Tuan Abraham dan Nyonya Megumi yang dikamar terkejut keduanya langsung keluar dari kamar. Nyonya Megumi sebenarnya ingin menunggu di luar tapi, dia memilih masuk kamar dikarenakan suaminya pulang. Jadi, dia mau melayani suaminya dulu dan menurut dirinya rencana dia akan berhasil tapi setelah mendengar suara teriakkan yang cukup kencang tentu saja membuat dirinya ketakutan. "Kenapa Daddy?" tanya Tuan Abraham. Nyonya Megumi berusa
Sejak kejadian Niken masuk ke dalam kamar pribadi Olla dan Rafly kondisi di rumah tidak seperti biasanya. Nyonya Megumi lebih banyak diam dan Niken juga tidak pernah ke rumah. "Abraham, mana Rafly? Kenapa dia tidak terlihat sejak saat itu. Aku menunggu dia tapi dia tidak terlihat sama sekali. Apa anakmu tidak kamu kasih tahu caranya menghormati orang yang lebih tua?" tanya Tuan Mathias dengan suara yang datar dan dingin. "Dia ada di negara Dubai. Ada pengusaha sana yang ingin bekerjasama dan aku sudah diberitahukan oleh asistennya Dion dan itu memang sangat penting Daddy. Jadi, Daddy jangan marah karena dia tidak menemui kamu waktu itu," jawab Tuan Abraham menjelaskan dimana Aldrich berada. Mendengar perkataan Tuan Abraham, Tuan Mathias hanya menganggukkan kepala. Dia juga pernah dengar dan dia pikir Tuan Abraham yang maju tapi nyatanya cucunya. Tuan Abraham melirik istrinya yang kalem tapi saat di depan mertuanya. Kalau di kamar dia terus mengoceh dan menghina menantunya itu. "O
"Iy-iya. Ini kamarku. Kamu bisa ambil kamar lain," jawab Olla dengan tegas. Dia sudah tidak mau sekamar dengan Rafly yang ada dia akan terluka dengan sikap Rafly. Mendengar perkataan dari Olla, Rafly terdiam dan dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Rafly mendekati Olla dia ingin tahu atas dasar apa Olla mengatakan hal itu. "Apa yang membuat kamu mengatakan itu? Kamu sudah mulai bertingkah ya sekarang!" Tegas Rafly yang membuat Olla menelan salivanya. Olla menggelengkan kepala mendengar apa yang dikatakan Rafly. Olla tergagap saat ingin menjawab perkataan dari Rafly tapi saat Olla membuka mulutnya, Rafly sudah pergi. Olla hanya menatap nanar ke arah Rafly yang sudah menghilang dari pandangannya. Helaan napas panjang yang bisa Olla lakukan saat ini. Semua barang sudah di susun oleh pelayan, Olla hanya memperhatikan Rafly yang berpakaian rapi dan pergi tanpa mengatakan apapun. Bibi Ann yang melihat interaksi Rafly dan Olla semakin jauh hanya bisa berdoa dalam hati ada jala
"Tuan Mathias. Nona Olla ada di dalam kamarnya. Sebentar saya panggilkan," ucap Bibi Ann. "Tidak, saya hanya memastikan Olla baik karena saya rindu dengan dia. Apa Rafly memperlakukan Olla dengan baik selama di sini, Ann?" tanya Tuan Mathias. Bibi Ann terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Mathias. Dia bingung harus jawab apa ke Tuan Mathias. Apakah, dia harus mengatakan kejadian itu terulang lagi ke Tuan Mathias. Tuan Mathias yang melihat kegelisahan dan ketakutan dimata Bibi Ann sudah tahu ada yang tidak baik. Tuan Mathias berjalan ke sofa dan duduk. Bibi Ann yang melihat Tuan Mathias duduk mengikuti Tuan Mathias, Bibi Ann yang tidak sanggup melihat penderitaan Olla waktu itu, akhirnya menceritakan semuanya. Dari awal hingga akhir. "Kurang ajar. Beraninya mereka. Monalisa, benar-benar keterlaluan sekali, bisa-bisanya dia membawa wanita itu ke sini dan melakukan hal sama. Rafly juga, apa mau dia?" tanya Tuan Mathias yang geram dan murka dengan perlakuan mereka ke Olla.
"Aku tidak meminta pendapat darimu, jadi jangan berkomentar, " kesal Rafly yang terlihat wajahnya sangat ketus. Edgar menepuk pundak Rafly dengan pelan. Sebagai sahabat dia ingin membantu Rafly agar menyadari kalau sahabatnya itu sudah mulai cinta tapi dia malu untuk mengungkapkannya terlalu egois. "Terserah kamu saja. Aku hanya mengingatkan jangan ada penyesalan di kemudian hari. Karena, diluar sana masih ada yang bisa menghargai wanita jika itu terjadi maka sudah dipastikan dia akan memilih pria yang menganggapnya ada dari kamu yang mengabaikannya," ucap Edgar yang segera pergi. Dia tidak mau menganggu sahabatnya itu, karena itu masalah pribadi Rafly. Rafly hanya diam, dia tidak mengeluarkan satu patah kata pun. Niken yang melihat Rafly duduk terdiam mencoba untuk mendekati karena Nyonya Megumi memintanya untuk menenangkan Rafly. "Rafly, are you ok?" tanya Niken yang duduk di samping Rafly. Rafly tidak menjawabnya dia hanya diam dan menundukkan kepala ke arah bawah. Kedatangan
Mendengar pertanyaan dari Rafly tentu saja mereka semuanya yang ada di ruangan tersebut membolakan matanya. "Kamu pura-pura lupa atau apa? Bisa-bisanya kamu mengatakan itu. Seperti tidak berdosa kali kamu ya, dengar baik-baik kamu. Kalau memang kamu tidak merasa jatuh cinta, ya jangan kamu cari dia, benar nggak yang aku katakan ini?" tanya Edgar. "Benar sekali, buat apa kamu cari dia, kalau kamu tidak suka dengan dia, lebih baik kamu lupakan dia. Toh kamu juga tidak mungkin bisa mencintai dia jika dia ada di sisi kamu. Lebih baik, kamu dekatin tuh si wanita yang sudah membuat istrimu kabur, bukannya dia menantu idaman ibumu," jawab Ferrel yang membuat Rafly terdiam. Rafly tidak bisa menjawab perkataan dari Edgar karena semua yang dikatakan oleh mereka semuanya benar adanya. Sedangkan, di rumah kosong dimana Olla berada dirinya kedatangan orang tidak dikenal dengan wajahnya yang sangat menakutkan ada bekas luka di wajahnya. "Nona, serahkan uangmu. Jika kamu tidak menyerahkan uangm
"Bukan, dokter. Korban kecelakaan hamil. Dia harus dicek ke dokter kandungan. Untuk itu kami perlu tanda tangan dokter untuk persetujuannya. Atau dokter punya nomor telpon saudaranya?" tanya dokter wanita ke dokter yang mengantar Olla ke rumah sakit. "Tidak ada, karena saya tidak sengaja menabraknya. Dia lari ke jalan dan terjadilah kecelakaan itu. Saya akan tanggung jawab dan saya akan cari keluarganya nanti," jawab Adrian Mathew. Adrian lah yang menabrak Olla dan sekarang dia harus bertanggung jawab. Dokter wanita bernama Suzie menganggukkan kepala mendengar pengakuan dari Dokter Adrian. "Ya sudah, kalau dokter katakan itu. Saya akan urus semuanya. Dokter jangan khawatir, tunggu sebentar. Saya akan panggilkan dokter Monica untuk membantu korban," jawab dokter Suzie. Adrian menganggukkan kepala, dia kembali duduk dan tidak lama dokter kandungan datang. Adrian ikut masuk dia ingin tahu kondisi Olla sekaligus bertanggung jawab atas kondisi Olla. Olla yang masih pingsan diperiksa u
"Kita harus buat anak lagi, agar kita bisa bahagia. Banyak anak banyak rezki, aku suka anak-anak. Kamu setuju, Sayang?" tanya Rafly. Rafly hanya mendengar tawa dari suster dan Dokter tapi tidak mendengar suara Olla. Rafly menoleh ke arah Olla yang sudah tertidur. "Istri Anda sudah tidur, dia tidak mendengar apa yang Anda katakan. Dan dia harus menjalani proses penyembuhan paling lama tiga sampai lima bulan. Jadi, tolong Anda jangan agresif, ya," jawab Dokter membuat Rafly tersenyum. Rafly sangat malu, dia tidak tahu harus berkata apa. Olla yang sudah dibersihkan segera dibawa ke ruangan khusus dan bayinya juga. Di luar ruangan sahabat Rafly sudah berkumpul dan Dion ada di sana. Dia menatap ke arah Rafly dan tersenyum kecil. "Pingsan, itu harusnya disematkan untuk istriku dan aku, ini malah kamu," omel Rafly yang protes karena asistennya pingsan. "Namanya saja jatuh, ya wajar kalau saya seperti tadi pingsan," jawab Dion. "Selamat atas kelahiran bayi kembar tigamu, semoga dia men
Rafly dan Dion tidak bisa berbicara karena saat ini mereka sudah ketahuan oleh Olla. Keduanya duduk memandang ke arah Olla yang menatap mereka berdua dengan tatapan yang tajam. Olla masih menunggu jawaban dari keduanya. "Kenapa diam?" tanya Olla. "Mau jawab apa," sahut Rafly dengan tenangOlla menatap tajam ke arah Rafly yang malah mengatakan mau jawab apa. Olla geram karena Rafly bukannya mengatakan sesuatu tapi malah diam dan menjawab dengan tenang tanpa rasa bersalah sama sekali. "Sudah cukup, jangan buat aku kesal, kenapa kamu malah tenang, Rafly. Ada harimau di rumah ini dan temanku akan mati, aku tidak terima. Dia tidak boleh di sini dan jangan kamu pekerjakan temanku, kalau memang tidak ada pekerjaan di tempatmu jangan katakan ada. Kamu menyebalkan," rajuk Olla protes kepada Rafly. Mendengar apa yang dikatakan oleh Olla, Rafly hanya bisa diam, dia bersalah karena sudah membohongi Olla dan tidak memberitahukan siapa Bella itu. Rafly bangun dan mendekati istrinya, dia yang d
Rafly sudah tidak sabar ingin dengar apa yang akan Olla katakan. Dia yakin kalau Olla menginginkan itu dan dia tersenyum ke arah Olla dengan senyum malu-malu dan wajahnya mulai merona. Olla yang melihat perubahan dari Rafly tertawa sambil memegang perutnya yang sudah mulai tenang karena usapan lembut dari Rafly membuat ketiga anaknya tidak lagi tantrum di dalam perut.Melihat Olla tertawa tentu saja Rafly menaikkan alisnya, dia sepertinya tidak mengerti kenapa Olla tertawa. "Kamu tertawa, kenapa? Apa ada yang lucu?" tanya Rafly.Olla menggelengkan kepala dan dia membisikkan sesuatu di telinga Rafly. Rafly langsung terkejut dan dia memandang ke arah Olla, dia tidak percaya jika Olla tahu apa yang ada di pikirannya. "Kamu ini benar-benar, ya, keterlaluan mengerjai aku. Aku sudah semangat, tapi kamu malah mengatakan itu. Ya, sudah kita pergi makan dan beli es krim saja di tempat lain. Pak, pergi ke mall lainnya," ucap Rafly yang memerintahkan kepada sopir untuk pergi ke mall lain. "B
Adrian berbalik dan dia menatap Niken yang saat ini menatap dia. Keduanya tidak ada yang berbicara semuanya bungkam seribu bahasa. Tiba-tiba, Adrian tertawa karena mendengar perkataan Niken. "Hahaha, kamu mengatakan apa tadi? Kita kerja sama? Yakin itu?" tanya Adrian yang meremehkan Niken. Adrian segera pergi, wajahnya berubah menjadi datar dan terlihat wajah ketidaksukaan dia saat berhadapan dengan Niken. Niken mendengar jawaban dari Adrian mengepalkan tangannya. Dia tidak suka Niken mengatakan kerjasama. Dia yakin, Niken pasti mau menyakiti Olla. "Dokter Adrian, tunggu dulu. Sial, tidak tahu diri ke apa dia tidak bisa diajak kerja sama. Apa-apaan ini. Aku benar-benar tidak suka dengan dia. Tidak-tidak, aku harus buat dia kerja sama dengan aku. Aku tidak mau Olla mendapatkan Rafly, dia harus berpisah dengan Rafly," ucapnya. Niken mengejar Adrian, dia ingin Adrian membantunya dia tidak mau Adrian mengabaikannya dan itu akan membuat dia Semakin tidak bisa mendapatkan Rafly. "Adri
"Kamu kenal dia? Maksudnya, Olla? Wanita perebut calon suamiku? Apakah kamu kenal dia, Adrian?" tanya Niken yang menatap lekat ke Adrian yang masih memandang Olla dan Rafly yang menjadi pusat perhatian semua pengunjung di mall. Adrian tidak berbicara sama sekali, dia memilih diam dan memperhatikan dengan intens keduanya. Cemburu? Sudah pasti, dia tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Rafly memperlakukan Olla dengan cukup baik, dia berjalan memegang tangan Olla dengan cukup erat dan dia tidak sedikitpun melepaskan Olla. Penjagaan yang super ketat membuat semua orang takjub dengan Rafly. Siapa yang tidak mengenal dengan Rafly, pengusaha hebat dan sukses, mereka tahu kalau Rafly sudah menikah tapi mereka tidak tahu siapa istrinya dan sekarang mereka bisa melihat istri dari Rafly yang sesungguhnya dan juga bisa melihat bagaimana Rafly memperlakukan istrinya dengan cukup baik."Coba lihat itu, pengusaha muda dan tampan ia benar-benar sangat menjaga wanitanya, aku yakin wanitanya sangat
"Olla, aku pulang cepat bagaimana kita jalan-jalan. Atau kita berenang? Kamu pilih mana?" tanya Rafly menawarkan kepada Olla apakah dia mau pergi dengannya jalan-jalan atau berenang. "Jalan-jalan, sepertinya aku harus banyak gerak agar mudah melahirkan." Olla mengatakan dia ingin jalan agar dirinya tidak kesulitan melahirkan. Rafly yang mendengar perkataan dari Olla terkejut dia tidak menyangka kalau Olla mengatakan mudah melahirkan kalau jalan. "Kamu kenapa lahiran jalan. Lahiran di ruangan bersalin. Bukan jalan. Tidak boleh, aku tidak mengizinkannya. Siapa dokternya yang mengatakan melahirkan jalan. Aku akan habisi dia, mau buat istri aku menderita, kamu berenang saja," jawab Rafly yang membuat Olla mengangga. Sejak kapan melahirkan jalan. Olla menggelengkan kepala, suaminya ini pasti salah dengar atau salah tanggap tentang apa yang dia katakan tadi. "Rafly sayang, bukannya melahirkan sambil jalan. Aku memilih melahirkan di rumah sakit dan diruang bersalin dan meminta jalan aga
"Kenapa kamu terkejut seperti itu, Olla? Tidak suka dengan kehadiran aku? Aku datang ke sini dengan ibu mertuaku, ayah mertuaku dan kakekku siapa lagi kalau bukan Tuan Mathias. Kamu tahu, 'kan siapa kakek dari calon suamiku Rafly, orang kaya dna berpengaruh," ucap Niken yang saat ini posisinya sangat dekat dengan Olla dan Tia sahabat dari Olla. Tia mendengar perkataan dari Niken terkejut, dia memandang ke arah Olla, Tia ingin meminta penjelasan dari Olla atas perkataan dari Niken, akan tetapi melihat raut wajah Olla yang penuh amarah tentu saja dia tidak berani untuk bertanya. "Benarkah seperti itu, kamu datang dengan mereka. Baguslah, sangat bagus, aku senang ternyata sahabat kecil dari suamiku datang dengan mertuaku dan juga kakek dari suamiku. Ada apa ke sini mau melihat kebahagiaanku dengan suamiku? Boleh, tidak apa-apa, aku malah senang karena aku bisa menunjukkan keharmonisan kami, terlebih lagi, kami juga sepertinya ingin memperlihatkan kepada kamu dimana posisimu saat ini,"
Nancy mengatakan apa yang ingin dia katakan. Panjang lebar Nancy katakan dan setelah itu dirinya terdiam sesaat karena Nancy menghentikan ucapannya dan dia melanjutkan lagi apa yang ingin dia katakan. Tentu saja yang dikatakan oleh Nancy membuat mereka terdiam dan mengerjapkan matanya dan dia tahu sendiri kalau saat ini mereka memang membutuhkan informasi itu. "Dari mana kamu tahu semuanya. Siapa kamu sebenarnya, kamu FBI ya, Nancy ?" tanya Edgar yang segera berdiri dan mendekati Nancy yang tersenyum ke arah Edgar dan dia menepuk punfak Edgar. Nancy sangat tahu sekali apa yang dipikirkan oleh mereka semuanya. Dan satu kata itulah yang terlontar di benak mereka. "I am not FBI. I itu hanya orang biasa, sudah I katakan kalau ini buka salon dan sebelum ke sini itu sudah banyak orang-orang yang datang ke sana, mereka dari kota pakaian mereka seperti you semua dan mereka juga berbicara masalah ini. Karena kami orang desa tidak tahu maksud pembicaraan mereka, ya kami diam saja, kami tida
"Tidak ada kabar sama sekali, Tuan. Saya lihat semuanya sangat tenang dan sepertinya mereka tidak ingin mencari nuklir itu atau mungkin ...." Dion menghentikan ucapannya membuat Rafly yang tadinya fokus dengan tabletnya untuk mengecek saham yang ada di pasar saham mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Dion. "Mungkin apa ?" tanya Rafly dengan suara yang datar. "Mungkin yang kita bawa itu bukan nuklir yang sesungguhnya, Anda mengerti, 'kan maksudnya? Atau nuklir itu sudah dicuri, apakah Tuan berpikiran sama dengan saya?" tanya Dion yang membuat Rafly terdiam. Dia mencoba berpikir sejenak. Benarkah itu bukan nuklir yang dimaksud, tapi bagaimana bisa dia tertipu dan apakah benar nuklir itu di curi lagi. Rafly mencoba menghubungi seseorang namun tidak ada tanggapan dari orang tersebut. Orang itu tidak merespon panggilan dari Rafly. "Anda mau menghubungi siapa, Tuan?" tanya Dion yang penasaran."Saya menghubungi Marcel, tapi tidak ada jawaban," jawab Rafly. "Marcel? Marcel, siapa