Catherine menatap wajah ibunya yang begitu sendu dan terbaring dengan begitu lemah di atas brangkar. Pikirannya kini melanglang buana pada saat tadi dia harus diinterogasi oleh istri dari seorang pria yang telah merenggut keperawanannya. Catherine sama sekali tidak ingin menikah dengan Markus Hans. Dia benar-benar tidak ingin menjadi seorang wanita yang harus berada di antara rumah tangga orang lain. "Ibu, ayo bangunlah. Aku benar-benar butuh masukan darimu. Aku benar-benar butuh teman untuk berbagi keluh kesahku," bisik Catherine terisak. "Apa Ibu tahu betapa menderitanya aku sejak Ibu koma seperti ini? Rasanya begitu menyesakkan. Hatiku sakit, Bu." "Seseorang datang dan mengisi hidupku. Lalu, sekarang situasinya menjadi semakin rumit karena aku harus menjadi seseorang yang menghancurkan kehidupan pernikahan orang lain. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Di tengah isak tangisnya, sebuah tangan besar dan hangat tanpa terasa menyentuh pundaknya. Catherine terperanjat. Wani
Pria ini sekarang memutar tubuhnya.Mencoba untuk menatap wajah Chaterine lebih jelas lagi dan mencari kejujuran dari binar mata gadis cantik itu."Apa kau serius dengan keputusanmu?" tanya Markus penuh penekanan. "Apa kau sama sekali tidak mau memikirkan bagaimana nasib ibumu? Apa kau akan tetap bersikap egois dengan mementingkan dirimu sendiri?"Pertanyaan Markus ini sukses membuat Catherine terdiam.Kenapa dia harus ada dalam situasi yang tidak menguntungkan dan juga membuat dia merasakan sesak yang begitu sakit di dadanya.Dia merasa sangat susah untuk bernapas.Bahkan, rasanya setiap kali Markus mengungkit tentang masalah ibunya membuat hati Catherine terasa begitu sakit seakan ada ribuan jarum tajam yang sedang menghujamnya."Pikirkan sekali lagi tawaranku dan juga pikirkan bagaimana nasib ibumu kalau kamu tetap bersih keras untuk mementingkan egomu sendiri, Cathy!" saran Markus. Ya, dia sedang mencoba untuk memberikan saran yang sesuai dengan kepentingannya.Catherine tersenyum
Wajah wanita cantik ini memerah. Dia tidak menyangka kalau di usianya yang akan memasuki dua puluh dua tahun, dia harus mengalami dilema terbesar di hidupnya. "Jadi, aku sama sekali tidak punya pilihan lain lagi?" tanya wanita yang wajahnya memerah ini. Seorang wanita yang bersama dengannya duduk berhadapan lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Catherine. Kau mulai sekarang harus mengikuti semua perkataanku agar bisa mendapatkan apa yang sangat kau inginkan." "Apa kau yakin kalau dengan melakukan hal itu maka aku bisa mendapatkan apa yang aku mau termasuk ponsel baru?" tanya wanita yang ternyata bernama Catherine itu. "Kau jangan meragukanku karena aku sudah sangat terbiasa akan hal ini, Cathy. Ayolah, ini bukanlah sesuatu yang susah! Kau hanya perlu tidur dengannya sesekali dalam seminggu. Ah, kalau misalnya dia mau minta lebih, kau tinggal melayaninya!" papar wanita yang masih duduk dengan santai itu. Wajah Catherine semakin memerah. Dia sama sekali tidak bisa menerima apa yang
Catherine sama sekali tidak bisa memaksakan dirinya. Dia yang saat ini sedang ditindih oleh Markus, sepertinya sama sekali tidak memiliki pilihan lain. Wanita ini sangat ingin pergi dari dekapan hangat pria ini, tetapi semakin dia memberontak maka tubuhnya akan semakin menuntut sesuatu yang lebih lagi dari pria tampan yang sekarang sedang menenangkan dirinya. "Menangislah saat kau ingin menangis karena untuk kedepannya kau sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk itu!" bisik Markus. Setelah dengan puas lidahnya menari-nari di sekujur tubuh Catherine, rupanya pria ini masih melakukan hal yang lain. Catherine tidak tahu karena ini adalah pengalaman pertama baginya. Di mana dia hanya bisa memasrahkan diri ketika dia telah menyerahkan dirinya kepada seorang Markus, membiarkan pria itu menjamah seluruh tubuhnya. "Kau adalah sugar baby, Sayang. Kau adalah mainan yang bisa aku permainkan kapan aku inginkan." Markus semakin meringas dengan semua hal yang saat ini sedang menguasai diri
Theresia begitu terkejut ketika melihat penampakan Catherine yang baru saja memasuki kamar apartemen kecil mereka. Wanita itu terlihat tanpa nyawa dan pandangannya juga sangat kosong. Keceriaan di wajahnya terlihat pias dan sepertinya dia tidak lagi bisa tersenyum dengan ceria seperti biasanya. "Apa kau baik-baik saja, Cath?" tanya Theresia yang begitu khawatir pada kondisi sahabatnya. Catherine tidak menjawab. Dia berjalan memulai dengan sedikit mengangkang lalu terduduk diam di sofa. Theresia mengikutinya dan duduk di sebelahnya dengan pandangan begitu cemas. "Apa semalam sudah terjadi?" tanya wanita itu. Catherine menoleh ke arah Theresia dengan wajah datarnya. Sejurus kemudian pandangannya kembali ke depan dan dia mengangguk pelan. Theresia mengerti arti dari jawaban yang diberikan oleh Catherine itu. Wanita ini kemudian memegang tangan sahabatnya lalu mengelusnya dengan begitu lembut. "Ini pasti sangat berat bagimu, Cath. Tapi, kau sama sekali tidak punya pilihan. Jadi
Markus tertegun mendengar bagaimana Leona yang menuntut sebuah jawaban darinya. Jantungnya sempat berdetak dengan cepat karena dia sangat takut kalau istrinya ini memiliki firasat pada apa yang sudah terjadi padanya dengan wanita yang sekarang sudah resmi dijadikan sebagai sugar baby-nya. Akan tetapi, Markus mencoba untuk bersikap tenang karena dia tidak mau kalau sikap gegabahnya akan membuat semuanya menjadi kacau dan Leona mengetahui perselingkuhannya. "Sekarang kau sedang berpikir kalau aku melakukan sesuatu yang tidak pantas, Sayang?" tanya Markus yang seolah sedang membalikkan situasi. Leona tersenyum lalu menunduk. "Lupakan, Markus. Tidak seharusnya aku bertanya seperti itu padamu karena kau adalah pria yang sangat jujur." Setelah mengatakan kalimat itu Leona mengecup pipi suaminya dan dia beranjak meninggalkan Markus di balkon seorang diri. Markus mengusap pipinya. Kecupan yang diberikan oleh Leona di sana terasa sangat berbeda dan tidak lagi sama. Ya, setelah merasakan
Catherine sama sekali tidak bisa fokus sekarang. Ketika dia sudah selesai dengan urusan perkuliahannya, dia lebih memilih untuk diam di kantin dan menunggu sahabatnya yang sedang mengikuti kelas percepatan karena banyak ketinggalan sebelumnya. Wanita ini terlihat lesu. Dia sendiri tidak menyangka kalau berhubungan dengan seorang pria bisa menghabiskan energi yang begitu besar seperti apa yang sekarang sedang dirasakan olehnya. Kelelahan! Wanita ini kemudian menarik napas dalam-dalam. Untuk pertama kali dia menggerai rambutnya ketika pergi ke kampus dan memakai pakaian yang sedikit tertutup. "Hari ini kau terlihat sangat berbeda, Cathy!" sapa seorang pria yang kemudian langsung duduk di hadapannya. Catherine menoleh sekilas ke arahnya. Sejurus kemudian dia mengalihkan pandangan dan memutar bola matanya dengan malas. Pria itu tahu kalau Catherine pasti masih marah padanya, tetapi bukan Kenzo namanya kalau dia tidak bisa memenangkan hati wanita cantik di hadapannya ini. "Wajahmu y
Langkahnya terlihat sangat berhati-hati ketika wanita ini memasuki sebuah kamar yang merupakan presiden suite di hotel ternama di kota tempat dia tinggal. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang karena ternyata setelah dia memindai ke sekeliling ruangan sama sekali tidak ada sosok pria yang telah mengambil keperawanannya dengan begitu beringas beberapa hari yang lalu. "Huf, setidaknya aku tidak harus bersikap kikuk karena aku sampai duluan," gumam Catherine yang kemudian meletakkan tasnya dan duduk di sebuah sofa besar yang ada di kamar ini. Wanita ini sama sekali tidak pernah menyangka kalau di dalam hidupnya dia akan memiliki kesempatan untuk memasuki sebuah kamar dengan fasilitas super mewah seperti yang sekarang sedang didatangi olehnya. Ya, kalau bukan karena dia menjadi sugar baby dari seorang Markus Hans, sepertinya sampai seumur hidup pun Catherine tidak akan pernah bisa memasuki kamar seperti ini. "Setidaknya sekarang aku harus belajar untuk bisa menjadi sedikit lebih g