Anton melihat wanita itu mendekat ke arahnya, Anton berdiri dari duduknya.
"Ada perlu apa kamu kemari, Agatha?" tanya Anton kepada wanita yang bernama Agatha.Agatha Margaretha. Dia adalah mantan kekasih Anton waktu Anton belum mengenal Rani. Rani juga mengetahui Agatha, karena Agatha pernah hadir di acara ulang tahun Zargie yang ke 1 dan ke 2 tahun."Duduk saja, Mas, aku kemari hanya rindu dengan mu dan Zargie." jawab Agatha mendudukkan kembali Anton di kursi kerjanya."Kenapa merindukan saya? Kita tidak mempunyai hubungan apa-apa Agatha, jika kamu merindukan Zargie, dia sedang bersama Nenek nya di kamar khusus mainan nya." Anton membuka laptopnya dan menyalakan nya."Ah begitu, dimana istri mu? Kenapa aku tidak melihat nya di rumah ini?" tanya Agatha.Anton mengepalkan kedua tangan nya lalu fokus ke layar laptop."Dia sudah pergi dari sini, dan kami juga akan segera bercerai." jawab Anton dengan nada dingin dan mata yang fokus ke layar laptop."Apa! Kalian akan bercerai? Ada masalah apa sampai kalian akan bercerai." Agatha mengusap lembut bahu sebelah kiri Anton."Itu urusan pribadi kami, Agatha. Kamu itu orang asing, jadi kamu tidak perlu tau apa sebab kami bercerai." jawab Anton sembari menyingkirkan tangan Agatha yang sedang mengusap bahunya."Baiklah jika begitu, aku akan menemui Zargie dulu, aku membawakan dia mainan baru, sampai jumpa." Agatha tersenyum lalu berjalan ke arah pintu.Agatha keluar dari ruang kerja Anton dan menuju ke kamar khusus mainan Zargie, setelah sampai di depan kamar nya, Agatha langsung masuk ke dalam."Halo, Zargie." Agatha dengan senyuman nya."Tante Agatha." Zargie berjalan ke arah Agatha lalu memeluk kaki Agatha. Karena tinggi Zargie sepaha Agatha, Agatha berjongkok lalu menggendong tubuh kecil Zargie."Hay, semakin tampan saja kamu." Agatha mencubit pipi Zargie pelan."Tante juga cantik." jawab Zargie."Tumben sekali kamu kemari, Agatha." Laura tersenyum ramah kepada Agatha."Iya Tante, aku merindukan Mas Anton dan Zargie." jawab Agatha sembari menurunkan Zargie dari gendongan nya."Ah begitu, jangan sungkan ya untuk datang kemari." pinta Laura."Terimakasih, Tante sudah mengizinkan aku untuk datang ke rumah ini." Agatha tersenyum ke Laura."Sama-sama Agatha. Jangan pulang dulu ya, manti kita juga akan makan siang bersama." pinta Laura."Baik Tante, Zargie, ini Tante membawa kan mu mainan, tadi Tante ke mall terus melihat toko mainan. Tante teringat sama kamu, jadi Tante membelikan nya untukmu." jelas Agatha sembari memberikan Zargie papar bag isi mainan yang dia beli untuk Zargie."Asik mainan baru... terimakasih Tante." Zargie menatap Agatha."Sama-sama, Sayang." Agatha mencium pipi cabi Zargie dengan gemas."Nenek, aku akan menunjukkan mainan ini kepada Papa." Zargie menatap Laura."Baiklah, Sayang, jangan berlarian ya, nanti kamu terjatuh." Laura mengusap rambut cucu kesayangan nya ini."Siap Nenek." jawab Zargie tersenyum."Papa kamu ada di ruang kerja, tadi Tante sudah bertemu dengan Papamu di sana." Agatha memberitahu Zargie jika Anton di ruang kerjanya."Iya Tante. Nenek, aku ke sana dulu ya." Zargie keluar kamar dan menuju ke ruang kerja Anton."Ayo kita ke ruang tengah, kita duduk sembari minum teh di sana." ajak Laura."Iya ayo, Tante." jawab Agatha.Laura dan Agatha keluar dari kamar khusus mainan Zargie, mereka berjalan ke arah ruang tengah sembari mengobrol. Setelah sampai di ruang tengah, Laura melihat suaminya sedang menonton tv acara sepak bola kesukaan sang suami."Halo, Om Hasan." Agatha menyapa Hasan."Eh, halo juga, Agatha, tumben sekali datang kemari." Hasan terkejut melihat Agatha datang ke rumahnya.Karena Agatha sudah 1 tahun tidak datang ke rumah keluarga Watson, terakhir Agatha datang ke rumah keluarga Watson, waktu acara ulang tahun Zargie yang ke 2 tahun."Iya Om, aku rindu dengan Mas Anton dan Zargie." jawab Agatha lalu duduk di sofa.Sedangkan Laura duduk di sebelah Hasan."Sering-sering saja main kemari ya." pinta Hasan."Siap Om. Namun, aku takut Mas Anton terganggu dan tidak nyaman, jika aku sering kemari." jawab Agatha sembari menatap sendu ke arah Laura dan Hasan."Dia tidak akan terganggu dan tidak nyaman, Anton kan sebentar lagi akan menjadi duda." Laura dengan nada sedikit keras."Hah! Duda? Jadi benar yang di katakan Mas Anton tadi, jika dia akan bercerai dengan istrinya?" tanya Agatha memastikan."Benar sekali, Anton pasti sangat kesepian setelah bercerai dengan Rani, dan kamu bisa mendekatinya kembali. Zargie juga menyukaimu kan? Dan Tante perhatikan kamu memiliki sifat keibuan saat bersama dengan Zargie." jelas Laura."Benar, Agatha, kamu dekati kembali Anton. Setelah kalian merasa cocok, kalian langsung menikah saja." lanjut Hasan."Terimakasih, kalian sudah memberi aku lampu hijau untuk bersama Mas Anton, iya kita lihat saja ke depan nya bagaimana, Om, Tante." Agatha merasa sangat senang karena kedua orang tua Anton sudah memberi nya lampu hijau untuk kembali menjalin hubungan bersama Anton.Laura dan Hasan mengangguk lalu mereka bertiga lanjut mengobrol.Zargie meminta pembantu yang di rumah untuk membukakan pintu ruang kerja Anton, karena Zargie masih sangat pendek dan kenop pintunya sangat tinggi bagi Zargie."Terimakasih Bibi, sudah membantu Zargie." Zargie tersenyum kepada Bibi."Sama-sama Tuan muda." jawab Bibi membalas senyuman majikan kecilnya yang sangat tampan dan menggemaskan.Zargie masuk ke dalam ruang kerja Papa nya dan menutup pintunya dengan cara di dorong.Anton yang mendengar suara pintu ruang kerjanya di buka dan di tutup, langsung menatap ke arah pintu. Anton tersenyum saat melihat jagoan nya yang masuk ke dalam ruang kerjanya."Eh anak Papa, tumben kemari, Sayang?" tanya Anton melihat anak kesayangan nya berjalan ke arah nya."Iya Papa, aku ingin memberitahu sesuatu kepada Papa." Zargie yang sudah sampai di depan Anton yang sedang duduk di kursi kerjanya.Anton tersenyum lalu mengangkat tubuh kecil Zargie, Anton mendudukkan Zargie di pangkuan nya."Memberitahu apa, Sayang? Itu apa yang kamu bawa?" tanya Anton lagi dan menunjuk ke paper bag yang Zargie pegang."Ini mainan Papa, ini dari Tante Agatha." jawab Zargie."Sayang, jika kamu ingin mainan baru, kan kamu bisa minta sama Papa, Papa pasti akan langsung membelikan nya untukmu." Anton mengusap rambut Zargie."Iya Papa. Namun, ini aku tidak minta kepada Tante Agatha, dia yang memberikan nya kepadaku, apa aku salah menerima nya, Pa??" tanya Zargie menatap Anton dengan mata bulat dan bola mata yang bening."Kamu tidak salah, Sayang, Papa hanya memberitahu mu saja, jika kamu ingin mainan baru, kamu katakan saja kepada Papa ya, Sayang." pinta Anton, dan bicara dengan nada lembut kepada Zargie."Baiklah, Papa." jawab Zargie sembari mengangguk-anggukkan kepalanya."Sekarang ayo kita buka mainan nya." ajak Anton."Yeay... asik." Zargie bersorak kegirangan.Anton tertawa lalu membuka paper bag nya, Zargie melihat Anton membuka bungkusnya, karena mainan nya di bungkus seperti kado. "Wah... pesawat-pesawatan, ini yang memakai remote ya, Pa?" tanya Zargie."Iya, Sayang, ini remote nya, sebentar Papa masukan baterai nya terlebih dahulu." Anton membuka tutup untuk memasukkan batu baterai Setelah tutupnya berhasil di buka, Anton memasukkan batu baterai satu persatu. Isi batu baterai nya ada tiga buah, setelah ketiga batu baterainya terpasang dengan benar, Anton mengambil tutupnya dan menutup kembali. Anton mulai mencoba pesawat nya terlebih dahulu, takut tidak menyala, dan pesawat menyala lalu terbang, pesawat terbang menyusuri ruangan kerjanya. "Wah... sangat bagus, keren, Papa, aku sangat menyukai nya." Zargie bertepuk tangan karena merasa senang memiliki pesawat dengan remote kontrol.Anton tersenyum lalu melihat ke arah jam yang ada di dinding ruangan. "Sekarang waktunya kita menonton tv bersama Kakek dan Nenek, ayo kita ke raung tengah, main pesawat nya nanti lagi di halaman belakang, supaya kamu bisa leluasa." jelas Anton."Oke, Papa, sambil menunggu Mama pulang kan, Pa." jawab Zargie menatap Papa nya.Wajah Anton yang tadinya tersenyum berubah menjadi sedih. Namun, demi buah hatinya, Anton berusaha tersenyum."Iya, Sayang, kita akan menunggu Mama pulang." Anton meletakan remote kontrol pesawat mainan Zargie di meja kerjanya.Anton berdiri lalu menggendong Zargie, Anton keluar ruang kerjanya dan berjalan menuju ruang tengah. Setelah sampai di ruang tengah, Anton duduk di sofa dan di sebelah Agatha, Anton mendudukkan Zargie di pangkuan nya."Bagaimana? Sayang, kamu menyukai mainan nya?" tanya Agatha mengusap pipi Zargie."Sangat suka, Tante." jawab Zargie tersenyum kepada Agatha."Alhamdulillah, jika kamu menyukainya, Sayang, jika ingin mainan atau apapun itu, jangan sungkan-sungkan minta kepada Tante ya, Sayang, anggap saja Tante Mama kamu." Agatha mencium pipi Zargie."Iya, Tante. Namun, Mama aku hanya satu, Mama Rani, dan Mama ku hanya Mama Rani. Aku tidak ingin mempunyai Mama lagi." jawab Zargie.Semua yang ada di ruang tengah sangat terkejut mendengar jawaban dari Zargie, terutama Anton."Kamu tidak perlu repot-repot. Agatha, saya masih sangat mampu membelikan anak saya mainan." Anton menatap Agatha dengan tatapan datar."Iya Mas, aku mengerti. Namun, tidak ada salahnya kan aku berkata seperti itu?" Agatha dengan beraninya bertanya seperti itu kepada Anton."Sebenarnya ada salahan nya, kamu tidak akan bisa menggantikan posisi Rani di hati Zargie." Anton mengusap-usap rambut Zargie dengan penuh kasih sayang."Iya, Mas." jawab Agatha dengan senyuman."Bibi... tolong kemari!" teriak Anton karena takut Bibi tidak mendengar dirinya memanggil.Tidak membutuhkan waktu lama Bibi datang."Iya Tuan, ada apa?" tanya Bibi."Tolong ajak Zargie bermain pesawat terbang di halaman belakang, pesawat sama remote kontrol nya ada di meja kerja saya." jelas Anton."Baik, Tuan, ayo Tuan muda kita bermain." ajak Bibi."Asik... ayo Bibi." Zargie langsung turun dari pangkuan Anton dan lari ke arah Bibi. Agatha merapatkan duduknya untuk lebih dekat dengan Anton, sedangkan Anton hanya bisa saja.Bersambung.Anton menatap Agatha dengan tatapan bingung."Kenapa kamu merapatkan tubuhmu ke tubuh saya? Perasaan di sebelahmu itu masih luas." Anton menatap Agatha."Anton, biarkan saja Agatha duduk lebih dekat denganmu, dia kan sedang merindukanmu." Laura menatap Anton."Ma, aku ini masih mempunyai istri." jawab Anton menatap Laura."Istri kamu itu sudah tidak ada di sini, Anton, dia itu mengkhianati dirimu, dia sudah menyakitimu, sadarlah, Anton, jangan bodoh karena cinta." Laura merasa marah dengan anaknya."Ah jadi mereka beneran akan bercerai, ini peluang yang sangat bagus untuk aku kembali bersama Mas Anton." batin Agatha."Sudah jangan bertengkar, jangan sampai Zargie mengetahui kedua orang tua nya akan berpisah, dia masih kecil." Hasan mengakhiri pertengkaran antara ibu dan anak."Maaf, jika Mas Anton tidak nyaman dengan keberadaan ku." Agatha mengusap lengan kekar milik Anton."Agatha, tolong menjauhkan duduk mu dari saya, jangan seperti ini." Anton merasa risih dengan Agatha yang duduk
Setelah melihat Zargie sudah tertidur lumayan lama. Dan memastikan jika sang putra sudah larut dalam mimpinya. Anton pun turun dari ranjang secara perlahan, karena takut Zargie terganggu dan terbangun"Papa keluar dulu ya, Sayang, bobo yang nyenyak jagoan Papa." Anton mencium kening buah hatinya lagi terus berjalan ke arah pintu.Dia berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya. Dia keluar dari kamar anaknya. Tidak lupa dia menutup kembali pintu kamar secara perlahan.Dia berjalan ke arah ruang kerjanya, pas Anton akan membuka pintu ruang kerjanya, tiba-tiba tangan nya di tahan oleh Agatha."Ada apa?" tanya Anton."Aku ingin bicara dengan Mas. Hanya empat mata." jawab Agatha."Saya sibuk, Agatha, pekerjaan saya menumpuk, lain kali saja ya." Anton melepaskan tangan Agatha yang memegang pergelangan tangan nya.Anton membuka pintu ruang kerjanya dan masuk ke dalam, dia langsung mengunci pintunya, karena risih jika dia sedang fokus kerja ada orang yang masuk, Kecuali Rani, dia selalu mint
"Ini Bu, belanjaan nya, totalnya 45 ribu." Rani memberikan kantung plastik ukuran sedang isi belanjaan kepada Ibu yang memakai pakaian hitam."Ini uangnya, Mba." Ibu yang memakai pakaian hitam menyodorkan uang 50 ribu.Rani mengambil uangnya dan mengambil kembalian nya."Ini Bu, kembalian nya, terimakasih." Rani tersenyum."Sama-sama, Mba Rani." jawab Ibu memakai pakaian hitam sembari mengambil uang kembalian nya.Tinggal satu pelanggan Rani yang masih memilih sayuran."Sawi putih nya satu kilo ya, Mba." Ibu yang memakai pakaian tidur."Sebentar ya Bu, saya timbang dulu." jawab Rani.Ibu itu mengangguk dan menunggu Rani menimbang sawi putihnya, setelah menimbang sawi putihnya, dia memasukan ke kantung plastik, dia juga memasukkan beberapa belanjaan yang sudah di pilih Ibu yang memakai pakaian tidur ini."Totalnya berapa, Mba?" tanya Ibu yang memakai pakaian tidur itu."Semuanya 28 ribu, Bu." jawab Rani.Ibu yang memakai pakaian tidur itu memberikan uang 30 ribu kepada Rani, lalu Rani
Rani mengambil ipad anaknya yang ada di meja."Ini ipad nya hampir ketinggalan." Rani memberikan ipad nya kepada anaknya."Eh iya, untung saja tidak ketinggalan, terimakasih, Mama." Zargie mencium pipi Mama nya."Sama-sama, Sayang, sebentar ya." Rani merogoh saku celana pendeknya. Dia mengambil uang 200 ribu lalu memasukkan ke saku bagian dada sebelah kanan seragam sekolah buah hatinya."Untuk jajan jagoan Mama, maaf ya, Mama hanya bisa memberikan kamu uang jajan segitu saja." Rani mengusap rambut buah hatinya."Rani, ambil kembali uang itu, simpan uangnya, jika kamu membutuhkan uang, katakan saja kepada Mas." Anton menatap istrinya dengan tatapan sendu."Tidak perlu, Tuan, saya masih sanggup mencari uang sendiri." Rani menatap datar kearah sang suami.Lagi-lagi pria itu sangat terkejut dengan jawaban istri nya, dan dia tidak menyangka, jika wanita yang sangat dia cintai, tetap memanggilnya Tuan, bukan Mas."Baiklah, jika itu keinginanmu. Namun, saya juga akan tetap memaksa untuk mem
Anton menatap orang yang menepuk bahunya barusan dengan tatapan datar."Tante Agatha." Zargie menatap orang yang ada di belakang Papanya.Iya, yang .menepuk bahu Anton adalah Agatha. Entah kenapa setan ini terus saja mengganggu pria ini dan anaknya."Halo Sayang." wanita itu duduk di salah satu kursi lalu mengusap rambut anak itu dengan lembut."Tante sedang apa ada di sini?" tanya Zargie."Tante baru selesai meeting dengan client, Sayang, sekalian akan makan siang, saat Tante hendak memesan makanan, Tante melihat ada kamu dan Papa kamu, jadi Tante datang menghampiri meja kalian." jelas nya yang masih mengusap-usap rambut anak mantan kekasihnya."Ah begitu, ayo makan siang bersama kami, Tante." ajak Zargie.Agatha menatap Anton yang sedang makan, wanita yang memakai setelan jas disain ternama itu tersenyum kepada anak itu."Bagaimana Mas? Apa aku boleh makan siang bersama kalian?" tanyanya kepada pria itu.Dia sengaja bertanya kepada Anton, karena takut pria yang masih dia cintai
"Iya, Papa, aku mulai merasa mengantuk." jawab Zargie yang mulai memejamkan matanya.Pria itu terkekeh melihat tingkah menggemaskan anaknya."Dia sangat mirip seperti Mama nya, jika merasa kenyang. Pasti akan sangat mengantuk." gumamnya yang fokus menyetir.Zargie sudah terlelap ke alam mimpi, tidak membutuhkan waktu lama mereka sudah sampai di rumah. Pria itu memasukkan mobilnya ke garasi. "Akhirnya sampai juga." gumamnya mematikan mesin mobilnyaPria itu membuka sabuk pengaman nya dan keluar dari mobil, dia berjalan ke arah pintu mobil bagian depan, tempat anaknya duduk, dia membuka pintunya perlahan dan memasukkan setengah tubuhnya kedalam mobil, lalu dia menggendong tubuh anaknya perlahan. Karena dia merasa takut anaknya akan terbangun, perlahan pria itu keluar dari mobil sembari memegang kepala anaknya, karena dia takut kepala anaknya terbentur atap mobil."Kamu tidurnya nyenyak sekali setelah bertemu dengan Mamamu." gumam Anton menatap wajah anaknya yang sangat damai saat terti
Tidak terasa sudah jam 6 sore lebih 15 menit, Maudy dan Zargie masih belajar sembari bermain. Sedangkan Anton sedang berada di dalam kamar nya."Rani, kamu sedang apa, Sayang, Mas sangat merindukanmu. Apa kamu sudah mandi atau belum." Anton mengambil bingkai foto pernikahannya dengan sang istri yang terletak di meja rias wanita yang pria itu cintai dan sayangi.Make up, skincare, body lotion, dan peralatan Rani untuk merias wajahnya masih tersusun rapi di meja rias, wanita itu tidak membawa semua itu, karena itu semua suaminya yang membelinya."Kamu sangat cantik, kecantikanmu sangat alami sayang, tanpa kamu merias wajahmu, kamu sudah sangat cantik. Mas takut jika Kenzo masih menyukaimu, apalagi sekarang kita sudah bercerai, pasti ini peluang yang sangat bagus untuk Kenzo mendekati dirimu, di tambah anak-anak Kenzo memang menyukaimu, karena sifatmu dan perlakuanmu yang begitu baik kepada semua orang." gumam Anton mengusap wajah wanita yang sudah menjadi mantan istrinya itu yang ada di
Keluarga Watson sedang makan malam bersama, Anton menatap anaknya yang sedang makan dengan lahap. "Perlahan saja, Sayang, nanti kamu tersedak." pintanya kepada sang anak."Aku sangat lapar Pa, maka dari itu aku makan dengan lahap." jawab anak itu dengan mulut penuh."Hahaha, cucu kesayangan Kakek sangat menggemaskan, setelah makan malam, kita akan bermain kembang api." jelas Hasan."Sungguh? Asik... boleh ya, Pa, jika aku bermain kembang api bersama Kakek?" Zargie meminta izin terlebih dahulu kepada Papanya."Tentu saja boleh. Namun, harus hati-hati ya, Sayang." pintanya kepada sang anak."Siap Papa, aku akan berhati-hati bermain kembang apinya." jawab Zargie dengan wajah yang sangat ceria."Sudah-sudah, lanjutkan saja makan malam kalian, dan untuk cucu kesayangan Nenek, kamu ingin nambah lagi sosis nya?" tanya wanita tua itu kepada cucu kesayangannya."Tidak Nenek, aku sudah mulai kenyang." jawabnya.Laura mengangguk, dan mereka melanjutkan makan malam bersama nya. Pria itu makan ti