"Coba semuanya lihat. Ibu menemukan ini di tas Bella." Bu Rea mengangkat sebuah tespek bergaris dua. Saat ini memang sedang ada razia rutin di kelas
Wajah Bella panik."Ibu, itu bukan punya Bella. Serius Bella tidak hamil.""Woe, ngaku aja deh. Keluargamu kan keluarga mafia. Bibit-bibit orang kotor seperti itu pasti mengalir juga ke darahmu. Melihatmu hamil di luar nikah bukan hal yang mengejutkan buat kita. Iya nggak guys?" Sonya melayangkan hinaan kepada Bella."Bener banget. Ibu percaya aja deh dengan bukti itu. Orang udah jelas ada buktinya mau ngelak gimana lagi?" Timpal teman sekelas Bella yang lain.Bu Rea memandang Bella."Bella, bagaimana kau akan menjelaskan semua ini?""Bener Bu. Percaya sama Bella. Bella hanya difitnah. Bella tidak mungkin hamil di luar nikah.'"Tukang zina mana ada yang ngaku huuu...""Iya bener. Udah ngaku aja Bel siapa laki-laki yang menghamili kamu."Tiba-tiba Pak Rehan lari menuju kelas 11 IPS 6 dengan wajah panik."Gawat Bu Rea. Ini gawat!" Pak Rehan ngos-ngosan. Bicaranya tak jelas."Lihat, lihat! Di aula!""Aula? Ada apa dengan Aula?" Bu Rea bingung. Ia segera keluar mengikuti Pak Rehan.Di luar para siswa-siswi sudah heboh sekali. Mereka berlarian menuju Aula. Berjubal di depan pintu masuk. Berdesak-desakan menghalangi jalan."Coba minggir dulu! Minggir, beri Ibu jalan!" Para siswa serentak minggir. Mereka memberikan jalan sempit yang hanya bisa dilalui satu orang agar Bu Rea dan Pak Rehan bisa masuk ke dalam Aula.Sesampainya di dalam aula Bu Rea begitu terkejut. Seseorang telah menyalakan proyektor yang di dalamnya terdapat sebuah foto panas di atas ranjang. Orang itu tak lain tak bukan adalah Bellatrix dan Sagara."PANGGIL BELLA DAN GARA KESINI SEKARANG!!!" Bu Rea berteriak sangat keras karena saking marahnya.Beberapa orang siswa sigap mencari Bella dan Gara. Mereka menggiring dua bocah yang sekarang menjadi terdakwa perbuatan tidak senonoh."Ada apa Bu?" Gara yang tidak tahu apa-apa bertanya dengan polos.PLAAKKKK!!!Semua orang langsung diam. Mereka tak menyangka jika Bu Rea sampai menampar Gara."Jelaskan pada Ibu sekarang juga maksud foto itu!" Bu Rea mendesis marah sembari menunjuk foto di dalam layar proyektor itu."Aku tidak tahu apapun. Aku tidak pernah melakukan apapun. Di era modern seperti ini foto begituan sangat mudah diedit. Apa Ibu percaya begitu saja pada foto itu?""Lalu bagaimana kau menjelaskan ini?" Bu Rea menunjukkan hasil tespek bergaris dua.Gara terkejut bukan kepalang."Sudah Bu, tidak usah ditanya lagi. Bukti-bukti perbuatan zina mereka sudah ada. Keluarkan saja mereka dari sekolah!" Seorang siswa berteriak memprovokasi."Benar. Keluarkan saja!" Siswa-siswi lain ikut terprovokasi."Keluarkan!""Keluarkan!Teriakan siswa bertambah gaduh. Bella pusing sekali mendengarnya."Nikahkan saja, biar mereka menebus dosa-dosa mereka!" Teriak siswa lainnya."DIAM SEMUANYA!!!" Bu Rea berteriak mengalahi suara gaduh di aula. Mendadak semua siswa langsung diam."Kalian berdua ikut Ibu ke kantor. Selain itu Ibu akan memanggil kedua wali kalian untuk datang langsung ke sekolah!""Tapi, Bu. Ini tidak adil. Aku tidak melakukan apapun pada Bella. Bella tolong kau jelaskan kalau kita sedang difitnah.""Iya, Bu Rea. Aku bahkan tidak tahu tespek itu milik siapa dan mengapa tiba-tiba ada di dalam tasku.""Jangan berkelit lagi Gara, Bella! Ikut ke kantor se-ka-rang!!!"***Sekolah hari itu benar-benar heboh dengan adanya kasus perzinahan Gara dan Bella. Bahkan Bella sampai hamil di luar nikah. Tak ada yang menyangka ketua OSIS seperti Gara yang kinerjanya dinilai sangat baik dan patut menjadi teladan justru menorehkan kebusukan pada sekolah seperti ini.Hari itu juga wali murid dari Gara dan Bella di panggil ke sekolah. Dua bocah itu di sidang di kantor selama tiga jam penuh."Maaf Bapak-bapak sekalian, sekolah kami tidak bisa mentolerir aib sebesar ini. Gara dan Bella telah terbukti bersalah. Maka dengan berat hati memberikan sangsi, keduanya akan kami keluarkan dari sekolah ini.""Ibu, tolong pertimbangkan lagi." Gara melayangkan protes. Ia tidak terima jika harus dikeluarkan dari sekolah favorit yang sudah didambakannya sejak di bangku sekolah dasar."Tidak bisa lagi Gara. Ingat, setiap perbuatan mengandung konsekuensi. Kau harusnya memikirkan konsekuensi hingga sejauh ini ketika akan melakukan perbuatan itu."Ayahnya Gara yang menjadi seorang CEO perusahaan besar tak kuasa menahan malu lantaran Gara, putra tunggal kebanggaannya harus membuat nama keluarga besar Rihanda tercemar dengan perbuatannya ini."Bu, aku tidak hamil. Aku bahkan belum pernah melakukan perbuatan seperti itu. Tolonglah Bu tarik lagi keputusan Ibu. Sehendaknya jika Ibu tidak percaya kepadaku tolong percaya pada Gara. Kita semua tahu Gara anak yang baik. Mustahil melakukan hal seperti itu.""Sebagai kepala sekolah Ibu harus mengambil tindakan tegas seperti ini Gara, Bella. Maaf, keputusan ini sudah final. Bukti yang ada tidak bisa dibantah lagi. Kalian di keluarkan dari sekolah ini."Lemas rasanya Gara dan Bella ketika mendengar ucapan Bu Rea yang sepertinya mustahil untuk dinegosiasikan lagi."Tentang bagaimana Gara dan Bella ke depannya Ibu menyerahkan urusan ini pada kedua keluarga. Baiknya dibicarakan baik-baik secara kekeluargaan."Papa Rano melihat Bella dengan ekspresi kecewa."Ayahnya Gara, sebaiknya Gara menikahi Bella. Bagaimana menurutmu Tuan?""Apa menikah??? Papa, jangan membuat keputusan seperti ini. Bella masih kecil.""Tolong Om. Kami hanya difitnah...""Gara... Perbuatan kalian tidak hanya mencemari nama baik sekolah. Tapi nama kedua keluarga besar. Jalan satu-satunya untuk menyelamatkan nama keluarga kita adalah dengan pernikahan kalian.""Ayah... Bahkan Ayah tidak percaya pada putra Ayah sendiri?""Ayah bukan tidak percaya padamu, Gara. Hanya saja keadaan sudah kepalang runyam begini. Kau harus bersikap dewasa. Menikahlah dengan Bella demi menyelamatkan nama baik kedua keluarga."Gara tertunduk lesu. Semua kejadian ini tidak pernah terfikir akan menimpanya."Papa..." Bella memohon pada Papanya. Berharap papanya memberikan pengampunan dan memberikan solusi lain selain menikah. Ia tidak ingin menikah. Terlebih saat Gara terlihat tidak ingin menikahi Bella."Maaf Bella. Sama seperti Ayahnya Gara. Papa juga memikirkan nama baik dan reputasi keluarga kita. Berkorbanlah kali ini saja demi keluarga kita."Bella benar-benar sudah hilang harapan."Nah, Tuan Rano. Berapa mahar yang pantas untuk Gara berikan pada putrimu?" Tanya Ayah Daniel. Ia tahu jika Bella adalah putri seorang mafia yang sudah barang pasti hartanya sangat melimpah. Sebisa mungkin Ayah Daniel menghargai putri mereka."Sekiranya yang tidak memberatkan Gara. Tapi juga tidak menghina Bella.""Bagaimana jika Gara memberikan seratus gram emas, satu triliun uang tunai, satu hunian mewah, dan satu mobil mewah sebagai mahar untuk Bella. Apakah nilai ini cukup menghargai Bella?"Papa Rano tersenyum."Sebagai CEO kawakan kau pasti sangat kaya Daniel. Tapi masalah cukup atau tidak biar Bella yang menjawab.""Bagaimana Nak, Bella?" Tanya Ayah Daniel.Bella terdiam cukup lama. Ia bukan pusing masalah mahar. Tapi pusing memikirkan bagaimana mungkin fitnah ini berakhir dengan pernikahan dini."Bella tidak meminta apa-apa. Apapun yang diberikan Gara, Bella akan terima. Yang terpenting nama kedua keluarga kita terselamatkan. Itu saja.""Pilihan yang bijak Nak, Bella." Ayah Daniel tersenyum.Setelah acara pernikahan sederhana selesai di gelar Gara harus pindah ke rumah Bella. Saat ini keduanya ada di dalam kamar yang sama."Gara... Aku mau ngomong sama kamu."Gara melihat Bella dengan tatapan marah."Kenapa harus aku?" Tanya Gara dengan nada sinis."Maksudnya?" Bella mengerutkan keningnya."Jika kau ingin menjebak laki-laki masuk ke dalam permainanmu kenapa harus aku yang kau pilih Bella? Laki-laki lain masih banyak. Kau menghancurkan segala impianku tentang sekolah, tentang prestasi dan segalanya."Bella ternganga tak percaya pada ucapan Gara."Gara, kau pikir aku sedang menjebakmu? Gara, sadarlah. Disini aku pun dijebak. Jika kau mencurigai aku sebagai dalang dibalik semua kejadian ini, kau jelas salah."Gara mendengus sebal. Ia sepertinya tidak ingin berdebat dengan Bella."Kau bilang saja sebenarnya hamil dengan siapa?""Hamil? Gara, jadi kau percaya dengan fitnah itu? Gara, aku bahkan masih perawan asal kau tahu saja.""Oh, ya?" Gara meragukan.Bella terlihat tidak t
"Hooaammm..." Bella mengeliat. Saat ia hendak bangun ia merasa sesuatu menumpang di atas perutnya."Apaan nih?" Bella membuka selimut dan mendapati tangan Gara berada di atas perutnya. Entah Gara sadar atau tidak jika melakukan hal ini.Bella menoleh pada Gara. Dalam keadaan tidur seperti ini wajahnya terlihat sangat tenang. Gara adalah laki-laki tampan yang populer di sekolah. Dengan adanya kejadian kemarin sudah pasti semua citra Gara hancur."Ra... Bangun Ra." Bella menusuk pipi Gara sampai laki-laki itu kaget."Ngapain sih Bel?" Gerutu Gara. Ia tidak terima dibangunkan dengan cara seperti itu."Bangun. Pindahin tanganmu nih. Aku jadi nggak bisa bangun.""Tangan apa?" Rupanya Gara masih tidak sadar."Tanganmu. Kamu semalam tidur sambil meluk aku ya? Cieee... Ciee..."Seketika Gara menarik tangannya. Ia tidak mau dianggap tidur sambil memeluk Bella."Mana ada. Namanya orang tidur bisa aja nggak sadar kan tangannya kemana. Lagian aku ngiranya kamu pasti guling. Jangan sok kepedean ka
"Bel...""Tauk ah, Ra. Dah malem ini nggak usah berisik. Aku mau tidur."Gara naik ke atas tempat tidur. Ia menarik selimut Bella dengan sekali tarik."Aku pergi seharian dengan Ayah untuk mencari sekolah baru untuk kita. Setelah itu aku nganter Papamu ke bandara. Dia bilang mau ke luar negeri untuk urusan entah urusan apa yang diurus mafia sepertinya aku tidak tahu. Dan pulang-pulang kau marah begini denganku.""Aku nggak marah. Terserah kamu aja deh. Mau kemana kek."Gara diam."Ngapain diem aja?""Lagi mikir enaknya cewek modelan kamu ini diapain."Bella melebarkan matanya."Emangnya kamu mau ngapain?""Ngapain aja boleh kan kamu istriku.""Ih, sumpah kamu serem banget. Katanya nggak suka sama aku. Kenapa sekarang begini?""Cowok bisa aja kok Bel bercinta tanpa mencintai.""Dih gila."Cletak!Lagi-lagi Gara menyentil jidat Bella."Aww...""Nggak usah punya pikiran macem-macem. Besok kita mulai sekolah lagi. Bangun yang pagi. Aku nggak mau menjadi alarmmu.""Peluk boleh?" Tanya Bell
"Oh, Saraga! Hai...!"Sagara menoleh dan saat itulah ia melihat Sabia. Gadis cantik dan pintar yang kemarin sempat meneleponnya."Hai," balas Gara singkat."Kok disini?""Sagara sekarang pindah ke sekolah kita Bia," Edo menjelaskan."Oh, kok nggak ngomong-ngomong dulu sih Ra? Tapi bagus deh kalo kamu sekarang di sekolah ini. Kita jadi bisa deketan. Ya kan Ra?"Gara hanya tersenyum sekilas."Sabia ngarep banget sih bisa balikan. Daripada ngarep balikan sama Gara mending nerima cintaku aja deh Bi. Masak tiap nembak ditolak terus. Dah lima tahun loh aku suka sama kamu. Spek setia gini langka tau di jaman sekarang," ujar Revan."Hmm, bener tuh Bi. Kurang apa sih Revan. Kalo masalah ganteng nggak kalah ganteng kok sama Gara." Timpal Edo."Kurangnya Revan nggak pinter kayak Gara. Aku sukanya tipe cowok kayak Gara.""Orang Gara aja belum tentu mau balikan kok. Ya kan Ra?" Tanya Revan."Apaan sih kalian. Udah bel masuk loh. Telat masuk kelas ntar kita. Aku nggak mau telat dihari pertama aku p
Tinn!!! Tinnnn!!!Mobil di belakang Gara sudah mengklakson tidak sabaran. Terpaksa Gara melajukan mobilnya. Ia sampai di depan gerbang. Dilihatnya Bella berdiri di pinggir jalan panas-panasan. Gara semakin bingung menghadapi situasi ini.Bukan apa-apa sih. Meskipun Gara tidak mencintai Bella tapi ia tetap menghargai Bella sebagai istrinya. Terlebih karena Bella anaknya mafia. Agak riskan jika ingin membuat gara-gara."Aduh, gimana nih?" Batin Gara bingung.Tiba-tiba Revan berlalu di samping mobil Gara dengan mendorong motornya. Aturan sekolah memang mewajibkan untuk mendorong motor hingga ke luar gerbang. Ini demi sopan santun."Duluan ya Ra," kata Revan.Gara langsung mendapatkan ide cemerlang."Van, tunggu bentar. Nepi dulu.""Ada apa?" Tanya Revan dengan kening berkerut. Tapi ia segera melihat ada Sabia yang duduk di kursi samping Gara. Revan pun tidak bertanya lagi. Ia menepi mengikuti permintaan Gara.Gara buru-buru keluar dari mobil sebelum Bella melihatnya."Ada Sabia mau neben
"BEELLL!!!" Gara berteriak panik.Grep!Gara sigap menangkap tubuh Bella. Keduanya jatuh terduduk di tangga dengan posisi Bella berada di pangkuan Gara."Ehhh???" Jantung Bella berdegup kencang. Hampir saja ia meluncur dari tangga. Entah bagaimana jadinya kalau Gara tidak menyelamatkannya."Kek bocah sih lari-larian. Kalo jatuh gimana? Aku lagi loh nanti yang disalahin Ibuk.""Tapi aku nggak jadi jatuh kan?" Bella berkilah."Iya, karena aku tangkap. Kalo nggak gimana?""Nah, itulah makanya kita ditakdirkan menikah Ra. Adanya kamu memang untuk menjaga dan melindungi aku. Makasih ya Gara sayang.""Apaan sih lebay. Kita nikah ya karena kita difitnah. Nggak usah ngaco kemana-mana. Buruan bangun gih. Kamu berat tau."Bella mendengus sambil berdiri. Ia segera turun ke ruang makan. Kali ini langkahnya lebih hati-hati. Takut kalau-kalau jatuh lagi."Ada apa Ra, kok tadi teriak?" Selidik Ibunya Gara."Nggak kok Ma." Gara duduk di samping Bella."Ra, Bel, besokkan hari minggu. Gimana kalau kali
Bella dengan asyiknya membalur seluruh tubuhnya dengan busa sabun. Ia kemudian menikmati siraman air hangat dari shower. Air hangat memang dapat memberikan kenyamanan dan merilekskan otot-otot kakinya yang pegal karena berjam-jam keliling mall.Tiba-tiba...Ceklek!Kenop pintu kamar mandi diputar. Daun pintunya terbuka. Gara masuk begitu saja tanpa tahu jika Bella sedang mandi.Refleks Bella menoleh."KKKYYYYYYAAAAAAAAAAA!!!" Bella berteriak sekencang-kencangnya sambil menutupi tubuhnya. Sedangkan Gara bukannya keluar ia justru membeku di tempat."Be-Bella...""Keluar Ra! Buruan keluar!"Kesadaran Gara belum pulih sepenuhnya. Ia masih terpesona melihat Bella."Ra!" Teriak Bella."Cepet keluar!" Bella mengulangi perintahnya."I-iya aku keluar." Gara berbalik badan. Ia buru-buru keluar. Seketika tubuhnya panas dingin. Ia menyenderkan punggungnya di tembok di samping pintu kamar mandi. Berusaha menguasai dirinya, juga menahan gejolak yang ada di dalam tubuhnya.Tak berapa lama Bella kelu
Senin pagi, semua siswa-siswi SMA swasta tengah melaksanakan upacara bendera rutin. Acara upacara berlangsung dengan tertib dan baik. Sampai ketika pada acara amanat berlangsung terdengar suara gaduh dari kelas 12 IPA 1.Glebuk!Sabia tiba-tiba tumbang."Bi!" Teriak Gara panik. Ia lah orang yang menangkap tubuh Sabia. Pasalnya Sabia memang berbaris di sampingnya.Tanpa memikirkan apapun selain rasa khawatir pada Sabia, Gara langsung membopong tubuh Sabia menyebrangi lapangan. Langkahnya setengah berlari menuju UKS. Kejadian ini tentu disaksikan oleh seluruh siswa tanpa terkecuali Bella. Ia hanya bisa menunduk sambil menggigit bibir bawahnya menyaksikan suaminya membopong mantan kekasihnya.Seketika Bella merasa hatinya begitu ngilu. Apalagi suasana diperburuk dengan bisik-bisik siswa lainnya yang mengatakan so sweet banget Gara mau membopong ketua OSIS seorang diri. Bagaimana Bella tidak kesal mendengar suaminya dikatakan so sweet dengan gadis lain."Coba yang lain nggak usah ribut. D