Anton menatap Agatha dengan tatapan bingung.
"Kenapa kamu merapatkan tubuhmu ke tubuh saya? Perasaan di sebelahmu itu masih luas." Anton menatap Agatha."Anton, biarkan saja Agatha duduk lebih dekat denganmu, dia kan sedang merindukanmu." Laura menatap Anton."Ma, aku ini masih mempunyai istri." jawab Anton menatap Laura."Istri kamu itu sudah tidak ada di sini, Anton, dia itu mengkhianati dirimu, dia sudah menyakitimu, sadarlah, Anton, jangan bodoh karena cinta." Laura merasa marah dengan anaknya."Ah jadi mereka beneran akan bercerai, ini peluang yang sangat bagus untuk aku kembali bersama Mas Anton." batin Agatha."Sudah jangan bertengkar, jangan sampai Zargie mengetahui kedua orang tua nya akan berpisah, dia masih kecil." Hasan mengakhiri pertengkaran antara ibu dan anak."Maaf, jika Mas Anton tidak nyaman dengan keberadaan ku." Agatha mengusap lengan kekar milik Anton."Agatha, tolong menjauhkan duduk mu dari saya, jangan seperti ini." Anton merasa risih dengan Agatha yang duduk sangat dekat dengan dirinya dan mengusap lengan nya."Iya Mas, sekali lagi aku minta maaf ya." Agatha duduk menjauh dari Anton.Anton tidak menjawab Agatha, dia memfokuskan pandangan nya ke tv, Agatha terus memerhatikan Anton."Sepertinya aku harus memiliki banyak kesabaran untuk menghadapi sikap Mas Anton, dia sudah tidak tertarik lagi denganku, padahal dulu, Mas Anton sangat manja kepadaku. Tapi sekarang apa? Dia sangat dingin kepadaku." batin Agatha."Ini sudah jam makan siang, ayo kita makan siang, Agatha, kamu panggil Zargie untuk makan siang ya." pinta Hasan."Baik, Om." jawab Agatha tersenyum kepada Hasan.Agatha berdiri dan berjalan ke arah halaman belakang untuk memanggil Zargie yang sedang bermain pesawat terbang dengan Bibi."Ayo kita ke ruang makan untuk makan siang bersama, dan kamu, Anton, tolong hargai Agatha, awas saja jika kamu menyinggung perasaan nya." ancam Laura menatap Anton dengan tatapan tajam.Anton tidak menjawab Laura, mereka bertiga berdiri dan berjalan ke arah ruang makan, sedangkan Agatha baru saja sampai di halaman belakang. Agatha tersenyum melihat Zargie yang sedang bermain pesawat yang dia belikan untuknya."Zargie, ayo kita makan siang terlebih dahulu, nanti lanjut main lagi." Agatha mendekati Zargie."Baik Tante. Namun, aku sedang menunggu Mama pulang dari pasar." jawab Zargie menurunkan pesawat yang terbang."Kita menunggu Mama kamu di ruang makan ya, Kakek, Nene, dan Papamu sudah ada di ruang makan. Mereka sedang menunggu mu." jeas Agatha menggendong tubuh Zargie."Baiklah Tante, ayo kita ke ruang makan. Siapa tau Mama sudah ada di sana." ajak Zargie.Agatha mengangguk sembari tersenyum, Agatha berjalan masuk ke dalam rumah dan menuju ke ruang makan. Sesampainya di ruang makan. Agatha menurunkan perlahan tubuh kecil Zargie."Sayang, kemari lah, duduk di sebelah Papa." pinta Anton."Baik, Papa." jawab Zargie lalu berjalan ke arah Anton.Setelah sampai di sebelah Anton, tubuh Zargie di angkat sama Anton lalu mendudukkan Zargie dengan perlahan di atas kursi sebelah nya."Aku ambilkan ya, Mas, makanan nya." tawar Agatha sembari tersenyum kearah Anton."Saya bisa mengambil sendiri, Agatha, kamu duduk dan makan saja." Anton berdiri dan mengambilkan makanan untuk anaknya terlebih dahulu."Kamu ingin pakai lauk apa, Sayang?" tanya Anton kepada Zargie."Nugget sama sayur kol saja, Papa." jawab Zargie."Tidak dengan ayam goreng? Ini enak loh, Sayang, kesukaan kamu juga." Laura menatap cucu kesayangan nya."Tidak ingin, aku hanya ingin makan dengan itu saja." jawab Zargie."Baiklah, jagoan Papa." Anton mengambilkan nugget dan sayur kol yang Zargie minta."Ini, Sayang, habiskan ya. Jika tidak habis nanti makanan nya akan menangis." Anton meletakkan piring isi makanan Zargie di hadapan Zargie."Memangnya makanan bisa menangis, Pa?" tanya Zargie mantap Anton dengan tatapan polosnya."Tentu saja bisa, Sayang. Kan mereka sedih jika dia tidak di habiskan sama kamu." jawab Agatha sembari mengusap rambut Zargie."Owh begitu, baiklah aku akan menghabiskan makanan nya supaya mereka tidak merasa sedih terus menangis." jawab Zargie."Cucu Kakek sangat pintar, jangan lupa membaca doa terlebih dahulu ya, Sayang." pinta Hasan.Zargie mengangguk lalu mulai membaca doa sebelum makan. Laura berdiri dan mengambilkan makanan untuk Hasan suaminya, Anton juga mengambil makanan untuk dirinya sendiri."Anto, biarkan Agatha yang mengambilkan makanan untukmu." Laura."Tidak perlu, Ma, aku bisa mengambil makanan sendiri, kamu makan saja, Agatha." Anton menatap Agatha dengan tatapan datar."Iya Mas." jawab Agatha sembari tersenyum kepada Anton. Tidak ada balasan senyum dari Antln, Agatha berdiri dan mengambil makanan untuk dirinya sendiri."Papa, kenapa Mama belum juga pulang, ini kan jam makan siang. Apa Mama sudah makan?" tanya Zargie menatap Anton.Tidak ada jawaban dari Anton, Anton menatap Zargie dengan tatapan sendu, Laura paham jika Anton tidak sanggup menjawab pertanyaan Zargie."Sayang, Mama kan sedang ke pasar, pasti dia sudah makan, atau mungkin sedang makan siang di sana." jawab Laura tersenyum."Kenapa sangat lama, kan belanjanya tidak terlalu banyak." jawab Zargie menatap Laura."Banyak, Sayang, maka dari itu Mamamu lama." jawab Hasan."Sekarang habiskan makananmu setelah itu tidur siang ya." pinta Anton."Baiklah, tidur dengan Papa ya,, di temani Papa." Zargie menatap Anton."Iya, Sayang, Papa akan menemanimu sampai kamu tertidur." jawab Anton mengusap rambut Zargie sembari tersenyum.Mereka melanjutkan makan siang dengan tenang, tidak ada yang berbicara, mereka semua fokus dengan makan siang yang sedang mereka santap.10 menit kemudian, mereka sudah selesai makan siang, Anton berdiri dari duduk nya dan menggendong tubuh kecil Zargie."Dadah Kakek, dadah Nenek, aku akan tidur siang bersama Papa." Zargie melambaikan tangan ke arah Laura dan Hasan."Dadah, Sayang, bobo yang nyenyak ya, jangan lupa membaca doa sebelum tidur. " pinta Laura sembari membalas lambaian tangan Zargie."Siap Nenek." jawab Zargie.Anton keluar dari ruang makan dan menuju ke kamar Zargie yang ada di lantai satu, Anton sengaja meletakan kamar Zargie di lantai satu. Karena jika kamar Zargie ada di lantai dua itu akan sangat berbahaya, karena jika menuruni anak tangga atau ke balkon kan ya pasti berbahaya, takut ada kejadian yang tidak diinginkan, lebih baik mencegah daripada mengobati. Anton membuka pintu kamar Zargie lalu masuk kedalam, tidak lupa juga menutup kembali pintunya, Anton berjalan ke arah ranjang Zargie, perlahan Anton menidurkan tubuh Zargie di atas kasur."Nah, sekarang bobo siang ya, Sayang. Papa akan menemanimu sampai tertidur." Anton tiduran di samping Zargie lalu memeluk tubuh Zargie."Iya Papa. Namun, jika Mama sudah pulang, Papa harus membangunkan ku ya, karena aku sangat merindukan Mama." jawab Zargie.Hati Anton rasanya sangat tidak tarian mendengar jawaban dari anak tunggalnya ini. Namun, Anton berusaha tersenyum."Iya, Sayang, jika Mama sudah pulang, Papa akan langsung membangunkan mu." Anton mengusap pelan punggung Zargie lalu menepuk nepuk pelan pantat Zargie.Zargie mengangguk, mata Zargie mulai menutup, tidak membutuhkan waktu lama Zargie sudah terlelap. Atom mencium kening Zargie lalu menaikkan selimut sampai dada Zargie, karena suhu AC di kamar Zargie lumayan dingin."Maafkan Papa ya nak, Papa dan Mama akan berpisah. Namun, Papa janji kepadamu, Papa tidak akan melarang mu untuk bertemu dengan Mama. Namun, jika kamu meminta untuk bertemu dengan Mama setiap hari Papa tidak akan mengizinkan nya, Papa hanya mengizinkanmu bertemu dengan Mama satu minggu dua kali saja." Anton menatap Zargie yang sudah terlelap tidur.Sedangkan di dapur, Agatha sedang mencuci piring bekas dia dan keluarga Watson makan, Bibi mendekat ke arah Agatha."Nyonya, sudah jangan di cuci, biar saya saja yang mencucinya." Bibi merasa tidak enak kepada Agatha."Tidak Bi, ini sudah menjadi kebiasaan saya setelah makan, Bibi melakukan hal lain saja." jawab Agatha sembari tersenyum.Laura yang baru saja masuk ke dapur tersenyum mendengar jawaban Agatha."Kamu memang menantu idaman, Agatha, sudah cantik, baik, penyayang sama anak kecil, rajin pula, jika Anton tidak menikahi mu, itu sangat-sangat rugi, kamu juga menjadi menantu idaman Tante." jelas Laura."Ah Tante ini berlebihan, aku hanya melakukan apa yang sudah biasa aku lakukan di Apartemen, Tante." Agatha meletakan perlahan piring yang sudah di cuci bersih ke rak piring."Sangar rajin, sekarang ayo kita menonton tv, Bibi... tolong buatkan kami jus mangga ya, dengan cemilan nya sekaligus." pinta Laura."Baik, Nyonya, saya akan segera menyiapkan nya." jawab Bibi.Laura mengangguk, Agatha mengelap tangan nya dengan tisu, lalu mereka berdua keluar dari dapur dan menuju ke ruang tengah."Aku akan menanyakan apa masalah Mas Anton dan istrinya yang akan berpisah." batin Agatha sembari duduk di sebelah Laura."Tante, boleh aku bertanya sesuatu kepadamu?" Agatha menatap Laura dengan tatapan serius."Tentu saja boleh, silakan." jawab Laura."Sebenarnya, apa masalah Mas Anton dan istrinya yang akan bercerai?" Agatha dengan nada lembut.Takut Laura tersinggung dengan pertanyaan nya, jika dia salah menggunakan nada bicara."Jadi begini, Tante akan menceritakan semua kepadamu, karena kamu juga sudah Tante anggap seperti keluarga, Anton dan Rani bercerai itu, karena Rani berkhianat kepada Anton, istilahnya ya selingkuh dari Anton, awalnya Rani mengelak, jika dirinya sudah mengkhianati Anton. Namun, bukti sudah jelas di pegang sama Anton untuk bukti di pengadilan nanti." jelas Laura."Bukti? Bukti apa, Tante?" tanya Agatha penasaran."Bukti berupa beberapa foto Rani yang telanjang dengan pria selingkuhan nya itu, kata Anton, itu tempatnya di ranjang hotel." Laura menatap Agatha."Ya ampun, itu sangat parah sekali, Tante, aku yakin 100%, Rani dan pria itu sudah melakukan hubungan intim, bukan aku menuduh atau memfitnah Rani, Tante. Namun, Tante pikir saja pakai logika, posisi telanjang, di atas ranjang hotel, tidak mungkin kan mereka tidak melakukan hal itu." jelas Agatha.Laura berpikir sejenak tentang apa yang Agatha jelaskan kepada dirinya."Benar juga yang kamu jelaskan, Agatha, tidak mungkin mereka tidak melakukan hubungan intim." jawab Laura.Agatha mengangguk-angguk, tidak lama Bibi datang ke ruang tengah dengan membawa nampan isi dua gelas jus mangga dan satu piring isi cemilan."Silakan di nikmati, Nyonya." Bibi meletakan satu persatu isi nampan di atas meja."Terimakasih, Bibi." Agatha tersenyum kepada Bibi."Sama-sama, Nyonya." jawab Bibi lalu keluar dari ruang tengah.Agatha dan Laura lun bersantai sembari menonton acara tv, Agatha merasa sangat senang, karena memiliki peluang yang sangat bagus untuk kembali mendekati Anton.Bersambung.Setelah melihat Zargie sudah tertidur lumayan lama. Dan memastikan jika sang putra sudah larut dalam mimpinya. Anton pun turun dari ranjang secara perlahan, karena takut Zargie terganggu dan terbangun"Papa keluar dulu ya, Sayang, bobo yang nyenyak jagoan Papa." Anton mencium kening buah hatinya lagi terus berjalan ke arah pintu.Dia berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya. Dia keluar dari kamar anaknya. Tidak lupa dia menutup kembali pintu kamar secara perlahan.Dia berjalan ke arah ruang kerjanya, pas Anton akan membuka pintu ruang kerjanya, tiba-tiba tangan nya di tahan oleh Agatha."Ada apa?" tanya Anton."Aku ingin bicara dengan Mas. Hanya empat mata." jawab Agatha."Saya sibuk, Agatha, pekerjaan saya menumpuk, lain kali saja ya." Anton melepaskan tangan Agatha yang memegang pergelangan tangan nya.Anton membuka pintu ruang kerjanya dan masuk ke dalam, dia langsung mengunci pintunya, karena risih jika dia sedang fokus kerja ada orang yang masuk, Kecuali Rani, dia selalu mint
"Ini Bu, belanjaan nya, totalnya 45 ribu." Rani memberikan kantung plastik ukuran sedang isi belanjaan kepada Ibu yang memakai pakaian hitam."Ini uangnya, Mba." Ibu yang memakai pakaian hitam menyodorkan uang 50 ribu.Rani mengambil uangnya dan mengambil kembalian nya."Ini Bu, kembalian nya, terimakasih." Rani tersenyum."Sama-sama, Mba Rani." jawab Ibu memakai pakaian hitam sembari mengambil uang kembalian nya.Tinggal satu pelanggan Rani yang masih memilih sayuran."Sawi putih nya satu kilo ya, Mba." Ibu yang memakai pakaian tidur."Sebentar ya Bu, saya timbang dulu." jawab Rani.Ibu itu mengangguk dan menunggu Rani menimbang sawi putihnya, setelah menimbang sawi putihnya, dia memasukan ke kantung plastik, dia juga memasukkan beberapa belanjaan yang sudah di pilih Ibu yang memakai pakaian tidur ini."Totalnya berapa, Mba?" tanya Ibu yang memakai pakaian tidur itu."Semuanya 28 ribu, Bu." jawab Rani.Ibu yang memakai pakaian tidur itu memberikan uang 30 ribu kepada Rani, lalu Rani
Rani mengambil ipad anaknya yang ada di meja."Ini ipad nya hampir ketinggalan." Rani memberikan ipad nya kepada anaknya."Eh iya, untung saja tidak ketinggalan, terimakasih, Mama." Zargie mencium pipi Mama nya."Sama-sama, Sayang, sebentar ya." Rani merogoh saku celana pendeknya. Dia mengambil uang 200 ribu lalu memasukkan ke saku bagian dada sebelah kanan seragam sekolah buah hatinya."Untuk jajan jagoan Mama, maaf ya, Mama hanya bisa memberikan kamu uang jajan segitu saja." Rani mengusap rambut buah hatinya."Rani, ambil kembali uang itu, simpan uangnya, jika kamu membutuhkan uang, katakan saja kepada Mas." Anton menatap istrinya dengan tatapan sendu."Tidak perlu, Tuan, saya masih sanggup mencari uang sendiri." Rani menatap datar kearah sang suami.Lagi-lagi pria itu sangat terkejut dengan jawaban istri nya, dan dia tidak menyangka, jika wanita yang sangat dia cintai, tetap memanggilnya Tuan, bukan Mas."Baiklah, jika itu keinginanmu. Namun, saya juga akan tetap memaksa untuk mem
Anton menatap orang yang menepuk bahunya barusan dengan tatapan datar."Tante Agatha." Zargie menatap orang yang ada di belakang Papanya.Iya, yang .menepuk bahu Anton adalah Agatha. Entah kenapa setan ini terus saja mengganggu pria ini dan anaknya."Halo Sayang." wanita itu duduk di salah satu kursi lalu mengusap rambut anak itu dengan lembut."Tante sedang apa ada di sini?" tanya Zargie."Tante baru selesai meeting dengan client, Sayang, sekalian akan makan siang, saat Tante hendak memesan makanan, Tante melihat ada kamu dan Papa kamu, jadi Tante datang menghampiri meja kalian." jelas nya yang masih mengusap-usap rambut anak mantan kekasihnya."Ah begitu, ayo makan siang bersama kami, Tante." ajak Zargie.Agatha menatap Anton yang sedang makan, wanita yang memakai setelan jas disain ternama itu tersenyum kepada anak itu."Bagaimana Mas? Apa aku boleh makan siang bersama kalian?" tanyanya kepada pria itu.Dia sengaja bertanya kepada Anton, karena takut pria yang masih dia cintai
"Iya, Papa, aku mulai merasa mengantuk." jawab Zargie yang mulai memejamkan matanya.Pria itu terkekeh melihat tingkah menggemaskan anaknya."Dia sangat mirip seperti Mama nya, jika merasa kenyang. Pasti akan sangat mengantuk." gumamnya yang fokus menyetir.Zargie sudah terlelap ke alam mimpi, tidak membutuhkan waktu lama mereka sudah sampai di rumah. Pria itu memasukkan mobilnya ke garasi. "Akhirnya sampai juga." gumamnya mematikan mesin mobilnyaPria itu membuka sabuk pengaman nya dan keluar dari mobil, dia berjalan ke arah pintu mobil bagian depan, tempat anaknya duduk, dia membuka pintunya perlahan dan memasukkan setengah tubuhnya kedalam mobil, lalu dia menggendong tubuh anaknya perlahan. Karena dia merasa takut anaknya akan terbangun, perlahan pria itu keluar dari mobil sembari memegang kepala anaknya, karena dia takut kepala anaknya terbentur atap mobil."Kamu tidurnya nyenyak sekali setelah bertemu dengan Mamamu." gumam Anton menatap wajah anaknya yang sangat damai saat terti
Tidak terasa sudah jam 6 sore lebih 15 menit, Maudy dan Zargie masih belajar sembari bermain. Sedangkan Anton sedang berada di dalam kamar nya."Rani, kamu sedang apa, Sayang, Mas sangat merindukanmu. Apa kamu sudah mandi atau belum." Anton mengambil bingkai foto pernikahannya dengan sang istri yang terletak di meja rias wanita yang pria itu cintai dan sayangi.Make up, skincare, body lotion, dan peralatan Rani untuk merias wajahnya masih tersusun rapi di meja rias, wanita itu tidak membawa semua itu, karena itu semua suaminya yang membelinya."Kamu sangat cantik, kecantikanmu sangat alami sayang, tanpa kamu merias wajahmu, kamu sudah sangat cantik. Mas takut jika Kenzo masih menyukaimu, apalagi sekarang kita sudah bercerai, pasti ini peluang yang sangat bagus untuk Kenzo mendekati dirimu, di tambah anak-anak Kenzo memang menyukaimu, karena sifatmu dan perlakuanmu yang begitu baik kepada semua orang." gumam Anton mengusap wajah wanita yang sudah menjadi mantan istrinya itu yang ada di
Keluarga Watson sedang makan malam bersama, Anton menatap anaknya yang sedang makan dengan lahap. "Perlahan saja, Sayang, nanti kamu tersedak." pintanya kepada sang anak."Aku sangat lapar Pa, maka dari itu aku makan dengan lahap." jawab anak itu dengan mulut penuh."Hahaha, cucu kesayangan Kakek sangat menggemaskan, setelah makan malam, kita akan bermain kembang api." jelas Hasan."Sungguh? Asik... boleh ya, Pa, jika aku bermain kembang api bersama Kakek?" Zargie meminta izin terlebih dahulu kepada Papanya."Tentu saja boleh. Namun, harus hati-hati ya, Sayang." pintanya kepada sang anak."Siap Papa, aku akan berhati-hati bermain kembang apinya." jawab Zargie dengan wajah yang sangat ceria."Sudah-sudah, lanjutkan saja makan malam kalian, dan untuk cucu kesayangan Nenek, kamu ingin nambah lagi sosis nya?" tanya wanita tua itu kepada cucu kesayangannya."Tidak Nenek, aku sudah mulai kenyang." jawabnya.Laura mengangguk, dan mereka melanjutkan makan malam bersama nya. Pria itu makan ti
Agatha keluar dari mobil dan masuk ke toko mainan, wanita itu berjalan ke arah mobil-mobilan sedan yang menggunakan remote kontrol."Postur tubuh nya seperti kenal. Siapa ya dia?" gumamnya bertanya-tanya saat melihat wanita yang dia kenali, tapi posisinya wanita itu membelakangi dirinya.Karena merasa penasaran, dia berjalan ke arah wanita itu dan berdiri di sebelah wanita itu. Agatha melihat wajahnya dari sebelah."Eh Rani." Agatha sangat terkejut saat melihat wanita itu adalah Rani.Merasa namanya terpanggil, dia menghadap ke sumber suara yang ada di sebelahnya."Mba Agatha. Sedang apa di sini?" tanyanya kepada wanita sembari tersenyum."Aku akan membeli mainan untuk calon anakku." jawab wanita itu membalas senyuman Rani."Calon anak? Mba sedang mengandung kah?" tanya Rani lagi.Rani dengan Agatha sedikit akrab. Namun, tidak terlalu akrab, dan dia memanggil Agatha Mba, karena Tua Agatha daripada dirinya."Tidak, aku sedang dekat dengan seorang pria yang sudah mempunyai anak. Dia dud
"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata Mbak Agatha sangat kejam. Ternyata kecurigaan ku ternyata benar, jika Duda anak satu yang dia maksud adalah Mas Anton." Rani masih sesenggukan.Wanita itu sudah berhenti menangis, hanya saja sesungguhnya masih ada. Rumah keluarga Watson benar-benar sangat sunyi, semua anggota keluarga sedang merasa sangat terkejut dengan kejadian beberapa puluh menit yang lalu.Malam harinya.Keluarga Watson sedang makan malam bersama, wajah mereka masih sangat datar. Termasuk Anton."Kenapa kalian diam saja?" tanya Zargie merasa heran."Kakak, Nenek dan Papa sedang merasa lelah, Sayang. Maka dari itu mereka diam saja." jelas Rani berbohong."Ah begitu. Apa Tante Agatha sudah pulang?" tanya Zargie lagi."Sudah, Sayang. Papa mimta kamu jangan bajas Tante Agatha lagi ya, dia bukan keluarga kita, tidak baik jika di bahas ataupun di cari." jelas Anton."Baiklah, Papa. Aku juga tidak terlalu suka dengan nya." jawab Zargie.Rani hanya tersenyum lalu semua orang kemb
"Jadi anda meragukan saya, Nona Agatha?" tanya Tirto menatap datar ke wanita yang duduk di hadapannya."Saya tidak berkata jika saya meragukan dirimu. Sekarang ke intinya saja, saya tidak memiliki banyak waktu." ucap Agatha."Baiklah. Jelaskan apa yang harus saya lakukan." jawab Tirto."Baiklah, dengarkan saya baik-baik. Jadi saya meminta kamu untuk melakukan hal seperti dulu, kita akan menculik kembali Rani dan membuat dirinya telanjang bulat seperti dulu, kamu juga begitu, bila perlu kamu masukan saja alat kelaminmu ke alat kelamin Rani, kapan lagi bukan kamu melakukan hal itu secara gratis, dengan wanita yang masih muda pula, terus nanti saya akan memvideo kegiatan kalian, saya akan mengirim video itu ke Mas Anton dengan nomor rahasiaku dulu untuk mengirim foto-foto kamu dan Rani saat di kamar hotel, saya tidak ingin rencana ini gagal, dan kamu harus membuat Mas Anton benar-benar membuang Rani, jika kedua orang tuanya sudah saya hasut, jadi tugas kamu itu saja." jelas Agatha."Itu
"Padahal sudah jam 4 sore yax Ran. Tapi mataharinya masih terik seerti jam 11 siang." ucap Agatha."Benar, Mbak. Ya namanya kuga musim kemarau, nanti jika sudah musim hujan pasti jam segini sudah hujan deras." jawab Rani."Benar sekali, dan pasti pakaian akan lama keringnya. Apalagi jika mengandalkan pengering dari mesin cuci." Agatha sembari menyuap seblak nya."Semoga saja saat musim hujan sudah datang, hujan nya malam-malam saja di atas jam 11 malam. Jangan siang-siang, supaya pakaian juga selalu kering." jelas Rani."Iya semoga saja begitu. Eh Zargie dimana? Dari tadi siang tidak kelihatan, semenjak kejadian Om Hasan dan Tante Laura menegurnya?" tanya Agatha."Dia sedang tidur siang bersama dengan Papanya. Mungkin sudah pada bangun." jawab Rani."Ah begitu. Aku juga akan menginap di sini beberapa hari, Tante Laura uang menyuruhku, entah ada apa." ucap Agatha."Benarkah? Mungkin supaya rumah ini lebih ramai saja." jawab Rani.Tidak ada jawaban dari Agatha. Kedua wanita itu melanjut
Rani sudah selesai pipis. Dia membuka pintu kamar mandinya, pintu kamar mandi ini tidak menimbulkan suara saat di buka."Itu Mbak Agatha sedang apa ya? Kok sedang mengaduk-aduk teh yang tadi aku buat." gumam Rani merasa sagat heran.Rani mendekat ke arah Agatha. Dia berdiri di sebelah kiri wanita licik itu."Mbak Agatha. Sedang apa?" tanya Rani.Agatha benar-benar sangat terkejut. Wanita itu gelagapan lalu berusaha mencari alasan yang masuk akal."Ah ini, Rani. Aku sedang membantu mengaduk-aduk teh nya, supaya gulanya lebih cepat larut." jawab Agatha."Ah begitu. Terima kasih ya, MBak." ucap Rani tersenyum kepada Agatha."Iya sama-sama, Rani." jawab Agatha membalas senyuman Rani.Wajah Agatha banyak keringatnya, wanita licik itu sangat geologi dan merasa takut. Takut Rani melihat aksinya yang memasukan beberapa sendok garam ke dalam teh yang tadi dia buat untuk Laura, tapi Rani tidak merasa curiga kepada wanita licik itu."Kenapa Mbak mengeluarkan garam?" tanya Rani saat melihat di sa
Rani benar-benar sangat bangga mempunyai anak seperti Zargie. Masih kecil saja anak itu mempunyai pikiran seperti itu."Iya, Sayang. Mama sangat percaya jika kamu akan menjadi anak yang sangat hebat di masa depan." jawab Rani mengusap-usap punggung anaknya dengan lembut.Zargie hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Setelah sampai di lantai dua, Rani langsung membawa Zargie kw kamarnya.Ceklek.Rani membuka pintu kamarnya, setelah itu dia masuk ke dalam, tidak lupa dia menutup kembali pintunya. Wanita itu masih menggendong Zargie, dia berjalan ke arah ranjang dan melihat suaminya yang sedang membaca koran di atas ranjang."Eh ada jagoan Papa datang. Kenapa di gendong, manja sekali." ucap Anton.Dengan perlahan Rani menurunkan tubuh Zargie ke atas kasur. Anton sangat terkejut saat melihat kedua mata buah hatinya membengkak."Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Anton sembari menarik Zargie ke dalam dekapan nya."Kakek dan Nenek menegur aku, Papa. Dan mereka menghina Mama dan memarahi Ma
"Bagaimana? Apa Agatha menerima tawaran Mama?" tanya Hasan."Iya, Pa. Agatha sedang bersiap-siap. Setelah itu dia akan datang kemari." jawab Laura."Baguslah. Sekarang buatkan Papa kopi buatan Mama." pinta Hasan.Wanita tua itu mengangguk lalu berdiri dari duduknya,dia berjalan ke arah dapur. Sedangkan di Anton dan Rani baru saja sampai di dalam kamar, pria itu menutup kencang pintunya lalu tanpa sadar dia mendorong Rani kencang ke arah sofa.Brakk!Kepala Rani terbentur sudut sofa. Tes.Tes.Tes.Darah keluar dari kening Rani yang terluka."Astagfirullahaladzim." gumam Rani pelan sembari memejamkan kedua matanya karena menahan sakit yang luar biasa di bagian keningnya yang terluka.Pria itu menatap ke arah Rani yang masih terduduk di lantai, dia sangat terkejut.lalu mendekat ke arah Rani."Astagfirullahaladzim, Rani. Maafkan Mas." ucap Anton yang sudah menyadari apa yang sudah diperbuat kepada istrinya itu."Tidak apa-apa kok, Mas. Jangan meminta maaf ya." jawab Rani dengan senyuman
"Pesan apa? Apa Mas sedang memesan sesuatu." tanya Rani"Bukan saya yang memesan. Tapi kamu yang memesan." jawab Anton."Perasaan aku tidak memesan apa-apa deh, Mas." ucap Rani."Kata Zargie kamu sedang memesan makanan 1 jam yang lalu." jawab Anton.Rani langsung mengingat jika dirinya berbohong kepada anaknya jika dirinya sedang memesan makanan. Dia juga harus berbohong kepada Anton juga tentu nya."Iya memang benar aku sedang memesan makanan 1 jam yang lalu. Tapi aku membatalkan pesanannya." jelas Rani."Kenapa dibatalkan? Bukan kah kamu belum makan malam?" tanya Anton."Ini sudah malam, Mas. Untung saja pesananku belum disiapkan, jadi aku batalkan saja, lagipula aku tidak lapar, aku hanya mengantuk." jawab Rani asal.Walaupun sebenarnya dia sangat lapar. Tapi dia juga merasa sangat mengantuk."Jika begitu tidur saja. Tapi sebelum tidur, kamu harus makan terlebih dahulu, saya sudah membelikan kamu makanan." jelas Anton sembari mengeluarkan bungkusan dari dalam kantong plastik yang t
Di rumah sakit.Rani sedang menyuapi Zargie makan. Sedangkan Anton belum sampai di rumah sakit."Kamu harus makan yang banyak ya, Sayang, supaya cepat sembuh. Setelah makan nanti minum obat " jelas Rani tersenyum kepada buah hatinya itu."Iya, Mama. Apa Mama sudah makan malam?" tanya Zargie."Belum, Sayang. Mama sedang memesan makanan dari luar, mungkin sebentar lagi datang." jawab Rani berbohong.Sebenarnya Rani tidak membawa uang, semua uang nya ada di rumah Kenzo. Wanita itu sebenarnya merasa sangat lapar, karena tidak makan dari siang, tapi dia berusaha menahan laparnya."Ah begitu, baiklah. Kenapa Papa sangat lama, Ma?" tanya Zargie lagi dengan mulut penuh isi makanan."Biarkan Papamu istirahat di rumah ga. Kan ada Mama yang menjaga kamu dan menemani kamu, Nak." jawab Rani tersenyum."Aku sangat menyayangi Mama." ucap Zargie."Mama juga sangat-sangat menyayangi kamu, Sayang." jawab Rani.Anak itu tersenyum senang, sebenarnya dia mencari Papanya hanya untuk melanjutkan rengekan ny
Tidak ada jawaban dari Anton. Pria itu benar-benar sangat bingung untuk menjawab perkataan buah hatinya. Zargie terus-terusan menangis sembari merengek meminta Papanya untuk kembali menyatu dengan Mamanya."Papa... aku mohon. Papa dan Mama kembali bersatu seperti dulu." ucap Zargie semakin kencang menangisnya."Sayang... sudah ya, jangan menangis terus. Kamu akan muntah jika terus-terusan menangis." Anton merasa semakin khawatir dengan keadaan Zargie.Anak itu akan mentah-mentah karena menangis terlalu lama. Maka dari itu Anton merasa sangat khawatir hal itu akan terjadi."Huwek.... huwek." Zargie muntah-muntahAnton yang menekan tombol di dinding dekat brankar Zargie. Tombol itu berfungsi untung memanggil Dokter."Zargie! Bentengi menangis, Sayang! Papa mohon!" teriak Anton.Pria itu berteriak karena sangat khawatir melihat anaknya terus-terusan muntah.Ceklek.Pintu kamar rawat Zargie terbuka. Datanglah dua Dokter, dan tiga Suster, mereka langsung mendekat ke arah brankar."Tolong a