Rani benar-benar sangat bangga mempunyai anak seperti Zargie. Masih kecil saja anak itu mempunyai pikiran seperti itu."Iya, Sayang. Mama sangat percaya jika kamu akan menjadi anak yang sangat hebat di masa depan." jawab Rani mengusap-usap punggung anaknya dengan lembut.Zargie hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Setelah sampai di lantai dua, Rani langsung membawa Zargie kw kamarnya.Ceklek.Rani membuka pintu kamarnya, setelah itu dia masuk ke dalam, tidak lupa dia menutup kembali pintunya. Wanita itu masih menggendong Zargie, dia berjalan ke arah ranjang dan melihat suaminya yang sedang membaca koran di atas ranjang."Eh ada jagoan Papa datang. Kenapa di gendong, manja sekali." ucap Anton.Dengan perlahan Rani menurunkan tubuh Zargie ke atas kasur. Anton sangat terkejut saat melihat kedua mata buah hatinya membengkak."Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Anton sembari menarik Zargie ke dalam dekapan nya."Kakek dan Nenek menegur aku, Papa. Dan mereka menghina Mama dan memarahi Ma
Rani sudah selesai pipis. Dia membuka pintu kamar mandinya, pintu kamar mandi ini tidak menimbulkan suara saat di buka."Itu Mbak Agatha sedang apa ya? Kok sedang mengaduk-aduk teh yang tadi aku buat." gumam Rani merasa sagat heran.Rani mendekat ke arah Agatha. Dia berdiri di sebelah kiri wanita licik itu."Mbak Agatha. Sedang apa?" tanya Rani.Agatha benar-benar sangat terkejut. Wanita itu gelagapan lalu berusaha mencari alasan yang masuk akal."Ah ini, Rani. Aku sedang membantu mengaduk-aduk teh nya, supaya gulanya lebih cepat larut." jawab Agatha."Ah begitu. Terima kasih ya, MBak." ucap Rani tersenyum kepada Agatha."Iya sama-sama, Rani." jawab Agatha membalas senyuman Rani.Wajah Agatha banyak keringatnya, wanita licik itu sangat geologi dan merasa takut. Takut Rani melihat aksinya yang memasukan beberapa sendok garam ke dalam teh yang tadi dia buat untuk Laura, tapi Rani tidak merasa curiga kepada wanita licik itu."Kenapa Mbak mengeluarkan garam?" tanya Rani saat melihat di sa
"Padahal sudah jam 4 sore yax Ran. Tapi mataharinya masih terik seerti jam 11 siang." ucap Agatha."Benar, Mbak. Ya namanya kuga musim kemarau, nanti jika sudah musim hujan pasti jam segini sudah hujan deras." jawab Rani."Benar sekali, dan pasti pakaian akan lama keringnya. Apalagi jika mengandalkan pengering dari mesin cuci." Agatha sembari menyuap seblak nya."Semoga saja saat musim hujan sudah datang, hujan nya malam-malam saja di atas jam 11 malam. Jangan siang-siang, supaya pakaian juga selalu kering." jelas Rani."Iya semoga saja begitu. Eh Zargie dimana? Dari tadi siang tidak kelihatan, semenjak kejadian Om Hasan dan Tante Laura menegurnya?" tanya Agatha."Dia sedang tidur siang bersama dengan Papanya. Mungkin sudah pada bangun." jawab Rani."Ah begitu. Aku juga akan menginap di sini beberapa hari, Tante Laura uang menyuruhku, entah ada apa." ucap Agatha."Benarkah? Mungkin supaya rumah ini lebih ramai saja." jawab Rani.Tidak ada jawaban dari Agatha. Kedua wanita itu melanjut
"Jadi anda meragukan saya, Nona Agatha?" tanya Tirto menatap datar ke wanita yang duduk di hadapannya."Saya tidak berkata jika saya meragukan dirimu. Sekarang ke intinya saja, saya tidak memiliki banyak waktu." ucap Agatha."Baiklah. Jelaskan apa yang harus saya lakukan." jawab Tirto."Baiklah, dengarkan saya baik-baik. Jadi saya meminta kamu untuk melakukan hal seperti dulu, kita akan menculik kembali Rani dan membuat dirinya telanjang bulat seperti dulu, kamu juga begitu, bila perlu kamu masukan saja alat kelaminmu ke alat kelamin Rani, kapan lagi bukan kamu melakukan hal itu secara gratis, dengan wanita yang masih muda pula, terus nanti saya akan memvideo kegiatan kalian, saya akan mengirim video itu ke Mas Anton dengan nomor rahasiaku dulu untuk mengirim foto-foto kamu dan Rani saat di kamar hotel, saya tidak ingin rencana ini gagal, dan kamu harus membuat Mas Anton benar-benar membuang Rani, jika kedua orang tuanya sudah saya hasut, jadi tugas kamu itu saja." jelas Agatha."Itu
"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata Mbak Agatha sangat kejam. Ternyata kecurigaan ku ternyata benar, jika Duda anak satu yang dia maksud adalah Mas Anton." Rani masih sesenggukan.Wanita itu sudah berhenti menangis, hanya saja sesungguhnya masih ada. Rumah keluarga Watson benar-benar sangat sunyi, semua anggota keluarga sedang merasa sangat terkejut dengan kejadian beberapa puluh menit yang lalu.Malam harinya.Keluarga Watson sedang makan malam bersama, wajah mereka masih sangat datar. Termasuk Anton."Kenapa kalian diam saja?" tanya Zargie merasa heran."Kakak, Nenek dan Papa sedang merasa lelah, Sayang. Maka dari itu mereka diam saja." jelas Rani berbohong."Ah begitu. Apa Tante Agatha sudah pulang?" tanya Zargie lagi."Sudah, Sayang. Papa mimta kamu jangan bajas Tante Agatha lagi ya, dia bukan keluarga kita, tidak baik jika di bahas ataupun di cari." jelas Anton."Baiklah, Papa. Aku juga tidak terlalu suka dengan nya." jawab Zargie.Rani hanya tersenyum lalu semua orang kemb
Plak... Plak!Anton menampar kedua pipi Rani dengan sangat keras, Rani terpental lumayan jauh."Berani nya kamu mengkhianati Mas, Rani!" Anton menatap ke arah Rani dengan penuh amarah."Apa maksud Mas? Sungguh aku tidak mengerti." Rani menatap suaminya sembari menangis."Kamu jangan berpura pura tidak mengetahuinya Rani, kamu mengkhianati Mas. Apa salah Mas kepadamu? Apa Mas pernah mengkhianati dirimu? Sehingga kamu melakukan ini kepada Mas?" tanya Anton."Mas kenapa, aku tidak pernah mengkhianati Mas." Rani menangis sesenggukan.Rani menangis bukan karena merasakan perih di kedua pipinya yang lebam akibat tamparan Anton yang begitu kencang, Rani menangis karena Anton berkata jika dirinya mengkhianati Anton.Anton mengeluarkan ponsel nya yang ada di dalam saku jas nya, Anton membuka layar ponsel nya dan mencari sesuatu di ponselnya."Ini apa Rani, ini apa? Kamu masih ingin berkata jika Mas kenapa? Ini. lihat ini!" bentak Anton menunjukkan foto Rani yang sedang tidur dengan seorang pri
Rani membalikkan tubuhnya lalu menatap ke arah Anton."Ada apa, Mas?" tanya Rani menatap Anton."Kamu pergi di antar dengan supir saja, jangan jalan kaki atau naik kendaraan umum, itu sangat berbahaya. Apalagi kamu membawa koper besar, Mas takut kamu di rampok." jelas Anton.Dalam hati Rani sangat senang karena suaminya sangat khawatir dengan keadaan nya."Iya baiklah, aku akan meminta di antar dengan supir pribadi Mas." Jawab Rami.Anton masih memegang tangan Rani, sungguh Anton tidak rela Rani pergi. Namun, Rani sudah membuat hati nya hancur berkeping-keping."Hati-hati di jalan." Anton melepaskan tangan Rani dari genggaman nya."Mas... boleh aku meminta sesuatu untuk yang terakhir kali nya?" tanya Rani menatap Anton dengan mata yang berkaca-kaca."Silakan saja." jawab Anton."Aku ingin di peluk sama Mas, walaupun ini pelukan yang terakhir untuk diriku." Rani meneteskan air mata nya, karena tidak sanggup menahan dirinya untuk tidak menangis.Hati Anton terasa sakit melihat wanita ya
Anton melihat wanita itu mendekat ke arahnya, Anton berdiri dari duduknya."Ada perlu apa kamu kemari, Agatha?" tanya Anton kepada wanita yang bernama Agatha.Agatha Margaretha. Dia adalah mantan kekasih Anton waktu Anton belum mengenal Rani. Rani juga mengetahui Agatha, karena Agatha pernah hadir di acara ulang tahun Zargie yang ke 1 dan ke 2 tahun."Duduk saja, Mas, aku kemari hanya rindu dengan mu dan Zargie." jawab Agatha mendudukkan kembali Anton di kursi kerjanya."Kenapa merindukan saya? Kita tidak mempunyai hubungan apa-apa Agatha, jika kamu merindukan Zargie, dia sedang bersama Nenek nya di kamar khusus mainan nya." Anton membuka laptopnya dan menyalakan nya."Ah begitu, dimana istri mu? Kenapa aku tidak melihat nya di rumah ini?" tanya Agatha.Anton mengepalkan kedua tangan nya lalu fokus ke layar laptop."Dia sudah pergi dari sini, dan kami juga akan segera bercerai." jawab Anton dengan nada dingin dan mata yang fokus ke layar laptop."Apa! Kalian akan bercerai? Ada masala