Happy Reading*****Panggilan Sailendra terputus ketika Zayn berjanji akan menemukan Elvira secepatnya. Lelaki itu tidak mengetahui jika orang yang dicarinya sedang bersenang-senang dengan lelaki lain. Saat ini, Elvira baru saja keluar dari kamar hotel bersama sang mantan pacar. Seakan lupa minuman apa yang sudah dia berikan pada Zayn sebelumnya, perempuan itu langsung setuju dengan ajakan sang mantan. Sementara itu, Refara kembali ke rumah kontrakannya dengan deraian air mata. Dia merasa kotor saat ini. Apa yang dijaganya selama ini hilang di tangan orang yang tidak tepat. Andai Zayn adalah Firhan, mungkin perempuan itu tidak begitu menyesal. Setidaknya, Refara masih memiliki harapannya jika sang atasan yang merenggutnya, begitulah pikiran sang perempuan.Saat ini, harapan Refara cuma satu. Semoga kejadian semalam tidak menyebabkan dirinya hamil. Zayn benar-benar lelaki buas, berkali-kali melakukannya, tetapi tidak menggunakan pengaman sama sekali."Semoga kejadian tadi malam tidak
Happy Reading*****Mengenakan stelan blazer dengan rok pendek di atas lutut. Seorang gadis berambut sebahu dan sedikit bergelombang memasuki sebuah vila yang cukup megah. Matanya menyapu seluruh ruang tengah yang langsung mengarah pada kolam renang. Di sana, terlihat lelaki tampan dengan kulit putih tengah duduk sendirian. Kepulan asap dari zat nikotin yang dikeluarkan sang lelaki hampir membuat Refara tersedak."Sudah datang rupanya?" tanya sang lelaki ketika mendengar Refara terbatuk. Seluruh tubuhnya, kini menghadap perempuan ramping tersebut. "Apa yang membuat Anda memanggil saya ke vila ini?" tatapan Refara begitu tajam. Di dunia bisnis, siapa yang tak mengenal lelaki di depannya. Sukses di usia muda dengan menyandang gelar kejam dan dingin. Lelaki itu melangkah mendekati Refara, memegang dagunya dan menariknya ke atas. "Siapa kamu berani bertanya seperti itu?"Rasa sakit akibat perbuatan si lelaki membuat Refara mendelik. "Maaf." Suaranya terjepit karena lehernya yang teran
Happy Reading*****"Maaf, maksud Anda bagaimana?" Refara menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinga, mengurangi kecemasan. "Bapak salah sangka. Saya sama sekali tidak mengenal Mbak ini," tambah sang office girl. "Saya permisi. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.""Tunggu," cegah asisten Firhan, "siapa namamu?"Office girl itu menyebutkan nama. Lalu, cepat-cepat meninggalkan ketiga orang tersebut. Firhan begitu intens menatap perempuan yang berdiri di depannya. "Sekali lagi aku bertanya. Apa tujuanmu mendekatiku?"Refara menatap penuh keberanian lelaki di depannya. "Tujuan saya datang ke kantor ini cuma satu. Mengikuti seleksi interview. Apa masih kurang jelas? Silakan tanya bagian HRD untuk memastikannya."Meneliti dari atas ke bawah. Tatapan Firhan makin mengintimidasi. "Posisi apa yang kamu lamar?""Basic saya di bagian keuangan karena saya lulusan terbaik sebuah universitas negeri di kota ini." Lugas tanpa rasa takut sama sekali walau lelaki di depannya
Happy Reading*****Refara menoleh pada lelaki kurang ajar yang telah melecehkannya. Sekuat tenaga mendorong tubuh Zayn. Namun, sayang tenaga sang wanita sangat jauh dibanding lawannya sehingga tubuh si lelaki tetap menempel."Jangan kurang ajar, Pak," bentak Refara. "Saya memang bukan perempuan baik-baik, tapi untuk menjadi simpanan lelaki seperti Anda mendingan saya menjadi pembantu rumah tangga." Melangkahkan kakinya dengan cepat sebelum Zayn kembali bertindak aneh. Sepeninggal Refara, Zayn menghabiskan minumannya dengan sekali tegukan. "Menarik juga. Belum pernah ada yang menolakku seperti tadi," ucapnya lirih.*****Pukul setengah tujuh, Refara sudah siap berangkat kerja dengan mengendarai motornya. Sebulan ini, dia mulai terbiasa menggunakan kendaraan tersebut walau sebelumnya sempat minder ketika bertemu sapa oleh orang yang mengenalnya saat berpapasan. Dia kini, bukanlah perempuan sosialita seperti ketika kedua orang tuanya masih hidup. Refara harus bertahan dengan segala ke
Happy Reading*****Refara sempat melihat ekor mata Zayn meliriknya. Lalu, cepat-cepat perempuan itu menunduk supaya tidak ada seorang pun yang mengetahui jika dia mengenal sosok pria yang baru datang tersebut. Zayn duduk di kursi kosong sebelah atasan Refara. Namun, suara Gandy, masnya Firhan terdengar menginterupsi. "Kamu tidak pantas duduk di sebelahnya. Tempat anak pelakor, selalu di urutan belakang. Pergi!" hardiknya disertai gerakan menyeret pergelangan Zayn. "Tutup mulutmu, Mas. Aku memiliki hak yang sama dengan kalian di perusahaan ini." Indera penglihatan Zayn mulai memerah. Wajahnya begitu menakutkan, tetapi Gandy tidak gentar sama sekali. "Hak yang sama bagaimana? Jelas-jelas keberadaanmu tidak dianggap di keluarga besar Rafiq," ejek lelaki yang memiliki postur tubuh lebih pendek dari Zayn. "Sudahlah, Mas, hanya masalah tempat duduk tidak perlu diributkan," ucap Firhan, menenangkan Gandy."Hentikan perdebatan kalian. Sudah dewasa, masih saja bertengkar," sahut seorang l
Happy Reading*****"Pak, lepas. Kalau ada yang melihat bagaimana?" tanya Refara. Berusaha menepis pegangan tangan Ilham. "Terlalu dini apa yang Pak Ilham katakan tadi. Anda belum mengenal saya bahkan latar belakang saya pasti tidak Anda ketahui.""Kata siapa?" jawab Ilham, enteng. Dia berusaha menyejajarkan langkahnya ketika Refara hendak meninggalkannya. "Apa Anda tahu bagaimana latar belakang keluarga saya? Pekerjaan saya sebelumnya dan mungkin masih banyak lagi yang belum Anda ketahui.""Saya tahu semua tentangmu, Re. Apa kamu meragukan kemampuanku sebagai asistennya Pak Firhan?""Sudahlah, Pak. Jangan bercanda.""Siapa yang bercanda. Aku serius, Re. Jadi, tolong pertimbangkan lagi permintaanku tadi." Ilham sudah akan meninggalkan Refara, tetapi suara gadis itu terdengar menginterupsi. "Apa Pak Ilham masih akan mendekati saya jika latar belakang keluarga sangat buruk?""Seburuk apa keluargamu?""Silakan selidiki lagi bagaimana keluarga dan latar belakang saya." Refara melanjutka
Happy Reading *****"Tutup mulutmu jika tidak ingin ada keributan di tempat ini," bisik seseorang di telinga kiri Refara. "Aku harap, kamu mau membantuku."Refara menatap aneh pada lelaki di depannya. Keberadaannya benar-benar tak terprediksi sama sekali. Refara sempat menyangka jika yang menarik tangannya tadi adalah Zayn mengingat jika lelaki itu selalu muncul tiba-tiba di hadapannya.Namun, prediksinya meleset. Bukan Zayn yang menariknya, melainkan Gandy. "Bantu apa. Pak?" tanya Refara. Walau setengah terkejut, gadis itu tetap menampilkan profesional kerja. "Carikan aku gaun pesta.""Untuk Bapak?" "Kamu bodoh apa gimana? Masak aku mau beli baju pesta di outlet pakaian wanita, yang bener saja." Gandy menatap tajam pada Refara. "Dasar keluarga sadis. Ketiga saudara ini punya kesamaan yaitu bermulut pedas," umpat sang gadis dalam hati. "Sana carikan aku satu baju pesta dengan ukuran M. Kalau bisa yang paling mahal." Gandy mendorong tubuh Refara keluar. "Ingat, jangan sampai Firha
Happy Reading*****Sepeninggal Zayn, Refara terduduk lemas di kursi teras. Pikirannya melanglang buana mencari cara untuk melakukan tugas yang diberikan lelaki kejam tadi. Jika dia melenyapkan janin yang ada di perut Irene, maka dia sudah menjadi pembunuh. Namun, jika tugas itu tidak segera diselesaikan, nyawa saudaranya dipertaruhkan.Gadis itu memejamkan mata, sejenak membayangkan kejadian sebulan lalu yang mengakibatkan dunianya berbalik 180 derajat. Kecelakaan yang menewaskan kedua orang tua, serta adiknya dan menyebabkan saudara tertuanya sekarang terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Kesedihan itu teramat menyakitkan ketika dia harus menguburkan satu per satu anggota keluarganya padahal dirinya sendiri tengah menghadapi masalah pelik."Tidak, aku harus melaksanakan tugas dari Zayn. Mas Harri adalah kunci utama kecelakaan itu. Aku yakin, jika dia sadar nanti pasti akan menceritakan kejadian yang sebenarnya." Mata Refara terbuka sempurna setelah menggumamkan kalimat