Share

4. Zayn Si Kejam

Happy Reading

*****

Refara sempat melihat ekor mata Zayn meliriknya. Lalu, cepat-cepat perempuan itu menunduk supaya tidak ada seorang pun yang mengetahui jika dia mengenal sosok pria yang baru datang tersebut.

Zayn duduk di kursi kosong sebelah atasan Refara. Namun, suara Gandy, masnya Firhan terdengar menginterupsi. "Kamu tidak pantas duduk di sebelahnya. Tempat anak pelakor, selalu di urutan belakang. Pergi!" hardiknya disertai gerakan menyeret pergelangan Zayn.

"Tutup mulutmu, Mas. Aku memiliki hak yang sama dengan kalian di perusahaan ini." Indera penglihatan Zayn mulai memerah. Wajahnya begitu menakutkan, tetapi Gandy tidak gentar sama sekali.

"Hak yang sama bagaimana? Jelas-jelas keberadaanmu tidak dianggap di keluarga besar Rafiq," ejek lelaki yang memiliki postur tubuh lebih pendek dari Zayn.

"Sudahlah, Mas, hanya masalah tempat duduk tidak perlu diributkan," ucap Firhan, menenangkan Gandy.

"Hentikan perdebatan kalian. Sudah dewasa, masih saja bertengkar," sahut seorang lelaki yang rambutnya sudah berubah warna semua dari ambang pintu ruang meeting.

"Kakek, kenapa bisa ke sini?" Firhan segera berdiri dan menghampiri lelaki sepuh itu. Terlihat sekali jika atasannya Refara begitu menyayanginya.

"Jadi, lelaki tua ini adalah Pak Sailendra sang pendiri Warna Jaya?" tegas Refara pada dirinya sendiri.

"Jika Kakek tidak segera datang, maka kalian pasti akan berkelahi. Ingat umur, kalian bertiga itu sudah bukan remaja lagi. Emosi harus terkontrol supaya tidak menimbulkan masalah. Kalian itu adalah pimpinan cabang usaha keluarga. Tidak pantas berdebat apalagi mengumbar aib seperti tadi." Lelaki sepuh yang ternyata adalah pendiri Warna Jaya tersebut duduk setelah Firhan menyeret kursi di bagian ujung dekat dengannya.

"Maaf, Kek," ucap Zayn. Suaranya tegas dengan tatapan mata tajam seperti yang biasa dilihat Refara selama ini.

"Jadi, dia bagian keluarga Rafiq? Kenapa aku tidak bisa mendapatkan akses informasi tentangnya saat menyelidiki seluruh keluarga pak Firhan? Aneh? Apa tujuannya memberiku tugas itu?" tanya Refara dalam hati.

"Lupakan, jangan lagi diperpanjang masalah tadi. Duduklah di sebelah adikmu." Lelaki yang rambutnya berwarna putih itu meminta kaca mata pada sang asisten. Setelahnya, dia membuka berkas yang dibagikan tadi.

Refara, Ilham beserta asisten lainnya berdiri di belakang atasan masing-masing. Semua orang tengah membahas proyek kerja sama dengan pihak Lotus Company. Proyek yang bernilai milyaran itu harus ditangani oleh orang yang tepat karena Lotus merupakan garment terbesar di pulau tersebut yang merajai para pesaingnya. Konon, pihak Lotus memiliki butik di luar negeri untuk memasarkan seluruh produknya.

"Begini saja. Oleh karena banyak pimpinan cabang lain mencalonkan kalian bertiga sebagai penanggung jawab proyek ini. Maka, harus diambil suara terbanyak untuk menentukan," kata Sailendra.

"Namaku, sebaiknya tidak perlu dimasukkan dalam pemilihan suara, Kek. Sebentar lagi, aku akan disibukkan dengan pernikahan. Jadi, tidak akan fokus pada pekerjaan selama satu bulan ini," ucap Firhan menginterupsi pendapat kakeknya tadi.

"Jadi, dia sudah akan menikah. Sialan memang Zayn, apa tujuannya memintaku dekat dengan Firhan?" umpat Refara dalam hati.

"Baiklah, biarkan dua saudaramu yang ikut pemilihan ini." Sailendra menatap semua peserta meeting. "Jadi, siapa yang setuju jika Gandy yang menjadi penanggung jawab proyek ini? Silakan angkat tangan."

Mulai menghitung perolehan suara untuk Gandy. Sailendra kembali berkata dan meminta semua orang yang ada di sana mengangkat tangan untuk dukungan pada Zayn.

"Perolehan suara imbang. Jadi, saya tidak bisa memutuskan siapa yang akan menjadi penanggung jawab itu. Sementara, saya akan memegang kedali. Saya akan membicarakannya secara pribadi dengan Zayn dan Gandy."

Baru saja Sailendra menyelesaikan perkataannya, pintu ruang meeting dibuka oleh seseorang tanpa mengetuk pintu.

"Sayang," panggil Firhan. Lelaki itu segera berdiri dan menghampiri perempuan berambut lurus dengan pakaian sedikit terbuka. "Kenapa ke sini? Tidak menunggu di ruanganku saja."

"Jadi, ini wanita yang akan menjadi istrinya Firhan. Cantik dan seksi. Pantas jika Firhan tidak melirikku sama sekali. Tunggu dulu, bukankah dia terlihat mirip dengan foto yang diberikan Zayn kemarin?" gumam Refara dalam hati. Lalu,  dia melihat penampilan dirinya sendiri yang berbanding jauh dengan sang wanita.

Memasang muka manja dan menggoda, perempuan itu tak segan melingkarkan tangannya pada lengan Firhan. "Aku merindukanmu. Semalam, kamu mengatakan sakit perut dan tadi pagi pas aku telpon tidak diangkat. Aku khawatir, tahu," ucapnya manja.

"Jaga perlakuanmu, Irene. Apa kamu tidak malu mengatakan hal seperti itu di depan banyak orang," kata Sailendra keras, menghentikan perempuan yang akan memeluk cucunya.

"Biarlah, Kek. Toh, mereka akan segera menikah," bela Gandy. Lelaki itu masih duduk dengan tenang dan sombong.

"Kalian anak muda, sulit sekali untuk dinasehati." Sailendra menghentakkan kakinya. Pergi meninggalkan ruangan yang membuat dadanya begitu sesak.

"Kakek, tunggu. Ada yang perlu aku diskusikan," panggil Zayn. Berdiri dan mengejar Sailendra. Namun, lelaki itu masih sempat melirik Refara dengan tatapan memerintah walau orang yang diperintah tidak mengerti sama sekali maksudnya.

Sepeninggal Zayn serta anggota meeting lainnya. Refara kembali fokus pada Firhan.

"Sayang, kenapa kakekmu masih sengit sama aku, sih. Padahal jelas-jelas aku akan memberikan seorang pewaris di keluarga ini."

Firhan dengan cepat membekap mulut Irene. "Jangan ungkap kebenaran itu. Kita bisa celaka dan Kakek tidak akan pernah merestui hubungan kita ini."

Jika Ilham bersikap biasa saja dengan perkataan Irene tadi. Maka, berbanding terbalik dengan sikap Refara. Gadis itu semakin tidak mengerti dengan lingkungannya saat ini.

"Gila ... bener-bener gila si Zayn," ucap Refara dalam hati. Tanpa sadar, gadis itu menggelengkan kepalanya, heran dengan segala tindak tanduk Zayn dan tugas yang diberikan padanya.

"Kenapa kamu menggelengkan kepala?" bisik seorang lelaki tepat di telinga kiri Refara. "Apakah tidak pernah menemui kasus pasangan yang belum menikah, tapi hamil duluan."

"Mas," ucap Firhan tegas. Ternyata, lelaki yang bertanya pada Refara tadi adalah Gandy.

"Aku heran, kenapa kamu menerima cewek seperti ini untuk menjadi sekretaris?" Tatapan Gandy pada Refara jelas-jelas menunjukkan ejekan.

"Dia dinilai bersih oleh Firhan, Mas. Walau tampilannya sederhana, tapi isi kepalanya cukup mempesona. Terbukti, isi proposal yang dibuat olehnya tadi, langsung disetujui semua orang," jelas Ilham. Refara kembali dibuat melongo oleh kalimat yang dikeluarkan rekan kerjanya.

"Jangan katakan kalau kamu tertarik padanya, Ham. Bisa-bisa si ono menargetkannya." Suara tawa Gandy menggelegar.

Ilham menggaruk kepalanya yang tak gatal. Salah tingkah ketika kalimatnya bisa ditebak Gandy.

"Bener itu, Ham? Kamu tertarik sama Refara?" tanya Firhan.

"Ih, kenapa bahas dia, sih. Aku dicuekin," kata Irene manja. Gestur tubuhnya dibuat sedekat mungkin dengan lelaki berkulit kuning Langsat di sampingnya.

"Hmm. Gitu aja cemburu. Aku tidak akan pernah berpaling darimu, Sayang. Apalagi sudah ada si kecil ini di perutmu."

"Sekiranya tidak ada pekerjaan di sini, saya permisi. Masih banyak pekerjaan yang harus saya pelajari." Refara bersiap meninggalkan mereka semua.

Memberikan isyarat melalui mata, Firhan meminta Ilham untuk mengejar Refara. "Terobos saja jika kamu suka," ucapnya memberi semangat sang asisten.

"Re, tunggu," panggil Ilham.

Refara menghentikan langkahnya.

"Apa kamu marah?"

"Kenapa harus marah, Pak?"

"Terus? Kenapa kamu langsung pamit pergi?"

"Bukan ranah saya untuk mendengarkan obrolan dan gurauan atasan. Saya di sini digaji untuk bekerja bukan mendengar candaan."

Ilham memberanikan diri memegang pergelangan tangan Refara walau gadis itu menepisnya.

"Jadi, apakah aku masih memiliki kesempatan untuk dekat denganmu?" Ilham menatap serius gadis di depannya. Tangannya kembali berusaha memegang tangan Refara.

Melihat tak ada penolakan dari gadis di depan Ilham. Seseorang yang sejak tadi mengintip keduanya meninggalkan tempat tersebut.

"Dasar wanita. Mudah sekali luluh dengan ajakan tak jelas seperti itu," umpat seseorang tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status