"Iya, Papa, aku mulai merasa mengantuk." jawab Zargie yang mulai memejamkan matanya.Pria itu terkekeh melihat tingkah menggemaskan anaknya."Dia sangat mirip seperti Mama nya, jika merasa kenyang. Pasti akan sangat mengantuk." gumamnya yang fokus menyetir.Zargie sudah terlelap ke alam mimpi, tidak membutuhkan waktu lama mereka sudah sampai di rumah. Pria itu memasukkan mobilnya ke garasi. "Akhirnya sampai juga." gumamnya mematikan mesin mobilnyaPria itu membuka sabuk pengaman nya dan keluar dari mobil, dia berjalan ke arah pintu mobil bagian depan, tempat anaknya duduk, dia membuka pintunya perlahan dan memasukkan setengah tubuhnya kedalam mobil, lalu dia menggendong tubuh anaknya perlahan. Karena dia merasa takut anaknya akan terbangun, perlahan pria itu keluar dari mobil sembari memegang kepala anaknya, karena dia takut kepala anaknya terbentur atap mobil."Kamu tidurnya nyenyak sekali setelah bertemu dengan Mamamu." gumam Anton menatap wajah anaknya yang sangat damai saat terti
Tidak terasa sudah jam 6 sore lebih 15 menit, Maudy dan Zargie masih belajar sembari bermain. Sedangkan Anton sedang berada di dalam kamar nya."Rani, kamu sedang apa, Sayang, Mas sangat merindukanmu. Apa kamu sudah mandi atau belum." Anton mengambil bingkai foto pernikahannya dengan sang istri yang terletak di meja rias wanita yang pria itu cintai dan sayangi.Make up, skincare, body lotion, dan peralatan Rani untuk merias wajahnya masih tersusun rapi di meja rias, wanita itu tidak membawa semua itu, karena itu semua suaminya yang membelinya."Kamu sangat cantik, kecantikanmu sangat alami sayang, tanpa kamu merias wajahmu, kamu sudah sangat cantik. Mas takut jika Kenzo masih menyukaimu, apalagi sekarang kita sudah bercerai, pasti ini peluang yang sangat bagus untuk Kenzo mendekati dirimu, di tambah anak-anak Kenzo memang menyukaimu, karena sifatmu dan perlakuanmu yang begitu baik kepada semua orang." gumam Anton mengusap wajah wanita yang sudah menjadi mantan istrinya itu yang ada di
Keluarga Watson sedang makan malam bersama, Anton menatap anaknya yang sedang makan dengan lahap. "Perlahan saja, Sayang, nanti kamu tersedak." pintanya kepada sang anak."Aku sangat lapar Pa, maka dari itu aku makan dengan lahap." jawab anak itu dengan mulut penuh."Hahaha, cucu kesayangan Kakek sangat menggemaskan, setelah makan malam, kita akan bermain kembang api." jelas Hasan."Sungguh? Asik... boleh ya, Pa, jika aku bermain kembang api bersama Kakek?" Zargie meminta izin terlebih dahulu kepada Papanya."Tentu saja boleh. Namun, harus hati-hati ya, Sayang." pintanya kepada sang anak."Siap Papa, aku akan berhati-hati bermain kembang apinya." jawab Zargie dengan wajah yang sangat ceria."Sudah-sudah, lanjutkan saja makan malam kalian, dan untuk cucu kesayangan Nenek, kamu ingin nambah lagi sosis nya?" tanya wanita tua itu kepada cucu kesayangannya."Tidak Nenek, aku sudah mulai kenyang." jawabnya.Laura mengangguk, dan mereka melanjutkan makan malam bersama nya. Pria itu makan ti
Agatha keluar dari mobil dan masuk ke toko mainan, wanita itu berjalan ke arah mobil-mobilan sedan yang menggunakan remote kontrol."Postur tubuh nya seperti kenal. Siapa ya dia?" gumamnya bertanya-tanya saat melihat wanita yang dia kenali, tapi posisinya wanita itu membelakangi dirinya.Karena merasa penasaran, dia berjalan ke arah wanita itu dan berdiri di sebelah wanita itu. Agatha melihat wajahnya dari sebelah."Eh Rani." Agatha sangat terkejut saat melihat wanita itu adalah Rani.Merasa namanya terpanggil, dia menghadap ke sumber suara yang ada di sebelahnya."Mba Agatha. Sedang apa di sini?" tanyanya kepada wanita sembari tersenyum."Aku akan membeli mainan untuk calon anakku." jawab wanita itu membalas senyuman Rani."Calon anak? Mba sedang mengandung kah?" tanya Rani lagi.Rani dengan Agatha sedikit akrab. Namun, tidak terlalu akrab, dan dia memanggil Agatha Mba, karena Tua Agatha daripada dirinya."Tidak, aku sedang dekat dengan seorang pria yang sudah mempunyai anak. Dia dud
Zargie membuka paper bag lnya dan mengambil isi paper bag tersebut."Mama, ini mainan untukku?" tanyanya dengan wajah yang berseri-seri."Iya, Sayang, itu mainan untukmu, bagaimana? Kamu suka?" tanya balik Rani dengan senyuman."Aku sangat menyukainya Ma, terimakasih sudah membelikan aku mainan." anak itu tersenyum kepada Mamanya.Anak itu meletakan mainan nya di sebelahnya duduk lalu dia memeluk Rani dengan erat. Wanita itu membalas pelukan hangat anaknya dengan penuh kerinduan.Perlahan dia melepaskan pelukan nya dari tubuh kecil anaknya itu, Rani mencium setiap inci wajah sang anak dengan penuh kasih sayang."Tadi di sekolah di beri PR atau tidak dari Miss?" tanyanya."Di beri Ma, aku di beri dua PR." jawab anak itu."Ayo kita kerjakan PR mu, Sayang, Mama akan menemanimu mengerjakan PR. Sekalian membantumu jika kamu merasa kesulitan." ajak Rani."Ayo Ma, aku sangat senang Mama akan menemaniku mengerjakan PR." jawab Zargie dengan wajah yang ceria.Wanita itu tersenyum lalu berdiri d
Rani menuangkan air putih untuk Zargie minum, wanita itu meletakan gelas isi air putih itu di sebelah kiri anaknya."Itu minum nya, Sayang." wanita itu menatap anaknya."Terimakasih, Mama." jawab Zargie sembari tersenyum ke arah sang Mama."Sama-sama, Sayang, ayo habiskan makananmu." Rani membalas senyuman buah hatinya itu.Zargie mengangguk dan kembali melanjutkan aktivitas makan nya. Wanita tua itu menatap Rani sekilas lalu mengambil lauk lagi, perut Rani berbunyi sedikit kencang."Ya Allah, kenapa perutku sangat perih. Aku harus bisa menahan lapar ini." batin Rani memegang perutnya.Beberapa menit sudah berlalu, makan siang Zargie dan Laura juga sudah selesai, sekarang wanita itu sedang berada di kamar anaknya, dia sedang membacakan dongeng untuk sang anak sembari mengusap-usap rambut anaknya. Dia melihat mata Zargie mulai terpejam, perlahan wanita itu menutup buku cerita dan mencium kening buah hatinya berkali-kali."Demi kamu Mama rela di hina, di rendahkan, dimarahin, karena apa
"Baiklah, aku tidak akan terlalu sering menemui Zargie. Kamu tenang saja." jawab Agatha.Pria itu mengangguk lalu menatap ke arah depan, sedangkan Agatha memasukkan kembali botol minum dan kotak makanan ke dalam.tasnya."Aku akan pulang, semangat kerjanya." wanita itu berdiri dari duduknya."Baiklah, hati-hati di jalan, terimakasih juga atas makan siang nya." jawab Anton sembari ikut berdiri dari duduknya."Iya Mas, sama-sama." wanita itu tersenyum manis kepada pria yang dia sukai.Pria itu hanya mengangguk dan tidak membalas senyuman wanita yang sedang tersenyum manis kepada dirinya, dia berjalan ke arah meja kerjanya dan duduk di kursi kerjanya lalu mulai melanjutkan pekerjaannya yang masih banyak."Aku pikir dia akan membukakan aku pintu, eh ternyata tidak. Tetapi tidak masalah, yang penting sekarang aku dan Mas Anton mulai dekat." batin wanita itu.Dia berjalan ke arah pintu lalu keluar dari ruangan Anton, tidak lupa dia menutup pintunya kembali."Si judes sudah keluar dari ruanga
Zargie mengambil gelas isi air minum yang sudah Neneknya siapkan di sebelahnya, perlahan anak itu mulai meminum air tersebut."Zargie... kenapa kamu makannya sangat pelan, Sayang?" tanya Anton mulai merasa khawatir.Semua orang yang mendengar perkataan Anton, langsung menghentikan aktivitas makannya.Sedangkan Zargie hanya menatap Papanya dengan tatapan sendu, anak itu meletakan kembali gelas yang tersisa setengah air, yang tadi dia minum."Aku merindukan Mama, Pa." jawab Zargie.Pria itu sangat terkejut mendengar jawaban anak ya, dia berusaha biasa saja, walaupun sedikit sulit, tapi pria itu harus bisa tegar dan tidak terlihat lemah di depan kedua orang tuanya, apalagi ada Kenzo yang belum mengetahui jika dirinya dan Rani sudah bercerai."Memangnya Mama kamu ada di mana. Sayang?" tanya Kenzo yang sedikit kebingungan dengan jawaban Zargie."Mama di rumah barunya, Om. Papa dan Mama sudah bercerai, kata Nenek dan Kakek, jika orang yang sudah bercerai itu tidak boleh tinggal satu rumah."