Setelah acara pernikahan sederhana selesai di gelar Gara harus pindah ke rumah Bella. Saat ini keduanya ada di dalam kamar yang sama.
"Gara... Aku mau ngomong sama kamu."Gara melihat Bella dengan tatapan marah."Kenapa harus aku?" Tanya Gara dengan nada sinis."Maksudnya?" Bella mengerutkan keningnya."Jika kau ingin menjebak laki-laki masuk ke dalam permainanmu kenapa harus aku yang kau pilih Bella? Laki-laki lain masih banyak. Kau menghancurkan segala impianku tentang sekolah, tentang prestasi dan segalanya."Bella ternganga tak percaya pada ucapan Gara."Gara, kau pikir aku sedang menjebakmu? Gara, sadarlah. Disini aku pun dijebak. Jika kau mencurigai aku sebagai dalang dibalik semua kejadian ini, kau jelas salah."Gara mendengus sebal. Ia sepertinya tidak ingin berdebat dengan Bella."Kau bilang saja sebenarnya hamil dengan siapa?""Hamil? Gara, jadi kau percaya dengan fitnah itu? Gara, aku bahkan masih perawan asal kau tahu saja.""Oh, ya?" Gara meragukan.Bella terlihat tidak terima."Kau ingin membuktikannya atau bagaimana?""Haruskah dibuktikan? Bukankah teman-temanmu bilang kau putri mafia? Kehidupanmu seperti apa aku bisa membayangkannya.""Kau ini... Jangan membuatku kesal Gara. Kalau kau ragu kau bisa membuktikannya. Sekarang kau berani tidak membuktikannya?" Bella menantang.Ddrrrttt... Drrrtttt...Tiba-tiba gawai Gara bergetar. Sebuah panggilan muncul di layar. Gara buru-buru pergi ke balkon untuk menerima telepon itu."Ya, halo Sabia." Tiba-tiba suara Gara berubah menjadi lembut. Berbeda sekali dengan saat berbicara dengan Bella."Halo Gara, bagaimana kabarmu? Kenapa kau seharian ini tidak mengabariku?" Bella mendekat ke balkon untuk menguping pembicaraan Gara di telepon."Aku sibuk Sabia. Maaf, bukan bermaksud mengabaikanmu. Hanya saja hari ini aku benar-benar tidak sempat memegang handphone.""Hmmm... Oke deh Ra, nggak apa-apa. Lagi apa kamu sekarang? Video call yok." Gara menjauhkan gawainya dari telinga. Sejenak ia tampak ragu untuk menerima ajakan Sabia untuk melakukan panggilan video."Ra? Kok diem aja?""Maaf Nona, aku tidak tahu siapa kau. Mungkin kau pacarnya Sagara atau siapapun itu aku tidak perduli. Tapi asal kau tahu saja. Sagara itu sekarang suamiku. Aku tidak akan membiarkan wanita manapun mengganggu suamiku." Bella bermonolog di dalam hati.Tut... Tut... Tut...Tiba-tiba Sabia sudah melakukan panggilan video. Gara sedikit ragu untuk mengangkatnya. Entah karena ia merasa tidak enak sedang berada di rumah mertuanya atau karena sekarang ia sudah menikah tidak tahu pasti."Sagara angkat dong panggilannya," suara Sabia terdengar mendayu dan manja. Jijik sekali Bella mendengarnya."I-iya sebentar." Karena merasa tak enak hati Gara pun mengangkat panggilan video dari Sabia."Hai, Gara. Lagi dimana?" Sabia melambaikan tangan untuk menyapa Sagara. Ia terlihat tersenyum manis.Tiba-tiba Bella datang tanpa diduga-duga. Secara mengejutkan ia memeluk Sagara dari belakang lalu...Cup!Bella mengecup pipi suaminya."Kok kamu disini sayang?" Bella memanas-manasi Sabia. Gara pun terkejut mendapati Bella seperti ini dan semua adegan itu tak luput dari pengelihatan Sabia."Gara, itu siapa?" Sabia bertanya dengan nada jengkel."Hai, kenalin aku pacarnya Sagara. Kamu pasti temannya ya? Maaf nih malam ini Sagara lagi kencan sama aku." Bella semakin memanas-manasi Sabia. Perempuan itu sepertinya termakan oleh omongan Bella. Buktinya sekarang ia terlihat kesal."Sagara, jadi kamu sibuk seharian sampai tidak sempat menghubungkan aku karena perempuan itu?" Cerca Sabia."Ah, Sabia. Aku minta maaf. Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku akan menjelaskan semua padamu nanti.""Loh, loh, ternyata Sagara nggak bilang ya sama kamu kalau seharian ini dia memang sibuk sama aku? Sayang kamu gimana sih kok nggak ngomong sama Sabia kalo kita lagi berduaan."Sagara melotot ke arah Bella. Bisa-bisanya si Bella memperkeruh suasana."Sagara, apa semua ini maksudnya hah?" Sagara gelagapan. Benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaan dari Sabia."Sagara!" Sabia memanggil dengan marah.Bella mengambil gawai dari tangan Gara."Maaf ya Sabia tapi kami mau nyambung pacaran lagi. Kamu nggak usah telpon-telpon lagi ya. Takutnya cuma gangguin kita. Maaf, maaf nih ya jangan kesinggung. Teleponnya aku matiin dulu. Dadahh Sabia..." Bella melambaikan tangan sembari tersenyum lebar sebelum mengakhiri panggilan."Mampus nggak tuh cewek. Marah lah kalau mau marah sama Sagara. Bodoh amat. Enak aja main telepon-telepon suamiku." Bella tersenyum puas. Begitu menoleh ia kaget melihat Sagara yang memasang wajah kesal kepadanya."Kenapa suamiku?" Tanya Bella sambil menahan tawa."Kembalikan gawaiku!" Sagara mengatungkan tangannya."Nih." Bella mengembalikan gawai Sagara."Dan sekarang lepaskan pelukanmu. Tolong menjauh dariku." Sambil merengut Bella pun menjauh.Sagara langsung meninggalkan Bella sendirian di balkon. Bella cekikikan sendiri. Rasanya puas sekali ia bisa mengerjain Sabia.Tak berapa lama Bella menyusul masuk. Ia menutup pintu di belakangnya."Bella..." Sagara memanggil tapi dalam posisi membelakangi Bella."Ya, ada apa?""Kenapa kau bilang pada Sabia jika kita pacaran?""Karena terlalu tidak realistis jika aku bilang kita sudah menikah. Orang lain mungkin hanya akan tertawa saat mendengarnya. Lalu aku akan dicap halu dan aneh."Sagara menoleh, ia memandang Bella dari balik bahunya."Kau tahu siapa Sabia?""Hahh... Siapa? Pacarmu kan?" Tebak Bella."Kalau tidak tahu jangan ikut campur lagi. Sebaiknya kau jaga sikap. Tahu sampai mana batasan-batasanmu. Ingat, aku menikahimu bukan karena aku menginginkanmu. Tapi karena kita difitnah."Gara pikir dengan berkata demikian Bella akan merasa tersakiti dengan ucapannya. Tapi Gara salah."Heh, terserah dirimu saja Gara." Bella menarik selimut. Ia naik ke ranjang bersiap untuk tidur."Aku tidur dulu Ra. Oyasuminasai... Hoaammmm..."Bella memiringkan badannya."Hari ini benar-benar melelahkan," gumam Bella pelan. Ia baru akan memejamkan mata saat tiba-tiba merasakan selimutnya disibak. Bella refleks menoleh. Ia melihat Sagara berbaring di sebelahnya."Heh? Ngapain kamu Ra?""Ngapain? Tidurlah?"Bella bangun."Tidur disini?""Kamu pikir aku bakal tidur di sofa seperti di film-film? Males banget. Kamu aja sana yang tidur di sofa kalau tidak mau tidur denganku.""Enak aja ngusir-ngusir. Ini rumahku.""Yasudah kalau tidak mau tidur saja disini berdua. Apa susahnya?""Kok aku ngeri ya Ra. Takut kamu grepe-grepe pas tidur.""Mulut dijaga ya Bel. Aku nggak semesum itu.""Ya, lagian...""Lagian apa? Kamu kan tadi yang nantangin suruh membuktikan perawan atau tidak. Giliran orang mau tidur bareng aja sudah parno kemana-mana.""Ya, tetap aja Ra ngeri.""Apanya sih yang ngeri?" Gara jengkel. "Heh, nggak usah berpikiran kotor. Cepet tidur!"Sagara berbalik memunggungi Bella."Yaudah sih." Bella juga berbalik memunggungi Gara. Dua-duanya sekarang saling memunggungi.Bella merasa hari ini benar-benar melelahkan sekali. Ia jatuh terlelap tanpa sadar begitu cepat. Tapi malam itu Bella bermimpi aneh sekali. Ia seperti merasakan seseorang menciumnya di dalam mimpi. Bahkan rasa ciuman itu terlalu nyata bagi Bella. Apa yang sebenarnya Bella alami ketika ia tengah tertidur?"Hooaammm..." Bella mengeliat. Saat ia hendak bangun ia merasa sesuatu menumpang di atas perutnya."Apaan nih?" Bella membuka selimut dan mendapati tangan Gara berada di atas perutnya. Entah Gara sadar atau tidak jika melakukan hal ini.Bella menoleh pada Gara. Dalam keadaan tidur seperti ini wajahnya terlihat sangat tenang. Gara adalah laki-laki tampan yang populer di sekolah. Dengan adanya kejadian kemarin sudah pasti semua citra Gara hancur."Ra... Bangun Ra." Bella menusuk pipi Gara sampai laki-laki itu kaget."Ngapain sih Bel?" Gerutu Gara. Ia tidak terima dibangunkan dengan cara seperti itu."Bangun. Pindahin tanganmu nih. Aku jadi nggak bisa bangun.""Tangan apa?" Rupanya Gara masih tidak sadar."Tanganmu. Kamu semalam tidur sambil meluk aku ya? Cieee... Ciee..."Seketika Gara menarik tangannya. Ia tidak mau dianggap tidur sambil memeluk Bella."Mana ada. Namanya orang tidur bisa aja nggak sadar kan tangannya kemana. Lagian aku ngiranya kamu pasti guling. Jangan sok kepedean ka
"Bel...""Tauk ah, Ra. Dah malem ini nggak usah berisik. Aku mau tidur."Gara naik ke atas tempat tidur. Ia menarik selimut Bella dengan sekali tarik."Aku pergi seharian dengan Ayah untuk mencari sekolah baru untuk kita. Setelah itu aku nganter Papamu ke bandara. Dia bilang mau ke luar negeri untuk urusan entah urusan apa yang diurus mafia sepertinya aku tidak tahu. Dan pulang-pulang kau marah begini denganku.""Aku nggak marah. Terserah kamu aja deh. Mau kemana kek."Gara diam."Ngapain diem aja?""Lagi mikir enaknya cewek modelan kamu ini diapain."Bella melebarkan matanya."Emangnya kamu mau ngapain?""Ngapain aja boleh kan kamu istriku.""Ih, sumpah kamu serem banget. Katanya nggak suka sama aku. Kenapa sekarang begini?""Cowok bisa aja kok Bel bercinta tanpa mencintai.""Dih gila."Cletak!Lagi-lagi Gara menyentil jidat Bella."Aww...""Nggak usah punya pikiran macem-macem. Besok kita mulai sekolah lagi. Bangun yang pagi. Aku nggak mau menjadi alarmmu.""Peluk boleh?" Tanya Bell
"Oh, Saraga! Hai...!"Sagara menoleh dan saat itulah ia melihat Sabia. Gadis cantik dan pintar yang kemarin sempat meneleponnya."Hai," balas Gara singkat."Kok disini?""Sagara sekarang pindah ke sekolah kita Bia," Edo menjelaskan."Oh, kok nggak ngomong-ngomong dulu sih Ra? Tapi bagus deh kalo kamu sekarang di sekolah ini. Kita jadi bisa deketan. Ya kan Ra?"Gara hanya tersenyum sekilas."Sabia ngarep banget sih bisa balikan. Daripada ngarep balikan sama Gara mending nerima cintaku aja deh Bi. Masak tiap nembak ditolak terus. Dah lima tahun loh aku suka sama kamu. Spek setia gini langka tau di jaman sekarang," ujar Revan."Hmm, bener tuh Bi. Kurang apa sih Revan. Kalo masalah ganteng nggak kalah ganteng kok sama Gara." Timpal Edo."Kurangnya Revan nggak pinter kayak Gara. Aku sukanya tipe cowok kayak Gara.""Orang Gara aja belum tentu mau balikan kok. Ya kan Ra?" Tanya Revan."Apaan sih kalian. Udah bel masuk loh. Telat masuk kelas ntar kita. Aku nggak mau telat dihari pertama aku p
Tinn!!! Tinnnn!!!Mobil di belakang Gara sudah mengklakson tidak sabaran. Terpaksa Gara melajukan mobilnya. Ia sampai di depan gerbang. Dilihatnya Bella berdiri di pinggir jalan panas-panasan. Gara semakin bingung menghadapi situasi ini.Bukan apa-apa sih. Meskipun Gara tidak mencintai Bella tapi ia tetap menghargai Bella sebagai istrinya. Terlebih karena Bella anaknya mafia. Agak riskan jika ingin membuat gara-gara."Aduh, gimana nih?" Batin Gara bingung.Tiba-tiba Revan berlalu di samping mobil Gara dengan mendorong motornya. Aturan sekolah memang mewajibkan untuk mendorong motor hingga ke luar gerbang. Ini demi sopan santun."Duluan ya Ra," kata Revan.Gara langsung mendapatkan ide cemerlang."Van, tunggu bentar. Nepi dulu.""Ada apa?" Tanya Revan dengan kening berkerut. Tapi ia segera melihat ada Sabia yang duduk di kursi samping Gara. Revan pun tidak bertanya lagi. Ia menepi mengikuti permintaan Gara.Gara buru-buru keluar dari mobil sebelum Bella melihatnya."Ada Sabia mau neben
"BEELLL!!!" Gara berteriak panik.Grep!Gara sigap menangkap tubuh Bella. Keduanya jatuh terduduk di tangga dengan posisi Bella berada di pangkuan Gara."Ehhh???" Jantung Bella berdegup kencang. Hampir saja ia meluncur dari tangga. Entah bagaimana jadinya kalau Gara tidak menyelamatkannya."Kek bocah sih lari-larian. Kalo jatuh gimana? Aku lagi loh nanti yang disalahin Ibuk.""Tapi aku nggak jadi jatuh kan?" Bella berkilah."Iya, karena aku tangkap. Kalo nggak gimana?""Nah, itulah makanya kita ditakdirkan menikah Ra. Adanya kamu memang untuk menjaga dan melindungi aku. Makasih ya Gara sayang.""Apaan sih lebay. Kita nikah ya karena kita difitnah. Nggak usah ngaco kemana-mana. Buruan bangun gih. Kamu berat tau."Bella mendengus sambil berdiri. Ia segera turun ke ruang makan. Kali ini langkahnya lebih hati-hati. Takut kalau-kalau jatuh lagi."Ada apa Ra, kok tadi teriak?" Selidik Ibunya Gara."Nggak kok Ma." Gara duduk di samping Bella."Ra, Bel, besokkan hari minggu. Gimana kalau kali
Bella dengan asyiknya membalur seluruh tubuhnya dengan busa sabun. Ia kemudian menikmati siraman air hangat dari shower. Air hangat memang dapat memberikan kenyamanan dan merilekskan otot-otot kakinya yang pegal karena berjam-jam keliling mall.Tiba-tiba...Ceklek!Kenop pintu kamar mandi diputar. Daun pintunya terbuka. Gara masuk begitu saja tanpa tahu jika Bella sedang mandi.Refleks Bella menoleh."KKKYYYYYYAAAAAAAAAAA!!!" Bella berteriak sekencang-kencangnya sambil menutupi tubuhnya. Sedangkan Gara bukannya keluar ia justru membeku di tempat."Be-Bella...""Keluar Ra! Buruan keluar!"Kesadaran Gara belum pulih sepenuhnya. Ia masih terpesona melihat Bella."Ra!" Teriak Bella."Cepet keluar!" Bella mengulangi perintahnya."I-iya aku keluar." Gara berbalik badan. Ia buru-buru keluar. Seketika tubuhnya panas dingin. Ia menyenderkan punggungnya di tembok di samping pintu kamar mandi. Berusaha menguasai dirinya, juga menahan gejolak yang ada di dalam tubuhnya.Tak berapa lama Bella kelu
Senin pagi, semua siswa-siswi SMA swasta tengah melaksanakan upacara bendera rutin. Acara upacara berlangsung dengan tertib dan baik. Sampai ketika pada acara amanat berlangsung terdengar suara gaduh dari kelas 12 IPA 1.Glebuk!Sabia tiba-tiba tumbang."Bi!" Teriak Gara panik. Ia lah orang yang menangkap tubuh Sabia. Pasalnya Sabia memang berbaris di sampingnya.Tanpa memikirkan apapun selain rasa khawatir pada Sabia, Gara langsung membopong tubuh Sabia menyebrangi lapangan. Langkahnya setengah berlari menuju UKS. Kejadian ini tentu disaksikan oleh seluruh siswa tanpa terkecuali Bella. Ia hanya bisa menunduk sambil menggigit bibir bawahnya menyaksikan suaminya membopong mantan kekasihnya.Seketika Bella merasa hatinya begitu ngilu. Apalagi suasana diperburuk dengan bisik-bisik siswa lainnya yang mengatakan so sweet banget Gara mau membopong ketua OSIS seorang diri. Bagaimana Bella tidak kesal mendengar suaminya dikatakan so sweet dengan gadis lain."Coba yang lain nggak usah ribut. D
Bel istirahat akhirnya berbunyi. Wajah ketiga bocah itu sudah penuh dengan keringat. Merah padam karena tersengat sinar matahari. Mereka langsung berlari ke kantin untuk memesan es."Bel, ikut eskul apa?" Tanya Vanilla membuka obrolan sembari menunggu pesanan mereka tiba. Kantin masih sepi. Mereka bertiga adalah pengunjung pertama."Ada apa aja?" Tanya Bella.Pesanan es datang."Banyak. Tinggal kamu minat bakatnya dimana?""Dance ada nggak?" Tanya Bella sambil menyedot esnya."Ada. Kita juga gabung eskul seni tari kok. Kan nanti bisa selang seling latihan tari tradisional sama tarian modern.""Boleh lah aku didaftarin. Vano ternyata bisa nari?""Bisa dibilang jago dance kalo dia Bel," jawab Vanilla."Wahh... Nggak nyangka aku Van.""Kenapa? Karena aku kayak gini ya? Gini-gini aku juga punya kelebihan loh Bel.""Hehehe bukan maksud ngeremehin kok Van.""Kalo beneran minat gabung eskul seni tari besok sore kita mulai latihan Bel," ujar Vano."Oke, siap."Obrolan terhenti saat pesanan ba
"Udah?" Tanya Gara begitu Bella kembali ke ruang Kepsek."Udah," jawab Bella singkat."Terus, Bu Anjar mana?""Masih di belakang."Setelah percakapan itu suasana di dalam ruang Pak Kepsek menjadi hening. Mereka menunggu Bu Anjar membawa bukti yang mungkin bisa meringankan beban sanksi Bella dan Gara.Akhirnya Bu Anjar muncul juga setelah ditunggu-tunggu."Nunggu lama ya? Maafkan saya ya Bapak Ibu sekalian," ucap Bu Anjar sopan tak lupa diiringi senyuman ramah."Bagaimana dengan hasilnya Bu Anjar?" Tanya Pak Kepsek.Bu Anjar dengan gerakan sopan menyodorkan alat tes kehamilan itu ke atas meja Pak Kepek."Hasilnya Bella memang tidak hamil Pak," jawab Bu Anjar yang wajahnya jelas kentara jika ia menyembunyikan sesuatu. Rupanya Bu Anjar memilih untuk menukar hasil tes kehamilan Bella demi menyelamatkan bocah itu."Sekarang keputusan masalah ini ada pada Bapak Kepala Sekolah," ujar Bu Anjar."Baiklah, Gara dan Bella. Bapak masih belum bisa memutuskan sanksi ini. Bapak mesti memanggil wali
SMA swasta pagi ini benar-benar gempar dengan berita pengakuan Gara di acara dance kompetition bahwa laki-laki yang memiliki banyak penggemar itu telah menikah dengan Bella.Kini Gara dan Bella duduk ruang kepala sekolah berhadapan dengan kepala sekolah beserta empat wakilnya."Jadi, tolong jelaskan bagaimana kronologi pernikahan rahasia ini Gara?" Tanya Pak Kepsek."Bukan apa-apa. Kejadian kamu ini bisa dianggap pelopor bagi siswa-siswi lain untuk mengikuti tindakanmu. Yang terjadi di masa depan justru akan ada banyak siswa SMA yang melakukan pernikahan di bawah umur," ujar Bapak Kepsek."Jika pernikahan saya dan Bella dianggap sebagai sebuah tindakan yang salah dan tidak patut dicontoh maka kami meminta maaf kepada seluruh pihak yang bersangkutan di SMA swasta. Kami menikah bukan karena sebuah kesengajaan yang direncanakan," terang Gara merendah.Ia memang siap menghadapi situasi ini kala mengumumkan pernikahannya dengan Bella."Jadi? Karena apa?" Tanya Pak Kepsek."Karena kasus pem
"Kamu keren banget hari ini," puji Edo pada istrinya karena perempuan itu berani mengatakan hal sebenarnya di acara dance competition."Eh???" Sabia mendadak jadi blushing. Nggak biasa-biasanya Edo memuji dirinya."Beneran?" Tanya Sabia malu-malu."Bener." Edo berlutut di depan Sabia yang sedang duduk di sofa. Kemudian laki-laki itu mengusap perut istrinya."Kamu ngapain sih Do?" Tanya Sabia. Ia sebenarnya malu diperlakukan Edo seperti ini."Nggak apa-apa. Cuma pengen ngusap perut kamu aja. Udah keliatan agak buncit aja ya sekarang Bi?"Edo membuka baju Sabia dan mencium perut Sabia yang memang tidak serata sebelum-sebelumnya."Hai, kesayangan Papa gimana kabarnya hari ini?" Tanya Edo menyapa bayinya yang masih di dalam perut Sabia."Namanya juga udah empat bulan. Ini bahkan udah mulai kerasa gerak-gerak loh Do." Sabia memberitahu."Oh ya? Sejak kapan?" Tanya Edo antusias."Sejak dua hari yang lalu," jawab Sabia."Kok kamu diem aja nggak kasih tau aku?""Ck, kamukan sibuk tuh ngurusi
"CUKUP!!!" Teriakan keras itu membungkam mulut semua orang seketika."Gara?" Tanya Sabia yang sejak tadi diam saja di kursi penonton.Gara naik ke atas panggung. Ia berhenti di depan Bella."Ra..." Air mata Bella sudah tumpah. Trofi dan hadian di tangannya terlepas begitu saja. Saat ini hal yang ingin Bella lakukan adalah menghilangkan dari bumi daripada merasakan rasa malu yang tak tertanggungkan ini.Gara meraih kedua tangan istrinya."Bella, kita hanya punya dua tangan jadi kita tidak bisa membungkam mulut orang sebanyak ini. Tapi..." Gara mengarahkan kedua tangan Bella ke telinga."Kita bisa menutup telinga kita hanya dengan dua tangan agar kita tidak mendengar suara orang sebanyak ini."Bella menatap Gara dengan mata yang penuh dengan bulir-bulir kristal bening yang berjatuhan.Grep!Gara menarik tubuh Bella ke dalam pelukannya. Ya, laki-laki itu benar-benar memeluk Bella di hadapan banyak orang."Cih, kalian lihat saja kan. Dia benar-benar seperti gadis murahan yang bisa dipeluk
Keadaan di belakang panggung sudah mulai ricuh. Mereka yang tidak bisa menerima kekalahan mulai melayangkan protes pada panitia acara. Tapi panitia acara mengatakan bahwa keputusan dewan juri adalah mutlak."Baiklah, ini saat-saat yang paling kita tunggu. Pengumuman juara pertama."Penonton di luar sepi. Benar-benar sepi. Seakan mereka siap menerima kejutan berikutnya."Juara pertama dance competition tahun ini diraih oleh...""SMA swasta!""Whoooaaaaaaaaaaaa!!!"Teriakan penonton di luar begitu membahana. Tepuk tangan, suita panjang, dan teriakan kemenangan menjadikan tempat ini benar-benar berisik sampai-sampai mengalahkan kerasnya bunyi pengeras suara."Good job anak-anak! Kalian luar biasa. Selamat menjadi juara!" Kata Edo kepada anak-anak seni tari yang tampil hari ini. Tak terkecuali pada Bella, Vano, dan Vanilla."Ini berkat arahan dan bimbingan Kak Edo juga loh. Kak Edo yang terbaik pokoknya." Bella tersenyum sambil mengacungkan jempolnya untuk Edo. Jika itu Edo yang dulu past
Kompetisi dance tingkat kota yang sangat dinantikan di gelar hari ini. Kompetisi antar sekolah ini adalah kompetisi paling bergengsi di antara kompetisi-kompetisi yang lain. Pasalnya pemenang kompetisi ini akan menentukan prestasi dari sebuah sekolah.Antusiasme sekolah-sekolah lain juga sangat tinggi. Tiap tahunnya peserta kompetisi dance selalu bertambah. Bahkan tahun ini juga. Maka persaingan akan semakin ketat."Gara bagaimana dengan riasan wajahku?" Tanya Bella begitu suaminya memasuki ruang ganti yang disediakan khusus untuk para peserta lomba."Cantik," jawab Gara sambil mengelus pelan pipi mulus istrinya.Bella tersenyum mendengar pujian dari suaminya."Bella, kamu yakin akan mengikuti kompetisi ini?" Tanya Gara. Perasaan laki-laki itu khawatir karena peringatan Sabia sebelumnya."Kamu bicara apa Ra? Aku sudah tiga bulan berlatih keras demi kompetisi ini dan saat kompetisi ini tinggal hitungan menit untuk dimulai kamu justru melemparkan pertanyaan meragukan itu?""Aku hanya kh
"Aku mau ngelatih dance anak-anak kelas 11 untuk terakhir kalinya sebelum semua jabatan kita di sekolah di copot besok," pamit Edo pada Sabia.Besok memang sudah dijadwalkan untuk serah terima jabatan seluruh OSIS lama kepada OSIS baru.Sabia mengangguk. Edo sudah mau keluar dari kelas ketika Sabia memanggil."Edo!"Laki-laki yang dipanggil itu menoleh."Ya?""Kalau aku bilang jaga hati dari Bella apa boleh?" Tanya Sabia tampak ragu-ragu. Kemarin mereka memang baru saja melangsungkan pernikahan sederhana sehingga sekarang mereka sudah menjadi suami dan istri.Edo tersenyum singkat."Bella sudah jadi milik Gara. Jadi kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh kepadaku Bi."Sabia membalas senyuman Edo. Tak berapa lama laki-laki itu benar-benar meninggalkan kelas.Sabia memilih untuk ke ruang OSIS, niatnya semula ingin melihat latihan acara serah terima jabatan ketua OSIS, namun di depan koperasi yang memisahkan gedung A dengan bangunan ruang OSIS Sabia bertemu dengan Gara."Ra!" Panggil Sabi
Bella tengah tertidur di kursi samping kemudi. Gadis kecil yang cantik jelita itu benar-benar damai sekali dalam tidurnya. Mamanya Bella tersenyum bahagia menyaksikan putri kecilnya."Lelah banget ya sayang mainnya hari ini sampe tidur pules banget," ucap mamanya Bella. Wanita itu mengemudikan mobilnya dengan tenang.Hari ini mereka baru saja bersenang-senang dari sebuah taman hiburan. Saking asyiknya main sampai-sampai mereka kemalaman di jalan saat pulang.Suasana yang tenang dan hati yang tenang seketika berganti panik kala mamanya Bella melihat datangnya sebuah truk dengan kecepatan tinggi dari arah depan. Truk itu sepertinya mengalami rem blong."Ini bagaimana? Ya Tuhan selamatkan kami," ucap mamanya Bella ketakutan.Ttttiinnnn!!! Tttiiinnnnnn!!!Truk itu mengklakson dengan keras membuat makanya Bella jauh bertambah panik. Sementara jarak truk itu semakin dekat saja.Demi menghindari tabrakan mamanya Bella membanting setir ke kanan.BBRRRAAAAAKKKKK!!!Sudut depan mobil itu mengha
Tok! Tok! Tok!"Bi, kamu lagi apa? Aku masuk ya," kata Edo.Sabia gemetar ketakutan. Ia meletakkan cutter itu di atas meja.Ceklek!Edo muncul di depan pintu tepat saat Sabia baru selesai meletakkan cutter. Edo jelas melihat hal itu. Apalagi sekarang posisi cutternya berpindah dari dalam gelas wadah pensil ke atas meja."Apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Edo penuh selidik.Sabia hanya menggeleng kaku. Edo meletakkan makanan dan susu yang dibawanya di atas meja. Ia kemudian meraih kadua bahu Sabia."Jangan gila Bi. Yang kita lakukan saja sudah gila. Kenapa kamu justru ingin menambah sesuatu yang lebih gila?"Sabia menggeleng. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. Kehidupannya saat ini benar-benar di titik paling rendah. Ia tidak berdaya."Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidup. Itu bukan solusi.""Tapi... Gara-gara aku orang tuamu."Edo meggeleng."Ini bukan gara-gara kamu saja. Tapi gara-gara kita. Kalau kamu memilih mengakhiri hidup. Bukan saja kamu yang mati tapi