Plak... Plak!
Anton menampar kedua pipi Rani dengan sangat keras, Rani terpental lumayan jauh."Berani nya kamu mengkhianati Mas, Rani!" Anton menatap ke arah Rani dengan penuh amarah."Apa maksud Mas? Sungguh aku tidak mengerti." Rani menatap suaminya sembari menangis."Kamu jangan berpura pura tidak mengetahuinya Rani, kamu mengkhianati Mas. Apa salah Mas kepadamu? Apa Mas pernah mengkhianati dirimu? Sehingga kamu melakukan ini kepada Mas?" tanya Anton."Mas kenapa, aku tidak pernah mengkhianati Mas." Rani menangis sesenggukan.Rani menangis bukan karena merasakan perih di kedua pipinya yang lebam akibat tamparan Anton yang begitu kencang, Rani menangis karena Anton berkata jika dirinya mengkhianati Anton.Anton mengeluarkan ponsel nya yang ada di dalam saku jas nya, Anton membuka layar ponsel nya dan mencari sesuatu di ponselnya."Ini apa Rani, ini apa? Kamu masih ingin berkata jika Mas kenapa? Ini. lihat ini!" bentak Anton menunjukkan foto Rani yang sedang tidur dengan seorang pria, dan mereka berdua telanjang bulat.Rani sangat terkejut melihat apa yang Anton tunjukkan kepada dirinya."Ini tidak seperti yang Mas lihat. Sumpah aku tidak pernah mengkhianati Mas." Rani berusaha membuat Anton yakin kepada dirinya."Kamu pikir Mas percaya? Bukti sudah jelas Rani, kamu tidak bisa mengelak lagi." Anton menatap ke arah Rani."Darimana dan dari siapa Mas mendapatkan foto itu?" tanya Rani mulai meredakan tangisan nya."Itu tidak penting Mas mendapatkan foto ini dari siapa, sebaiknya kamu kemasi barang-barangmu dan pergi dari rumah ini." Anton mengusir Rani."Mas mengusirku? Mas lebih percaya dengan orang lain daripada istri Mas sendiri yang sudah 5 tahun kita menjalin hubungan." Rani tidak percaya dengan apa yang Anton katakan barusan kepada dirinya.Anton dan Rani menikah sudah 4 tahun, dulu mereka berpacaran 1 tahun. Maka dari itu Rani mengatakan jika dirinya dan Anton sudah 5 tahun menjalin hubungan."Bukti sudah jelas, Mas lelah marah-marah terus. Mas sudah tidak muda lagi, tidak mempunyai banyak tenaga untuk berdebat dengan wanita muda seperti dirimu." jelas Anton.Anton sudah berusia 35 tahun. Sedangkan Rani baru berusia 24 tahun. Mereka berselisih 11 tahun."Mas memberi waktu kamu 1 jam untuk mengemasi semua barang barangmu, jika selama 1 jam kamu belum berkemas juga? Terpaksa Mas akan menggunakan kekerasan." jelas Anton sembari membuka pintu kamarnya.Anton keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamar dengan kencang. Rani menangis lagi dan menjatuhkan tubuhnya ke lantai"Siapa yang telah menjadi duri di antara rumah tanggaku dan Mas Anton. Tega sekali mereka." isak tangis Rani.Anton menuruni anak tangga dan duduk di sofa ruang tengah, Anton melonggarkan dasi nya dan memijat pelipisnya."Kenapa Rani setega ini kepadaku, apa salahku? Apa cinta dan kasih sayangku kepadanya itu kurang? Aku sangat sakit hati kepada Rani " gumam Anton.Laura dan Hasan masuk ke dalam ruang tengah, mereka adalah orang tua Anton."Bagaimana? Apa Rani sudah pergi dari rumah ini?" tanya Hasan yang duduk di sebelah Anton."Belum, Pa. Dia sedang mengemasi barang-barangnya." jawab Anton."Wanita tidak tau terimakasih iya seperti itu, lagian kamu kenapa sih menikahi wanita miskin itu, kan jadi seperti ini, dia sudah mulai berani kepadamu." Laura sangat marah."Mama dan Papa jangan ikut campur, ini masalah rumah tanggaku dengan Rani." jawab Anton menatap Laura dan Hasan secara bergantian."Baiklah, kami tidak akan ikut campur." jawab Hasan.Laura mengangguk. Anton melihat Zargie berlari ke arahnya."Papa!" teriak Zargie kepada Anton.Zargie Watson. Adalah anak pertama Anton dan Rani yang baru berusia 3 tahun, Anton dan Rani sudah menikah 4 tahun. Dan mereka baru di karuniai satu anak."Iya Sayang, ada apa hmm. Tumben jam 9 sudah pulang sekolah? Biasanya jam 10." Anton mengangkat tubuh anaknya lalu mendudukkan anaknya di pangkuan nya."Iya Papa, semua guru ada rapat." jawab Zargie.Zargie sudah sekolah. Namun, baru sekolah paud."Ah begitu, baiklah Sayang. Gantilah pakaian dengan Nenek, atau dengan Bibi saja?" tanya Anton menatap Zargie."Dengan Mama saja, Mama ada di mana, Pa?" tanya balik Zargie.Anton langsung terdiam, Anton tidak menjawab pertanyaan Zargie. Anton bingung harus menjawab apa, Laura yang mengerti ekspresi wajah anaknya langsung berdiri dan menggendong tubuh kecil Zargie"Mama sedang ada di kamar, Sayang, ganti pakaian dengan Nenek saja ya." Laura mencium pipi gembul Zargie."Iya Nenek, ayo, setelah itu kita main ya Nek." Zargie menatap Laura."Siap cucu kesayangan Nenek, nanti kita akan bermain ya di kamar khusus mainan kamu." jawab Laura sembari berjalan ke arah kamar Zargie."Asik...oke Nenek." Zargie merasa sangat senang karena akan bermain dengan Nenek nya.Rani sedang mengemasi barang-barangnya. Rani mengambil kotak lumayan besar lalu menatapnya."Di dalam ada uang nya, ini adalah tabunganku selama 2 tahun. Semoga saja bermanfaat." gumam Rani memasukkan kotak itu ke dalam koper besarnya.Rani tidak membawa dress, jam tanga, perhiasan, tas, heels, yang semuanya mahal mahal. Karena keluarga Watson adalah keluarga kaya raya, Rani hanya membawa pakaian biasanya saja. Rani memang membawa tas dan memakai heels yang harganya murah."Apa aku siap untuk berpisah dengan anakku?" gumam Rani.Rani menutup kopernya dan menarik kopernya ke arah pintu, Rani membuka pintunya dan keluar dari kamar. Rani membalikkan tubuh dan menatap kamarnya."Kamar ini adalah saksi cintaku dan Mas Anton, aku tidak akan bisa melupakan kenangan-kenangan indah yang aku dan Mas Anton lakukan di kamar ini." Rani meneteskan air mata nya kembali.Rani menutup kembali pintu kamarnya dan berjalan ke arah anak tangga, Rani menuruni anak tangga secara perlahan sembari menarik kopernya. Anton yang sedang memejamkan matanya perlahan membuka matanya karena mendengar bunyi heels menuruni anak tangga. Anton menatap Rani yang sedang menuruni anak tangga sembari menarik koper berukuran besar, Anton dan Hasan berdiri dari duduk nya. Rani berjalan ke arah Anton dan Hasan."Baguslah jika kamu menuruti perkataan Anton." Hasan menatap Rani."Cepat pergi dari sini." pinta Anton menatap Rani dengan tatapan datar.Anton mengambil dompet yang ada di dalam saku celananya, lalu dia mengeluarkan kartu ATM nya."Ini untukmu, isinya 2 Miliyar. Semoga bermanfaat." Anton menyodorkan kartu ATM nya kepada Rani."Tidak perlu, aku bisa bertahan hidup dengan kerja kerasku nanti." Jawab Rani"Kenapa menolaknya? Kamu kan wanita miskin, apa segitu kurang?" Tanya Laura tiba tiba datang ke ruang tengah."Tidak, itu bukan hak ku." jawab Rani."Cepatlah pergi dari sini, lambat sekali." Laura mendorong tubuh Rani."Mama hentikan! Aku sudah mengatakan kepada kalian kan tadi, ini urusan rumah tanggaku dengan Rani, kalian tidak boleh ikut campur." Anton merasa marah ketika Laura mendorong tubuh Rani.Bagaimanapun Anton masih sangat mencintai dan menyayangi Rani, walaupun Rani mengkhianati dirinya."Baiklah, baiklah, Mama tidak akan menyentuh nya." Laura berdiri di sebelah suaminya.Saat Rani akan melangkahkan kakinya keluar dari ruang tengah. Tiba tiba Zargie berteriak memanggil dirinya."Mama!" teriak Zargie.Rani langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya untuk menatap anaknya, Rani meneteskan air mata nya saat Zargie memeluk kakinya. Karena tinggi Zargie selutut Rani."Mama akan kemana? Zargie ikut." Zargie memeluk kaki Rani dengan erat.Rani berjongkok dan memeluk tubuh anaknya itu dengan erat, Rani menangis dalam diam, Zargie membalas pelukan Rani dengan erat."Kenapa Mama tidak menjawabku, Mama akan kemana?" tanya Zargie sekali lagi.Rani melepas pelukan nya dan mencium seluruh wajah Zargie dengan penuh kasih sayang."Sayang, dengarkan Mama baik baik ya, Mama akan ke pasar dulu, ini barang-barang yang akan Mama berikan kepada orang yang membutuhkan, Zargie di rumah saja ya, jangan ikut. Zargie harus nurut dengan Nenek, Kakek, dan Papa ya. Jangan nakal, harus rajin belajar, jaga kesehatan, harus makan tepat waktu, dan jangan lupa minum susu dan minum vitamin ya." jelas Rani menatap Zargie dengan lekat."Iya Mama, aku akan melakukan semua yang Mama katakan." jawab Zargie."Janji dulu dengan Mama." Rani menunjukkan jari kelingking Kepada Zargie."Aku berjanji, aku akan melakukan apa yang Mama katakan barusan." Zargie tersenyum dan melingkarkan jari kelingking nya ke jari kelingking Rani."Anak Mama memang sangat pintar. Jangan tidur malam ya, jam 8 malam harus sudah tidur ya. Jangan malas pergi ke sekolah, jangan malas untuk belajar." Rani mengusap lembut kedua pipi gembul Zargie."Iya Mama, kapan Mama akan pulang?" Tanya Zargie."Jika belanjaan Mama sudah lengkap Mama akan pulang, jangan menunggu Mama ya. Mama tidak tau kapan Mama akan pulang, karena belanjaan Mama lumayan banyak." Rani tersenyum kepada Zargie.Hati Anton sangat sesak melihat perpisahan Rani dengan Zargie. Anton berusaha menahan dirinya untuk tidak meneteskan air mata nya."Kamu boleh bertemu dengan Zargie kapanpun kamu ingin. Namun, jangan terlalu sering. Minimal satu minggu satu kali." jelas Anton."Setelah kamu mendapatkan rumah, hubungi Mas. Karena Mas akan mengirim surat cerai ke alamat rumahmu,." lanjut Anton.Rani tidak bisa berkata kata lagi, sungguh hatinya sangat sakit mendengar Anton berkata seperti itu. Rani harap ini tidak nyata, Rani berpikir positif jika Anton sedang banyak masalah di perusahaan nya, maka dari itu Anton meluapkan amarahnya kepada dirinya."Tadi ada PR atau tidak dari Ibu Gru?" tanya Rani."Ada Mama, ada dua PR." jawab Zargie."Ayo kita mengerjakan PR mu, Sayang." Ajak Laura kepada Zargie."Tuh Nenek akan membantu mu mengerjakan PR, pergilah. Sebelum mengerjakan PR makan terlebih dahulu ya, supaya bisa berfikir, dan soal PR kamu benar semua." Rani tersenyum lalu memeluk tubuh anaknya dengan erat.Sungguh Rani tidak sanggup jika harus berpisah dari Zargie. Namun, Rani juga tidak ingin Zargie hidup menderita dan serba kekurangan jika Zargie ikut dengan nya."Baiklah Mama, aku akan makan terlebih dahulu, setelah itu aku akan mengerjakan semua tugas sekolahku." Jawab Zargie."Anak Mama memang sangat pintar, sama seperti Papa." Rani melepas pelukan nya lalu menatap Anton."Jangan lupa belikan aku jajanan pasar ya Ma." Zargie menatap Rani lalu mencium kedua pipi Rani dengan penuh kasih sayang."Iya Sayang, nanti Mama akan membelikan mu jajanan pasar." Jawab Rami sembari mengusap usap rambut Zargie."Nah sekarang ayo kita makan." Laura menuntun Zargie berjalan ke ruang makan.Rani menatap Zargie yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya, Hasan mengikuti Laura dan Zargie. Tersisa lah Rani dan Anton di ruang tengah, Rani menghapus air mata nya dan menarik kopernya.Baru 5 langkah Rani berjalan, tangan nya di tahan sama Anton.Bersambung.Rani membalikkan tubuhnya lalu menatap ke arah Anton."Ada apa, Mas?" tanya Rani menatap Anton."Kamu pergi di antar dengan supir saja, jangan jalan kaki atau naik kendaraan umum, itu sangat berbahaya. Apalagi kamu membawa koper besar, Mas takut kamu di rampok." jelas Anton.Dalam hati Rani sangat senang karena suaminya sangat khawatir dengan keadaan nya."Iya baiklah, aku akan meminta di antar dengan supir pribadi Mas." Jawab Rami.Anton masih memegang tangan Rani, sungguh Anton tidak rela Rani pergi. Namun, Rani sudah membuat hati nya hancur berkeping-keping."Hati-hati di jalan." Anton melepaskan tangan Rani dari genggaman nya."Mas... boleh aku meminta sesuatu untuk yang terakhir kali nya?" tanya Rani menatap Anton dengan mata yang berkaca-kaca."Silakan saja." jawab Anton."Aku ingin di peluk sama Mas, walaupun ini pelukan yang terakhir untuk diriku." Rani meneteskan air mata nya, karena tidak sanggup menahan dirinya untuk tidak menangis.Hati Anton terasa sakit melihat wanita ya
Anton melihat wanita itu mendekat ke arahnya, Anton berdiri dari duduknya."Ada perlu apa kamu kemari, Agatha?" tanya Anton kepada wanita yang bernama Agatha.Agatha Margaretha. Dia adalah mantan kekasih Anton waktu Anton belum mengenal Rani. Rani juga mengetahui Agatha, karena Agatha pernah hadir di acara ulang tahun Zargie yang ke 1 dan ke 2 tahun."Duduk saja, Mas, aku kemari hanya rindu dengan mu dan Zargie." jawab Agatha mendudukkan kembali Anton di kursi kerjanya."Kenapa merindukan saya? Kita tidak mempunyai hubungan apa-apa Agatha, jika kamu merindukan Zargie, dia sedang bersama Nenek nya di kamar khusus mainan nya." Anton membuka laptopnya dan menyalakan nya."Ah begitu, dimana istri mu? Kenapa aku tidak melihat nya di rumah ini?" tanya Agatha.Anton mengepalkan kedua tangan nya lalu fokus ke layar laptop."Dia sudah pergi dari sini, dan kami juga akan segera bercerai." jawab Anton dengan nada dingin dan mata yang fokus ke layar laptop."Apa! Kalian akan bercerai? Ada masala
Anton menatap Agatha dengan tatapan bingung."Kenapa kamu merapatkan tubuhmu ke tubuh saya? Perasaan di sebelahmu itu masih luas." Anton menatap Agatha."Anton, biarkan saja Agatha duduk lebih dekat denganmu, dia kan sedang merindukanmu." Laura menatap Anton."Ma, aku ini masih mempunyai istri." jawab Anton menatap Laura."Istri kamu itu sudah tidak ada di sini, Anton, dia itu mengkhianati dirimu, dia sudah menyakitimu, sadarlah, Anton, jangan bodoh karena cinta." Laura merasa marah dengan anaknya."Ah jadi mereka beneran akan bercerai, ini peluang yang sangat bagus untuk aku kembali bersama Mas Anton." batin Agatha."Sudah jangan bertengkar, jangan sampai Zargie mengetahui kedua orang tua nya akan berpisah, dia masih kecil." Hasan mengakhiri pertengkaran antara ibu dan anak."Maaf, jika Mas Anton tidak nyaman dengan keberadaan ku." Agatha mengusap lengan kekar milik Anton."Agatha, tolong menjauhkan duduk mu dari saya, jangan seperti ini." Anton merasa risih dengan Agatha yang duduk
Setelah melihat Zargie sudah tertidur lumayan lama. Dan memastikan jika sang putra sudah larut dalam mimpinya. Anton pun turun dari ranjang secara perlahan, karena takut Zargie terganggu dan terbangun"Papa keluar dulu ya, Sayang, bobo yang nyenyak jagoan Papa." Anton mencium kening buah hatinya lagi terus berjalan ke arah pintu.Dia berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya. Dia keluar dari kamar anaknya. Tidak lupa dia menutup kembali pintu kamar secara perlahan.Dia berjalan ke arah ruang kerjanya, pas Anton akan membuka pintu ruang kerjanya, tiba-tiba tangan nya di tahan oleh Agatha."Ada apa?" tanya Anton."Aku ingin bicara dengan Mas. Hanya empat mata." jawab Agatha."Saya sibuk, Agatha, pekerjaan saya menumpuk, lain kali saja ya." Anton melepaskan tangan Agatha yang memegang pergelangan tangan nya.Anton membuka pintu ruang kerjanya dan masuk ke dalam, dia langsung mengunci pintunya, karena risih jika dia sedang fokus kerja ada orang yang masuk, Kecuali Rani, dia selalu mint
"Ini Bu, belanjaan nya, totalnya 45 ribu." Rani memberikan kantung plastik ukuran sedang isi belanjaan kepada Ibu yang memakai pakaian hitam."Ini uangnya, Mba." Ibu yang memakai pakaian hitam menyodorkan uang 50 ribu.Rani mengambil uangnya dan mengambil kembalian nya."Ini Bu, kembalian nya, terimakasih." Rani tersenyum."Sama-sama, Mba Rani." jawab Ibu memakai pakaian hitam sembari mengambil uang kembalian nya.Tinggal satu pelanggan Rani yang masih memilih sayuran."Sawi putih nya satu kilo ya, Mba." Ibu yang memakai pakaian tidur."Sebentar ya Bu, saya timbang dulu." jawab Rani.Ibu itu mengangguk dan menunggu Rani menimbang sawi putihnya, setelah menimbang sawi putihnya, dia memasukan ke kantung plastik, dia juga memasukkan beberapa belanjaan yang sudah di pilih Ibu yang memakai pakaian tidur ini."Totalnya berapa, Mba?" tanya Ibu yang memakai pakaian tidur itu."Semuanya 28 ribu, Bu." jawab Rani.Ibu yang memakai pakaian tidur itu memberikan uang 30 ribu kepada Rani, lalu Rani
Rani mengambil ipad anaknya yang ada di meja."Ini ipad nya hampir ketinggalan." Rani memberikan ipad nya kepada anaknya."Eh iya, untung saja tidak ketinggalan, terimakasih, Mama." Zargie mencium pipi Mama nya."Sama-sama, Sayang, sebentar ya." Rani merogoh saku celana pendeknya. Dia mengambil uang 200 ribu lalu memasukkan ke saku bagian dada sebelah kanan seragam sekolah buah hatinya."Untuk jajan jagoan Mama, maaf ya, Mama hanya bisa memberikan kamu uang jajan segitu saja." Rani mengusap rambut buah hatinya."Rani, ambil kembali uang itu, simpan uangnya, jika kamu membutuhkan uang, katakan saja kepada Mas." Anton menatap istrinya dengan tatapan sendu."Tidak perlu, Tuan, saya masih sanggup mencari uang sendiri." Rani menatap datar kearah sang suami.Lagi-lagi pria itu sangat terkejut dengan jawaban istri nya, dan dia tidak menyangka, jika wanita yang sangat dia cintai, tetap memanggilnya Tuan, bukan Mas."Baiklah, jika itu keinginanmu. Namun, saya juga akan tetap memaksa untuk mem
Anton menatap orang yang menepuk bahunya barusan dengan tatapan datar."Tante Agatha." Zargie menatap orang yang ada di belakang Papanya.Iya, yang .menepuk bahu Anton adalah Agatha. Entah kenapa setan ini terus saja mengganggu pria ini dan anaknya."Halo Sayang." wanita itu duduk di salah satu kursi lalu mengusap rambut anak itu dengan lembut."Tante sedang apa ada di sini?" tanya Zargie."Tante baru selesai meeting dengan client, Sayang, sekalian akan makan siang, saat Tante hendak memesan makanan, Tante melihat ada kamu dan Papa kamu, jadi Tante datang menghampiri meja kalian." jelas nya yang masih mengusap-usap rambut anak mantan kekasihnya."Ah begitu, ayo makan siang bersama kami, Tante." ajak Zargie.Agatha menatap Anton yang sedang makan, wanita yang memakai setelan jas disain ternama itu tersenyum kepada anak itu."Bagaimana Mas? Apa aku boleh makan siang bersama kalian?" tanyanya kepada pria itu.Dia sengaja bertanya kepada Anton, karena takut pria yang masih dia cintai
"Iya, Papa, aku mulai merasa mengantuk." jawab Zargie yang mulai memejamkan matanya.Pria itu terkekeh melihat tingkah menggemaskan anaknya."Dia sangat mirip seperti Mama nya, jika merasa kenyang. Pasti akan sangat mengantuk." gumamnya yang fokus menyetir.Zargie sudah terlelap ke alam mimpi, tidak membutuhkan waktu lama mereka sudah sampai di rumah. Pria itu memasukkan mobilnya ke garasi. "Akhirnya sampai juga." gumamnya mematikan mesin mobilnyaPria itu membuka sabuk pengaman nya dan keluar dari mobil, dia berjalan ke arah pintu mobil bagian depan, tempat anaknya duduk, dia membuka pintunya perlahan dan memasukkan setengah tubuhnya kedalam mobil, lalu dia menggendong tubuh anaknya perlahan. Karena dia merasa takut anaknya akan terbangun, perlahan pria itu keluar dari mobil sembari memegang kepala anaknya, karena dia takut kepala anaknya terbentur atap mobil."Kamu tidurnya nyenyak sekali setelah bertemu dengan Mamamu." gumam Anton menatap wajah anaknya yang sangat damai saat terti
"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata Mbak Agatha sangat kejam. Ternyata kecurigaan ku ternyata benar, jika Duda anak satu yang dia maksud adalah Mas Anton." Rani masih sesenggukan.Wanita itu sudah berhenti menangis, hanya saja sesungguhnya masih ada. Rumah keluarga Watson benar-benar sangat sunyi, semua anggota keluarga sedang merasa sangat terkejut dengan kejadian beberapa puluh menit yang lalu.Malam harinya.Keluarga Watson sedang makan malam bersama, wajah mereka masih sangat datar. Termasuk Anton."Kenapa kalian diam saja?" tanya Zargie merasa heran."Kakak, Nenek dan Papa sedang merasa lelah, Sayang. Maka dari itu mereka diam saja." jelas Rani berbohong."Ah begitu. Apa Tante Agatha sudah pulang?" tanya Zargie lagi."Sudah, Sayang. Papa mimta kamu jangan bajas Tante Agatha lagi ya, dia bukan keluarga kita, tidak baik jika di bahas ataupun di cari." jelas Anton."Baiklah, Papa. Aku juga tidak terlalu suka dengan nya." jawab Zargie.Rani hanya tersenyum lalu semua orang kemb
"Jadi anda meragukan saya, Nona Agatha?" tanya Tirto menatap datar ke wanita yang duduk di hadapannya."Saya tidak berkata jika saya meragukan dirimu. Sekarang ke intinya saja, saya tidak memiliki banyak waktu." ucap Agatha."Baiklah. Jelaskan apa yang harus saya lakukan." jawab Tirto."Baiklah, dengarkan saya baik-baik. Jadi saya meminta kamu untuk melakukan hal seperti dulu, kita akan menculik kembali Rani dan membuat dirinya telanjang bulat seperti dulu, kamu juga begitu, bila perlu kamu masukan saja alat kelaminmu ke alat kelamin Rani, kapan lagi bukan kamu melakukan hal itu secara gratis, dengan wanita yang masih muda pula, terus nanti saya akan memvideo kegiatan kalian, saya akan mengirim video itu ke Mas Anton dengan nomor rahasiaku dulu untuk mengirim foto-foto kamu dan Rani saat di kamar hotel, saya tidak ingin rencana ini gagal, dan kamu harus membuat Mas Anton benar-benar membuang Rani, jika kedua orang tuanya sudah saya hasut, jadi tugas kamu itu saja." jelas Agatha."Itu
"Padahal sudah jam 4 sore yax Ran. Tapi mataharinya masih terik seerti jam 11 siang." ucap Agatha."Benar, Mbak. Ya namanya kuga musim kemarau, nanti jika sudah musim hujan pasti jam segini sudah hujan deras." jawab Rani."Benar sekali, dan pasti pakaian akan lama keringnya. Apalagi jika mengandalkan pengering dari mesin cuci." Agatha sembari menyuap seblak nya."Semoga saja saat musim hujan sudah datang, hujan nya malam-malam saja di atas jam 11 malam. Jangan siang-siang, supaya pakaian juga selalu kering." jelas Rani."Iya semoga saja begitu. Eh Zargie dimana? Dari tadi siang tidak kelihatan, semenjak kejadian Om Hasan dan Tante Laura menegurnya?" tanya Agatha."Dia sedang tidur siang bersama dengan Papanya. Mungkin sudah pada bangun." jawab Rani."Ah begitu. Aku juga akan menginap di sini beberapa hari, Tante Laura uang menyuruhku, entah ada apa." ucap Agatha."Benarkah? Mungkin supaya rumah ini lebih ramai saja." jawab Rani.Tidak ada jawaban dari Agatha. Kedua wanita itu melanjut
Rani sudah selesai pipis. Dia membuka pintu kamar mandinya, pintu kamar mandi ini tidak menimbulkan suara saat di buka."Itu Mbak Agatha sedang apa ya? Kok sedang mengaduk-aduk teh yang tadi aku buat." gumam Rani merasa sagat heran.Rani mendekat ke arah Agatha. Dia berdiri di sebelah kiri wanita licik itu."Mbak Agatha. Sedang apa?" tanya Rani.Agatha benar-benar sangat terkejut. Wanita itu gelagapan lalu berusaha mencari alasan yang masuk akal."Ah ini, Rani. Aku sedang membantu mengaduk-aduk teh nya, supaya gulanya lebih cepat larut." jawab Agatha."Ah begitu. Terima kasih ya, MBak." ucap Rani tersenyum kepada Agatha."Iya sama-sama, Rani." jawab Agatha membalas senyuman Rani.Wajah Agatha banyak keringatnya, wanita licik itu sangat geologi dan merasa takut. Takut Rani melihat aksinya yang memasukan beberapa sendok garam ke dalam teh yang tadi dia buat untuk Laura, tapi Rani tidak merasa curiga kepada wanita licik itu."Kenapa Mbak mengeluarkan garam?" tanya Rani saat melihat di sa
Rani benar-benar sangat bangga mempunyai anak seperti Zargie. Masih kecil saja anak itu mempunyai pikiran seperti itu."Iya, Sayang. Mama sangat percaya jika kamu akan menjadi anak yang sangat hebat di masa depan." jawab Rani mengusap-usap punggung anaknya dengan lembut.Zargie hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Setelah sampai di lantai dua, Rani langsung membawa Zargie kw kamarnya.Ceklek.Rani membuka pintu kamarnya, setelah itu dia masuk ke dalam, tidak lupa dia menutup kembali pintunya. Wanita itu masih menggendong Zargie, dia berjalan ke arah ranjang dan melihat suaminya yang sedang membaca koran di atas ranjang."Eh ada jagoan Papa datang. Kenapa di gendong, manja sekali." ucap Anton.Dengan perlahan Rani menurunkan tubuh Zargie ke atas kasur. Anton sangat terkejut saat melihat kedua mata buah hatinya membengkak."Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Anton sembari menarik Zargie ke dalam dekapan nya."Kakek dan Nenek menegur aku, Papa. Dan mereka menghina Mama dan memarahi Ma
"Bagaimana? Apa Agatha menerima tawaran Mama?" tanya Hasan."Iya, Pa. Agatha sedang bersiap-siap. Setelah itu dia akan datang kemari." jawab Laura."Baguslah. Sekarang buatkan Papa kopi buatan Mama." pinta Hasan.Wanita tua itu mengangguk lalu berdiri dari duduknya,dia berjalan ke arah dapur. Sedangkan di Anton dan Rani baru saja sampai di dalam kamar, pria itu menutup kencang pintunya lalu tanpa sadar dia mendorong Rani kencang ke arah sofa.Brakk!Kepala Rani terbentur sudut sofa. Tes.Tes.Tes.Darah keluar dari kening Rani yang terluka."Astagfirullahaladzim." gumam Rani pelan sembari memejamkan kedua matanya karena menahan sakit yang luar biasa di bagian keningnya yang terluka.Pria itu menatap ke arah Rani yang masih terduduk di lantai, dia sangat terkejut.lalu mendekat ke arah Rani."Astagfirullahaladzim, Rani. Maafkan Mas." ucap Anton yang sudah menyadari apa yang sudah diperbuat kepada istrinya itu."Tidak apa-apa kok, Mas. Jangan meminta maaf ya." jawab Rani dengan senyuman
"Pesan apa? Apa Mas sedang memesan sesuatu." tanya Rani"Bukan saya yang memesan. Tapi kamu yang memesan." jawab Anton."Perasaan aku tidak memesan apa-apa deh, Mas." ucap Rani."Kata Zargie kamu sedang memesan makanan 1 jam yang lalu." jawab Anton.Rani langsung mengingat jika dirinya berbohong kepada anaknya jika dirinya sedang memesan makanan. Dia juga harus berbohong kepada Anton juga tentu nya."Iya memang benar aku sedang memesan makanan 1 jam yang lalu. Tapi aku membatalkan pesanannya." jelas Rani."Kenapa dibatalkan? Bukan kah kamu belum makan malam?" tanya Anton."Ini sudah malam, Mas. Untung saja pesananku belum disiapkan, jadi aku batalkan saja, lagipula aku tidak lapar, aku hanya mengantuk." jawab Rani asal.Walaupun sebenarnya dia sangat lapar. Tapi dia juga merasa sangat mengantuk."Jika begitu tidur saja. Tapi sebelum tidur, kamu harus makan terlebih dahulu, saya sudah membelikan kamu makanan." jelas Anton sembari mengeluarkan bungkusan dari dalam kantong plastik yang t
Di rumah sakit.Rani sedang menyuapi Zargie makan. Sedangkan Anton belum sampai di rumah sakit."Kamu harus makan yang banyak ya, Sayang, supaya cepat sembuh. Setelah makan nanti minum obat " jelas Rani tersenyum kepada buah hatinya itu."Iya, Mama. Apa Mama sudah makan malam?" tanya Zargie."Belum, Sayang. Mama sedang memesan makanan dari luar, mungkin sebentar lagi datang." jawab Rani berbohong.Sebenarnya Rani tidak membawa uang, semua uang nya ada di rumah Kenzo. Wanita itu sebenarnya merasa sangat lapar, karena tidak makan dari siang, tapi dia berusaha menahan laparnya."Ah begitu, baiklah. Kenapa Papa sangat lama, Ma?" tanya Zargie lagi dengan mulut penuh isi makanan."Biarkan Papamu istirahat di rumah ga. Kan ada Mama yang menjaga kamu dan menemani kamu, Nak." jawab Rani tersenyum."Aku sangat menyayangi Mama." ucap Zargie."Mama juga sangat-sangat menyayangi kamu, Sayang." jawab Rani.Anak itu tersenyum senang, sebenarnya dia mencari Papanya hanya untuk melanjutkan rengekan ny
Tidak ada jawaban dari Anton. Pria itu benar-benar sangat bingung untuk menjawab perkataan buah hatinya. Zargie terus-terusan menangis sembari merengek meminta Papanya untuk kembali menyatu dengan Mamanya."Papa... aku mohon. Papa dan Mama kembali bersatu seperti dulu." ucap Zargie semakin kencang menangisnya."Sayang... sudah ya, jangan menangis terus. Kamu akan muntah jika terus-terusan menangis." Anton merasa semakin khawatir dengan keadaan Zargie.Anak itu akan mentah-mentah karena menangis terlalu lama. Maka dari itu Anton merasa sangat khawatir hal itu akan terjadi."Huwek.... huwek." Zargie muntah-muntahAnton yang menekan tombol di dinding dekat brankar Zargie. Tombol itu berfungsi untung memanggil Dokter."Zargie! Bentengi menangis, Sayang! Papa mohon!" teriak Anton.Pria itu berteriak karena sangat khawatir melihat anaknya terus-terusan muntah.Ceklek.Pintu kamar rawat Zargie terbuka. Datanglah dua Dokter, dan tiga Suster, mereka langsung mendekat ke arah brankar."Tolong a