Wajah wanita cantik ini memerah. Dia tidak menyangka kalau di usianya yang akan memasuki dua puluh dua tahun, dia harus mengalami dilema terbesar di hidupnya.
"Jadi, aku sama sekali tidak punya pilihan lain lagi?" tanya wanita yang wajahnya memerah ini.
Seorang wanita yang bersama dengannya duduk berhadapan lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Catherine. Kau mulai sekarang harus mengikuti semua perkataanku agar bisa mendapatkan apa yang sangat kau inginkan."
"Apa kau yakin kalau dengan melakukan hal itu maka aku bisa mendapatkan apa yang aku mau termasuk ponsel baru?" tanya wanita yang ternyata bernama Catherine itu.
"Kau jangan meragukanku karena aku sudah sangat terbiasa akan hal ini, Cathy. Ayolah, ini bukanlah sesuatu yang susah! Kau hanya perlu tidur dengannya sesekali dalam seminggu. Ah, kalau misalnya dia mau minta lebih, kau tinggal melayaninya!" papar wanita yang masih duduk dengan santai itu.
Wajah Catherine semakin memerah. Dia sama sekali tidak bisa menerima apa yang dikatakan oleh sahabatnya begitu saja.
Memangnya semudah itu mengatakan akan tidur dengan seorang pria sesekali dalam seminggu?
Catherine menggelengkan kepalanya. "No, no, aku tidak bisa membayangkannya dengan begitu mudah seperti apa yang kau katakan, There!" sanggahnya. Wanita ini bahkan menyilangkan kedua tangannya.
"Lalu, apa kau mau terus hidup dalam kemiskinan seperti sekarang?" tanya Theresia, sahabat yang sejak tadi duduk berhadapan dengan Catherine.
"Tidak, sih. Tapi, aku belum pernah melakukannya dengan pria manapun. Jadi, aku takut kalau aku akan mengecewakan orang itu," balas Catherine.
Theresia kemudian memegang pundak sahabatnya. "Kau dengarkan aku baik-baik, Cath. Kalau kau mau mundur sekarang masih bisa, tapi memangnya di mana kau akan mencari uang untuk bisa membiayai pengobatan ibumu? Mau berhenti kuliah dan bekerja? Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa melunasi semua tagihan rumah sakit ibumu, Cath!" paparnya.
Catherine tertegun mendengar apa yang dikatakan oleh Theresia. Semua yang dikatakan oleh wanita itu sama sekali tidak ada yang salah.
Dia yang harus menanggung penderitaan kemiskinan karena ditinggal oleh sosok ayahnya menikah lagi dengan wanita lain, dia yang harus merasakan kesepian di setiap malamnya karena sang ibu yang terbaring di rumah sakit, lalu dia yang harus merasakan semua malam-malam ini sendirian tanpa adanya orang yang disayangi olehnya.
Catherine harus bisa membayar biaya rumah sakit ibunya. Dia sama sekali tidak memiliki cukup uang untuk bisa memastikan kalau biaya pengobatan sang ibu akan segera dilunasi.
"Baiklah, kalau begitu aku terima tawaranmu untuk menjadi seorang sugar baby, There!" sahut Catherine sedikit lemas.
Theresia bersorak dalam hatinya.
Setidaknya untuk sekarang dia akan aman dan tidak boleh memikirkan bagaimana Catherine akan mendapatkan uang untuk membayar biaya rumah sakit.
***
Ruangan yang dipenuhi dengan asap rokok ini membuat seorang wanita sempat maju mundur ketika dia harus masuk ke sana.
Dari sorot matanya tampak keragu-raguan yang begitu jelas. Sangat jelas sampai rasanya wanita ini enggan untuk melangkah lagi.
"Kenapa kau mundur saat kau sudah masuk?" tanya sebuah suara yang memiliki karakter yang khas sehingga bisa membuat seseorang tenggelam ke dalamnya.
Catherine tampak begitu takut.
Sebenarnya dia apakah sekarang harus cepat-cepat kabur atau harus menghadapi kenyataan dan dia harus merelakan keperawanannya pada seorang pria?
Suara pria ini tidak terdengar.
Di ruangan yang dipenuhi dengan asap rokok dan juga tawa beberapa orang pria lainnya, sempat membuat napas wanita ini tersengal-sengal.
"Jadi kau yang bernama Catherine?" tanya pria itu dengan sorot mata yang begitu tajam sehingga membuat Catherine seakan sedang ditelusuk sekarang.
Catherine menganggukkan kepalanya. "B-benar," sahutnya ragu.
Pria dengan sorot mata yang tajam itu kemudian memberikan aba-aba pada beberapa orang temannya untuk segera keluar.
Catherine bisa merasakan dengan jelas bagaimana kekecewaan yang begitu tampak secara nyata di hadapannya ketika para pria itu melangkah sambil mengomel.
"Mendekatlah!" suruh pria itu dengan nada bicaranya yang terdengar sedikit penuh penekanan.
Wanita yang sedang ketakutan itu kemudian melangkah beberapa kali untuk bisa dekat dengan pria yang sejak tadi auranya terasa begitu menyeramkan itu.
Pria itu kemudian melihat bagaimana wajah Catherine.
Dia menelan salivanya beberapa kali karena sangat tahu dengan jelas bahwa Catherine adalah sosok seorang wanita idaman yang sangat tepat untuk dijadikan pelampiasan malam ini.
"Kau, apa kau masih perawan?" tanya pria yang tatapannya begitu mendominasi sehingga dengan cepat Catherine langsung menganggukkan kepalanya.
"Benar, Tuan," sahutnya terbata.
Wanita itu kemudian maju dengan wajah yang tertunduk.
Pria itu mengangkat dagu Catherine. Aroma napasnya berbau alkohol terasa begitu jelas sehingga membuat perut wanita cantik itu terasa begitu mual.
Saat ini dia sedang merutuki temannya yang membuat dia harus benar-benar menjadi seseorang yang tidak pernah diinginkan olehnya sebelumnya.
Memangnya siapa wanita di dunia ini yang mau menjadi seorang wanita penghibur?
Pasti tidak ada, kan?
Apalagi kalau tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa sang ibu dan membayar semua biaya rumah sakit.
Saat ini Catherine benar-benar ingin berlari dan keluar dari tempat di mana aroma alkohol yang menyeruak membuat seluruh urat tubuhnya terasa menegang.
"Kau sangat cantik!" Pria itu kembali mengangkat dagu Catherine dan memandangnya dengan tatapan tajam.
Catherine tahu dengan jelas kalau saat ini pria yang sedang berdiri di hadapannya dalam kondisi mabuk yang pasti akan sangat menyesali apa yang dilakukan olehnya kalau dia sadar besok.
Wanita ini kemudian menggelengkan kepalanya. "Tuan, saya sudah menyerahkan diri saya pada anda malam ini. Jadi, setelah malam ini saya akan menjadi pelayan anda dan akan selalu memberikan sesuatu yang anda butuhkan."
Pria itu kemudian tertawa dengan lebar. "Apa saat ini kau sedang memberikan ceramah pada seorang Markus Hans?"
Catherine menggelengkan kepalanya. "Tidak sama sekali, Tuan. Justru saya sangat takut pada anda," sahutnya takut.
"Lalu kau kira dengan mengatakan semua itu akan membuatku bisa memperlakukanmu dengan baik? Hey, sekarang kau dengar baik-baik apa itu tugas dari seorang wanita sampingan sepertimu!"
"Kau tidak akan pernah mendapatkan cinta dariku karena kau hanya dipergunakan bagian tubuhnya! Lalu, kau jangan pernah mengharapkan status apa pun untuk muncul di permukaan karena wanita sepertimu tidak layak untuk mendapatkan hal itu."
"Kau hanyalah seorang wanita yang akan menjadi sugar baby yang bisa aku manjakan untuk melepas penat. Paham?" Pria bernama Markus itu kemudian menatap tajam ke arah Catherine.
Hal ini membuatnya merasa kalau seluruh tulangnya rontok dan sekarang dia tidak memiliki kesempatan untuk kabur lagi.
Dia benar-benar sangat sial karena sepertinya uang sudah membeli segalanya karena saat ini bahkan pria itu sudah mendorong dirinya hingga terjatuh di atas sebuah sofa.
"Malam ini keperawananmu akan menjadi santapanku!" bisik Markus Hans yang membuat napas Catherine terasa tersengal.
****
Catherine sama sekali tidak bisa memaksakan dirinya. Dia yang saat ini sedang ditindih oleh Markus, sepertinya sama sekali tidak memiliki pilihan lain. Wanita ini sangat ingin pergi dari dekapan hangat pria ini, tetapi semakin dia memberontak maka tubuhnya akan semakin menuntut sesuatu yang lebih lagi dari pria tampan yang sekarang sedang menenangkan dirinya. "Menangislah saat kau ingin menangis karena untuk kedepannya kau sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk itu!" bisik Markus. Setelah dengan puas lidahnya menari-nari di sekujur tubuh Catherine, rupanya pria ini masih melakukan hal yang lain. Catherine tidak tahu karena ini adalah pengalaman pertama baginya. Di mana dia hanya bisa memasrahkan diri ketika dia telah menyerahkan dirinya kepada seorang Markus, membiarkan pria itu menjamah seluruh tubuhnya. "Kau adalah sugar baby, Sayang. Kau adalah mainan yang bisa aku permainkan kapan aku inginkan." Markus semakin meringas dengan semua hal yang saat ini sedang menguasai diri
Theresia begitu terkejut ketika melihat penampakan Catherine yang baru saja memasuki kamar apartemen kecil mereka. Wanita itu terlihat tanpa nyawa dan pandangannya juga sangat kosong. Keceriaan di wajahnya terlihat pias dan sepertinya dia tidak lagi bisa tersenyum dengan ceria seperti biasanya. "Apa kau baik-baik saja, Cath?" tanya Theresia yang begitu khawatir pada kondisi sahabatnya. Catherine tidak menjawab. Dia berjalan memulai dengan sedikit mengangkang lalu terduduk diam di sofa. Theresia mengikutinya dan duduk di sebelahnya dengan pandangan begitu cemas. "Apa semalam sudah terjadi?" tanya wanita itu. Catherine menoleh ke arah Theresia dengan wajah datarnya. Sejurus kemudian pandangannya kembali ke depan dan dia mengangguk pelan. Theresia mengerti arti dari jawaban yang diberikan oleh Catherine itu. Wanita ini kemudian memegang tangan sahabatnya lalu mengelusnya dengan begitu lembut. "Ini pasti sangat berat bagimu, Cath. Tapi, kau sama sekali tidak punya pilihan. Jadi
Markus tertegun mendengar bagaimana Leona yang menuntut sebuah jawaban darinya. Jantungnya sempat berdetak dengan cepat karena dia sangat takut kalau istrinya ini memiliki firasat pada apa yang sudah terjadi padanya dengan wanita yang sekarang sudah resmi dijadikan sebagai sugar baby-nya. Akan tetapi, Markus mencoba untuk bersikap tenang karena dia tidak mau kalau sikap gegabahnya akan membuat semuanya menjadi kacau dan Leona mengetahui perselingkuhannya. "Sekarang kau sedang berpikir kalau aku melakukan sesuatu yang tidak pantas, Sayang?" tanya Markus yang seolah sedang membalikkan situasi. Leona tersenyum lalu menunduk. "Lupakan, Markus. Tidak seharusnya aku bertanya seperti itu padamu karena kau adalah pria yang sangat jujur." Setelah mengatakan kalimat itu Leona mengecup pipi suaminya dan dia beranjak meninggalkan Markus di balkon seorang diri. Markus mengusap pipinya. Kecupan yang diberikan oleh Leona di sana terasa sangat berbeda dan tidak lagi sama. Ya, setelah merasakan
Catherine sama sekali tidak bisa fokus sekarang. Ketika dia sudah selesai dengan urusan perkuliahannya, dia lebih memilih untuk diam di kantin dan menunggu sahabatnya yang sedang mengikuti kelas percepatan karena banyak ketinggalan sebelumnya. Wanita ini terlihat lesu. Dia sendiri tidak menyangka kalau berhubungan dengan seorang pria bisa menghabiskan energi yang begitu besar seperti apa yang sekarang sedang dirasakan olehnya. Kelelahan! Wanita ini kemudian menarik napas dalam-dalam. Untuk pertama kali dia menggerai rambutnya ketika pergi ke kampus dan memakai pakaian yang sedikit tertutup. "Hari ini kau terlihat sangat berbeda, Cathy!" sapa seorang pria yang kemudian langsung duduk di hadapannya. Catherine menoleh sekilas ke arahnya. Sejurus kemudian dia mengalihkan pandangan dan memutar bola matanya dengan malas. Pria itu tahu kalau Catherine pasti masih marah padanya, tetapi bukan Kenzo namanya kalau dia tidak bisa memenangkan hati wanita cantik di hadapannya ini. "Wajahmu y
Langkahnya terlihat sangat berhati-hati ketika wanita ini memasuki sebuah kamar yang merupakan presiden suite di hotel ternama di kota tempat dia tinggal. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang karena ternyata setelah dia memindai ke sekeliling ruangan sama sekali tidak ada sosok pria yang telah mengambil keperawanannya dengan begitu beringas beberapa hari yang lalu. "Huf, setidaknya aku tidak harus bersikap kikuk karena aku sampai duluan," gumam Catherine yang kemudian meletakkan tasnya dan duduk di sebuah sofa besar yang ada di kamar ini. Wanita ini sama sekali tidak pernah menyangka kalau di dalam hidupnya dia akan memiliki kesempatan untuk memasuki sebuah kamar dengan fasilitas super mewah seperti yang sekarang sedang didatangi olehnya. Ya, kalau bukan karena dia menjadi sugar baby dari seorang Markus Hans, sepertinya sampai seumur hidup pun Catherine tidak akan pernah bisa memasuki kamar seperti ini. "Setidaknya sekarang aku harus belajar untuk bisa menjadi sedikit lebih g
Catherine mencoba untuk menggerakkan tubuhnya. Dia merasakan perih yang begitu luar biasa pada bagian bawah pangkal paha, sehingga ketika dia ingin mencoba berdiri, sesuatu yang sedikit sakit membuatnya tersiksa. "Aww ...." Wanita ini meringis ketika tanpa sengaja dia berdiri dengan terpaksa sehingga bagian bawah tubuhnya terasa begitu sakit. "Jangan paksa dirimu untuk berdiri seperti itu, Catherine!" seru Markus dengan suaranya yang begitu berat. Catherine dengan cepat menoleh ke arah pria itu lalu menutup dadanya yang belum mengenakan sehelai benang pun. Markus tertawa. Pria ini kemudian mendekati Catherine dan memberikan selimut untuknya. "Lucu sekali karena kau malu padaku, Cath." Pria ini kemudian memakaikan selimut pada wanita yang saat ini sedang menunduk di hadapannya. Markus melihat bagaimana polosnya wanita yang tadi digempur habis-habisan olehnya. Wanita yang telah memberinya kepuasan yang selama ini begitu dirindukan olehnya. Wanita ini begitu muda jika dibandingka
Leona bisa mencium sesuatu yang tidak biasa dari gelagat Markus. Sejak saat berbicara di telepon dengannya, pria itu bahkan sudah sangat jauh berbeda dari biasanya. Walau bibirnya berkata 'sayang', tetapi Leona tahu kalau hati dan mata pria itu tidak sedang bersamanya. "Kenapa kau diam saja sejak tadi, Leona? Tadi kau memintaku untuk cepat pulang, tapi sekarang kau sama sekali tidak mau bicara denganku," ucap Markus pelan. Leona tidak menjawab. Wanita ini bahkan memalingkan wajahnya. Dia bisa merasakan bagaimana sekarang wajahnya sedang memanas. Sama panasnya dengan hatinya yang terluka karena menyadari kalau Markus tidak lagi menginginkan dia. "Leona, Sayang ...." Markus berjongkok di hadapan sang istri berharap kalau dengan cara seperti ini dia bisa berbicara dengan Leona. Leona tidak ingin melihat bagaimana tatapan Markus saat ini. Walau pria itu mendongak untuk bisa melihat bagaimana kejelasan wajahnya, tetapi dia mencoba untuk memejamkan mata agar pria ini tahu kalau seka
Sebuah amplop coklat tebal kini telah dipegang oleh Markus. Pria ini sama sekali tidak menduga kalau istrinya akan memberikan dia sebuah benda yang isi di dalamnya pun tidak diketahui olehnya. "Apa ini, Leona?" tanya Markus. Leona tersenyum getir. "Bukalah dan lihat bersama dengan Ibu. Aku yakin kalau kau akan mengetahui kalau sudah melihat dan memeriksa isinya." Markus mengikuti apa yang disuruh oleh istrinya. Pria ini kemudian perlahan membuka amplop coklat tebal itu. Rasanya tidak karuan ketika dia mengeluarkan beberapa buah foto yang sudah tercetak dengan ukuran yang sebesar amplop coklat itu. Ibunya sendiri pun sama sekali tidak menyangka ketika dia mengambil benda yang dipegang oleh Markus itu dan melihat bagaimana tampilan wajah putranya bersama dengan seorang wanita muda. "B-bagaimana bisa?" tanya Markus dengan mata berkaca-kaca dan melihat ke arah Leona sekarang. "Kau bertanya padaku bagaimana bisa, Markus? Bukankah seharusnya itu adalah pertanyaan yang aku tujukan pada