Agatha keluar dari mobil dan masuk ke toko mainan, wanita itu berjalan ke arah mobil-mobilan sedan yang menggunakan remote kontrol."Postur tubuh nya seperti kenal. Siapa ya dia?" gumamnya bertanya-tanya saat melihat wanita yang dia kenali, tapi posisinya wanita itu membelakangi dirinya.Karena merasa penasaran, dia berjalan ke arah wanita itu dan berdiri di sebelah wanita itu. Agatha melihat wajahnya dari sebelah."Eh Rani." Agatha sangat terkejut saat melihat wanita itu adalah Rani.Merasa namanya terpanggil, dia menghadap ke sumber suara yang ada di sebelahnya."Mba Agatha. Sedang apa di sini?" tanyanya kepada wanita sembari tersenyum."Aku akan membeli mainan untuk calon anakku." jawab wanita itu membalas senyuman Rani."Calon anak? Mba sedang mengandung kah?" tanya Rani lagi.Rani dengan Agatha sedikit akrab. Namun, tidak terlalu akrab, dan dia memanggil Agatha Mba, karena Tua Agatha daripada dirinya."Tidak, aku sedang dekat dengan seorang pria yang sudah mempunyai anak. Dia dud
Zargie membuka paper bag lnya dan mengambil isi paper bag tersebut."Mama, ini mainan untukku?" tanyanya dengan wajah yang berseri-seri."Iya, Sayang, itu mainan untukmu, bagaimana? Kamu suka?" tanya balik Rani dengan senyuman."Aku sangat menyukainya Ma, terimakasih sudah membelikan aku mainan." anak itu tersenyum kepada Mamanya.Anak itu meletakan mainan nya di sebelahnya duduk lalu dia memeluk Rani dengan erat. Wanita itu membalas pelukan hangat anaknya dengan penuh kerinduan.Perlahan dia melepaskan pelukan nya dari tubuh kecil anaknya itu, Rani mencium setiap inci wajah sang anak dengan penuh kasih sayang."Tadi di sekolah di beri PR atau tidak dari Miss?" tanyanya."Di beri Ma, aku di beri dua PR." jawab anak itu."Ayo kita kerjakan PR mu, Sayang, Mama akan menemanimu mengerjakan PR. Sekalian membantumu jika kamu merasa kesulitan." ajak Rani."Ayo Ma, aku sangat senang Mama akan menemaniku mengerjakan PR." jawab Zargie dengan wajah yang ceria.Wanita itu tersenyum lalu berdiri d
Rani menuangkan air putih untuk Zargie minum, wanita itu meletakan gelas isi air putih itu di sebelah kiri anaknya."Itu minum nya, Sayang." wanita itu menatap anaknya."Terimakasih, Mama." jawab Zargie sembari tersenyum ke arah sang Mama."Sama-sama, Sayang, ayo habiskan makananmu." Rani membalas senyuman buah hatinya itu.Zargie mengangguk dan kembali melanjutkan aktivitas makan nya. Wanita tua itu menatap Rani sekilas lalu mengambil lauk lagi, perut Rani berbunyi sedikit kencang."Ya Allah, kenapa perutku sangat perih. Aku harus bisa menahan lapar ini." batin Rani memegang perutnya.Beberapa menit sudah berlalu, makan siang Zargie dan Laura juga sudah selesai, sekarang wanita itu sedang berada di kamar anaknya, dia sedang membacakan dongeng untuk sang anak sembari mengusap-usap rambut anaknya. Dia melihat mata Zargie mulai terpejam, perlahan wanita itu menutup buku cerita dan mencium kening buah hatinya berkali-kali."Demi kamu Mama rela di hina, di rendahkan, dimarahin, karena apa
"Baiklah, aku tidak akan terlalu sering menemui Zargie. Kamu tenang saja." jawab Agatha.Pria itu mengangguk lalu menatap ke arah depan, sedangkan Agatha memasukkan kembali botol minum dan kotak makanan ke dalam.tasnya."Aku akan pulang, semangat kerjanya." wanita itu berdiri dari duduknya."Baiklah, hati-hati di jalan, terimakasih juga atas makan siang nya." jawab Anton sembari ikut berdiri dari duduknya."Iya Mas, sama-sama." wanita itu tersenyum manis kepada pria yang dia sukai.Pria itu hanya mengangguk dan tidak membalas senyuman wanita yang sedang tersenyum manis kepada dirinya, dia berjalan ke arah meja kerjanya dan duduk di kursi kerjanya lalu mulai melanjutkan pekerjaannya yang masih banyak."Aku pikir dia akan membukakan aku pintu, eh ternyata tidak. Tetapi tidak masalah, yang penting sekarang aku dan Mas Anton mulai dekat." batin wanita itu.Dia berjalan ke arah pintu lalu keluar dari ruangan Anton, tidak lupa dia menutup pintunya kembali."Si judes sudah keluar dari ruanga
Zargie mengambil gelas isi air minum yang sudah Neneknya siapkan di sebelahnya, perlahan anak itu mulai meminum air tersebut."Zargie... kenapa kamu makannya sangat pelan, Sayang?" tanya Anton mulai merasa khawatir.Semua orang yang mendengar perkataan Anton, langsung menghentikan aktivitas makannya.Sedangkan Zargie hanya menatap Papanya dengan tatapan sendu, anak itu meletakan kembali gelas yang tersisa setengah air, yang tadi dia minum."Aku merindukan Mama, Pa." jawab Zargie.Pria itu sangat terkejut mendengar jawaban anak ya, dia berusaha biasa saja, walaupun sedikit sulit, tapi pria itu harus bisa tegar dan tidak terlihat lemah di depan kedua orang tuanya, apalagi ada Kenzo yang belum mengetahui jika dirinya dan Rani sudah bercerai."Memangnya Mama kamu ada di mana. Sayang?" tanya Kenzo yang sedikit kebingungan dengan jawaban Zargie."Mama di rumah barunya, Om. Papa dan Mama sudah bercerai, kata Nenek dan Kakek, jika orang yang sudah bercerai itu tidak boleh tinggal satu rumah."
Kenzo menatap sahabatnya dengan tatapan heran, karena pria itu diam saja, setelah dia menjelaskan kepadanya."Kenapa kamu diam saja, apa penjelasanku itu salah?" tanya Kenzo."Tidak, penjelasanmu sangat benar, Ken, hanya saja aku sedang memikirkan sesuatu." jawab Anton."Memikirkan hal apa? Sudahlah, jangan terlalu ikut memikirkan hal ini, jika Allah sudah memberikan aku jodoh, pasti semuanya akan terjadi." Kenzo menepuk pelan bahu sebelah kiri sahabatnya.Pria itu mengangguk paham, mereka melanjutkan aktivitas menonton tv.Dua jam sudah berlalu, Hasan dan Laura baru saja pulang, mereka mendekat ke arah dua pria dewasa yang sedang menonton tv di ruang tengah."Tante pikir kamu sudah pulang, Kenzo." ucap wanita tua itu sembari tersenyum."Belum Tante, lagipula kalian yang menyuruh saya untuk tidak pulang, sebelum kalian pulang bukan?" jawab Kenzo membalas senyuman Mama sahabatnya."Menginap lah di sini, Kenzo." Pinta Hasan."Untuk sekarang tidak bisa, Om, aku masih mempunyai banyak pek
Setelah merasa semua barang-barang yang dia cari ada di dalam tasnya, wanita itu melihat sahabatnya membawa nampan dengan isi dua mangkuk mie instan dan satu tempat untuk nasi."Ayo kita sarapan," ajak Rani sembari meletakkan nampannya di atas meja."Kenapa kamu repot-repot membuatkan ku makanan, Ran. Aku bisa sarapan di kantor saja." Shilvia merasa tidak enak kepada sahabatnya itu."Ini sama sekali tidak merepotkan kok Shil, ayo makan. Jangan sampai kamu telat ke kantor." jawab Rani lalu duduk di lantai.Shilvia mengangguk lalu berdiri dari duduknya, dia berjalan ke arah dapur untuk mengambil dua gelas dan teko isi air hangat. Wanita itu kembali ke ruang tamu lalu meletakan kedua gelas itu dan tekonya."Maaf aku selalu membuatmu repot." Shilvia menatap sahabatnya itu."Kamu ini terlalu banyak bicara, cepat makan lah." pinta Rani sembari tersenyum.Shilvia mengangguk dan mereka berdua membaca doa sebelum makan, setelah itu mereka mulai memakan makanannya."Kamu makan mie dengan nadi?"
Pria itu terkejut melihat wanita yang sedang menatap dirinya."Rani?" ucap oria itu tidak percaya jika wanita yang di hadapannya adalah waktu yang dia cintai dan dia sayangi.Rani hanya tersenyum, Kenzo berdiri dan membantu wanita itu berdiri."Astagfirullah Rani, saya benar-benar minta maaf. Apakah ada yang terluka?" tanya Kenzo dengan raut wajah khawatir.Pria itu membersihkan pakaian Rani yang sedikit kotor."Tidak masalah, Pak Kembali. Saya baik-baik saja kok, dan tidak ada yang terluka." jawab Rani dengan senyuman.Wanita itu berbohong, karena pantat dan pergelangan kakinya terasa sangat sakit. Dia sangat yakin jika kedua kakinya terkilir.Bagaimana tidak terkilir, tubuh Kenzo itu besar, lebih tinggi dari Anting, tubuh yang sangat kekar dan berotot. Siapapun yang menabraknya pasti akan terpental, apalagi wanita yang bertubuh mungil seperti Rani."Kamu yakin? Entah kenapa saya merasa kamu sedang berbohong kepada saya, Rani?" tanya Kenzo yang tidak yakin jika wanita di hadapannya i
"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata Mbak Agatha sangat kejam. Ternyata kecurigaan ku ternyata benar, jika Duda anak satu yang dia maksud adalah Mas Anton." Rani masih sesenggukan.Wanita itu sudah berhenti menangis, hanya saja sesungguhnya masih ada. Rumah keluarga Watson benar-benar sangat sunyi, semua anggota keluarga sedang merasa sangat terkejut dengan kejadian beberapa puluh menit yang lalu.Malam harinya.Keluarga Watson sedang makan malam bersama, wajah mereka masih sangat datar. Termasuk Anton."Kenapa kalian diam saja?" tanya Zargie merasa heran."Kakak, Nenek dan Papa sedang merasa lelah, Sayang. Maka dari itu mereka diam saja." jelas Rani berbohong."Ah begitu. Apa Tante Agatha sudah pulang?" tanya Zargie lagi."Sudah, Sayang. Papa mimta kamu jangan bajas Tante Agatha lagi ya, dia bukan keluarga kita, tidak baik jika di bahas ataupun di cari." jelas Anton."Baiklah, Papa. Aku juga tidak terlalu suka dengan nya." jawab Zargie.Rani hanya tersenyum lalu semua orang kemb
"Jadi anda meragukan saya, Nona Agatha?" tanya Tirto menatap datar ke wanita yang duduk di hadapannya."Saya tidak berkata jika saya meragukan dirimu. Sekarang ke intinya saja, saya tidak memiliki banyak waktu." ucap Agatha."Baiklah. Jelaskan apa yang harus saya lakukan." jawab Tirto."Baiklah, dengarkan saya baik-baik. Jadi saya meminta kamu untuk melakukan hal seperti dulu, kita akan menculik kembali Rani dan membuat dirinya telanjang bulat seperti dulu, kamu juga begitu, bila perlu kamu masukan saja alat kelaminmu ke alat kelamin Rani, kapan lagi bukan kamu melakukan hal itu secara gratis, dengan wanita yang masih muda pula, terus nanti saya akan memvideo kegiatan kalian, saya akan mengirim video itu ke Mas Anton dengan nomor rahasiaku dulu untuk mengirim foto-foto kamu dan Rani saat di kamar hotel, saya tidak ingin rencana ini gagal, dan kamu harus membuat Mas Anton benar-benar membuang Rani, jika kedua orang tuanya sudah saya hasut, jadi tugas kamu itu saja." jelas Agatha."Itu
"Padahal sudah jam 4 sore yax Ran. Tapi mataharinya masih terik seerti jam 11 siang." ucap Agatha."Benar, Mbak. Ya namanya kuga musim kemarau, nanti jika sudah musim hujan pasti jam segini sudah hujan deras." jawab Rani."Benar sekali, dan pasti pakaian akan lama keringnya. Apalagi jika mengandalkan pengering dari mesin cuci." Agatha sembari menyuap seblak nya."Semoga saja saat musim hujan sudah datang, hujan nya malam-malam saja di atas jam 11 malam. Jangan siang-siang, supaya pakaian juga selalu kering." jelas Rani."Iya semoga saja begitu. Eh Zargie dimana? Dari tadi siang tidak kelihatan, semenjak kejadian Om Hasan dan Tante Laura menegurnya?" tanya Agatha."Dia sedang tidur siang bersama dengan Papanya. Mungkin sudah pada bangun." jawab Rani."Ah begitu. Aku juga akan menginap di sini beberapa hari, Tante Laura uang menyuruhku, entah ada apa." ucap Agatha."Benarkah? Mungkin supaya rumah ini lebih ramai saja." jawab Rani.Tidak ada jawaban dari Agatha. Kedua wanita itu melanjut
Rani sudah selesai pipis. Dia membuka pintu kamar mandinya, pintu kamar mandi ini tidak menimbulkan suara saat di buka."Itu Mbak Agatha sedang apa ya? Kok sedang mengaduk-aduk teh yang tadi aku buat." gumam Rani merasa sagat heran.Rani mendekat ke arah Agatha. Dia berdiri di sebelah kiri wanita licik itu."Mbak Agatha. Sedang apa?" tanya Rani.Agatha benar-benar sangat terkejut. Wanita itu gelagapan lalu berusaha mencari alasan yang masuk akal."Ah ini, Rani. Aku sedang membantu mengaduk-aduk teh nya, supaya gulanya lebih cepat larut." jawab Agatha."Ah begitu. Terima kasih ya, MBak." ucap Rani tersenyum kepada Agatha."Iya sama-sama, Rani." jawab Agatha membalas senyuman Rani.Wajah Agatha banyak keringatnya, wanita licik itu sangat geologi dan merasa takut. Takut Rani melihat aksinya yang memasukan beberapa sendok garam ke dalam teh yang tadi dia buat untuk Laura, tapi Rani tidak merasa curiga kepada wanita licik itu."Kenapa Mbak mengeluarkan garam?" tanya Rani saat melihat di sa
Rani benar-benar sangat bangga mempunyai anak seperti Zargie. Masih kecil saja anak itu mempunyai pikiran seperti itu."Iya, Sayang. Mama sangat percaya jika kamu akan menjadi anak yang sangat hebat di masa depan." jawab Rani mengusap-usap punggung anaknya dengan lembut.Zargie hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Setelah sampai di lantai dua, Rani langsung membawa Zargie kw kamarnya.Ceklek.Rani membuka pintu kamarnya, setelah itu dia masuk ke dalam, tidak lupa dia menutup kembali pintunya. Wanita itu masih menggendong Zargie, dia berjalan ke arah ranjang dan melihat suaminya yang sedang membaca koran di atas ranjang."Eh ada jagoan Papa datang. Kenapa di gendong, manja sekali." ucap Anton.Dengan perlahan Rani menurunkan tubuh Zargie ke atas kasur. Anton sangat terkejut saat melihat kedua mata buah hatinya membengkak."Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Anton sembari menarik Zargie ke dalam dekapan nya."Kakek dan Nenek menegur aku, Papa. Dan mereka menghina Mama dan memarahi Ma
"Bagaimana? Apa Agatha menerima tawaran Mama?" tanya Hasan."Iya, Pa. Agatha sedang bersiap-siap. Setelah itu dia akan datang kemari." jawab Laura."Baguslah. Sekarang buatkan Papa kopi buatan Mama." pinta Hasan.Wanita tua itu mengangguk lalu berdiri dari duduknya,dia berjalan ke arah dapur. Sedangkan di Anton dan Rani baru saja sampai di dalam kamar, pria itu menutup kencang pintunya lalu tanpa sadar dia mendorong Rani kencang ke arah sofa.Brakk!Kepala Rani terbentur sudut sofa. Tes.Tes.Tes.Darah keluar dari kening Rani yang terluka."Astagfirullahaladzim." gumam Rani pelan sembari memejamkan kedua matanya karena menahan sakit yang luar biasa di bagian keningnya yang terluka.Pria itu menatap ke arah Rani yang masih terduduk di lantai, dia sangat terkejut.lalu mendekat ke arah Rani."Astagfirullahaladzim, Rani. Maafkan Mas." ucap Anton yang sudah menyadari apa yang sudah diperbuat kepada istrinya itu."Tidak apa-apa kok, Mas. Jangan meminta maaf ya." jawab Rani dengan senyuman
"Pesan apa? Apa Mas sedang memesan sesuatu." tanya Rani"Bukan saya yang memesan. Tapi kamu yang memesan." jawab Anton."Perasaan aku tidak memesan apa-apa deh, Mas." ucap Rani."Kata Zargie kamu sedang memesan makanan 1 jam yang lalu." jawab Anton.Rani langsung mengingat jika dirinya berbohong kepada anaknya jika dirinya sedang memesan makanan. Dia juga harus berbohong kepada Anton juga tentu nya."Iya memang benar aku sedang memesan makanan 1 jam yang lalu. Tapi aku membatalkan pesanannya." jelas Rani."Kenapa dibatalkan? Bukan kah kamu belum makan malam?" tanya Anton."Ini sudah malam, Mas. Untung saja pesananku belum disiapkan, jadi aku batalkan saja, lagipula aku tidak lapar, aku hanya mengantuk." jawab Rani asal.Walaupun sebenarnya dia sangat lapar. Tapi dia juga merasa sangat mengantuk."Jika begitu tidur saja. Tapi sebelum tidur, kamu harus makan terlebih dahulu, saya sudah membelikan kamu makanan." jelas Anton sembari mengeluarkan bungkusan dari dalam kantong plastik yang t
Di rumah sakit.Rani sedang menyuapi Zargie makan. Sedangkan Anton belum sampai di rumah sakit."Kamu harus makan yang banyak ya, Sayang, supaya cepat sembuh. Setelah makan nanti minum obat " jelas Rani tersenyum kepada buah hatinya itu."Iya, Mama. Apa Mama sudah makan malam?" tanya Zargie."Belum, Sayang. Mama sedang memesan makanan dari luar, mungkin sebentar lagi datang." jawab Rani berbohong.Sebenarnya Rani tidak membawa uang, semua uang nya ada di rumah Kenzo. Wanita itu sebenarnya merasa sangat lapar, karena tidak makan dari siang, tapi dia berusaha menahan laparnya."Ah begitu, baiklah. Kenapa Papa sangat lama, Ma?" tanya Zargie lagi dengan mulut penuh isi makanan."Biarkan Papamu istirahat di rumah ga. Kan ada Mama yang menjaga kamu dan menemani kamu, Nak." jawab Rani tersenyum."Aku sangat menyayangi Mama." ucap Zargie."Mama juga sangat-sangat menyayangi kamu, Sayang." jawab Rani.Anak itu tersenyum senang, sebenarnya dia mencari Papanya hanya untuk melanjutkan rengekan ny
Tidak ada jawaban dari Anton. Pria itu benar-benar sangat bingung untuk menjawab perkataan buah hatinya. Zargie terus-terusan menangis sembari merengek meminta Papanya untuk kembali menyatu dengan Mamanya."Papa... aku mohon. Papa dan Mama kembali bersatu seperti dulu." ucap Zargie semakin kencang menangisnya."Sayang... sudah ya, jangan menangis terus. Kamu akan muntah jika terus-terusan menangis." Anton merasa semakin khawatir dengan keadaan Zargie.Anak itu akan mentah-mentah karena menangis terlalu lama. Maka dari itu Anton merasa sangat khawatir hal itu akan terjadi."Huwek.... huwek." Zargie muntah-muntahAnton yang menekan tombol di dinding dekat brankar Zargie. Tombol itu berfungsi untung memanggil Dokter."Zargie! Bentengi menangis, Sayang! Papa mohon!" teriak Anton.Pria itu berteriak karena sangat khawatir melihat anaknya terus-terusan muntah.Ceklek.Pintu kamar rawat Zargie terbuka. Datanglah dua Dokter, dan tiga Suster, mereka langsung mendekat ke arah brankar."Tolong a