Setelah melihat Zargie sudah tertidur lumayan lama. Dan memastikan jika sang putra sudah larut dalam mimpinya. Anton pun turun dari ranjang secara perlahan, karena takut Zargie terganggu dan terbangun
"Papa keluar dulu ya, Sayang, bobo yang nyenyak jagoan Papa." Anton mencium kening buah hatinya lagi terus berjalan ke arah pintu.Dia berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya. Dia keluar dari kamar anaknya. Tidak lupa dia menutup kembali pintu kamar secara perlahan.Dia berjalan ke arah ruang kerjanya, pas Anton akan membuka pintu ruang kerjanya, tiba-tiba tangan nya di tahan oleh Agatha."Ada apa?" tanya Anton."Aku ingin bicara dengan Mas. Hanya empat mata." jawab Agatha."Saya sibuk, Agatha, pekerjaan saya menumpuk, lain kali saja ya." Anton melepaskan tangan Agatha yang memegang pergelangan tangan nya.Anton membuka pintu ruang kerjanya dan masuk ke dalam, dia langsung mengunci pintunya, karena risih jika dia sedang fokus kerja ada orang yang masuk, Kecuali Rani, dia selalu minta di temani Rani pada saat dia bekerja di kantor ataupun di ruang kerjanya yang ada di rumah, karena menurut dirinya, Rani lah yang membuat dirinya semangat bekerja, dia berjalan ke kursi kerjanya lalu duduk, lalu membuka laptop dan menyalakan nya. Dia melihat bingkai foto Rani yang ada di atas meja kerja nya."Mas masih tidak percaya kamu melakukan ini kepada Mas, Sayang. Tapi bukti itu sangat jelas, jika kamu sudah mengkhianati Mas, kenapa kamu setega ini, Sayang, kenapa!" bentak nya sembari menatap foto istrinya yang tengah tersenyum.Sedangkan di tempat lain, Rani sedang menyapu halaman rumahnya yang penuh dengan dedaunan."Daun nya banyak sekali, aku sangat lelah." Rani berhenti menyapu sejenak.Dia berjalan ke arah teras dan mengambil botol minum nya, perlahan tutupnya di buka dan meminum airnya dengan perlahan, dia melihat ponselnya berdering, lalu dia mengambil ponselnya dan menatap siapa yang menelfon nya."Mas Anton? Ada apa dia menelfon ku, bukankah dia sudah mengusirku dan membuang ku." gumam nya merasa sangat heran kepada pria yang masih menjadi suami nya.Karena merasa penasaran, dia mengangkat telfon dari sang suami."Assalamualaikum, Mas." Rani membuka suara terlebih dahulu."Waalaikumsalam, Rani. Apa kamu sudah menemukan rumah?" tanya Anton."Sudah, Mas. Memangnya kenapa?" tanya balik dirinya."Kirim alamat rumah kamu ke Mas, karena beberapa hari lagi, Mas akan mengantarkan surat cerai untukmu." Anton dengan tubuh gemetar mengatakan itu kepada sang istri.Dia terdiam dan menjatuhkan sapu lidi yang sedang dia pegang, dia memejamkan mata menahan tangis."Mas beneran akan menceraikan ku?" tanya nya memastikan."Iya, Mas beneran akan menceraikan dirimu, Rani, memangnya kenapa?" tanya balik suaminya."Mas bertanya kenapa? Mas, aku tidak berkhianat, aku tidak selingkuh dari Mas." dia berusaha menjelaskan kepada suaminya, jika dirinya tidak menyelingkuhi nya."Kenapa kamu masih membela diri mu yang salah, Rani, sudah ada bukti kuat, kamu masih saja mengelak?" jawab suaminya dengan sedikit meninggikan nada suaranya."Itu bukan bukti, Mas, mungkin saja itu hanya editan dari orang yang akan menghancurkan rumah tangga kita." Rani mulai meneteskan air mata nya."Mas lebih mengerti mana yang editan mana yang bukan, Rani, dan foto itu asli, bukan editan." jawab Anton dengan sangat yakin, jika sang istri memang sudah berselingkuh dengan pria lain."Jika memang itu foto asli, pasti ada yang sengaja melakukan itu, Mas, dia berusaha merusak rumah tangga kita." air mata Rani mulai keluar.Rani tidak bisa menahan tangisnya saat berdebat dan berusaha menjelaskan kebenaran kepada sang suami. Namun, suaminya tidak percaya kepada dirinya."Rani, Mas menelfon mu hanya untuk menanyakan alamat rumahmu, bukan untuk mengajakmu berdebat." jawab Anton.Dia mengetahui jika istrinya sedang menangis, karena dia mendengar isakan tangis sang iatri."Aku tidak pernah mengajak Mas untuk berdebat, sama sekali tidak, Mas, aku hanya membela diriku yang tidak bersalah, jika memang itu benar, aku tidak akan membela diriku sendiri sampai menangis seperti ini, Mas." tangis Rani semakin menjadi-/adi.Dia masuk kedalam rumah dan menutup pintunya, dia masuk ke dalam kamar lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, dia takut jika dia menangis di ruang tamu, akan ada orang yang mendengar tangisan dan perdebatan dia bersama dengan suami nya di telfon."Kamu itu salah, Rani, jangan membela dirimu atas kesalahan yang kamu berbuat, Mas akan segera mengirim surat cerai kita, jaga dirimu baik-baik, Assalamualaikum." Anton langsung mematikan telfon nya secara sepihak.Jujur Anton tidak bisa mendengar istrinya menangis, karena dia tidak ingin mendengar orang yang dia cintai dan dia sayangi itu menangis, apalagi melihatnya, dia tidak akan sanggup.Rani menangis sejadi-jadinya di bawah bantal, meluapkan emosi nya, diq menangis di bawah bantal, supaya suaranya tidak sampai keluar rumah."Aku akan membuktikan bahwa aku tidak melakukan itu, Mas, aku akan menghadapkan orang yang merusak rumah tangga kita ke hadapan Mas." Rani meremas guling dengan kuat.Wanita itu terus menangis sesenggukan, dia tidak ingin bercerai dengan suaminya, karena dia sangat mencintai dan menyayangi suaminya itu, dan tidak ingin berjauhan dengan buah hatinya.Lama kelamaan dia terlelap, karena terlalu lelah menangis terus menerus.Hari berlalu dengan cepat, Rani sedang melayani beberapa Ibu-Ibu yang sedang berbelanja dagangan nya, wanita itu merasa sangat senang, karena dagangan nya selalu laris manis di serbu Ibu-Ibu di komplek rumah nya."Mba, ini cabai merah satu kilo berapa?" tanya Ibu yang memakai daster kuning kepada Rani."Satu kilo 55 ribu, Bu, entah kapan harga cabai turun, sayuran juga lumayan naik harganya." jelas Rani.Dia sudah mulai berdagang sayuran lima hari yang lalu, dia berdagang di depan rumah, supaya mempermudah pembeli juga."Benar sekali, Mba, saya sampai pusing membagi uang bulanan, belum suami memberikan uang bulanan yang pas-pasan." jawab Ibu yang memakai pakaian warna hitam."Jangan diam saja jika di beri uang bulanan pas-pasan, Bu, protes saja dengan suami, sepeti saya, jika di beri uang bulanan tidak cukup ya minta di tambahin, jika suami tidak nambahin uang bulanan, saya memerintah suami saya yang mengatur keuangan bulanan, supaya dia merasakan bagaimana pusingnya membagi uang jika di berikan uang bulanan yang sangat pas-pasan" jelas Ibu yang memakai daster kuning."Benar juga si. Supaya suami kita juga berfikir ya. Sekarang bahan makanan semuanya naik harga." Jawab Ibu memakai pakaian tidur.Rani tersenyum menyimak pembicaraan Ibu-Ibu yang berbelanja dagangan nya."Nah ini Bu, cabainya juga sudah saya tambahin satu ons, karena Ibu selalu belanja di tempat saya, padahal saya orang baru di lingkungan sini." Rani tersenyum lalu memberikan kantung plastik ukuran lumayan besar, karena isi belanjaan Ibu yang memakai daster kuning."Terimakasih, Mba Rani, kami senang belanja di sini, karena semua sayur dan lain nya itu masih bagus dan segar." jawab Ibu yang memakai daster kuning, sembari mengambil pastik isi belanjaan nya."Benar itu, tidak seperti warung sebelah sana yang menjual sayuran dan cabai yang sudah busuk, walaupun harganya murah. Namun, saya tidak ingin penyakitan dengan membeli bahan makanan yang murah dan sudah busuk, lebih baik mahal tapi kualitas aman dan keluarga sehat." jelas Ibu yang memakai pakaian tidur."Nah itu sangat benar Ibu-Ibu, saya selalu memilih bahan-bahan yang masih segar dan layak di konsumsi." jawab Rani sembari tersenyum.Karena dia juga tidak hanya mengambil keuntungan saja dam berdagang sayuran seperti ini, dia juga mengutamakan kesehatan semua orang, maka dari itu, dia membeli sayuran dan yang lain nya yang masih bagus dan segar."Saya sangat setuju, ini totalnya berapa, Mba?" tanya Ibu yang memakai daster kuning menunjuk ke kantung belanjaan nya."Semua jadi 85 ribu, Bu." jawab Rani.Ibu itu memberikan uang 100 ribu kepada Rani, dia mengambil uang nya dan membuka kaleng untuk meletakan uang, dia mengambil kembalian untuk Ibu yang memakai daster kuning."Ini Bu, kembalian nya, terimakasih." Rani menyodorkan uang kembalian kepada Ibu yang memakai daster kuning."Sama-sama, Mba, mari Ibu-Ibu.." Ibu yang memakai daster kuning itu mengambil kembalian dari tangan Rani lalu bicara kepada dua Ibu-Ibu yang masih sibuk memilih sayuran.Ibu-Ibu itu mengangguk lalu tersenyum.Ibu yang memakai daster kuning pergi dari depan rumah Rani, tiba-tiba ada mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti di halaman rumah Rani,Kedua Ibu-Ibu yang sedang memilih sayuran langsung menghentikan aktivitas nya, mereka menatap ke arah mobil sedan mewah yang berhenti di halaman rumah Rani, termasuk Rani juga menatap ke arah mobil tersebut.Pintu mobil pengemudi terbuka, Rani melihat suaminya keluar dari mobil, pria itu menutup pintu mobilnya lalu berjalan ke arah pintu mobil bagian depan di sebelah pengemudi, Anton membuka pintu mobil dan menurunkan anak kecil yang baru berusia 3 tahun itu dengan perlahan."Mama!" teriak anak kecil itu sembari berlari ke arah wanita yang dia sebut Mama.Sungguh Rani sangat senang melihat suaminya datang bersama anaknya, wanita itu langsung berjongkok dan merentangkan kedua tangannya, Zargie langsung masuk kedalam pelukan Rani, wanita itu membalas pelukan putra kesayangannya."Jagoan Mama datang." Rani menahan air mata nya."Sayang, sebentar ya, Mama sedang ada pembeli, kamu masuk ke dalam saja, ajak Papa masuk ya." pinta Rani melepas perlahan pelukan nya dari tubuh sang anak."Siap Ma, Papa, ayo masuk." ajak Zargie menatap Papa nya yang masih berdiri menatap sekitar rumah Mamanya."Iya, Sayang, ayo." jawab Anton.Zargie dan Anton masuk kedalam rumah Ran, mereka duduk di kursi kayu di ruang tamu. "Mba, itu suami dan anak mu?" tanya Ibu yang memakai pakaian hitam."Iya Bu, itu anak dan suami saya, kami akan berpisah, maka dari itu kami pisah rumah." jawab Rani mulai menghitung belanjaan Ibu yang memakai pakaian hitam."Kenapa pisah, Mba, sepertinya suami kamu sangat kaya raya." tanya Ibu yang memakai pakaian tidur.Rani hanya tersenyum dan menahan air mata nya untuk tidak keluar dari kedua matanya.Bersambung."Ini Bu, belanjaan nya, totalnya 45 ribu." Rani memberikan kantung plastik ukuran sedang isi belanjaan kepada Ibu yang memakai pakaian hitam."Ini uangnya, Mba." Ibu yang memakai pakaian hitam menyodorkan uang 50 ribu.Rani mengambil uangnya dan mengambil kembalian nya."Ini Bu, kembalian nya, terimakasih." Rani tersenyum."Sama-sama, Mba Rani." jawab Ibu memakai pakaian hitam sembari mengambil uang kembalian nya.Tinggal satu pelanggan Rani yang masih memilih sayuran."Sawi putih nya satu kilo ya, Mba." Ibu yang memakai pakaian tidur."Sebentar ya Bu, saya timbang dulu." jawab Rani.Ibu itu mengangguk dan menunggu Rani menimbang sawi putihnya, setelah menimbang sawi putihnya, dia memasukan ke kantung plastik, dia juga memasukkan beberapa belanjaan yang sudah di pilih Ibu yang memakai pakaian tidur ini."Totalnya berapa, Mba?" tanya Ibu yang memakai pakaian tidur itu."Semuanya 28 ribu, Bu." jawab Rani.Ibu yang memakai pakaian tidur itu memberikan uang 30 ribu kepada Rani, lalu Rani
Rani mengambil ipad anaknya yang ada di meja."Ini ipad nya hampir ketinggalan." Rani memberikan ipad nya kepada anaknya."Eh iya, untung saja tidak ketinggalan, terimakasih, Mama." Zargie mencium pipi Mama nya."Sama-sama, Sayang, sebentar ya." Rani merogoh saku celana pendeknya. Dia mengambil uang 200 ribu lalu memasukkan ke saku bagian dada sebelah kanan seragam sekolah buah hatinya."Untuk jajan jagoan Mama, maaf ya, Mama hanya bisa memberikan kamu uang jajan segitu saja." Rani mengusap rambut buah hatinya."Rani, ambil kembali uang itu, simpan uangnya, jika kamu membutuhkan uang, katakan saja kepada Mas." Anton menatap istrinya dengan tatapan sendu."Tidak perlu, Tuan, saya masih sanggup mencari uang sendiri." Rani menatap datar kearah sang suami.Lagi-lagi pria itu sangat terkejut dengan jawaban istri nya, dan dia tidak menyangka, jika wanita yang sangat dia cintai, tetap memanggilnya Tuan, bukan Mas."Baiklah, jika itu keinginanmu. Namun, saya juga akan tetap memaksa untuk mem
Anton menatap orang yang menepuk bahunya barusan dengan tatapan datar."Tante Agatha." Zargie menatap orang yang ada di belakang Papanya.Iya, yang .menepuk bahu Anton adalah Agatha. Entah kenapa setan ini terus saja mengganggu pria ini dan anaknya."Halo Sayang." wanita itu duduk di salah satu kursi lalu mengusap rambut anak itu dengan lembut."Tante sedang apa ada di sini?" tanya Zargie."Tante baru selesai meeting dengan client, Sayang, sekalian akan makan siang, saat Tante hendak memesan makanan, Tante melihat ada kamu dan Papa kamu, jadi Tante datang menghampiri meja kalian." jelas nya yang masih mengusap-usap rambut anak mantan kekasihnya."Ah begitu, ayo makan siang bersama kami, Tante." ajak Zargie.Agatha menatap Anton yang sedang makan, wanita yang memakai setelan jas disain ternama itu tersenyum kepada anak itu."Bagaimana Mas? Apa aku boleh makan siang bersama kalian?" tanyanya kepada pria itu.Dia sengaja bertanya kepada Anton, karena takut pria yang masih dia cintai
"Iya, Papa, aku mulai merasa mengantuk." jawab Zargie yang mulai memejamkan matanya.Pria itu terkekeh melihat tingkah menggemaskan anaknya."Dia sangat mirip seperti Mama nya, jika merasa kenyang. Pasti akan sangat mengantuk." gumamnya yang fokus menyetir.Zargie sudah terlelap ke alam mimpi, tidak membutuhkan waktu lama mereka sudah sampai di rumah. Pria itu memasukkan mobilnya ke garasi. "Akhirnya sampai juga." gumamnya mematikan mesin mobilnyaPria itu membuka sabuk pengaman nya dan keluar dari mobil, dia berjalan ke arah pintu mobil bagian depan, tempat anaknya duduk, dia membuka pintunya perlahan dan memasukkan setengah tubuhnya kedalam mobil, lalu dia menggendong tubuh anaknya perlahan. Karena dia merasa takut anaknya akan terbangun, perlahan pria itu keluar dari mobil sembari memegang kepala anaknya, karena dia takut kepala anaknya terbentur atap mobil."Kamu tidurnya nyenyak sekali setelah bertemu dengan Mamamu." gumam Anton menatap wajah anaknya yang sangat damai saat terti
Tidak terasa sudah jam 6 sore lebih 15 menit, Maudy dan Zargie masih belajar sembari bermain. Sedangkan Anton sedang berada di dalam kamar nya."Rani, kamu sedang apa, Sayang, Mas sangat merindukanmu. Apa kamu sudah mandi atau belum." Anton mengambil bingkai foto pernikahannya dengan sang istri yang terletak di meja rias wanita yang pria itu cintai dan sayangi.Make up, skincare, body lotion, dan peralatan Rani untuk merias wajahnya masih tersusun rapi di meja rias, wanita itu tidak membawa semua itu, karena itu semua suaminya yang membelinya."Kamu sangat cantik, kecantikanmu sangat alami sayang, tanpa kamu merias wajahmu, kamu sudah sangat cantik. Mas takut jika Kenzo masih menyukaimu, apalagi sekarang kita sudah bercerai, pasti ini peluang yang sangat bagus untuk Kenzo mendekati dirimu, di tambah anak-anak Kenzo memang menyukaimu, karena sifatmu dan perlakuanmu yang begitu baik kepada semua orang." gumam Anton mengusap wajah wanita yang sudah menjadi mantan istrinya itu yang ada di
Keluarga Watson sedang makan malam bersama, Anton menatap anaknya yang sedang makan dengan lahap. "Perlahan saja, Sayang, nanti kamu tersedak." pintanya kepada sang anak."Aku sangat lapar Pa, maka dari itu aku makan dengan lahap." jawab anak itu dengan mulut penuh."Hahaha, cucu kesayangan Kakek sangat menggemaskan, setelah makan malam, kita akan bermain kembang api." jelas Hasan."Sungguh? Asik... boleh ya, Pa, jika aku bermain kembang api bersama Kakek?" Zargie meminta izin terlebih dahulu kepada Papanya."Tentu saja boleh. Namun, harus hati-hati ya, Sayang." pintanya kepada sang anak."Siap Papa, aku akan berhati-hati bermain kembang apinya." jawab Zargie dengan wajah yang sangat ceria."Sudah-sudah, lanjutkan saja makan malam kalian, dan untuk cucu kesayangan Nenek, kamu ingin nambah lagi sosis nya?" tanya wanita tua itu kepada cucu kesayangannya."Tidak Nenek, aku sudah mulai kenyang." jawabnya.Laura mengangguk, dan mereka melanjutkan makan malam bersama nya. Pria itu makan ti
Agatha keluar dari mobil dan masuk ke toko mainan, wanita itu berjalan ke arah mobil-mobilan sedan yang menggunakan remote kontrol."Postur tubuh nya seperti kenal. Siapa ya dia?" gumamnya bertanya-tanya saat melihat wanita yang dia kenali, tapi posisinya wanita itu membelakangi dirinya.Karena merasa penasaran, dia berjalan ke arah wanita itu dan berdiri di sebelah wanita itu. Agatha melihat wajahnya dari sebelah."Eh Rani." Agatha sangat terkejut saat melihat wanita itu adalah Rani.Merasa namanya terpanggil, dia menghadap ke sumber suara yang ada di sebelahnya."Mba Agatha. Sedang apa di sini?" tanyanya kepada wanita sembari tersenyum."Aku akan membeli mainan untuk calon anakku." jawab wanita itu membalas senyuman Rani."Calon anak? Mba sedang mengandung kah?" tanya Rani lagi.Rani dengan Agatha sedikit akrab. Namun, tidak terlalu akrab, dan dia memanggil Agatha Mba, karena Tua Agatha daripada dirinya."Tidak, aku sedang dekat dengan seorang pria yang sudah mempunyai anak. Dia dud
Zargie membuka paper bag lnya dan mengambil isi paper bag tersebut."Mama, ini mainan untukku?" tanyanya dengan wajah yang berseri-seri."Iya, Sayang, itu mainan untukmu, bagaimana? Kamu suka?" tanya balik Rani dengan senyuman."Aku sangat menyukainya Ma, terimakasih sudah membelikan aku mainan." anak itu tersenyum kepada Mamanya.Anak itu meletakan mainan nya di sebelahnya duduk lalu dia memeluk Rani dengan erat. Wanita itu membalas pelukan hangat anaknya dengan penuh kerinduan.Perlahan dia melepaskan pelukan nya dari tubuh kecil anaknya itu, Rani mencium setiap inci wajah sang anak dengan penuh kasih sayang."Tadi di sekolah di beri PR atau tidak dari Miss?" tanyanya."Di beri Ma, aku di beri dua PR." jawab anak itu."Ayo kita kerjakan PR mu, Sayang, Mama akan menemanimu mengerjakan PR. Sekalian membantumu jika kamu merasa kesulitan." ajak Rani."Ayo Ma, aku sangat senang Mama akan menemaniku mengerjakan PR." jawab Zargie dengan wajah yang ceria.Wanita itu tersenyum lalu berdiri d