"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata Mbak Agatha sangat kejam. Ternyata kecurigaan ku ternyata benar, jika Duda anak satu yang dia maksud adalah Mas Anton." Rani masih sesenggukan.Wanita itu sudah berhenti menangis, hanya saja sesungguhnya masih ada. Rumah keluarga Watson benar-benar sangat sunyi, semua anggota keluarga sedang merasa sangat terkejut dengan kejadian beberapa puluh menit yang lalu.Malam harinya.Keluarga Watson sedang makan malam bersama, wajah mereka masih sangat datar. Termasuk Anton."Kenapa kalian diam saja?" tanya Zargie merasa heran."Kakak, Nenek dan Papa sedang merasa lelah, Sayang. Maka dari itu mereka diam saja." jelas Rani berbohong."Ah begitu. Apa Tante Agatha sudah pulang?" tanya Zargie lagi."Sudah, Sayang. Papa mimta kamu jangan bajas Tante Agatha lagi ya, dia bukan keluarga kita, tidak baik jika di bahas ataupun di cari." jelas Anton."Baiklah, Papa. Aku juga tidak terlalu suka dengan nya." jawab Zargie.Rani hanya tersenyum lalu semua orang kemb
Plak... Plak!Anton menampar kedua pipi Rani dengan sangat keras, Rani terpental lumayan jauh."Berani nya kamu mengkhianati Mas, Rani!" Anton menatap ke arah Rani dengan penuh amarah."Apa maksud Mas? Sungguh aku tidak mengerti." Rani menatap suaminya sembari menangis."Kamu jangan berpura pura tidak mengetahuinya Rani, kamu mengkhianati Mas. Apa salah Mas kepadamu? Apa Mas pernah mengkhianati dirimu? Sehingga kamu melakukan ini kepada Mas?" tanya Anton."Mas kenapa, aku tidak pernah mengkhianati Mas." Rani menangis sesenggukan.Rani menangis bukan karena merasakan perih di kedua pipinya yang lebam akibat tamparan Anton yang begitu kencang, Rani menangis karena Anton berkata jika dirinya mengkhianati Anton.Anton mengeluarkan ponsel nya yang ada di dalam saku jas nya, Anton membuka layar ponsel nya dan mencari sesuatu di ponselnya."Ini apa Rani, ini apa? Kamu masih ingin berkata jika Mas kenapa? Ini. lihat ini!" bentak Anton menunjukkan foto Rani yang sedang tidur dengan seorang pri
Rani membalikkan tubuhnya lalu menatap ke arah Anton."Ada apa, Mas?" tanya Rani menatap Anton."Kamu pergi di antar dengan supir saja, jangan jalan kaki atau naik kendaraan umum, itu sangat berbahaya. Apalagi kamu membawa koper besar, Mas takut kamu di rampok." jelas Anton.Dalam hati Rani sangat senang karena suaminya sangat khawatir dengan keadaan nya."Iya baiklah, aku akan meminta di antar dengan supir pribadi Mas." Jawab Rami.Anton masih memegang tangan Rani, sungguh Anton tidak rela Rani pergi. Namun, Rani sudah membuat hati nya hancur berkeping-keping."Hati-hati di jalan." Anton melepaskan tangan Rani dari genggaman nya."Mas... boleh aku meminta sesuatu untuk yang terakhir kali nya?" tanya Rani menatap Anton dengan mata yang berkaca-kaca."Silakan saja." jawab Anton."Aku ingin di peluk sama Mas, walaupun ini pelukan yang terakhir untuk diriku." Rani meneteskan air mata nya, karena tidak sanggup menahan dirinya untuk tidak menangis.Hati Anton terasa sakit melihat wanita ya
Anton melihat wanita itu mendekat ke arahnya, Anton berdiri dari duduknya."Ada perlu apa kamu kemari, Agatha?" tanya Anton kepada wanita yang bernama Agatha.Agatha Margaretha. Dia adalah mantan kekasih Anton waktu Anton belum mengenal Rani. Rani juga mengetahui Agatha, karena Agatha pernah hadir di acara ulang tahun Zargie yang ke 1 dan ke 2 tahun."Duduk saja, Mas, aku kemari hanya rindu dengan mu dan Zargie." jawab Agatha mendudukkan kembali Anton di kursi kerjanya."Kenapa merindukan saya? Kita tidak mempunyai hubungan apa-apa Agatha, jika kamu merindukan Zargie, dia sedang bersama Nenek nya di kamar khusus mainan nya." Anton membuka laptopnya dan menyalakan nya."Ah begitu, dimana istri mu? Kenapa aku tidak melihat nya di rumah ini?" tanya Agatha.Anton mengepalkan kedua tangan nya lalu fokus ke layar laptop."Dia sudah pergi dari sini, dan kami juga akan segera bercerai." jawab Anton dengan nada dingin dan mata yang fokus ke layar laptop."Apa! Kalian akan bercerai? Ada masala
Anton menatap Agatha dengan tatapan bingung."Kenapa kamu merapatkan tubuhmu ke tubuh saya? Perasaan di sebelahmu itu masih luas." Anton menatap Agatha."Anton, biarkan saja Agatha duduk lebih dekat denganmu, dia kan sedang merindukanmu." Laura menatap Anton."Ma, aku ini masih mempunyai istri." jawab Anton menatap Laura."Istri kamu itu sudah tidak ada di sini, Anton, dia itu mengkhianati dirimu, dia sudah menyakitimu, sadarlah, Anton, jangan bodoh karena cinta." Laura merasa marah dengan anaknya."Ah jadi mereka beneran akan bercerai, ini peluang yang sangat bagus untuk aku kembali bersama Mas Anton." batin Agatha."Sudah jangan bertengkar, jangan sampai Zargie mengetahui kedua orang tua nya akan berpisah, dia masih kecil." Hasan mengakhiri pertengkaran antara ibu dan anak."Maaf, jika Mas Anton tidak nyaman dengan keberadaan ku." Agatha mengusap lengan kekar milik Anton."Agatha, tolong menjauhkan duduk mu dari saya, jangan seperti ini." Anton merasa risih dengan Agatha yang duduk
Setelah melihat Zargie sudah tertidur lumayan lama. Dan memastikan jika sang putra sudah larut dalam mimpinya. Anton pun turun dari ranjang secara perlahan, karena takut Zargie terganggu dan terbangun"Papa keluar dulu ya, Sayang, bobo yang nyenyak jagoan Papa." Anton mencium kening buah hatinya lagi terus berjalan ke arah pintu.Dia berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya. Dia keluar dari kamar anaknya. Tidak lupa dia menutup kembali pintu kamar secara perlahan.Dia berjalan ke arah ruang kerjanya, pas Anton akan membuka pintu ruang kerjanya, tiba-tiba tangan nya di tahan oleh Agatha."Ada apa?" tanya Anton."Aku ingin bicara dengan Mas. Hanya empat mata." jawab Agatha."Saya sibuk, Agatha, pekerjaan saya menumpuk, lain kali saja ya." Anton melepaskan tangan Agatha yang memegang pergelangan tangan nya.Anton membuka pintu ruang kerjanya dan masuk ke dalam, dia langsung mengunci pintunya, karena risih jika dia sedang fokus kerja ada orang yang masuk, Kecuali Rani, dia selalu mint
"Ini Bu, belanjaan nya, totalnya 45 ribu." Rani memberikan kantung plastik ukuran sedang isi belanjaan kepada Ibu yang memakai pakaian hitam."Ini uangnya, Mba." Ibu yang memakai pakaian hitam menyodorkan uang 50 ribu.Rani mengambil uangnya dan mengambil kembalian nya."Ini Bu, kembalian nya, terimakasih." Rani tersenyum."Sama-sama, Mba Rani." jawab Ibu memakai pakaian hitam sembari mengambil uang kembalian nya.Tinggal satu pelanggan Rani yang masih memilih sayuran."Sawi putih nya satu kilo ya, Mba." Ibu yang memakai pakaian tidur."Sebentar ya Bu, saya timbang dulu." jawab Rani.Ibu itu mengangguk dan menunggu Rani menimbang sawi putihnya, setelah menimbang sawi putihnya, dia memasukan ke kantung plastik, dia juga memasukkan beberapa belanjaan yang sudah di pilih Ibu yang memakai pakaian tidur ini."Totalnya berapa, Mba?" tanya Ibu yang memakai pakaian tidur itu."Semuanya 28 ribu, Bu." jawab Rani.Ibu yang memakai pakaian tidur itu memberikan uang 30 ribu kepada Rani, lalu Rani
Rani mengambil ipad anaknya yang ada di meja."Ini ipad nya hampir ketinggalan." Rani memberikan ipad nya kepada anaknya."Eh iya, untung saja tidak ketinggalan, terimakasih, Mama." Zargie mencium pipi Mama nya."Sama-sama, Sayang, sebentar ya." Rani merogoh saku celana pendeknya. Dia mengambil uang 200 ribu lalu memasukkan ke saku bagian dada sebelah kanan seragam sekolah buah hatinya."Untuk jajan jagoan Mama, maaf ya, Mama hanya bisa memberikan kamu uang jajan segitu saja." Rani mengusap rambut buah hatinya."Rani, ambil kembali uang itu, simpan uangnya, jika kamu membutuhkan uang, katakan saja kepada Mas." Anton menatap istrinya dengan tatapan sendu."Tidak perlu, Tuan, saya masih sanggup mencari uang sendiri." Rani menatap datar kearah sang suami.Lagi-lagi pria itu sangat terkejut dengan jawaban istri nya, dan dia tidak menyangka, jika wanita yang sangat dia cintai, tetap memanggilnya Tuan, bukan Mas."Baiklah, jika itu keinginanmu. Namun, saya juga akan tetap memaksa untuk mem
"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata Mbak Agatha sangat kejam. Ternyata kecurigaan ku ternyata benar, jika Duda anak satu yang dia maksud adalah Mas Anton." Rani masih sesenggukan.Wanita itu sudah berhenti menangis, hanya saja sesungguhnya masih ada. Rumah keluarga Watson benar-benar sangat sunyi, semua anggota keluarga sedang merasa sangat terkejut dengan kejadian beberapa puluh menit yang lalu.Malam harinya.Keluarga Watson sedang makan malam bersama, wajah mereka masih sangat datar. Termasuk Anton."Kenapa kalian diam saja?" tanya Zargie merasa heran."Kakak, Nenek dan Papa sedang merasa lelah, Sayang. Maka dari itu mereka diam saja." jelas Rani berbohong."Ah begitu. Apa Tante Agatha sudah pulang?" tanya Zargie lagi."Sudah, Sayang. Papa mimta kamu jangan bajas Tante Agatha lagi ya, dia bukan keluarga kita, tidak baik jika di bahas ataupun di cari." jelas Anton."Baiklah, Papa. Aku juga tidak terlalu suka dengan nya." jawab Zargie.Rani hanya tersenyum lalu semua orang kemb
"Jadi anda meragukan saya, Nona Agatha?" tanya Tirto menatap datar ke wanita yang duduk di hadapannya."Saya tidak berkata jika saya meragukan dirimu. Sekarang ke intinya saja, saya tidak memiliki banyak waktu." ucap Agatha."Baiklah. Jelaskan apa yang harus saya lakukan." jawab Tirto."Baiklah, dengarkan saya baik-baik. Jadi saya meminta kamu untuk melakukan hal seperti dulu, kita akan menculik kembali Rani dan membuat dirinya telanjang bulat seperti dulu, kamu juga begitu, bila perlu kamu masukan saja alat kelaminmu ke alat kelamin Rani, kapan lagi bukan kamu melakukan hal itu secara gratis, dengan wanita yang masih muda pula, terus nanti saya akan memvideo kegiatan kalian, saya akan mengirim video itu ke Mas Anton dengan nomor rahasiaku dulu untuk mengirim foto-foto kamu dan Rani saat di kamar hotel, saya tidak ingin rencana ini gagal, dan kamu harus membuat Mas Anton benar-benar membuang Rani, jika kedua orang tuanya sudah saya hasut, jadi tugas kamu itu saja." jelas Agatha."Itu
"Padahal sudah jam 4 sore yax Ran. Tapi mataharinya masih terik seerti jam 11 siang." ucap Agatha."Benar, Mbak. Ya namanya kuga musim kemarau, nanti jika sudah musim hujan pasti jam segini sudah hujan deras." jawab Rani."Benar sekali, dan pasti pakaian akan lama keringnya. Apalagi jika mengandalkan pengering dari mesin cuci." Agatha sembari menyuap seblak nya."Semoga saja saat musim hujan sudah datang, hujan nya malam-malam saja di atas jam 11 malam. Jangan siang-siang, supaya pakaian juga selalu kering." jelas Rani."Iya semoga saja begitu. Eh Zargie dimana? Dari tadi siang tidak kelihatan, semenjak kejadian Om Hasan dan Tante Laura menegurnya?" tanya Agatha."Dia sedang tidur siang bersama dengan Papanya. Mungkin sudah pada bangun." jawab Rani."Ah begitu. Aku juga akan menginap di sini beberapa hari, Tante Laura uang menyuruhku, entah ada apa." ucap Agatha."Benarkah? Mungkin supaya rumah ini lebih ramai saja." jawab Rani.Tidak ada jawaban dari Agatha. Kedua wanita itu melanjut
Rani sudah selesai pipis. Dia membuka pintu kamar mandinya, pintu kamar mandi ini tidak menimbulkan suara saat di buka."Itu Mbak Agatha sedang apa ya? Kok sedang mengaduk-aduk teh yang tadi aku buat." gumam Rani merasa sagat heran.Rani mendekat ke arah Agatha. Dia berdiri di sebelah kiri wanita licik itu."Mbak Agatha. Sedang apa?" tanya Rani.Agatha benar-benar sangat terkejut. Wanita itu gelagapan lalu berusaha mencari alasan yang masuk akal."Ah ini, Rani. Aku sedang membantu mengaduk-aduk teh nya, supaya gulanya lebih cepat larut." jawab Agatha."Ah begitu. Terima kasih ya, MBak." ucap Rani tersenyum kepada Agatha."Iya sama-sama, Rani." jawab Agatha membalas senyuman Rani.Wajah Agatha banyak keringatnya, wanita licik itu sangat geologi dan merasa takut. Takut Rani melihat aksinya yang memasukan beberapa sendok garam ke dalam teh yang tadi dia buat untuk Laura, tapi Rani tidak merasa curiga kepada wanita licik itu."Kenapa Mbak mengeluarkan garam?" tanya Rani saat melihat di sa
Rani benar-benar sangat bangga mempunyai anak seperti Zargie. Masih kecil saja anak itu mempunyai pikiran seperti itu."Iya, Sayang. Mama sangat percaya jika kamu akan menjadi anak yang sangat hebat di masa depan." jawab Rani mengusap-usap punggung anaknya dengan lembut.Zargie hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Setelah sampai di lantai dua, Rani langsung membawa Zargie kw kamarnya.Ceklek.Rani membuka pintu kamarnya, setelah itu dia masuk ke dalam, tidak lupa dia menutup kembali pintunya. Wanita itu masih menggendong Zargie, dia berjalan ke arah ranjang dan melihat suaminya yang sedang membaca koran di atas ranjang."Eh ada jagoan Papa datang. Kenapa di gendong, manja sekali." ucap Anton.Dengan perlahan Rani menurunkan tubuh Zargie ke atas kasur. Anton sangat terkejut saat melihat kedua mata buah hatinya membengkak."Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Anton sembari menarik Zargie ke dalam dekapan nya."Kakek dan Nenek menegur aku, Papa. Dan mereka menghina Mama dan memarahi Ma
"Bagaimana? Apa Agatha menerima tawaran Mama?" tanya Hasan."Iya, Pa. Agatha sedang bersiap-siap. Setelah itu dia akan datang kemari." jawab Laura."Baguslah. Sekarang buatkan Papa kopi buatan Mama." pinta Hasan.Wanita tua itu mengangguk lalu berdiri dari duduknya,dia berjalan ke arah dapur. Sedangkan di Anton dan Rani baru saja sampai di dalam kamar, pria itu menutup kencang pintunya lalu tanpa sadar dia mendorong Rani kencang ke arah sofa.Brakk!Kepala Rani terbentur sudut sofa. Tes.Tes.Tes.Darah keluar dari kening Rani yang terluka."Astagfirullahaladzim." gumam Rani pelan sembari memejamkan kedua matanya karena menahan sakit yang luar biasa di bagian keningnya yang terluka.Pria itu menatap ke arah Rani yang masih terduduk di lantai, dia sangat terkejut.lalu mendekat ke arah Rani."Astagfirullahaladzim, Rani. Maafkan Mas." ucap Anton yang sudah menyadari apa yang sudah diperbuat kepada istrinya itu."Tidak apa-apa kok, Mas. Jangan meminta maaf ya." jawab Rani dengan senyuman
"Pesan apa? Apa Mas sedang memesan sesuatu." tanya Rani"Bukan saya yang memesan. Tapi kamu yang memesan." jawab Anton."Perasaan aku tidak memesan apa-apa deh, Mas." ucap Rani."Kata Zargie kamu sedang memesan makanan 1 jam yang lalu." jawab Anton.Rani langsung mengingat jika dirinya berbohong kepada anaknya jika dirinya sedang memesan makanan. Dia juga harus berbohong kepada Anton juga tentu nya."Iya memang benar aku sedang memesan makanan 1 jam yang lalu. Tapi aku membatalkan pesanannya." jelas Rani."Kenapa dibatalkan? Bukan kah kamu belum makan malam?" tanya Anton."Ini sudah malam, Mas. Untung saja pesananku belum disiapkan, jadi aku batalkan saja, lagipula aku tidak lapar, aku hanya mengantuk." jawab Rani asal.Walaupun sebenarnya dia sangat lapar. Tapi dia juga merasa sangat mengantuk."Jika begitu tidur saja. Tapi sebelum tidur, kamu harus makan terlebih dahulu, saya sudah membelikan kamu makanan." jelas Anton sembari mengeluarkan bungkusan dari dalam kantong plastik yang t
Di rumah sakit.Rani sedang menyuapi Zargie makan. Sedangkan Anton belum sampai di rumah sakit."Kamu harus makan yang banyak ya, Sayang, supaya cepat sembuh. Setelah makan nanti minum obat " jelas Rani tersenyum kepada buah hatinya itu."Iya, Mama. Apa Mama sudah makan malam?" tanya Zargie."Belum, Sayang. Mama sedang memesan makanan dari luar, mungkin sebentar lagi datang." jawab Rani berbohong.Sebenarnya Rani tidak membawa uang, semua uang nya ada di rumah Kenzo. Wanita itu sebenarnya merasa sangat lapar, karena tidak makan dari siang, tapi dia berusaha menahan laparnya."Ah begitu, baiklah. Kenapa Papa sangat lama, Ma?" tanya Zargie lagi dengan mulut penuh isi makanan."Biarkan Papamu istirahat di rumah ga. Kan ada Mama yang menjaga kamu dan menemani kamu, Nak." jawab Rani tersenyum."Aku sangat menyayangi Mama." ucap Zargie."Mama juga sangat-sangat menyayangi kamu, Sayang." jawab Rani.Anak itu tersenyum senang, sebenarnya dia mencari Papanya hanya untuk melanjutkan rengekan ny
Tidak ada jawaban dari Anton. Pria itu benar-benar sangat bingung untuk menjawab perkataan buah hatinya. Zargie terus-terusan menangis sembari merengek meminta Papanya untuk kembali menyatu dengan Mamanya."Papa... aku mohon. Papa dan Mama kembali bersatu seperti dulu." ucap Zargie semakin kencang menangisnya."Sayang... sudah ya, jangan menangis terus. Kamu akan muntah jika terus-terusan menangis." Anton merasa semakin khawatir dengan keadaan Zargie.Anak itu akan mentah-mentah karena menangis terlalu lama. Maka dari itu Anton merasa sangat khawatir hal itu akan terjadi."Huwek.... huwek." Zargie muntah-muntahAnton yang menekan tombol di dinding dekat brankar Zargie. Tombol itu berfungsi untung memanggil Dokter."Zargie! Bentengi menangis, Sayang! Papa mohon!" teriak Anton.Pria itu berteriak karena sangat khawatir melihat anaknya terus-terusan muntah.Ceklek.Pintu kamar rawat Zargie terbuka. Datanglah dua Dokter, dan tiga Suster, mereka langsung mendekat ke arah brankar."Tolong a