Happy Reading*****"Kapan, Mas, masuk?" tanya Firhan. "Saya permisi dulu, Pak." Refara meninggalkan keduanya. "Tidak perlu keluar, Re. Mas Zayn pasti tidak akan lama. Katakan ada apa, Mas? Jika kedatanganmu cuma untuk mengolok-olokku, kamu tidak perlu melakukannya. Aku tahu, aku lelaki bodoh yang percaya begitu saja pada perkataan Irene. Harusnya, ketika aku mendengar percakapan kalian waktu itu, aku melepaskan semua tipu dayanya untuk menjeratku."Zayn mendengkus. "Aku datang ke sini cuma mau ngasih tahu. Ada berkas yang harus kamu tanda tangani terkait ekspor ke Arab Saudi." Lelaki itu melempar map berwarna hitam pada Firhan."Mas, kok kamu tega meminta aku kerja dengan keadaan seperti ini.""Siapa yang memintamu kerja? Kamu, hanya perlu tanda tangan," tegas Zayn. Merasa sebagai orang asing yang tidak seharusnya mendengarkan pertengkaran dua pewaris perusahaan tekstil terbesar di pulau itu, Refara pamit pulang. "Re, aku masih sangat membutuhkanmu.""Tapi, Pak. Saya tidak bisa m
Happy Reading*****Zayn menyentil kening Refara. "Apa yang kamu pikirkan? Bisa-bisanya tidak fokus. Sana masuk, Firhan sudah menunggu sejak tadi," peringatnya."Hah, iya." Sejenak, Refara melupakan pertanyaannya tadi. Wajah Firhan terlihat menakutkan saat ini. Refara duduk di sebelah Firhan yang kebetulan satu mobil dengan Gandy. Si sulung itu, saat ini duduk di samping sopir, sedangkan Zayn satu mobil dengan Sailendra. "Kamu yakin tidak memiliki keinginan menikahi Elvira, Fir?" tanya Gandy setelah mereka menempuh setengah perjalanan menuju hotel pesta berlangsung. "Tidak berminat sama sekali. Malas banget dengan tie perempuan seperti dia," sahut Firhan, "Mas kan tahu gimana tipeku.""Oke. Aku percaya kamu tidak akan mengkhianatiku," sahut Gandy, "Boleh ngasih saran?""Silakan."Refara masih setia mendengarkan percakapan dua lelaki itu, dia sama sekali tidak berniat menyela atau bergabung dengan keduanya. Di pikirannya kini, hanya ada jepit dasi yang dipakai Zayn. Kenapa berbeda
Happy Reading*****Zayn meninggalkan Refara yang terbengong dengan segala pemikirannya sendiri. Dia memilih pergi ke meja Elvira yang baru saja duduk setelah menyelesaikan dansa. "Tampaknya, kamu sangat tertarik pada saudaraku," ucap Zayn. Tanpa permisi, meminta ijin. Lelaki itu menyeret kursi di sebelah sang gadis.Elvira tak langsung menjawab, dia memilih meneguk minuman berwarna kuning di depannya. Setelah selesai minum, entah disengaja atau tidak. Perempuan itu sengaja menjilat sisa manis dari jus jeruk yang ada di bibirnya dengan sangat sensual. Zayn meneguk ludahnya sendiri, susah payah menahan gejolak yang ditimbulkan oleh gadis di depannya. Dia lelaki normal apalagi hidup di pulau yang katanya sangat bebas mengenai hubungan dua jenis kelamin yang berbeda. Tidak perlu munafik, lelaki itu sudah pernah mencicipi manisnya hubungan intim dengan seorang wanita walau belum menikah. Jadi, tak heran libidonya langsung naik ketika melihat aksi Elvira tadi. "Sial, apa kamu sengaja m
Happy Reading*****Skakmat, Refara dengan cepat membaca tujuan Firhan mendekatinya bahkan ketika permintaan si bos belum diiyakan."Jangan asal tuduh, Re. Kamu bahkan sudah mendengarnya langsung ketika aku tidak mau berkompetisi mendapatkan Elvira. Semua itu karena aku tidak menginginkan menjalani pernikahan bisnis. Aku ingin pernikahanku diwarnai cinta, Re. Kalau kamu menolak bersamaku saat ini, tidak masalah. Aku akan menunggu jawabanmu." Firhan dengan lembut memegang kepala sang sekretaris lembut.Tanpa disadari keduanya jika Ilham melihat semua interaksi yang Firhan lakukan pada Refara. Tangannya terkepal, bukankah sahabatnya itu mengetahui jika dia tertarik pada perempuan yang kini sedang dia genggam tangannya. Tak tahan lagi untuk bersembunyi lebih lama lagi, Ilham mendekati keduanya. "Hei, apa kabar, Fir?" sapa Ilham, matanya fokus pada tangan sang atasan yang memegang tangan Refara. "Hei, kapan kamu datang?" tanya Firhan. Dia masih terus memegang tangan sang sekretaris wal
Happy Reading*****Panggilan Sailendra terputus ketika Zayn berjanji akan menemukan Elvira secepatnya. Lelaki itu tidak mengetahui jika orang yang dicarinya sedang bersenang-senang dengan lelaki lain. Saat ini, Elvira baru saja keluar dari kamar hotel bersama sang mantan pacar. Seakan lupa minuman apa yang sudah dia berikan pada Zayn sebelumnya, perempuan itu langsung setuju dengan ajakan sang mantan. Sementara itu, Refara kembali ke rumah kontrakannya dengan deraian air mata. Dia merasa kotor saat ini. Apa yang dijaganya selama ini hilang di tangan orang yang tidak tepat. Andai Zayn adalah Firhan, mungkin perempuan itu tidak begitu menyesal. Setidaknya, Refara masih memiliki harapannya jika sang atasan yang merenggutnya, begitulah pikiran sang perempuan.Saat ini, harapan Refara cuma satu. Semoga kejadian semalam tidak menyebabkan dirinya hamil. Zayn benar-benar lelaki buas, berkali-kali melakukannya, tetapi tidak menggunakan pengaman sama sekali."Semoga kejadian tadi malam tidak
Happy Reading*****Mengenakan stelan blazer dengan rok pendek di atas lutut. Seorang gadis berambut sebahu dan sedikit bergelombang memasuki sebuah vila yang cukup megah. Matanya menyapu seluruh ruang tengah yang langsung mengarah pada kolam renang. Di sana, terlihat lelaki tampan dengan kulit putih tengah duduk sendirian. Kepulan asap dari zat nikotin yang dikeluarkan sang lelaki hampir membuat Refara tersedak."Sudah datang rupanya?" tanya sang lelaki ketika mendengar Refara terbatuk. Seluruh tubuhnya, kini menghadap perempuan ramping tersebut. "Apa yang membuat Anda memanggil saya ke vila ini?" tatapan Refara begitu tajam. Di dunia bisnis, siapa yang tak mengenal lelaki di depannya. Sukses di usia muda dengan menyandang gelar kejam dan dingin. Lelaki itu melangkah mendekati Refara, memegang dagunya dan menariknya ke atas. "Siapa kamu berani bertanya seperti itu?"Rasa sakit akibat perbuatan si lelaki membuat Refara mendelik. "Maaf." Suaranya terjepit karena lehernya yang teran
Happy Reading*****"Maaf, maksud Anda bagaimana?" Refara menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinga, mengurangi kecemasan. "Bapak salah sangka. Saya sama sekali tidak mengenal Mbak ini," tambah sang office girl. "Saya permisi. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.""Tunggu," cegah asisten Firhan, "siapa namamu?"Office girl itu menyebutkan nama. Lalu, cepat-cepat meninggalkan ketiga orang tersebut. Firhan begitu intens menatap perempuan yang berdiri di depannya. "Sekali lagi aku bertanya. Apa tujuanmu mendekatiku?"Refara menatap penuh keberanian lelaki di depannya. "Tujuan saya datang ke kantor ini cuma satu. Mengikuti seleksi interview. Apa masih kurang jelas? Silakan tanya bagian HRD untuk memastikannya."Meneliti dari atas ke bawah. Tatapan Firhan makin mengintimidasi. "Posisi apa yang kamu lamar?""Basic saya di bagian keuangan karena saya lulusan terbaik sebuah universitas negeri di kota ini." Lugas tanpa rasa takut sama sekali walau lelaki di depannya
Happy Reading*****Refara menoleh pada lelaki kurang ajar yang telah melecehkannya. Sekuat tenaga mendorong tubuh Zayn. Namun, sayang tenaga sang wanita sangat jauh dibanding lawannya sehingga tubuh si lelaki tetap menempel."Jangan kurang ajar, Pak," bentak Refara. "Saya memang bukan perempuan baik-baik, tapi untuk menjadi simpanan lelaki seperti Anda mendingan saya menjadi pembantu rumah tangga." Melangkahkan kakinya dengan cepat sebelum Zayn kembali bertindak aneh. Sepeninggal Refara, Zayn menghabiskan minumannya dengan sekali tegukan. "Menarik juga. Belum pernah ada yang menolakku seperti tadi," ucapnya lirih.*****Pukul setengah tujuh, Refara sudah siap berangkat kerja dengan mengendarai motornya. Sebulan ini, dia mulai terbiasa menggunakan kendaraan tersebut walau sebelumnya sempat minder ketika bertemu sapa oleh orang yang mengenalnya saat berpapasan. Dia kini, bukanlah perempuan sosialita seperti ketika kedua orang tuanya masih hidup. Refara harus bertahan dengan segala ke