Langkahnya terlihat sangat berhati-hati ketika wanita ini memasuki sebuah kamar yang merupakan presiden suite di hotel ternama di kota tempat dia tinggal.
Jantungnya berdebar dengan sangat kencang karena ternyata setelah dia memindai ke sekeliling ruangan sama sekali tidak ada sosok pria yang telah mengambil keperawanannya dengan begitu beringas beberapa hari yang lalu.
"Huf, setidaknya aku tidak harus bersikap kikuk karena aku sampai duluan," gumam Catherine yang kemudian meletakkan tasnya dan duduk di sebuah sofa besar yang ada di kamar ini.
Wanita ini sama sekali tidak pernah menyangka kalau di dalam hidupnya dia akan memiliki kesempatan untuk memasuki sebuah kamar dengan fasilitas super mewah seperti yang sekarang sedang didatangi olehnya.
Ya, kalau bukan karena dia menjadi sugar baby dari seorang Markus Hans, sepertinya sampai seumur hidup pun Catherine tidak akan pernah bisa memasuki kamar seperti ini.
"Setidaknya sekarang aku harus belajar untuk bisa menjadi sedikit lebih genit!" pikir Catherine.
Wanita ini pun kemudian mulai beranjak dan menuju ke sebuah cermin besar yang entah mengapa ada di dalam kamar ini dan sepertinya diperuntukkan bagi para tamu untuk membenahi penampilan mereka.
Catherine mulai melenggak-lenggokan tubuhnya di depan cermin. Dia bahkan mengerlingkan matanya seperti seorang wanita penggoda.
"Sial, ini menjijikkan!" gerutunya.
Ah, dia menggerutu karena dia jijik sendiri pada dirinya yang sama sekali tidak memiliki bakat untuk menjadi seorang wanita genit yang menggoda.
Catherine kemudian mulai memajukan mundurkan bibirnya. Dia bergaya seakan dia merupakan seorang wanita dewasa yang siap untuk memberikan ciuman yang panas pada seorang pria.
Deg!
Kali ini dia menutup bibirnya.
Sosok seorang pria tiba-tiba saja muncul di belakangnya dengan tatapannya yang terlihat begitu tajam dan membuat Catherine tidak bisa berkata-kata.
Wanita itu kemudian menelan salivanya berkali-kali dengan kasar.
"T-tuan Markus?" Dia begitu terkejut sehingga terbata ketika menyapa pria yang ternyata sudah mengenakan piyama mandinya itu.
Markus berjalan mendekati wanita yang sejak tadi diperhatikan olehnya mulai melenggak-lenggokan tubuh di depan cermin itu.
Pria ini dengan senyumnya yang begitu memikat kemudian berhenti tepat hanya dalam jarak satu jengkal saja dari Catherine.
Dia menyugar rambut wanita itu kemudian merapikannya dan menyelipkannya dengan pelan di telinga wanita muda di hadapannya.
"Kenapa berhenti?" tanya Markus dengan tatapan matanya yang begitu teduh sehingga hampir saja membuat Catherine jatuh ke dalamnya.
Catherine dengan cepat menundukkan kepalanya. "Ah, eh, maaf, Tuan. A-aku ... aku kira anda belum datang."
Markus tersenyum. "Aku bahkan sudah datang lebih dulu daripada kau karena sangat tidak sabar ingin segera bertemu denganmu," ucapnya lembut dan setengah berbisik "Ah, tidak kusangka justru aku akan melihat sesuatu yang begitu lucu ketika aku baru selesai mandi tadi," sambungnya yang membuat wajah Catherine memanas.
Wanita di hadapannya ini sama sekali tidak menjawab sehingga membuat Markus tidak tahan untuk segera memegang dagunya dan mengangkat kepala wanita itu.
Wajah Catherine yang begitu cantik dan masih muda, benar-benar menggoda hasrat seorang Markus yang terkenal sebagai seorang pria setia pada istrinya.
Dia memperhatikan dengan seksama bagaimana pahatan maha karya sang pencipta yang begitu sempurna pada wajah wanita yang telah menjadi miliknya itu.
"Kau sangat cantik dan sempurna, Sayang," bisik Markus tepat di telinga Catherine sehingga membuat wanita ini bisa merasakan bagaimana napas hangat pria tampan ini menyentuh kulit lehernya.
Catherine tidak menjawab dan hanya memandang bagaimana dalamnya tatapan mata Markus yang mulai bisa menghanyutkannya.
Wanita ini mencoba untuk mengalihkan pandangan, tetapi semakin keras dia mencoba maka Markus akan semakin kuat memegang dagunya.
Perbuatannya membuat wanita ini hanya fokus padanya saja.
"Tuan ...." Catherine hanya bisa mengucapkan kata itu karena dengan cepat bibir Markus dengan lahap melumat bibirnya yang begitu merah dan ranum.
Mereka berdua saling berpagutan.
Meski gerakan bibir Catherine begitu kaku, tetapi Markus yang lihai berusaha untuk membantunya agar terbiasa.
Markus sangat menikmati bagaimana permainan lidahnya di bibir Catherine. Aroma manis yang menyeruak dari tubuh wanita ini semakin membangkitkam gairahnya. Terlebih lagi bibir lembut dengan rasa vanila ini, sangat memabukkan!
Dia lupa pada Leona.
Lupa pada janjinya untuk terus mencintai wanita itu dan setia hanya padanya.
Markus lupa untuk tetap menjaga hati dan tidak berpaling dari sosok yang selama ini sudah begitu sangat dicintai olehnya.
Dia begitu menikmati bagaimana sekarang dia akan menguasai seluruh tubuh Catherine dan membuat wanita itu semakin hanyut ke dalam buaiannya.
"Hmm ... argh," gumam Catherine.
Markus benar-benar tidak tahan lagi untuk segera menikmati bagaimana tubuh Catherine yang begitu indah.
Dipeluknya tubuh ramping Chaterine dengan begitu erat. Pria ini benar-benar tidak akan membiarkan wanita yang kini dalam erat dekapannya saat ini menjadi milik orang lain lagi.
"Kau adalah milikku ... maka selamanya tidak akan pernah bisa berubah, Cathy. Meski kau bersembunyi sekalipun, aku tidak akan pernah bisa kehilanganmu dan itu adalah hal yang mutlak!" Bisikan kembali terdengar.
Sepertinya Markus mengatakan hal itu dengan percaya diri sehingga membuat sosok Catherine semakin lemah tidak berdaya dalam pelukannya.
Catherine benar-benar tidak menyangka kalau ternyata Markus bisa membisikan kalimat cinta yang begitu membuatnya terhanyut dalam keadaan.
Jika saja dia tidak cepat tersadar dari segala macam hipnotis yang diberikan oleh Markus, mungkin saat ini akan berbeda ceritanya.
Markus menikmati bagaimana aroma tubuh Catherine yang sangat menggetarkan jiwanya.
Dia mencium di seluruh bagian leher dan tengkuk wanita yang telah dijadikan sugar baby olehnya.
Ini adalah pengalaman yang sangat menyenangkan karena sekarang dia bisa memiliki lagi tubuh Catherine tanpa harus mendapatkan penolakan darinya.
Markus begitu menikmati hal ini.
Setiap jengkal tubuh Catherine seakan begitu menginginkan sentuhan darinya. Sesuatu yang benar-benar mengguncangkan dirinya sehingga sekarang dia mengangkat tubuh wanitanya untuk segera dihempaskannya ke atas ranjang.
"T-tuan ...." Catherine masih mencoba untuk menyadarkan dirinya kalau dia tidak boleh terbuai pada apa yang dilakukan oleh Markus padanya sekarang.
Markus melihat bagaimana wajah Catherine yang begitu malu-malu. Wajahnya yang memerah itu semakin menambah gairah Markus untuk segera dituntaskan.
"Kau terlalu cantik untuk hanya aku diamkan begitu saja, Catherine. Kau harus melayaniku mulai malam ini agar aku bisa semakin puas pada apa yang kau lakukan!" gumam Markus.
Catherine menganggukkan kepalanya.
Meskipun dia sudah gagal untuk menggoda pria ini, tetapi sepertinya pria ini telah jatuh ke dalam perangkap cinta yang diciptakan oleh Catherine tanpa sengaja.
Markus begitu menikmati bagaimana sekarang dia yang menindih tubuh cantik Catherine bergerak secara perlahan untuk bisa membuka satu persatu pakaian yang dikenakan oleh wanita ini.
Tangan Markus bergerak liar untuk mencari tempat yang biasa digunakan olehnya untuk parkir dan merenas sesuatu yang kenyal di sana.
"Indah sekali, Catherine. Terima kasih karena telah menjaganya untukku selama ini!" bisik Markus yang membuat Catherine sangat geli dan juga begitu mual di waktu yang bersamaan.
*****
Catherine mencoba untuk menggerakkan tubuhnya. Dia merasakan perih yang begitu luar biasa pada bagian bawah pangkal paha, sehingga ketika dia ingin mencoba berdiri, sesuatu yang sedikit sakit membuatnya tersiksa. "Aww ...." Wanita ini meringis ketika tanpa sengaja dia berdiri dengan terpaksa sehingga bagian bawah tubuhnya terasa begitu sakit. "Jangan paksa dirimu untuk berdiri seperti itu, Catherine!" seru Markus dengan suaranya yang begitu berat. Catherine dengan cepat menoleh ke arah pria itu lalu menutup dadanya yang belum mengenakan sehelai benang pun. Markus tertawa. Pria ini kemudian mendekati Catherine dan memberikan selimut untuknya. "Lucu sekali karena kau malu padaku, Cath." Pria ini kemudian memakaikan selimut pada wanita yang saat ini sedang menunduk di hadapannya. Markus melihat bagaimana polosnya wanita yang tadi digempur habis-habisan olehnya. Wanita yang telah memberinya kepuasan yang selama ini begitu dirindukan olehnya. Wanita ini begitu muda jika dibandingka
Leona bisa mencium sesuatu yang tidak biasa dari gelagat Markus. Sejak saat berbicara di telepon dengannya, pria itu bahkan sudah sangat jauh berbeda dari biasanya. Walau bibirnya berkata 'sayang', tetapi Leona tahu kalau hati dan mata pria itu tidak sedang bersamanya. "Kenapa kau diam saja sejak tadi, Leona? Tadi kau memintaku untuk cepat pulang, tapi sekarang kau sama sekali tidak mau bicara denganku," ucap Markus pelan. Leona tidak menjawab. Wanita ini bahkan memalingkan wajahnya. Dia bisa merasakan bagaimana sekarang wajahnya sedang memanas. Sama panasnya dengan hatinya yang terluka karena menyadari kalau Markus tidak lagi menginginkan dia. "Leona, Sayang ...." Markus berjongkok di hadapan sang istri berharap kalau dengan cara seperti ini dia bisa berbicara dengan Leona. Leona tidak ingin melihat bagaimana tatapan Markus saat ini. Walau pria itu mendongak untuk bisa melihat bagaimana kejelasan wajahnya, tetapi dia mencoba untuk memejamkan mata agar pria ini tahu kalau seka
Sebuah amplop coklat tebal kini telah dipegang oleh Markus. Pria ini sama sekali tidak menduga kalau istrinya akan memberikan dia sebuah benda yang isi di dalamnya pun tidak diketahui olehnya. "Apa ini, Leona?" tanya Markus. Leona tersenyum getir. "Bukalah dan lihat bersama dengan Ibu. Aku yakin kalau kau akan mengetahui kalau sudah melihat dan memeriksa isinya." Markus mengikuti apa yang disuruh oleh istrinya. Pria ini kemudian perlahan membuka amplop coklat tebal itu. Rasanya tidak karuan ketika dia mengeluarkan beberapa buah foto yang sudah tercetak dengan ukuran yang sebesar amplop coklat itu. Ibunya sendiri pun sama sekali tidak menyangka ketika dia mengambil benda yang dipegang oleh Markus itu dan melihat bagaimana tampilan wajah putranya bersama dengan seorang wanita muda. "B-bagaimana bisa?" tanya Markus dengan mata berkaca-kaca dan melihat ke arah Leona sekarang. "Kau bertanya padaku bagaimana bisa, Markus? Bukankah seharusnya itu adalah pertanyaan yang aku tujukan pada
Markus begitu gundah gulana karena ternyata Leona begitu kekeh dengan keputusannya yang tidak ingin mempertahankan rumah tangga mereka. Pria ini bahkan memukul tembok beberapa kali karena dia merasa sangat sakit hati dengan apa yang diinginkan oleh istri tercintanya itu. Sudah beberapa hari Leona tidak mau berbicara dengannya dan dia hanya akan masuk kembali ke kamar setelah semua urusannya selesai. Dia tidak peduli pada Markus yang harus tidur di kamar tamu dan pergi ke kantor dengan perasaan kacau. Siksaan ini nyata diberikan oleh Leona untuknya dalam beberapa hari. Bahkan, Markus tidak menghubungi Catherine sama sekali dan seakan lupa padanya. "Aku hanya ingin bersenang-senang dengan seseorang dan itu hanyalah bersifat sementara saja. Kenapa kau malah berpikiran sempit dan mengira kalau aku telah membuka hati untuk wanita itu, Leona?" Pria ini mengeram dengan emosinya yang tertahan. Ingin sekali dia melampiaskan kemarahannya pada seseorang, tetapi dia tidak tahu harus kepada
Leona benar-benar melakukan sesuatu yang di luar batas perkiraan siapa pun yang ada di ruangan itu. Sekarang mereka begitu terkejut karena sosok seorang wanita cantik yang berusia muda kini hadir di antara perbincangan Leona dan suaminya. Markus sendiri sama sekali tidak habis pikir karena sekarang sosok dari wanita yang beberapa malam telah menghabiskan waktu untuk bertempur dengannya, kini sedang terduduk dengan wajah yang tertunduk dan tidak berani diangkat. "Seperti yang sudah aku katakan padamu tadi, Markus. Kalau kau sama sekali tidak bisa menerima permintaanku untuk bercerai, maka wanita yang saat ini hadir di antara kita harus segera kau nikahi!" suruh Leona dengan begitu santai seakan dia tidak memikirkan bagaimana perasaan Markus dan juga ibunya sekarang. Pria tampan itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Jangan bicara ngawur dan berhenti membahas mengenai perceraian! Memangnya kau kira untuk menikah dengan orang lain akan semudah itu?" "Apanya yang susah di saat ka
Catherine menatap wajah ibunya yang begitu sendu dan terbaring dengan begitu lemah di atas brangkar. Pikirannya kini melanglang buana pada saat tadi dia harus diinterogasi oleh istri dari seorang pria yang telah merenggut keperawanannya. Catherine sama sekali tidak ingin menikah dengan Markus Hans. Dia benar-benar tidak ingin menjadi seorang wanita yang harus berada di antara rumah tangga orang lain. "Ibu, ayo bangunlah. Aku benar-benar butuh masukan darimu. Aku benar-benar butuh teman untuk berbagi keluh kesahku," bisik Catherine terisak. "Apa Ibu tahu betapa menderitanya aku sejak Ibu koma seperti ini? Rasanya begitu menyesakkan. Hatiku sakit, Bu." "Seseorang datang dan mengisi hidupku. Lalu, sekarang situasinya menjadi semakin rumit karena aku harus menjadi seseorang yang menghancurkan kehidupan pernikahan orang lain. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Di tengah isak tangisnya, sebuah tangan besar dan hangat tanpa terasa menyentuh pundaknya. Catherine terperanjat. Wani
Pria ini sekarang memutar tubuhnya.Mencoba untuk menatap wajah Chaterine lebih jelas lagi dan mencari kejujuran dari binar mata gadis cantik itu."Apa kau serius dengan keputusanmu?" tanya Markus penuh penekanan. "Apa kau sama sekali tidak mau memikirkan bagaimana nasib ibumu? Apa kau akan tetap bersikap egois dengan mementingkan dirimu sendiri?"Pertanyaan Markus ini sukses membuat Catherine terdiam.Kenapa dia harus ada dalam situasi yang tidak menguntungkan dan juga membuat dia merasakan sesak yang begitu sakit di dadanya.Dia merasa sangat susah untuk bernapas.Bahkan, rasanya setiap kali Markus mengungkit tentang masalah ibunya membuat hati Catherine terasa begitu sakit seakan ada ribuan jarum tajam yang sedang menghujamnya."Pikirkan sekali lagi tawaranku dan juga pikirkan bagaimana nasib ibumu kalau kamu tetap bersih keras untuk mementingkan egomu sendiri, Cathy!" saran Markus. Ya, dia sedang mencoba untuk memberikan saran yang sesuai dengan kepentingannya.Catherine tersenyum
Wajah wanita cantik ini memerah. Dia tidak menyangka kalau di usianya yang akan memasuki dua puluh dua tahun, dia harus mengalami dilema terbesar di hidupnya. "Jadi, aku sama sekali tidak punya pilihan lain lagi?" tanya wanita yang wajahnya memerah ini. Seorang wanita yang bersama dengannya duduk berhadapan lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Catherine. Kau mulai sekarang harus mengikuti semua perkataanku agar bisa mendapatkan apa yang sangat kau inginkan." "Apa kau yakin kalau dengan melakukan hal itu maka aku bisa mendapatkan apa yang aku mau termasuk ponsel baru?" tanya wanita yang ternyata bernama Catherine itu. "Kau jangan meragukanku karena aku sudah sangat terbiasa akan hal ini, Cathy. Ayolah, ini bukanlah sesuatu yang susah! Kau hanya perlu tidur dengannya sesekali dalam seminggu. Ah, kalau misalnya dia mau minta lebih, kau tinggal melayaninya!" papar wanita yang masih duduk dengan santai itu. Wajah Catherine semakin memerah. Dia sama sekali tidak bisa menerima apa yang