"Tuan Mathias. Nona Olla ada di dalam kamarnya. Sebentar saya panggilkan," ucap Bibi Ann. "Tidak, saya hanya memastikan Olla baik karena saya rindu dengan dia. Apa Rafly memperlakukan Olla dengan baik selama di sini, Ann?" tanya Tuan Mathias. Bibi Ann terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Mathias. Dia bingung harus jawab apa ke Tuan Mathias. Apakah, dia harus mengatakan kejadian itu terulang lagi ke Tuan Mathias. Tuan Mathias yang melihat kegelisahan dan ketakutan dimata Bibi Ann sudah tahu ada yang tidak baik. Tuan Mathias berjalan ke sofa dan duduk. Bibi Ann yang melihat Tuan Mathias duduk mengikuti Tuan Mathias, Bibi Ann yang tidak sanggup melihat penderitaan Olla waktu itu, akhirnya menceritakan semuanya. Dari awal hingga akhir. "Kurang ajar. Beraninya mereka. Monalisa, benar-benar keterlaluan sekali, bisa-bisanya dia membawa wanita itu ke sini dan melakukan hal sama. Rafly juga, apa mau dia?" tanya Tuan Mathias yang geram dan murka dengan perlakuan mereka ke Olla.
"Aku tidak meminta pendapat darimu, jadi jangan berkomentar, " kesal Rafly yang terlihat wajahnya sangat ketus. Edgar menepuk pundak Rafly dengan pelan. Sebagai sahabat dia ingin membantu Rafly agar menyadari kalau sahabatnya itu sudah mulai cinta tapi dia malu untuk mengungkapkannya terlalu egois. "Terserah kamu saja. Aku hanya mengingatkan jangan ada penyesalan di kemudian hari. Karena, diluar sana masih ada yang bisa menghargai wanita jika itu terjadi maka sudah dipastikan dia akan memilih pria yang menganggapnya ada dari kamu yang mengabaikannya," ucap Edgar yang segera pergi. Dia tidak mau menganggu sahabatnya itu, karena itu masalah pribadi Rafly. Rafly hanya diam, dia tidak mengeluarkan satu patah kata pun. Niken yang melihat Rafly duduk terdiam mencoba untuk mendekati karena Nyonya Megumi memintanya untuk menenangkan Rafly. "Rafly, are you ok?" tanya Niken yang duduk di samping Rafly. Rafly tidak menjawabnya dia hanya diam dan menundukkan kepala ke arah bawah. Kedatangan
Mendengar pertanyaan dari Rafly tentu saja mereka semuanya yang ada di ruangan tersebut membolakan matanya. "Kamu pura-pura lupa atau apa? Bisa-bisanya kamu mengatakan itu. Seperti tidak berdosa kali kamu ya, dengar baik-baik kamu. Kalau memang kamu tidak merasa jatuh cinta, ya jangan kamu cari dia, benar nggak yang aku katakan ini?" tanya Edgar. "Benar sekali, buat apa kamu cari dia, kalau kamu tidak suka dengan dia, lebih baik kamu lupakan dia. Toh kamu juga tidak mungkin bisa mencintai dia jika dia ada di sisi kamu. Lebih baik, kamu dekatin tuh si wanita yang sudah membuat istrimu kabur, bukannya dia menantu idaman ibumu," jawab Ferrel yang membuat Rafly terdiam. Rafly tidak bisa menjawab perkataan dari Edgar karena semua yang dikatakan oleh mereka semuanya benar adanya. Sedangkan, di rumah kosong dimana Olla berada dirinya kedatangan orang tidak dikenal dengan wajahnya yang sangat menakutkan ada bekas luka di wajahnya. "Nona, serahkan uangmu. Jika kamu tidak menyerahkan uangm
"Bukan, dokter. Korban kecelakaan hamil. Dia harus dicek ke dokter kandungan. Untuk itu kami perlu tanda tangan dokter untuk persetujuannya. Atau dokter punya nomor telpon saudaranya?" tanya dokter wanita ke dokter yang mengantar Olla ke rumah sakit. "Tidak ada, karena saya tidak sengaja menabraknya. Dia lari ke jalan dan terjadilah kecelakaan itu. Saya akan tanggung jawab dan saya akan cari keluarganya nanti," jawab Adrian Mathew. Adrian lah yang menabrak Olla dan sekarang dia harus bertanggung jawab. Dokter wanita bernama Suzie menganggukkan kepala mendengar pengakuan dari Dokter Adrian. "Ya sudah, kalau dokter katakan itu. Saya akan urus semuanya. Dokter jangan khawatir, tunggu sebentar. Saya akan panggilkan dokter Monica untuk membantu korban," jawab dokter Suzie. Adrian menganggukkan kepala, dia kembali duduk dan tidak lama dokter kandungan datang. Adrian ikut masuk dia ingin tahu kondisi Olla sekaligus bertanggung jawab atas kondisi Olla. Olla yang masih pingsan diperiksa u
Rafly terus marah dan meminta Dion pergi dari hadapannya karena dia tidak mau berdekatan dengan Dion. Mau tidak mau Dion menjauh, dia juga bingung dengan kelakuan dari Rafly bosnya itu. Setiap hari dia ikut bosnya mencari Olla dia harus memakai sabun rasa strawberry yang dibelikan oleh Rafly. Seperti saat ini, dia pergi ke desa Olla bersama teman-temannya dan beberapa mafia lainnya ikut membantu tapi sampai di sana tidak ada dan lagi-lagi dia putus asa. "Dion, kita tidak mungkin menemukan istrinya di sini. Aku yakin dia masih di kota. Coba cari di sana siapa tahu saja ada. Jangan lupa kalau saat ini kita itu mafia, cari mafia saja kita mudah apa lagi ini wanita, pasti cepat ketemu," ucap Edgar. "Benar itu, kita jauh-jauh ke sini hasilnya tidak ada. Mana kita harus naik mobil ini. Apa-apaan ini, mobil bak terbuka pula. Jatuh harga diri aku kalau seperti ini. Dan kamu kenapa aroma strawberry? Apa kamu tidak punya parfum lain?" tanya Ferrel ke Dion. Saat ini mereka tidak naik mobil
Rafly tidak bisa berkata-kata lagi, dia seperti ditampar dengan surat perjanjian itu. Dia hanya bisa terpaku dan malu. "Olla, kamu di sini? Syukurlah, kamu bisa aku temui. Aku sudah mencarimu kemana-mana, aku juga sudah putus asa, tapi saat aku melihat kakek yang terbaring dan tidak sadarkan diri, aku semakin bersemangat untuk mencarimu dan ternyata kamu di sini, aku berhasil menemukan kamu," ucap Rafly yang pada akhirnya mengatakan semuanya yang ingin dia sampaikan ke Olla. Olla yang memegang kotak susu langsung jatuh ke bawah. Tangannya teremor dan dia tidak mengerti kenapa dia setakut itu dengan Rafly. Rafly yang melihat Olla menjatuhkan kotak susu berukuran kecil terpaku. Matanya tertuju ke kotak tersebut. Dia merasa miris dan hatinya tercubit karena di rak susu ada yang ukurannya besar tapi Olla mengambil kotak kecil.Dia merasa pria jahat karena anaknya hanya diberikan gizi yang seperti itu. Rafly mendekati Olla, tapi Olla mundur ke belakang dia masih belum percaya Rafly mene
Olla hanya bisa diam, dia tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh Rafly padanya. Rafly menatap Olla dia masih menunggu jawaban Olla. Tapi, karena Olla tidak menjawabnya, Rafly pun mulai sadar diri. Dia salah, karena sudah membuat Olla seperti ini. Dan dia tidak akan marah dengan Olla, itu wajar. Mungkin dia butuh waktu. "Tuan, Anda tidak tahu kalau istri Anda hamil bayi kembar tiga?" tanya Dokter ke Rafly. Rafly yang ditanya mulai memperlihatkan wajah tenang dan dia menatap dokter dengan tatapan yang sangat tajam dan dingin. Dokter yang dipandang oleh Rafly terdiam dan dia tidak lagi membuka mulutnya. Dokter mulai fokus dengan Olla dan monitor. Sembari menjelaskan apa saja yang harus Olla lakukan semasa hamil dan setelah itu diberikan vitamin. "Tuan Rafly, tolong kasih vitamin tepat waktu dan kasih susu untuk istri Anda agar janinnya memiliki nutrisi dari susu hamil dan makanannya juga dijaga banyak makan buah dan sayur, ya. Saya kasih kartu untuk pemeriksaan bulan depan. Dan jan
"Rafly, kamu. Dia ibumu, kenapa kamu berkata seperti itu hanya karena dia, apaan kamu ini," bela Niken. Rafly yang melihat Niken membela ibunya hanya tersenyum saja. Dia segera membawa Olla pergi. Dia tidak mau Olla stres seperti yang dokter katakan tadi saat pemeriksaan. "Ayo, Sayang kita pergi, jangan dengarkan mereka. Kita lihat kakek sekarang," jawab Rafly membawa Olla dengan lembut ke dalam. Olla hanya mengikuti Rafly dan dia melirik Rafly yang berkata lembut dengannya. Hatinya menghangat karena Rafly mengatakan perkataan lembut padanya. Keduanya masuk ke dalam ruangan Tuan Mathias yang masih tertidur. Sejak dirinya masuk rumah sakit sampai sekarang belum bangun. "Kakek," Panggil Olla dengan suara bergetar. "Kakek seperti itu sejak kamu pergi, jadi aku harap kamu bisa membuat kakek bangun. Maksudnya, kakek sangat merindukan kamu, jadi aku harap dengan kedatangan kamu ke sini kakek sadar kembali. Ayo duduk di sini, Sayang," ucap Rafly yang menuntun Olla untuk dudu
"Pergi kamu jangan dekati aku, pergi aku akan teriak agar seluruh penghuni apartemen ini datang dan memukulmu, pergi!" teriak Mala dengan kencang. Mal benar-benar ketakutan, terlebih lagi wajah Adrian yang membuat dirinya trauma karena dulu dia pernah hampir dilecehkan oleh pria yang ada di desanya, tapi beruntung dia selamt karena warga mendengar suara jeritan Mala dan mereka yang sudah mengetahuinya langsung memukul pria tersebut hingga pria tersebut meninggal dihajar masa. Sekarang, dia melihat raut wajah Adrian sama seperti pria yang dulu melecehkannya. Mala benar-benar ketakutan. "Pergi ... pergi dari sini, pergi. Aku tidak ingin kamu mendekatiku, pergi!" teriak Mala yang terus-terusan mengusir Adrian untuk pergi dari hadapannya. "Aku akan pergi, tapi ingat satu hal, aku mau kamu memberikan kotak ini kepada Olla. Kamu harus berikan tidak ada alasan kamu menolaknya. Ingat, jangan kamu lupa, jika kamu tidak memberikan ini, maka bersiap saja kamu, aku akan membuatmu mati. Aku ak
"Adrian, kamu di mana?" tanya Niken kepada Adrian yang saat ini sedang mencari keberadaan teman Olla yang membantunya waktu di rumah sakit tempo hari. Adrian yang mendapat telpon dari Niken kesal, karena disaat dia ingin mencari tahu keberadaan teman Olla, Niken menghubungi dirinya. "Ada apa? Kenapa kamu menghubungi aku? Apa yang kamu inginkan? Katakan padaku, cepat!" ketus Adrian yang posisinya mengintai perusahaan Rafly. Sudah beberapa hari ini diaa terus mengintai ke perusahaan milik Rafly dan tentu saja yang di lakukan Adrian untuk mengikuti Dion. Karena dia tahu saat di rumah sakit, sahabat Olla bersama dengan Dion. Mendengar suara ketus Adrian tentu saja membuat Niken kesal dan dia segera mengakhiri panggilan telpon dengan Adrian. Adrian yang panggilan telponnya terputus menyerngitkan kening, dia heran karena telepon dari Niken terputus. "Kenapa dengannya? Apa yang terjadi. Dia sudah menghubungiku, tapi dia mengakhirinya. Dasar wanita tidak jelas. Ini kenapa asisten dari R
"Jelas itu penghianatan, tapi aku tidak peduli aku memang sengaja menjebaknya. Dia yang mengambilnya, aku yang mencurinya. Jika aku yang mengambilnya, sudah dipasti aku tidak bisa melawan mereka, strategi dari Rafly bagus, dia terlalu pintar makanya dia dijuluki sebagai King Dragon," jawab Marcel yang dianggukan oleh Simon. Dia tahu betul Rafly itu tidak ada tandingannya, benar-benar seperti seekor naga yang jika didekati akan menyemburkan api. Rafly seorang pria yang mempunyai sosok yang lebih kejam dia seperti malaikat pencabut nyawa, sudah banyak yang dia bunuh. Orang-orang itu adalah orang-orang yang berkhianat dengannya. "jadi sementara waktu apakah kita harus menyerahkan nuklir itu kepada orang lain? Menurut aku, kita jual saja sebelum meledakkannya bagaimana?" tanya Simon. "Jangan diserahkan atau dijual, kita ancam saja negara dan kita ambil uang sebanyak mungkin jika negara mengatakan jangan diledakkan kita akan katakan iya, tapi setelah mendapatkan uang dari mereka baru le
Olla terbangun karena mendengar si kembar bangun tepatnya anaknya yang nomor satu. Terdengar suara Delon yang merengek hingga Olla segera bangun dan mendekati anak pertamanya itu. Olla melihat Delon memandang ke arahnya dan memperlihatkan wajah memelas seperti ingin digendong.Olla pun segera mengambil si kembar dengan sangat hati-hati karena kedua anaknya yang lain masih tertidur. Olla tersenyum ke arah Delon. "Ada apa, Sayang. Kenapa kamu menangis apa kamu merindukan Daddy? Sabar ya. Daddy, lagi kerja nanti kalau Daddy sudah pulang kamu boleh bermain dengan daddy, oke. Sekarang, tidurlah," ucap Olla yang menina bobokan Delon. Karena saat ini, Delon masih sangat rewel. Dia tidak ingin mengganggu mertuanya tidur dan dua si kembar lainnya. Olla menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan sambil terus bersenandung kecil. Olla mendengar suara ponselnya berdering dengan segera dia mendekati meja yang di samping tempat tidurnya. Olla melihat ID penelpon dan wajahnya tersenyum karena tel
Rafly membuka matanya dan dia menatap ke arah sekeliling. Dia mencoba untuk mengingat dan setelah ingat, barulah dia sadar kalau dia tertembak di dada dan sampai di sini. Rafly melihat teman-temannya yang tertidur dan dia hanya bisa melihat tanpa memanggil mereka karena dia tidak mau diganggu. "Olla, bagaimana dengan Olla. Apakah dia merisaukan aku saat ini? Aku benar-benar sedih karena Olla pasti memikirkan keberadaan aku. Aku tidak memberikan kabar dan si kembar juga. Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bisa menghubungi kamu karena kondisi aku seperti ini. Aku tidak mau kamu memikirkan aku dan aku tidak mau kamu kecewa, aku lakukan ini untuk kamu, aku mau lindungi kamu," ucap Rafly yang tiba-tiba saja dia melow dan meneteskan air mata mengingat banyaknya orang yang ingin memisahkan dia dan dia juga tahu kalau Adrian dan Niken juga melakukan hal yang dia pikirkan. Dion menggerakkan tubuhnya yang kedinginan, mereka tidur di bawah dengan alas yang seadanya. Dion mendengar suara orang mena
Rafly masih dirawat di rumah sakit dia belum sadarkan diri. Dion dan para sahabat menemani Rafly di ruang inap. Mereka tidak meninggalkan Rafly sama sekali. "Kapan dia bangun, i tidak tahu kalau nanti bertemu Olla, apa lagi yang harus i jawab. Apa tidak sebaiknya you katakan saja pada keluarga dia. Kasihan, kalau dia tidak ada yang menemani, kalau terjadi sesuatu setelah ini, kita akan dituduh. You tahu sendiri ibunya seperti apa, i tidak sanggup untuk melihat semua ini," jawab Nancy yang menyarankan kepada sahabat Rafly yang lain untuk memberitahukan kepada keluarga Rafly. "Kamu tenang saja, dokter mengatakan kalau Rafly akan baik, itu artinya dia akan baik. Jadi, biarkan Rafly sendiri ya mengatakannya kepada keluarganya sendiri, karena ini masalah dia dan keluarganya, kita jangan ikut campur," jawab Edgar yang diganggukan oleh Ferrel dan juga Keano. Dion setuju dengan sahabat tuannya ini, dia juga tidak berhak untuk memberitahukan orang tuanya tuannya itu, karena itu ranah pribad
"Kita harus mengeceknya dulu baru kita tahu apakah itu benar-benar milik Marcel dan bukan Malik, kamu ini asal sebut nama. Siapa Malik itu?" tanya Edgar. Ferrel mendengar perkataan dari Edgar tersipu malu. Ferrel salah menyebut nama, dia katakan Malik dan harusnya Marcel. Tentu saja itu membuat Edgar dan juga Keano menggelengkan kepala karena sahabatnya itu benar-benar salah dalam menafsir siapa orang yang sudah mereka tuduh sebagai penghianat. "Maaflah aku, bro. Aku lupa nama dia. Pantes saja kok namanya tidak familiar untukku, ternyata salah orang," jawab Ferrel sembari tertawa dan dirinya meminta maaf kepada teman-temannya kalau dia salah menyebutkan nama. "Oh, ya aku rasa lebih baik kamu beritahukan segera kepada Olla, Dion. Katakan kalau kalian sedang berada di luar negeri. Katakan Rafly ada urusan pekerjaan karena aku yakin saat ini dia sedang mengkhawatirkan Rafly, terlebih lagi tadi kita mendengarkan kalau si kembar sedang nangis dan aku yakin saat ini Olla pasti memikirkan
Saat ini Rafly dibawa ke rumah sakit dan dia mendapatkan pertolongan pertama. Dada Rafly ditembak oleh musuhnya. "Aduh, bahaya ini. Bagaimana caranya kita beritahukan ke kekeluargaan dia? Apa yang akan kita katakan nanti, aku tidak berani untuk mengatakannya," ungkap Edgar yang takut untuk memberitahu kepada keluarga Rafly apa yang terjadi dengan Rafly. "Sabar, kita akan beritahukan semuanya nanti, kita lihat kondisi Rafly semoga dia baik. Jangan ada yang beritahukan dulu, karena aku yakin saat ini Rafly akan selamat dan pelurunya tidak mengenai sesuatu yang vital dari tubuhnya." Ferrel menenangkan sahabatnya dan yang lainnya kalau Rafly akan baik saja. Mendengar apa yang dikatakan oleh Ferrel tentu saja Edgar dan yang lainnya menganggukkan kepala mereka yakin kalau Rafli tidak akan mendapatkan masalah yang berarti dalam artian pelurunya tidak mengenai jantung atau apapun itu. Dokter yang biasa menangani Rafli dan sahabatnya saat ini sangat hati-hati untuk melakukan operasi terhad
Rafly masih menunggu kondisi aman dan dia tidak mau sampai ada yang mengetahui kedatangannya ke tempat ini. Dan tentu saja itu membuat Rafly harus bisa atur strategi. Sedangkan di dalam markas tersebut, Marcel dan Simon masih duduk dan berdiskusi. "Kapan kita culik mereka? Apakah kalian semua sudah ada ide bagaimana caranya menculik wanita dari Rafly?" tanya Marcel kepada Simon. "Aku rasa ideku hanya satu langsung ke tempat di mana mereka berada. Maksudnya, tempat tinggalnya kita datangi dan dengan begitu kita bisa menculik mereka. Karena kalau kita tunggu mereka keluar tidak mungkin apa lagi kalau menunggu kedua orang itu. Rencana mereka tidak akan bisa digunakan," jawab Simon. "Maksudnya kamu mereka siapa? Niken dan Adrian ya? Kenapa tidak minta tolong mereka. Bukannya, salah satu dari mereka bisa mendekati wanita itu. Kalau tidak salah si Adrian. Dia bisa melakukan itu, kita tidak perlu repot untuk mengejar sampai di rumah." Marcel menyarankan Adrian untuk menjadi tumbal mereka