Share

Terperangkap Hasrat CEO Kejam
Terperangkap Hasrat CEO Kejam
Penulis: pramudining

1. Kesepakatan

Happy Reading

*****

Mengenakan stelan blazer dengan rok pendek di atas lutut. Seorang gadis berambut sebahu dan sedikit bergelombang memasuki sebuah vila yang cukup megah. Matanya menyapu seluruh ruang tengah yang langsung mengarah pada kolam renang. Di sana, terlihat lelaki tampan dengan kulit putih tengah duduk sendirian.

Kepulan asap dari zat nikotin yang dikeluarkan sang lelaki hampir membuat Refara tersedak.

"Sudah datang rupanya?" tanya sang lelaki ketika mendengar Refara terbatuk. Seluruh tubuhnya, kini menghadap perempuan ramping tersebut.

"Apa yang membuat Anda memanggil saya ke vila ini?" tatapan Refara begitu tajam. Di dunia bisnis, siapa yang tak mengenal lelaki di depannya.  Sukses di usia muda dengan menyandang gelar kejam dan dingin.

Lelaki itu melangkah mendekati Refara, memegang dagunya dan menariknya ke atas. "Siapa kamu berani bertanya seperti itu?"

Rasa sakit akibat perbuatan si lelaki membuat Refara mendelik. "Maaf." Suaranya terjepit karena lehernya yang terangkat tinggi.

Lelaki pemilik nama Zayn Aldari Rafiq itu melepas tangannya dari dagu Refara. Berbalik dan kembali duduk, tetapi tatapannya masih tajam  pada lawan bicaranya.

"Mari berbisnis denganku. Kamu tidak akan pernah rugi."

"Bukankah perusahaan Anda sudah memiliki konsultan keuangan yang pastinya lebih baik dibanding saya." Refara masih berdiri tegak dengan tangan kiri memegang tas mungil kesayangannya. 

"Tawaran ini tidak berlaku dua kali. Tiga puluh juta akan menjadi milikmu setiap bulan. Tambah bonus 20.juta jika bisa menyelesaikan setiap misi yang diberikan." Memutar gelas berisi minuman beralkohol, Zayn benar-benar mendominasi dalam setiap perkataannya.

Terdiam, Refara membayangkan kondisi keluarganya saat ini. Bayang-bayang percakapannya dengan sang dokter terlintas jelas. Saat ini, keadaannya terhimpit masalah keuangan.

"Operasi dan biaya administrasi lainnya harus segera kamu bayarkan jika dia ingin sembuh," ucap seorang dokter kala Refara menemuinya di ruang konsultasi.

"Berapa besar biayanya, Dok?"

"Kurang lebih 65 juta. Semua itu termasuk biaya operasi dan perawatan selama satu bulan ke depan. Ini rinciannya."

Membaca kertas yang disodorkan dokter muda di depannya, Refara meremas roknya. Merasa gagal menjadi seorang kakak karena tidak bisa membayar biaya pengobatan sang adik dengan segera.

Tabungan yang dia miliki kurang. Semua aset keluarga juga sudah lepas dari genggaman. Kariernya hancur akibat perbuatan orang yang tak bertanggung jawab.

"Segeralah mencari uang itu, Re. Kita tidak bisa menunggu dan membiarkannya seperti ini terus," ucap sang dokter kembali menyadarkan.

"Saya akan segera mendapatkan uang itu, Dok." Perempuan itu berdiri. Menjabat tangan lelaki yang berprofesi dokter di depannya.

"Satu menit berfikirmu, sudah selesai. Tidak akan ada kesempatan kedua untuk tawaran ini," ucap Zayn menggelegar di telinga Refara.

Gadis itu tersadar dari lamunan panjang. Dia menatap lelaki yang masih menikmati minuman keras itu dengan tatapan tajam.

"Mari kita mulai kerja sama ini. Tugas apa yang harus saya kerjakan untuk pertama kali?" Refara diam belum beranjak dari tempat semula. Berdiri tegak bak patung karena sang pemilik vila belum memintanya duduk.

Mendengkus, Zayn tersenyum meremehkan sikap gadis di depannya.  Lalu, lelaki itu mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat.

"Tidak ada kata gagal dalam hidupku," ucap Zayn dengan sorot mata mengintimidasi lawannya.

"Belum pernah terjadi dalam kamus hidupku kegagalan," jawab Refara mantap. Tangannya terulur menyambut jabat tangan lawannya. "Katakan, apa yang harus saya lakukan!"

"Baca ini! Waktunya tiga hari dari sekarang." Zayn menyerahkan map berwarna hitam.

Membaca isi map tersebut, kening Refara berkerut dengan mata terbuka sempurna.

"Buktikan jika tidak pernah ada kegagalan dalam hidupmu!" Zayn tersenyum miring menatap keterkejutan perempuan dengan beberapa bagian tubuh yang terlihat sangat menonjol di depannya.

Kembali berdiri dan mendekati Refara, Zayn berkata tepat di telinga kanan lawannya. "Kutunggu kabar baik itu. Tidak ada kata takut dan gagal," bisiknya.

Refara tidak berani bergerak karena jarak Zayn begitu dekat hingga embusan napasnya saja dapat dirasakan pada bagian leher.

"Baik," ucap Refara. Maju satu langkah, menjauh dari lelaki tersebut.

"Kirim nomor rekeningmu."

"Untuk?"

"Uang muka, misi pertamamu." Zayn menyodorkan ponselnya yang tertera barcode sebuah aplikasi chat terpopuler.

Refara segera memindai barcode tersebut.

"Terima kasih," ucap Refara setelah menerima notifikasi transfer masuk.

*****

Menunggu giliran interview, perempuan berkemeja ketat warna putih itu mengedarkan pandangannya. Sesuai informasi yang dia dapatkan, target yang harus dia dekati akan berjalan melewati tempat itu untuk menuju ruangannya. Sekali lagi melirik jam tangannya, Refara menghitung mundur kedatangan lelaki yang ditunggunya.

Tepat pada hitungan satu, langkah sang lelaki terdengar. Refara tersenyum puas. Melirik seseorang yang berdiri tak jauh darinya, netra si perempuan memberi kode.

Bruk ....

Suara orang terjatuh, terdengar cukup keras.

"Maaf, Mbak. Saya tidak sengaja," kata perempuan berseragam kaos, khas office girl di gedung tersebut.

"Nggak papa, Bu," ucap Refara. Dia berusaha berdiri, tetapi kakinya terasa begitu sakit hingga kembali terjatuh. Baju yang dikenakan juga tersiram kopi dari tangan perempuan paruh baya di depannya hingga nodanya tercetak secara nyata tepat di bukit kembarnya.

Lelaki dengan tinggi sekitar 170 cm itu mendekati Refara. "Siapa kamu?" tanyanya sinis. Dia terlihat begitu waspada.

"Saya salah satu orang yang dipanggil untuk interview di kantor ini," ucap Refara berusaha menampilkan wajah takut. Suaranya juga dibuat segugup mungkin.

"Interview karyawan baru bukan di sini tempatnya. Kenapa kamu bisa ada di sini apalagi terlihat akan menggunakan lift khusus presidium? Apa tujuanmu?" sentak lelaki berambut tebal warna hitam di belakang lelaki yang tadi bertanya pada Refara.

Refara berusaha kembali berdiri, tetapi lagi-lagi tidak bisa. "Maaf, saya nggak tahu kalau lift ini khusus untuk jajaran presidium. Saya berniat kembali ke ruangan interview setelah dari kamar mandi." Refara menunjuk arah toilet yang tak jauh dari tempatnya sekarang.

"Tapi, ternyata saya salah lift," lanjut perempuan yang masih berusaha untuk berdiri.

Lelaki pemilik nama Firhan Rafiq tersebut menatap penuh selidik pada Refara. "Kamu yakin tidak memiliki tujuan apa pun?"

Refara mengangguk mantap, dibantu office girls yang menabraknya tadi, dia akhirnya bisa berdiri.

"Lalu, kenapa kamu memberinya kode untuk menabrak dirimu sendiri?"

Terkejut, jelas Refara alami saat ini. Ternyata, Firhan benar-benar lelaki yang teliti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status