Markus tertegun mendengar bagaimana Leona yang menuntut sebuah jawaban darinya.
Jantungnya sempat berdetak dengan cepat karena dia sangat takut kalau istrinya ini memiliki firasat pada apa yang sudah terjadi padanya dengan wanita yang sekarang sudah resmi dijadikan sebagai sugar baby-nya.
Akan tetapi, Markus mencoba untuk bersikap tenang karena dia tidak mau kalau sikap gegabahnya akan membuat semuanya menjadi kacau dan Leona mengetahui perselingkuhannya.
"Sekarang kau sedang berpikir kalau aku melakukan sesuatu yang tidak pantas, Sayang?" tanya Markus yang seolah sedang membalikkan situasi.
Leona tersenyum lalu menunduk. "Lupakan, Markus. Tidak seharusnya aku bertanya seperti itu padamu karena kau adalah pria yang sangat jujur."
Setelah mengatakan kalimat itu Leona mengecup pipi suaminya dan dia beranjak meninggalkan Markus di balkon seorang diri.
Markus mengusap pipinya.
Kecupan yang diberikan oleh Leona di sana terasa sangat berbeda dan tidak lagi sama.
Ya, setelah merasakan bagaimana aroma tubuh Catherine yang sampai saat ini masih terngiang-ngiang di kepalanya, dia tidak bisa merasakan perasaan yang sama lagi pada sentuhan fisik Leona.
"Jangan bersikap gila seperti ini atau kau akan menyakiti perasaan Leona, Markus. Dia sudah banyak berkorban untukmu dan sekarang ketika bersama dengannya kau harus fokus padanya saja!" batin Markus.
Pria ini kemudian beranjak.
Dia berdiri sejenak untuk melihat bagaimana pemandangan danau yang biasa dilihat oleh sang istri dari atas balkon ini.
"Dia selalu mencari ketenangan di sini. Ya, setidaknya hanya ini yang bisa kuberikan padanya untuk mengobati rasa bersalahku kepadanya." Markus memejamkan matanya.
Beberapa detik kemudian dia membuka kedua matanya lalu pergi setelah tersenyum dengan penuh kesedihan.
***
Leona tidak keluar dari kamar mandi karena dia beralasan ingin berendam di bath up.
Tidak biasanya Markus sama sekali tidak mengganggunya seperti biasa. Namun, kali ini Leona tidak ingin mengomel karena dia sendiri tahu kalau firasatnya memang benar ketika melihat bagaimana tadi Markus yang menjawabnya dengan tatapan yang tidak tulus dan penuh dengan kebohongan.
"Kau mungkin beranggapan kalau aku akan selalu percaya padamu, Markus. Tapi, sepertinya itu hanyalah pikiranmu saja untuk sekarang. Meski aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengetahui apa yang kau lakukan di luar sana, setidaknya ketika kau di rumah aku akan mencoba dan berusaha agar kau hanya fokus padaku!"
Leona menenggelamkan kepalanya.
Dia ingin merasakan bagaimana segala kerumitan yang dirasakannya menguap bersama dengan air.
"Kalau kau memang ingin mencintai wanita lain, maka aku ikhlas untuk mengakhiri semuanya ketika aku sudah tahu kalau wanita itu adalah sosok terbaik untukmu."
Leona tersenyum.
Dia yang begitu mencintai Markus.
Dia yang begitu menghargai pria itu.
Bahkan, dia yang begitu ikhlas menerima kondisinya sekarang karena kecelakaan yang mereka alami beberapa tahun yang lalu, kini sepertinya harus menelan pil pahit pada pernikahan yang selalu coba dipertahankan olehnya.
"Semua karena kesalahanku yang tidak bisa mengemudi dengan baik, Leona. Kau jadi kehilangan rahimmu karena aku. Aku tidak akan pernah membuang apalagi menyia-nyiakanmu. Selamanya walau kita hanya hidup berdua maka aku akan tetap mencintaimu!"
Kini kata-kata yang diucapkan oleh Markus sebagai bentuk rasa menyesalnya atas kecelakaan itu, terasa seperti ampas yang tidak ada artinya lagi bagi Leona.
Sikap Markus yang telah berubah dalam semalam setelah lima tahun kecelakaan itu, kini telah menghancurkan segala harapan Leona.
"Mungkin memang benar kalau tidak ada hal yang mutlak di dunia ini. Begitu juga dengan cinta dan kesetiaan," batin Leona. Wanita ini kemudian memutuskan untuk memejamkan matanya sembari merenungi apa yang akan dilakukan olehnya nanti.
***
Markus tidak bisa tenang ketika menunggu Leona yang masih mandi dan ini sudah menghabiskan waktu berjam-jam.
Sebenarnya ada sesuatu yang sangat ingin dilakukan oleh pria ini dengan sang istri, tetapi sepertinya itu sangat mustahil kalau Leona masih terus merajuk seperti yang sekarang sedang dilakukan olehnya.
Ya, Markus telah melabeli istrinya itu dengan kata merajuk karena tidak biasanya dia akan bersikap seperti ini.
"Kenapa kau hanya mondar-mandir seperti itu saja sejak tadi, Markus? Mana Leona?" tanya Elizabeth, ibu Markus.
Markus tertunduk kemudian berjalan mendekati kursi roda ibunya. "Dia sedang berendam, Bu. Aku tidak berani mengganggunya karena sepertinya dia marah padaku."
Elizabeth kemudian menarik napasnya dalam-dalam. "Semalaman dia tidak tidur karena menghawatirkanmu, Markus. Jadi, kalau sekarang dia hanya ingin sendiri sepertinya itu adalah suatu hal yang wajar."
"Ibu sekarang sedang mencoba untuk membelanya?" cerca Markus.
Elizabeth menggeleng. "Ibu hanya mengatakan kebenaran. Karena kalau Ibu ada di posisinya mungkin Ibu akan melakukan hal yang lebih gila lagi!"
"Aku ingat, seperti melemparkan koper Ayah ke depan pintu rumah dan menyuruhnya pergi begitu saja, kan?" ejek Markus.
Elizabeth tertawa kemudian menepuk pundak putranya.
Karena dia tidak menyangka di usianya seperti ini sang putra masih bisa bersikap manja seperti ini padanya. Khususnya, dalam hal-hal yang berkaitan dengan masa lalu mereka.
"Leona adalah wanita yang baik, Markus. Sayangilah dia karena semua hal yang terjadi padanya itu adalah kesalahanmu."
"Ibu bukannya senang kalau kau tidak memiliki keturunan, tetapi pikirkanlah baik-baik bagaimana perasaannya kalau kau ingin menjalin hubungan dengan wanita lain."
"Ibu tidak menuduhmu berselingkuh atau apa pun itu. Ibu juga tidak melarangmu untuk mencari kesenangan di luar sana kalau itu semua atas sepengetahuan Leona. Tapi, satu hal yang harus terus kau jaga adalah bagaimana perasaan Leona yang begitu lembut harus tersakiti jika kau melakukan tindakan yang di luar batas, Markus."
Setelah mengucapkan kalimat yang panjang lebar itu, Elizabeth kemudian menatap manik mata biru sedalam lautan putranya.
Dia dapat melihat dengan jelas kalau ada sesuatu yang tidak beres pada putranya. Tatapannya sangat jauh berbeda dengan tatapan pada hari-hari biasa.
"Ibu tidak usah mengkhawatirkan hal itu karena aku sudah tahu bagaimana harus bersikap pada Leona. Selamanya dia adalah tanggung jawabku karena semua adalah kesalahanku, Bu. Lagi pula di dunia ini aku akan terus mencintai dia sebagai wanita satu-satunya. Jangan juga pikirkan ataupun menuduh aku melakukan tindakan penyelewengan. Aku ini adalah pria baik-baik, Bu!" sembur Markus.
Elizabeth terkekeh.
Ketika mengatakan kalimat ini dengan begitu panjang lebar, ekspresi wajah Markus sengaja dibuat begitu menggemaskan sehingga Elizabeth tidak bisa untuk menahan tawanya.
Ya, sosok Markus adalah sosok seorang pria yang sangat humoris sehingga ketika kita merasa kesal padanya maka dengan cepat pula kita akan merasa kalau itu adalah kesia-siaan karena Markus tidak bisa diajak untuk berkompromi masalah merajuk.
Sangat berbeda halnya ketika dia di luar sana yang terkenal sebagai sosok seorang pria berwibawa dengan kharismanya yang begitu mendominasi.
Siapa yang tidak mengenal sosok Markus Hans?
Seorang billioner tampan dengan kekuasaan dan juga kejayaan yang tidak akan habis selama tujuh turunan.
Sayangnya, dia hanya tidak bisa memiliki keturunan karena kecelakaan yang menimpa dia dan istrinya yang menyebabkan rahim sang istri harus diangkat.
Sudah banyak wanita yang mengejarnya dan berharap kalau mereka bisa mengisi hati pria itu dan membuatnya menyingkirkan Leona.
Tidak ada yang bisa!
Cinta Markus pada Leona begitu besar.
Bahkan kesetiaan pria ini tidak usah diragukan lagi.
Namun, setelah bertemu dengan sosok Catherine di rumah sakit, dunia Markus seakan berubah dan dia mulai menyelidiki wanita itu.
Hingga, semalam dia bisa menyesap madu dan intisari dari wanita yang telah mengisi relung hatinya hanya dengan pertemuan pertama saja.
"Aku berjanji akan terus mencintai Leona, Bu. Dan, sebisa mungkin aku tidak akan melakukan hal aneh yang akan mengecewakanmu dan juga dia. Kecuali ...." Markus terdiam sesaat.
Elizabeth menunggu dengan begitu tidak sabaran kira-kira apa yang akan dikatakan oleh putranya lagi.
"Kecuali aku sudah menemukan seseorang yang tepat untuk menggantikan posisi Leona sesuai dengan permintaannya," bisik Markus. Ada rasa sakit dari perkataan yang diucapkan olehnya itu.
*****
Catherine sama sekali tidak bisa fokus sekarang. Ketika dia sudah selesai dengan urusan perkuliahannya, dia lebih memilih untuk diam di kantin dan menunggu sahabatnya yang sedang mengikuti kelas percepatan karena banyak ketinggalan sebelumnya. Wanita ini terlihat lesu. Dia sendiri tidak menyangka kalau berhubungan dengan seorang pria bisa menghabiskan energi yang begitu besar seperti apa yang sekarang sedang dirasakan olehnya. Kelelahan! Wanita ini kemudian menarik napas dalam-dalam. Untuk pertama kali dia menggerai rambutnya ketika pergi ke kampus dan memakai pakaian yang sedikit tertutup. "Hari ini kau terlihat sangat berbeda, Cathy!" sapa seorang pria yang kemudian langsung duduk di hadapannya. Catherine menoleh sekilas ke arahnya. Sejurus kemudian dia mengalihkan pandangan dan memutar bola matanya dengan malas. Pria itu tahu kalau Catherine pasti masih marah padanya, tetapi bukan Kenzo namanya kalau dia tidak bisa memenangkan hati wanita cantik di hadapannya ini. "Wajahmu y
Langkahnya terlihat sangat berhati-hati ketika wanita ini memasuki sebuah kamar yang merupakan presiden suite di hotel ternama di kota tempat dia tinggal. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang karena ternyata setelah dia memindai ke sekeliling ruangan sama sekali tidak ada sosok pria yang telah mengambil keperawanannya dengan begitu beringas beberapa hari yang lalu. "Huf, setidaknya aku tidak harus bersikap kikuk karena aku sampai duluan," gumam Catherine yang kemudian meletakkan tasnya dan duduk di sebuah sofa besar yang ada di kamar ini. Wanita ini sama sekali tidak pernah menyangka kalau di dalam hidupnya dia akan memiliki kesempatan untuk memasuki sebuah kamar dengan fasilitas super mewah seperti yang sekarang sedang didatangi olehnya. Ya, kalau bukan karena dia menjadi sugar baby dari seorang Markus Hans, sepertinya sampai seumur hidup pun Catherine tidak akan pernah bisa memasuki kamar seperti ini. "Setidaknya sekarang aku harus belajar untuk bisa menjadi sedikit lebih g
Catherine mencoba untuk menggerakkan tubuhnya. Dia merasakan perih yang begitu luar biasa pada bagian bawah pangkal paha, sehingga ketika dia ingin mencoba berdiri, sesuatu yang sedikit sakit membuatnya tersiksa. "Aww ...." Wanita ini meringis ketika tanpa sengaja dia berdiri dengan terpaksa sehingga bagian bawah tubuhnya terasa begitu sakit. "Jangan paksa dirimu untuk berdiri seperti itu, Catherine!" seru Markus dengan suaranya yang begitu berat. Catherine dengan cepat menoleh ke arah pria itu lalu menutup dadanya yang belum mengenakan sehelai benang pun. Markus tertawa. Pria ini kemudian mendekati Catherine dan memberikan selimut untuknya. "Lucu sekali karena kau malu padaku, Cath." Pria ini kemudian memakaikan selimut pada wanita yang saat ini sedang menunduk di hadapannya. Markus melihat bagaimana polosnya wanita yang tadi digempur habis-habisan olehnya. Wanita yang telah memberinya kepuasan yang selama ini begitu dirindukan olehnya. Wanita ini begitu muda jika dibandingka
Leona bisa mencium sesuatu yang tidak biasa dari gelagat Markus. Sejak saat berbicara di telepon dengannya, pria itu bahkan sudah sangat jauh berbeda dari biasanya. Walau bibirnya berkata 'sayang', tetapi Leona tahu kalau hati dan mata pria itu tidak sedang bersamanya. "Kenapa kau diam saja sejak tadi, Leona? Tadi kau memintaku untuk cepat pulang, tapi sekarang kau sama sekali tidak mau bicara denganku," ucap Markus pelan. Leona tidak menjawab. Wanita ini bahkan memalingkan wajahnya. Dia bisa merasakan bagaimana sekarang wajahnya sedang memanas. Sama panasnya dengan hatinya yang terluka karena menyadari kalau Markus tidak lagi menginginkan dia. "Leona, Sayang ...." Markus berjongkok di hadapan sang istri berharap kalau dengan cara seperti ini dia bisa berbicara dengan Leona. Leona tidak ingin melihat bagaimana tatapan Markus saat ini. Walau pria itu mendongak untuk bisa melihat bagaimana kejelasan wajahnya, tetapi dia mencoba untuk memejamkan mata agar pria ini tahu kalau seka
Sebuah amplop coklat tebal kini telah dipegang oleh Markus. Pria ini sama sekali tidak menduga kalau istrinya akan memberikan dia sebuah benda yang isi di dalamnya pun tidak diketahui olehnya. "Apa ini, Leona?" tanya Markus. Leona tersenyum getir. "Bukalah dan lihat bersama dengan Ibu. Aku yakin kalau kau akan mengetahui kalau sudah melihat dan memeriksa isinya." Markus mengikuti apa yang disuruh oleh istrinya. Pria ini kemudian perlahan membuka amplop coklat tebal itu. Rasanya tidak karuan ketika dia mengeluarkan beberapa buah foto yang sudah tercetak dengan ukuran yang sebesar amplop coklat itu. Ibunya sendiri pun sama sekali tidak menyangka ketika dia mengambil benda yang dipegang oleh Markus itu dan melihat bagaimana tampilan wajah putranya bersama dengan seorang wanita muda. "B-bagaimana bisa?" tanya Markus dengan mata berkaca-kaca dan melihat ke arah Leona sekarang. "Kau bertanya padaku bagaimana bisa, Markus? Bukankah seharusnya itu adalah pertanyaan yang aku tujukan pada
Markus begitu gundah gulana karena ternyata Leona begitu kekeh dengan keputusannya yang tidak ingin mempertahankan rumah tangga mereka. Pria ini bahkan memukul tembok beberapa kali karena dia merasa sangat sakit hati dengan apa yang diinginkan oleh istri tercintanya itu. Sudah beberapa hari Leona tidak mau berbicara dengannya dan dia hanya akan masuk kembali ke kamar setelah semua urusannya selesai. Dia tidak peduli pada Markus yang harus tidur di kamar tamu dan pergi ke kantor dengan perasaan kacau. Siksaan ini nyata diberikan oleh Leona untuknya dalam beberapa hari. Bahkan, Markus tidak menghubungi Catherine sama sekali dan seakan lupa padanya. "Aku hanya ingin bersenang-senang dengan seseorang dan itu hanyalah bersifat sementara saja. Kenapa kau malah berpikiran sempit dan mengira kalau aku telah membuka hati untuk wanita itu, Leona?" Pria ini mengeram dengan emosinya yang tertahan. Ingin sekali dia melampiaskan kemarahannya pada seseorang, tetapi dia tidak tahu harus kepada
Leona benar-benar melakukan sesuatu yang di luar batas perkiraan siapa pun yang ada di ruangan itu. Sekarang mereka begitu terkejut karena sosok seorang wanita cantik yang berusia muda kini hadir di antara perbincangan Leona dan suaminya. Markus sendiri sama sekali tidak habis pikir karena sekarang sosok dari wanita yang beberapa malam telah menghabiskan waktu untuk bertempur dengannya, kini sedang terduduk dengan wajah yang tertunduk dan tidak berani diangkat. "Seperti yang sudah aku katakan padamu tadi, Markus. Kalau kau sama sekali tidak bisa menerima permintaanku untuk bercerai, maka wanita yang saat ini hadir di antara kita harus segera kau nikahi!" suruh Leona dengan begitu santai seakan dia tidak memikirkan bagaimana perasaan Markus dan juga ibunya sekarang. Pria tampan itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Jangan bicara ngawur dan berhenti membahas mengenai perceraian! Memangnya kau kira untuk menikah dengan orang lain akan semudah itu?" "Apanya yang susah di saat ka
Catherine menatap wajah ibunya yang begitu sendu dan terbaring dengan begitu lemah di atas brangkar. Pikirannya kini melanglang buana pada saat tadi dia harus diinterogasi oleh istri dari seorang pria yang telah merenggut keperawanannya. Catherine sama sekali tidak ingin menikah dengan Markus Hans. Dia benar-benar tidak ingin menjadi seorang wanita yang harus berada di antara rumah tangga orang lain. "Ibu, ayo bangunlah. Aku benar-benar butuh masukan darimu. Aku benar-benar butuh teman untuk berbagi keluh kesahku," bisik Catherine terisak. "Apa Ibu tahu betapa menderitanya aku sejak Ibu koma seperti ini? Rasanya begitu menyesakkan. Hatiku sakit, Bu." "Seseorang datang dan mengisi hidupku. Lalu, sekarang situasinya menjadi semakin rumit karena aku harus menjadi seseorang yang menghancurkan kehidupan pernikahan orang lain. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Di tengah isak tangisnya, sebuah tangan besar dan hangat tanpa terasa menyentuh pundaknya. Catherine terperanjat. Wani