Rani membalikkan tubuhnya lalu menatap ke arah Anton.
"Ada apa, Mas?" tanya Rani menatap Anton."Kamu pergi di antar dengan supir saja, jangan jalan kaki atau naik kendaraan umum, itu sangat berbahaya. Apalagi kamu membawa koper besar, Mas takut kamu di rampok." jelas Anton.Dalam hati Rani sangat senang karena suaminya sangat khawatir dengan keadaan nya."Iya baiklah, aku akan meminta di antar dengan supir pribadi Mas." Jawab Rami.Anton masih memegang tangan Rani, sungguh Anton tidak rela Rani pergi. Namun, Rani sudah membuat hati nya hancur berkeping-keping."Hati-hati di jalan." Anton melepaskan tangan Rani dari genggaman nya."Mas... boleh aku meminta sesuatu untuk yang terakhir kali nya?" tanya Rani menatap Anton dengan mata yang berkaca-kaca."Silakan saja." jawab Anton."Aku ingin di peluk sama Mas, walaupun ini pelukan yang terakhir untuk diriku." Rani meneteskan air mata nya, karena tidak sanggup menahan dirinya untuk tidak menangis.Hati Anton terasa sakit melihat wanita yang dia cintai dan dia sayangi menangis, Anton menarik tangan Rani perlahan lalu mendekap tubuh mungil Rani.Rani membalas pelukan Anton dengan erat, Rani membenamkan wajahnya di dada Anton. Karena tinggi Rani sedada Anton."Jaga dirimu baik-baik, jangan sampai kamu sakit." ucap Anton sembari mengusap lembut punggung Rani."Mas juga ya, jangan sampai telat makan, jangan terlalu larut dalam pekerjaan, seringlah luangkan waktu untuk Zargie." Rani mempererat pelukan nya di tubuh Anton."Iya Rani, Mas akan berusaha meluangkan waktu untuk Zargie." jawab Anton.Perlahan Anton melepaskan pelukan nya dari tubuh Rani, Anton mengusap lembut kedua pipi Rani yang basah karena air mata nya. Anton mengecup kening Rani dengan lembut, Rani memejamkan mata nya untuk menikmati kecupan hangat di kening."Jaga kesehatan." Anton mengusap kedua lengan Rani."Iya, Mas juga ya jaga kesehatan." Rani tersenyum.Anton mengangguk, Rani menarik kopernya dan berjalan ke arah pintu utama rumah keluarga Watson. Rani keluar dari rumah dan menatap rumah keluarga Watson."Sudah 4 tahun aku tinggal di sini sebagai Nyonya Anton Watson, walaupun kedua mertuaku tidak terlalu menyukaiku. Namun, aku sangat bahagia tinggal di rumah ini, karena aku mempunyai suami yang sangat baik dan mempunyai buah hati yang sangat menggemaskan." gumam Rani tersenyum sembari meneteskan air mata nya kembali."Nyonya Rani, mobil sudah siap." tiba-tiba supir pribadi Anton datang."Ah iya, Pak." Rani langsung menghapus air mata nya secara perlahan.Supir mengambil alih koper besar yang sedang Rani pegang, Rani membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil."Ini sangat berat bagiku, siapa yang tega menjebak ku dan memfitnah diriku." gumam Rani.Tidak membutuhkan waktu lama mobil berjalan."Apa akan ke perumahan, Nyonya?" tanya Supir."Tidak Pak, ke rumah yang kecil saja." jawab Rani.Supir mengangguk dan menjalankan mobilnya ke arah komplek rumah. Butuh waktu 1 jam untuk sampai ke rumah baru Rani, dan sekarang Rani sudah sampai, Rani keluar dari mobil dan menatap rumah yang sederhana dan jelek. Namum, Rani tidak mempermasalahkan itu, yang terpenting bagi Rani, rumah nyabisa melindungi dirinya dari panasnya terik matahari dan derasnya air hujan."Nyonya, ini kopernya, apa Nyonya yakin akan tinggal di rumah itu?" tanya supir menatap Rani."Iya Pak, saya sangat yakin tinggal di sini, saya sudah memesan nya dan nanti pemilik rumah akan datang kemari, dan saya akan membayarnya." jawab Rani tersenyum ke arah supir."Sebenarnya ada apa, Nyonya? Kenapa Nyonya pergi dari rumah keluarga Watson?" tanya supir lagi."Ada masalah yang menurut saya ini salah dan tidak benar, dan Mas Anton menuduh saya berselingkuh dengan pria lain, dan Mas Anton mengusir saya dari rumah, lalu menceraikan saya." jelas Rani."Astagfirullahaladzim, kenapa Tuan Anton sangat tega mengusir Nyonya, Tuan muda masih kecil, dia masih membutuhkan kasih sayang kedua orang tua nya." jawab Supir."Tidak apa-apa Pak, saya juga akan mencari tau siapa sebenarnya yang ada di balik duri rumah tangga saya dan Mas Anton." Rani menghela nafas panjang."Saya doakan Nyonya cepat menemukan orang itu dan membalas nya sewajarnya." supir menatap Rani sembari tersenyum."Aamiin. Terimakasih doa nya ya, Pak, dan iya jaga anak saya, saya harap anda menjemput anak saya tepat waktu di sekolah." pinta Rani."Siap Nyonya, saya akan menjaga Tuan muda dengan baik." Supir memberi hormat kepada Rani.Rani tersenyum dan mengangguk."Baiklah Pak, saya masuk dulu ya, Anda hati-hati di jalan." Rani menarik kopernya menuju ke arah rumah.Supir masuk ke dalam mobilnya dan mulai menjalankan mobilnya meninggalkan halaman rumah baru Rani. Rani membuka pintunya perlahan, Rani sudah meminta pemilik rumah untuk tidak menguncinya karena supaya dia bisa langsung masuk kedalam rumah."Kira-kira harganya berapa ya?" gumam Rani menatap atap rumah yang mulai pada retak.Jika di nilai dari persen 40% rumah nyaman, membuat pikiran tenang dan adem. Namun, 60% kerusakan lumayan parah.Di rumah ini ada dua kamar, satu ruang tamu, satu ruang makan, satu kamar mandi yang cukup luas, dan satu dapur yang cukup luas, teras juga luas luas lalu halaman yang cukup luas. Di halaman terdapat dua pohon besar, yaitu pohon rambutan dan pohon mangga."Aku akan merenovasi rumah ini sedikit demi sedikit." gumam Rani.Rani memasuki kamar nya yang bagian depan. Rani melihat ranjang lumayan luas. Namun, ranjang kayu dan kasur nya juga sangat keras. Rani tersenyum dan mengangkat kopernya lalu meletakan di atas kasur. Rani membuka koper nya dan mengambil kotak yang lumayan besar."Aku akan membuka tabunganku ini, lumayan berat si. Semoga saja isinya banyak." Rani mulai membuka kotaknya menggunakan kunci.Karena kotak untuk Rani menabung ini memakai yang ada kunci gemboknya. Setelah Rani membuka kotaknya. Rani mulai menghitung uangnya. Isi di dalam kotak ini uangnya 100 ribu dan 50 ribu. Rani mulai menghitung uangnya perlahan dengan teliti.Dua jam telah berlalu.Rani sudah selesai menghitung uangnya dan mengikat uangnya dengan karet."Alhamdulillah, semua tabunganku jumlah nya 136 juta." Rani merasa sangat bersyukur karena tabungan nya selama 2 tahun sudah sebanyak ini.Setiap Rani di beri uang sama Anton untuk khusus dirinya. Rani selalu menyisihkan setengahnya untuk menabung. Dan ternyata tabungan nya bermanfaat saat dia sedang mengalami kesusahan."Semoga saja rumah ini tidak mahal, sisa nya akan aku pakai untuk usaha berdagang dan aku akan mulai menabung lagi untuk merenovasi rumah ini, tentu nya untuk membeli sesuatu untuk Zargie." Rani tersenyum dan memasukkan semua uang yang sudah di ikat dengan karet kedalam tas nya."Assalamualaikum." suara orang dari luar rumah.Rani yang mendengar suara orang langsung keluar dari kamar dan keluar rumah."Waalaikumsalam... eh Bu Inah, silakan masuk, Bu." Rani mempersilakanx wanita paru baya yang bernama Inah masuk ke dalam rumahnya."Terimakasih, Mba Rani." jawab Bu Inah dan masuk ke dalam.Mereka duduk di kursi kayu saling berhadapan."Jadi bagaimana? Apa Mba Rani menyukai rumah ini?" tanya Bu Inah.Bu Inah adalah pemilik rumah yang akan Rani beli."Suka Bu. Berapa harganya?" tanya Rani balik."Harganya 85 juta Mba." jawab Bu Inah."Maaf sebelum nya Ibu. Apa tidak terlalu mahal? Maksud saya di rumah ini 60% keadaan rusak Bu, atap juga banyak yang retak apalagi bocor, kamar-kamar juga dinding dan atap retak. Jika rumah ini di merenovasi ulang, 100 juta tidak akan cukup. Jadi saya mohon di turunkan harganya Bu, mungkin Ibu mengira saya ini adalah orang kaya karena pakaian saya, tidak Bu, saya bukan orang kaya, yang kaya adalah keluarga suami saya, bukan saya." jelas Rani sembari tersenyum."Benarkah? Maaf ya Mba, awalnya saya juga mengira anda adalah orang kaya. Baiklah saya akan menurunkan harganya menjadi 78 juta, itu sudah harga pas Mba." Jawab Bu Inah."Eum baiklah, saya setuju dengan harga segitu. Sebentar saya ambil uangnya terlebih dahulu." Rani berdiri dan masuk ke kamarnya.Rani membuka tas nya dan mengambil uang sebanyak 78 juta, Rani menutup kembali tas nya dan keluar dari kamar."Ini Bu uang nya." Rani meletakan semua uang di atas meja."Baiklah. Mba Rani, terimakasih, urusan sertifikat rumah akan saya urus dan akan di ganti atas nama anda. Siapa nama lengkap anda Mba?" tanya Bu Inah."Nama lengkap saya Rani Lismauren, Bu." jawab Rani.Bu Inah mengangguk dan mencatat di ponselnya, Bu Inah memberikan beberapa kunci rumah dengan kunci pintu yang berbeda kepada Rani."Saya permisi dulu Mba, semoga nyaman dan betah di rumah ini. Anda tidak usah khawatir tentang tetangga di sekitar anda, mereka ramah-ramah, jika ada yang jilid, abaikan saja Mba, itu tidak penting." Jelas Bu Inah."Baik Bu, terimakasih sekali lagi sudah memberi saya diskon." Rani tersenyum."Sama sama, Mba, saya permisi dulu." Bu Inah berdiri.Rani ikut berdiri lalu bersalaman dengan Bu Inah, Rani mengantar Bu Inah sampai depan rumah nya. Rani membalikkan tubuhnya dan masuk kedalam rumahnya Rani menutup pintunya dan masuk ke dalam kamar."Aku akan membuat usaha dagang. Namun, dagang apa ya?" gumam Rani sembari membuka pintu lemari kayunya"Astagfirullahaladzim, semua sudah keropos. Aku akan membeli lemari untuk menyimpan pakaian dan barang-barang berhargaku." Rani menutup kembali pintu lemari nya.Rani keluar dari kamar lalu pergi ke dapur untuk mengambil sapu, setelah mengambil sapu, Rani mulai menyapu di setiap sudut-sudut ruangan di rumahnya.Di Rumah Keluarga Watson.Zargie sedang bermain bersama Laura di kamar khusus mainan nya."Nenek, kenapa Mama belum pulang- pulang juga dari pasar?" tanya Zargie sembari menatap Nenek nya."Kan belanjaan Mama banyak, Sayang." jawab Laura mengusap lembut pipi cucu kesayangan nya.Anton adalah anak tunggal Hasan dan Laura, otomatis Zargie adalah cucu pertama Hasan dan Laura, maka dari itu Hasan dan Laura sangat memanjakan Zargie."Ah begitu, jika belanjaan nya masih sedikit, Mama pulangnya masih lama?" tanya Zargie lagi."Benar sekali, cucu Nenek memang sangat pintar." Laura tersenyum.Zargie membalas senyuman Laura dan melanjutkan bermain, sedangkan Anton sedang melamun di ruang kerjanya yang ada di rumahnya. Anton menatap bingkai foto ukuran sedang di atas meja kerjanya, Anton mengambil bingkai tersebut dan menatap foto dirinya dengan istri dan anaknya."Kenapa kamu tega mengkhianati Mas, Rani. Padahal Mas sangat mencintai dan menyayangimu." gumam Anton mengusap lembut wajah Rani yang ada di foto."Apa Mas kurang setia kepadamu? Mas tidak pernah tertarik kepada wanita lain selain dirimu, apalagi untuk mengkhianati dirimu, sama sekali Mas tidak ada niatan untuk melakukan itu. Namun, kamu sangat tega melakukan itu, Rani. Kenapa kamu tega kepada Mas." Anton meneteskan air mata nya secara perlahan.Ceklek.Pintu ruangan Anton terbuka, Anton terkejut saat menatap orang yang membuka pintu ruangan kerjanya. Karena orang itu adalah.Bersambung.Anton melihat wanita itu mendekat ke arahnya, Anton berdiri dari duduknya."Ada perlu apa kamu kemari, Agatha?" tanya Anton kepada wanita yang bernama Agatha.Agatha Margaretha. Dia adalah mantan kekasih Anton waktu Anton belum mengenal Rani. Rani juga mengetahui Agatha, karena Agatha pernah hadir di acara ulang tahun Zargie yang ke 1 dan ke 2 tahun."Duduk saja, Mas, aku kemari hanya rindu dengan mu dan Zargie." jawab Agatha mendudukkan kembali Anton di kursi kerjanya."Kenapa merindukan saya? Kita tidak mempunyai hubungan apa-apa Agatha, jika kamu merindukan Zargie, dia sedang bersama Nenek nya di kamar khusus mainan nya." Anton membuka laptopnya dan menyalakan nya."Ah begitu, dimana istri mu? Kenapa aku tidak melihat nya di rumah ini?" tanya Agatha.Anton mengepalkan kedua tangan nya lalu fokus ke layar laptop."Dia sudah pergi dari sini, dan kami juga akan segera bercerai." jawab Anton dengan nada dingin dan mata yang fokus ke layar laptop."Apa! Kalian akan bercerai? Ada masala
Anton menatap Agatha dengan tatapan bingung."Kenapa kamu merapatkan tubuhmu ke tubuh saya? Perasaan di sebelahmu itu masih luas." Anton menatap Agatha."Anton, biarkan saja Agatha duduk lebih dekat denganmu, dia kan sedang merindukanmu." Laura menatap Anton."Ma, aku ini masih mempunyai istri." jawab Anton menatap Laura."Istri kamu itu sudah tidak ada di sini, Anton, dia itu mengkhianati dirimu, dia sudah menyakitimu, sadarlah, Anton, jangan bodoh karena cinta." Laura merasa marah dengan anaknya."Ah jadi mereka beneran akan bercerai, ini peluang yang sangat bagus untuk aku kembali bersama Mas Anton." batin Agatha."Sudah jangan bertengkar, jangan sampai Zargie mengetahui kedua orang tua nya akan berpisah, dia masih kecil." Hasan mengakhiri pertengkaran antara ibu dan anak."Maaf, jika Mas Anton tidak nyaman dengan keberadaan ku." Agatha mengusap lengan kekar milik Anton."Agatha, tolong menjauhkan duduk mu dari saya, jangan seperti ini." Anton merasa risih dengan Agatha yang duduk
Setelah melihat Zargie sudah tertidur lumayan lama. Dan memastikan jika sang putra sudah larut dalam mimpinya. Anton pun turun dari ranjang secara perlahan, karena takut Zargie terganggu dan terbangun"Papa keluar dulu ya, Sayang, bobo yang nyenyak jagoan Papa." Anton mencium kening buah hatinya lagi terus berjalan ke arah pintu.Dia berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya. Dia keluar dari kamar anaknya. Tidak lupa dia menutup kembali pintu kamar secara perlahan.Dia berjalan ke arah ruang kerjanya, pas Anton akan membuka pintu ruang kerjanya, tiba-tiba tangan nya di tahan oleh Agatha."Ada apa?" tanya Anton."Aku ingin bicara dengan Mas. Hanya empat mata." jawab Agatha."Saya sibuk, Agatha, pekerjaan saya menumpuk, lain kali saja ya." Anton melepaskan tangan Agatha yang memegang pergelangan tangan nya.Anton membuka pintu ruang kerjanya dan masuk ke dalam, dia langsung mengunci pintunya, karena risih jika dia sedang fokus kerja ada orang yang masuk, Kecuali Rani, dia selalu mint
"Ini Bu, belanjaan nya, totalnya 45 ribu." Rani memberikan kantung plastik ukuran sedang isi belanjaan kepada Ibu yang memakai pakaian hitam."Ini uangnya, Mba." Ibu yang memakai pakaian hitam menyodorkan uang 50 ribu.Rani mengambil uangnya dan mengambil kembalian nya."Ini Bu, kembalian nya, terimakasih." Rani tersenyum."Sama-sama, Mba Rani." jawab Ibu memakai pakaian hitam sembari mengambil uang kembalian nya.Tinggal satu pelanggan Rani yang masih memilih sayuran."Sawi putih nya satu kilo ya, Mba." Ibu yang memakai pakaian tidur."Sebentar ya Bu, saya timbang dulu." jawab Rani.Ibu itu mengangguk dan menunggu Rani menimbang sawi putihnya, setelah menimbang sawi putihnya, dia memasukan ke kantung plastik, dia juga memasukkan beberapa belanjaan yang sudah di pilih Ibu yang memakai pakaian tidur ini."Totalnya berapa, Mba?" tanya Ibu yang memakai pakaian tidur itu."Semuanya 28 ribu, Bu." jawab Rani.Ibu yang memakai pakaian tidur itu memberikan uang 30 ribu kepada Rani, lalu Rani
Rani mengambil ipad anaknya yang ada di meja."Ini ipad nya hampir ketinggalan." Rani memberikan ipad nya kepada anaknya."Eh iya, untung saja tidak ketinggalan, terimakasih, Mama." Zargie mencium pipi Mama nya."Sama-sama, Sayang, sebentar ya." Rani merogoh saku celana pendeknya. Dia mengambil uang 200 ribu lalu memasukkan ke saku bagian dada sebelah kanan seragam sekolah buah hatinya."Untuk jajan jagoan Mama, maaf ya, Mama hanya bisa memberikan kamu uang jajan segitu saja." Rani mengusap rambut buah hatinya."Rani, ambil kembali uang itu, simpan uangnya, jika kamu membutuhkan uang, katakan saja kepada Mas." Anton menatap istrinya dengan tatapan sendu."Tidak perlu, Tuan, saya masih sanggup mencari uang sendiri." Rani menatap datar kearah sang suami.Lagi-lagi pria itu sangat terkejut dengan jawaban istri nya, dan dia tidak menyangka, jika wanita yang sangat dia cintai, tetap memanggilnya Tuan, bukan Mas."Baiklah, jika itu keinginanmu. Namun, saya juga akan tetap memaksa untuk mem
Anton menatap orang yang menepuk bahunya barusan dengan tatapan datar."Tante Agatha." Zargie menatap orang yang ada di belakang Papanya.Iya, yang .menepuk bahu Anton adalah Agatha. Entah kenapa setan ini terus saja mengganggu pria ini dan anaknya."Halo Sayang." wanita itu duduk di salah satu kursi lalu mengusap rambut anak itu dengan lembut."Tante sedang apa ada di sini?" tanya Zargie."Tante baru selesai meeting dengan client, Sayang, sekalian akan makan siang, saat Tante hendak memesan makanan, Tante melihat ada kamu dan Papa kamu, jadi Tante datang menghampiri meja kalian." jelas nya yang masih mengusap-usap rambut anak mantan kekasihnya."Ah begitu, ayo makan siang bersama kami, Tante." ajak Zargie.Agatha menatap Anton yang sedang makan, wanita yang memakai setelan jas disain ternama itu tersenyum kepada anak itu."Bagaimana Mas? Apa aku boleh makan siang bersama kalian?" tanyanya kepada pria itu.Dia sengaja bertanya kepada Anton, karena takut pria yang masih dia cintai
"Iya, Papa, aku mulai merasa mengantuk." jawab Zargie yang mulai memejamkan matanya.Pria itu terkekeh melihat tingkah menggemaskan anaknya."Dia sangat mirip seperti Mama nya, jika merasa kenyang. Pasti akan sangat mengantuk." gumamnya yang fokus menyetir.Zargie sudah terlelap ke alam mimpi, tidak membutuhkan waktu lama mereka sudah sampai di rumah. Pria itu memasukkan mobilnya ke garasi. "Akhirnya sampai juga." gumamnya mematikan mesin mobilnyaPria itu membuka sabuk pengaman nya dan keluar dari mobil, dia berjalan ke arah pintu mobil bagian depan, tempat anaknya duduk, dia membuka pintunya perlahan dan memasukkan setengah tubuhnya kedalam mobil, lalu dia menggendong tubuh anaknya perlahan. Karena dia merasa takut anaknya akan terbangun, perlahan pria itu keluar dari mobil sembari memegang kepala anaknya, karena dia takut kepala anaknya terbentur atap mobil."Kamu tidurnya nyenyak sekali setelah bertemu dengan Mamamu." gumam Anton menatap wajah anaknya yang sangat damai saat terti
Tidak terasa sudah jam 6 sore lebih 15 menit, Maudy dan Zargie masih belajar sembari bermain. Sedangkan Anton sedang berada di dalam kamar nya."Rani, kamu sedang apa, Sayang, Mas sangat merindukanmu. Apa kamu sudah mandi atau belum." Anton mengambil bingkai foto pernikahannya dengan sang istri yang terletak di meja rias wanita yang pria itu cintai dan sayangi.Make up, skincare, body lotion, dan peralatan Rani untuk merias wajahnya masih tersusun rapi di meja rias, wanita itu tidak membawa semua itu, karena itu semua suaminya yang membelinya."Kamu sangat cantik, kecantikanmu sangat alami sayang, tanpa kamu merias wajahmu, kamu sudah sangat cantik. Mas takut jika Kenzo masih menyukaimu, apalagi sekarang kita sudah bercerai, pasti ini peluang yang sangat bagus untuk Kenzo mendekati dirimu, di tambah anak-anak Kenzo memang menyukaimu, karena sifatmu dan perlakuanmu yang begitu baik kepada semua orang." gumam Anton mengusap wajah wanita yang sudah menjadi mantan istrinya itu yang ada di
"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata Mbak Agatha sangat kejam. Ternyata kecurigaan ku ternyata benar, jika Duda anak satu yang dia maksud adalah Mas Anton." Rani masih sesenggukan.Wanita itu sudah berhenti menangis, hanya saja sesungguhnya masih ada. Rumah keluarga Watson benar-benar sangat sunyi, semua anggota keluarga sedang merasa sangat terkejut dengan kejadian beberapa puluh menit yang lalu.Malam harinya.Keluarga Watson sedang makan malam bersama, wajah mereka masih sangat datar. Termasuk Anton."Kenapa kalian diam saja?" tanya Zargie merasa heran."Kakak, Nenek dan Papa sedang merasa lelah, Sayang. Maka dari itu mereka diam saja." jelas Rani berbohong."Ah begitu. Apa Tante Agatha sudah pulang?" tanya Zargie lagi."Sudah, Sayang. Papa mimta kamu jangan bajas Tante Agatha lagi ya, dia bukan keluarga kita, tidak baik jika di bahas ataupun di cari." jelas Anton."Baiklah, Papa. Aku juga tidak terlalu suka dengan nya." jawab Zargie.Rani hanya tersenyum lalu semua orang kemb
"Jadi anda meragukan saya, Nona Agatha?" tanya Tirto menatap datar ke wanita yang duduk di hadapannya."Saya tidak berkata jika saya meragukan dirimu. Sekarang ke intinya saja, saya tidak memiliki banyak waktu." ucap Agatha."Baiklah. Jelaskan apa yang harus saya lakukan." jawab Tirto."Baiklah, dengarkan saya baik-baik. Jadi saya meminta kamu untuk melakukan hal seperti dulu, kita akan menculik kembali Rani dan membuat dirinya telanjang bulat seperti dulu, kamu juga begitu, bila perlu kamu masukan saja alat kelaminmu ke alat kelamin Rani, kapan lagi bukan kamu melakukan hal itu secara gratis, dengan wanita yang masih muda pula, terus nanti saya akan memvideo kegiatan kalian, saya akan mengirim video itu ke Mas Anton dengan nomor rahasiaku dulu untuk mengirim foto-foto kamu dan Rani saat di kamar hotel, saya tidak ingin rencana ini gagal, dan kamu harus membuat Mas Anton benar-benar membuang Rani, jika kedua orang tuanya sudah saya hasut, jadi tugas kamu itu saja." jelas Agatha."Itu
"Padahal sudah jam 4 sore yax Ran. Tapi mataharinya masih terik seerti jam 11 siang." ucap Agatha."Benar, Mbak. Ya namanya kuga musim kemarau, nanti jika sudah musim hujan pasti jam segini sudah hujan deras." jawab Rani."Benar sekali, dan pasti pakaian akan lama keringnya. Apalagi jika mengandalkan pengering dari mesin cuci." Agatha sembari menyuap seblak nya."Semoga saja saat musim hujan sudah datang, hujan nya malam-malam saja di atas jam 11 malam. Jangan siang-siang, supaya pakaian juga selalu kering." jelas Rani."Iya semoga saja begitu. Eh Zargie dimana? Dari tadi siang tidak kelihatan, semenjak kejadian Om Hasan dan Tante Laura menegurnya?" tanya Agatha."Dia sedang tidur siang bersama dengan Papanya. Mungkin sudah pada bangun." jawab Rani."Ah begitu. Aku juga akan menginap di sini beberapa hari, Tante Laura uang menyuruhku, entah ada apa." ucap Agatha."Benarkah? Mungkin supaya rumah ini lebih ramai saja." jawab Rani.Tidak ada jawaban dari Agatha. Kedua wanita itu melanjut
Rani sudah selesai pipis. Dia membuka pintu kamar mandinya, pintu kamar mandi ini tidak menimbulkan suara saat di buka."Itu Mbak Agatha sedang apa ya? Kok sedang mengaduk-aduk teh yang tadi aku buat." gumam Rani merasa sagat heran.Rani mendekat ke arah Agatha. Dia berdiri di sebelah kiri wanita licik itu."Mbak Agatha. Sedang apa?" tanya Rani.Agatha benar-benar sangat terkejut. Wanita itu gelagapan lalu berusaha mencari alasan yang masuk akal."Ah ini, Rani. Aku sedang membantu mengaduk-aduk teh nya, supaya gulanya lebih cepat larut." jawab Agatha."Ah begitu. Terima kasih ya, MBak." ucap Rani tersenyum kepada Agatha."Iya sama-sama, Rani." jawab Agatha membalas senyuman Rani.Wajah Agatha banyak keringatnya, wanita licik itu sangat geologi dan merasa takut. Takut Rani melihat aksinya yang memasukan beberapa sendok garam ke dalam teh yang tadi dia buat untuk Laura, tapi Rani tidak merasa curiga kepada wanita licik itu."Kenapa Mbak mengeluarkan garam?" tanya Rani saat melihat di sa
Rani benar-benar sangat bangga mempunyai anak seperti Zargie. Masih kecil saja anak itu mempunyai pikiran seperti itu."Iya, Sayang. Mama sangat percaya jika kamu akan menjadi anak yang sangat hebat di masa depan." jawab Rani mengusap-usap punggung anaknya dengan lembut.Zargie hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Setelah sampai di lantai dua, Rani langsung membawa Zargie kw kamarnya.Ceklek.Rani membuka pintu kamarnya, setelah itu dia masuk ke dalam, tidak lupa dia menutup kembali pintunya. Wanita itu masih menggendong Zargie, dia berjalan ke arah ranjang dan melihat suaminya yang sedang membaca koran di atas ranjang."Eh ada jagoan Papa datang. Kenapa di gendong, manja sekali." ucap Anton.Dengan perlahan Rani menurunkan tubuh Zargie ke atas kasur. Anton sangat terkejut saat melihat kedua mata buah hatinya membengkak."Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Anton sembari menarik Zargie ke dalam dekapan nya."Kakek dan Nenek menegur aku, Papa. Dan mereka menghina Mama dan memarahi Ma
"Bagaimana? Apa Agatha menerima tawaran Mama?" tanya Hasan."Iya, Pa. Agatha sedang bersiap-siap. Setelah itu dia akan datang kemari." jawab Laura."Baguslah. Sekarang buatkan Papa kopi buatan Mama." pinta Hasan.Wanita tua itu mengangguk lalu berdiri dari duduknya,dia berjalan ke arah dapur. Sedangkan di Anton dan Rani baru saja sampai di dalam kamar, pria itu menutup kencang pintunya lalu tanpa sadar dia mendorong Rani kencang ke arah sofa.Brakk!Kepala Rani terbentur sudut sofa. Tes.Tes.Tes.Darah keluar dari kening Rani yang terluka."Astagfirullahaladzim." gumam Rani pelan sembari memejamkan kedua matanya karena menahan sakit yang luar biasa di bagian keningnya yang terluka.Pria itu menatap ke arah Rani yang masih terduduk di lantai, dia sangat terkejut.lalu mendekat ke arah Rani."Astagfirullahaladzim, Rani. Maafkan Mas." ucap Anton yang sudah menyadari apa yang sudah diperbuat kepada istrinya itu."Tidak apa-apa kok, Mas. Jangan meminta maaf ya." jawab Rani dengan senyuman
"Pesan apa? Apa Mas sedang memesan sesuatu." tanya Rani"Bukan saya yang memesan. Tapi kamu yang memesan." jawab Anton."Perasaan aku tidak memesan apa-apa deh, Mas." ucap Rani."Kata Zargie kamu sedang memesan makanan 1 jam yang lalu." jawab Anton.Rani langsung mengingat jika dirinya berbohong kepada anaknya jika dirinya sedang memesan makanan. Dia juga harus berbohong kepada Anton juga tentu nya."Iya memang benar aku sedang memesan makanan 1 jam yang lalu. Tapi aku membatalkan pesanannya." jelas Rani."Kenapa dibatalkan? Bukan kah kamu belum makan malam?" tanya Anton."Ini sudah malam, Mas. Untung saja pesananku belum disiapkan, jadi aku batalkan saja, lagipula aku tidak lapar, aku hanya mengantuk." jawab Rani asal.Walaupun sebenarnya dia sangat lapar. Tapi dia juga merasa sangat mengantuk."Jika begitu tidur saja. Tapi sebelum tidur, kamu harus makan terlebih dahulu, saya sudah membelikan kamu makanan." jelas Anton sembari mengeluarkan bungkusan dari dalam kantong plastik yang t
Di rumah sakit.Rani sedang menyuapi Zargie makan. Sedangkan Anton belum sampai di rumah sakit."Kamu harus makan yang banyak ya, Sayang, supaya cepat sembuh. Setelah makan nanti minum obat " jelas Rani tersenyum kepada buah hatinya itu."Iya, Mama. Apa Mama sudah makan malam?" tanya Zargie."Belum, Sayang. Mama sedang memesan makanan dari luar, mungkin sebentar lagi datang." jawab Rani berbohong.Sebenarnya Rani tidak membawa uang, semua uang nya ada di rumah Kenzo. Wanita itu sebenarnya merasa sangat lapar, karena tidak makan dari siang, tapi dia berusaha menahan laparnya."Ah begitu, baiklah. Kenapa Papa sangat lama, Ma?" tanya Zargie lagi dengan mulut penuh isi makanan."Biarkan Papamu istirahat di rumah ga. Kan ada Mama yang menjaga kamu dan menemani kamu, Nak." jawab Rani tersenyum."Aku sangat menyayangi Mama." ucap Zargie."Mama juga sangat-sangat menyayangi kamu, Sayang." jawab Rani.Anak itu tersenyum senang, sebenarnya dia mencari Papanya hanya untuk melanjutkan rengekan ny
Tidak ada jawaban dari Anton. Pria itu benar-benar sangat bingung untuk menjawab perkataan buah hatinya. Zargie terus-terusan menangis sembari merengek meminta Papanya untuk kembali menyatu dengan Mamanya."Papa... aku mohon. Papa dan Mama kembali bersatu seperti dulu." ucap Zargie semakin kencang menangisnya."Sayang... sudah ya, jangan menangis terus. Kamu akan muntah jika terus-terusan menangis." Anton merasa semakin khawatir dengan keadaan Zargie.Anak itu akan mentah-mentah karena menangis terlalu lama. Maka dari itu Anton merasa sangat khawatir hal itu akan terjadi."Huwek.... huwek." Zargie muntah-muntahAnton yang menekan tombol di dinding dekat brankar Zargie. Tombol itu berfungsi untung memanggil Dokter."Zargie! Bentengi menangis, Sayang! Papa mohon!" teriak Anton.Pria itu berteriak karena sangat khawatir melihat anaknya terus-terusan muntah.Ceklek.Pintu kamar rawat Zargie terbuka. Datanglah dua Dokter, dan tiga Suster, mereka langsung mendekat ke arah brankar."Tolong a