"Bel..."
"Tauk ah, Ra. Dah malem ini nggak usah berisik. Aku mau tidur."Gara naik ke atas tempat tidur. Ia menarik selimut Bella dengan sekali tarik."Aku pergi seharian dengan Ayah untuk mencari sekolah baru untuk kita. Setelah itu aku nganter Papamu ke bandara. Dia bilang mau ke luar negeri untuk urusan entah urusan apa yang diurus mafia sepertinya aku tidak tahu. Dan pulang-pulang kau marah begini denganku.""Aku nggak marah. Terserah kamu aja deh. Mau kemana kek."Gara diam."Ngapain diem aja?""Lagi mikir enaknya cewek modelan kamu ini diapain."Bella melebarkan matanya."Emangnya kamu mau ngapain?""Ngapain aja boleh kan kamu istriku.""Ih, sumpah kamu serem banget. Katanya nggak suka sama aku. Kenapa sekarang begini?""Cowok bisa aja kok Bel bercinta tanpa mencintai.""Dih gila."Cletak!Lagi-lagi Gara menyentil jidat Bella."Aww...""Nggak usah punya pikiran macem-macem. Besok kita mulai sekolah lagi. Bangun yang pagi. Aku nggak mau menjadi alarmmu.""Peluk boleh?" Tanya Bella dengan nada manja pada Gara."Aku tidak menyukaimu, jadi kenapa aku harus memelukmu?"Bella merengut."Yaudah sih. Si paling sok tidak suka. Tapi doyan kalo ciuman."Bella mulai mengungkit kejadian tadi pagi yang mana Gara benar-benar mencium Bella selayaknya suami-istri.Kesal karena disindir Bella akhirnya Gala merebahkan diri di samping Bella. Ia menepuk tempat kosong di sampingnya. Menyuruh Bella mendekat. Padahal tadi niatnya Gara mau belajar dulu."Cuma peluk?" Tanya Gara ketika Bella sudah mendekat. Ia sengaja bertanya begitu untuk menggoda istrinya."Peluk aja kalo dapet udah seneng kok," jawab Bella polos.Gara pun melingkarkan tangannya ke pinggang Bella. Mereka saling berhadapan."Kamu udah nggak marah kan?" Tanya Bella."Marah soal apa?" Gara malah bertanya balik."Ya soal pemfitnahan ini. Kan gara-gara kejadian ini kita jadi menikah. Kemarin kamu kelihatan marah.""Kalau pun aku marah nggak merubah keadaan juga Bel. Yaudah sih. Udah terlanjur. Dijalani aja.""Kira-kira siapa ya Ra yang tega jebak kita kayak gini?"Gara memperhatikan Bella. Dalam jarak sedekat ini bohong jika ia tidak berdesir. Sebagai laki-laki normal berada satu ranjang dengan seorang gadis pasti membuat sedikit banyak perasaannya bergejolak."Nggak usah dipikirin. Cepet tidur. Kalo nggak tidur nanti kamu nyesel."Bella menurut. Ia kadang memang sepolos itu.***Drap! Drap! Drap!Bella menuruni tangga dengan buru-buru. Ada selembar handuk yang tersampir di pundaknya. Ia kalang kabut karena lagi-lagi terlambat bangun.Sementara di bawah ia melihat Gara sudah rapi, duduk santai menikmati sarapannya."Yaakkk!!! Bibi kenapa aku tidak dibangunin sih?" Gerutu Bella."Kan Nona sekarang sudah punya suami. Bibi nggak enak kalau mau bangunin Nona."Bella beralih melihat Gara. Ia tampak sudah selesai dengan sarapannya."Terus kenapa kamu nggak bangunin aku Ra?""Kan aku sudah bilang nggak mau jadi alarm kamu. Buruan siap-siap sana. Aku tunggu di depan.""Haduhh... Iya deh iya. Bi, tolong bawakan bekal ya untuk sarapan."Bibi Ina malah diam saja."Kenapa Bi?""Anu... Bibi belum sempat bikin sarapan ee Non. Gimana ya?""Terus Gara tadi sarapan apa?""Itu... Tuan Muda masak sendiri.""Hah? Serius?" Bella tidak menyangka jika seorang Gara mau masak sendiri untuk sarapan. Serius Gara sekeren itu?"Udah. Nggak usah pusing. Buruan siap-siap. Nih, aku dah siapin bekel sarapan buat kamu. Tapi besok-besok buat sendiri. Nggak boleh terlalu manja dan apa-apa Bi Ina." Gara meninggalkan satu kotak bekal di atas meja."Ihh... So sweet. Diem-diem perhatian rupanya suamiku."Bibi Ina terkikik sendiri melihat kelakuan Bella. Ah, Bibi Ina jadi keinget pas masih muda dulu."Sepuluh menit ya Bel. Kalo lebih dari sepuluh menit bakal aku tinggal.""Ah, oke, oke. Aku siap-siap sekarang."Lima belas menit kemudian Bella turun. Ia langsung masuk mobil. Kedatangannya terlihat riweuh. Ia meletakkan bekal yang diberikan Gara di dasbor. Kemudian melemparkan tasnya ke jok belakang."Aku bilang sepuluh menit ya Bel. Dan kamu baru datang setelah lima belas menit." Gara mulai melajukan mobilnya."Aku belum sempat catok rambut loh Ra. Kamu udah nggak sabaran aja." Bella memoleskan lipstik warna pink ke bibirnya. Selain itu Bella juga menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya. Aroma strawberry langsung menguar di dalam mobil."Kamu mau sekolah apa mau ke kondangan sih rempong banget dandan.""Yee... Namanya juga cewek. Kamu kayak nggak tau aja. Aduh, Ra. Aku haus banget. Mana tadi lupa nggak bawa air minum. Nepi ke minimarket bentar dong beli minum."Gara yang sedang fokus menyetir berdecak kesal."Udah mau terlambat kita Ra. Ambil di tasku aja deh.""Ohh... Sweet boy. Thanks Ra."Bella meraih botol minum dari tas Gara. Sebelumnya ia sempat mengecup pipi Gara sebagai tanda terimakasih."Ada untungnya juga kamu yang jadi suamiku. Ternyata kamu orangnya rajin dan disiplin. Pantes ya di sekolah kamu banyak dikejar-kejar cewek." Bella memimum air itu."Kamu yang untung, aku yang buntung dapet istri suka telat bangun, manja, kek bocah.""Ihh, jahat banget si Ra."Gara tidak menjawab karena sekarang mereka sudah sampai di depan gerbang SMA swasta yang cukup elit. Kualitas sekolahnya hampir sama dengan sekolah Gara dan Bella yang kemarin. Hanya saja yang kemarin itu SMA negeri.Gara memarkirkan mobilnya. Segera Bella sudah siap turun. Tasnya ia sandang, ia mengambil kotak bekal yang tadi di letakkan di dasbor."Aku turun dulu ya Ra."Grep!Gara menahan tangan Bella."Tunggu!" Gara malah menarik tubuh Bella mendekat. Ia mencium bibir Bella cukup lama. Bella yang tidak menyangka akan dicium Gara hanya bisa diam dan pasrah."Jangan dandan berlebihan," ucap Gara begitu melepaskan ciumannya. Rupanya Gara sengaja menghapus lipstik di bibir Bella. Tapi caranya sungguh tidak terduga."Tapi kalau begini kayak orang tipes Ra.""Nurut sama suami.""Hiss... Iya, iya suamiku sayang. Turun dulu ya. Bye..."Gara membiarkan Bella turun lebih dulu. Ia melihat punggung istrinya terus menjauh dari area parkir. Sampi Bella benar-benar hilang dari pandangan Gara baru menyusul keluar."Lho, Gara? Kamu Sagara kan?" Seseorang langsung menyapa Gara begitu laki-laki itu keluar dari mobil."Eh, Edo, Revan, apa kabar bro?"Rupanya yang menyapa Gara adalah teman akrabnya saat di SMP dulu."Ngapain bro disini?" Tanya Edo."Sekarang aku memang pindah ke sekolah ini."Gara sengaja memilih sekolah ini dengan alasan banyak teman-teman SMPnya yang bersekolah di sini. Dengan begitu Gara akan mudah akrab dengan lingkungan baru."Lhahh... Nggak betah kan kamu di SMA negeri itu. Udah aku bilang dari dulu sekolah bareng kita aja. Ngeyel sok paling pengen di SMA negeri. Sekarang cabut sendiri kan dari SMA negeri."Gara hanya terkekeh mendengar celotehan Edo. Andai teman-teman lamanya tahu apa yang terjadi di SMA negeri itu."Oh, Saraga! Hai...!"Sagara menoleh dan saat itulah ia melihat Sabia. Gadis cantik dan pintar yang kemarin sempat meneleponnya. Kira-kira siapa Sabia ini sebenarnya?"Oh, Saraga! Hai...!"Sagara menoleh dan saat itulah ia melihat Sabia. Gadis cantik dan pintar yang kemarin sempat meneleponnya."Hai," balas Gara singkat."Kok disini?""Sagara sekarang pindah ke sekolah kita Bia," Edo menjelaskan."Oh, kok nggak ngomong-ngomong dulu sih Ra? Tapi bagus deh kalo kamu sekarang di sekolah ini. Kita jadi bisa deketan. Ya kan Ra?"Gara hanya tersenyum sekilas."Sabia ngarep banget sih bisa balikan. Daripada ngarep balikan sama Gara mending nerima cintaku aja deh Bi. Masak tiap nembak ditolak terus. Dah lima tahun loh aku suka sama kamu. Spek setia gini langka tau di jaman sekarang," ujar Revan."Hmm, bener tuh Bi. Kurang apa sih Revan. Kalo masalah ganteng nggak kalah ganteng kok sama Gara." Timpal Edo."Kurangnya Revan nggak pinter kayak Gara. Aku sukanya tipe cowok kayak Gara.""Orang Gara aja belum tentu mau balikan kok. Ya kan Ra?" Tanya Revan."Apaan sih kalian. Udah bel masuk loh. Telat masuk kelas ntar kita. Aku nggak mau telat dihari pertama aku p
Tinn!!! Tinnnn!!!Mobil di belakang Gara sudah mengklakson tidak sabaran. Terpaksa Gara melajukan mobilnya. Ia sampai di depan gerbang. Dilihatnya Bella berdiri di pinggir jalan panas-panasan. Gara semakin bingung menghadapi situasi ini.Bukan apa-apa sih. Meskipun Gara tidak mencintai Bella tapi ia tetap menghargai Bella sebagai istrinya. Terlebih karena Bella anaknya mafia. Agak riskan jika ingin membuat gara-gara."Aduh, gimana nih?" Batin Gara bingung.Tiba-tiba Revan berlalu di samping mobil Gara dengan mendorong motornya. Aturan sekolah memang mewajibkan untuk mendorong motor hingga ke luar gerbang. Ini demi sopan santun."Duluan ya Ra," kata Revan.Gara langsung mendapatkan ide cemerlang."Van, tunggu bentar. Nepi dulu.""Ada apa?" Tanya Revan dengan kening berkerut. Tapi ia segera melihat ada Sabia yang duduk di kursi samping Gara. Revan pun tidak bertanya lagi. Ia menepi mengikuti permintaan Gara.Gara buru-buru keluar dari mobil sebelum Bella melihatnya."Ada Sabia mau neben
"BEELLL!!!" Gara berteriak panik.Grep!Gara sigap menangkap tubuh Bella. Keduanya jatuh terduduk di tangga dengan posisi Bella berada di pangkuan Gara."Ehhh???" Jantung Bella berdegup kencang. Hampir saja ia meluncur dari tangga. Entah bagaimana jadinya kalau Gara tidak menyelamatkannya."Kek bocah sih lari-larian. Kalo jatuh gimana? Aku lagi loh nanti yang disalahin Ibuk.""Tapi aku nggak jadi jatuh kan?" Bella berkilah."Iya, karena aku tangkap. Kalo nggak gimana?""Nah, itulah makanya kita ditakdirkan menikah Ra. Adanya kamu memang untuk menjaga dan melindungi aku. Makasih ya Gara sayang.""Apaan sih lebay. Kita nikah ya karena kita difitnah. Nggak usah ngaco kemana-mana. Buruan bangun gih. Kamu berat tau."Bella mendengus sambil berdiri. Ia segera turun ke ruang makan. Kali ini langkahnya lebih hati-hati. Takut kalau-kalau jatuh lagi."Ada apa Ra, kok tadi teriak?" Selidik Ibunya Gara."Nggak kok Ma." Gara duduk di samping Bella."Ra, Bel, besokkan hari minggu. Gimana kalau kali
Bella dengan asyiknya membalur seluruh tubuhnya dengan busa sabun. Ia kemudian menikmati siraman air hangat dari shower. Air hangat memang dapat memberikan kenyamanan dan merilekskan otot-otot kakinya yang pegal karena berjam-jam keliling mall.Tiba-tiba...Ceklek!Kenop pintu kamar mandi diputar. Daun pintunya terbuka. Gara masuk begitu saja tanpa tahu jika Bella sedang mandi.Refleks Bella menoleh."KKKYYYYYYAAAAAAAAAAA!!!" Bella berteriak sekencang-kencangnya sambil menutupi tubuhnya. Sedangkan Gara bukannya keluar ia justru membeku di tempat."Be-Bella...""Keluar Ra! Buruan keluar!"Kesadaran Gara belum pulih sepenuhnya. Ia masih terpesona melihat Bella."Ra!" Teriak Bella."Cepet keluar!" Bella mengulangi perintahnya."I-iya aku keluar." Gara berbalik badan. Ia buru-buru keluar. Seketika tubuhnya panas dingin. Ia menyenderkan punggungnya di tembok di samping pintu kamar mandi. Berusaha menguasai dirinya, juga menahan gejolak yang ada di dalam tubuhnya.Tak berapa lama Bella kelu
Senin pagi, semua siswa-siswi SMA swasta tengah melaksanakan upacara bendera rutin. Acara upacara berlangsung dengan tertib dan baik. Sampai ketika pada acara amanat berlangsung terdengar suara gaduh dari kelas 12 IPA 1.Glebuk!Sabia tiba-tiba tumbang."Bi!" Teriak Gara panik. Ia lah orang yang menangkap tubuh Sabia. Pasalnya Sabia memang berbaris di sampingnya.Tanpa memikirkan apapun selain rasa khawatir pada Sabia, Gara langsung membopong tubuh Sabia menyebrangi lapangan. Langkahnya setengah berlari menuju UKS. Kejadian ini tentu disaksikan oleh seluruh siswa tanpa terkecuali Bella. Ia hanya bisa menunduk sambil menggigit bibir bawahnya menyaksikan suaminya membopong mantan kekasihnya.Seketika Bella merasa hatinya begitu ngilu. Apalagi suasana diperburuk dengan bisik-bisik siswa lainnya yang mengatakan so sweet banget Gara mau membopong ketua OSIS seorang diri. Bagaimana Bella tidak kesal mendengar suaminya dikatakan so sweet dengan gadis lain."Coba yang lain nggak usah ribut. D
Bel istirahat akhirnya berbunyi. Wajah ketiga bocah itu sudah penuh dengan keringat. Merah padam karena tersengat sinar matahari. Mereka langsung berlari ke kantin untuk memesan es."Bel, ikut eskul apa?" Tanya Vanilla membuka obrolan sembari menunggu pesanan mereka tiba. Kantin masih sepi. Mereka bertiga adalah pengunjung pertama."Ada apa aja?" Tanya Bella.Pesanan es datang."Banyak. Tinggal kamu minat bakatnya dimana?""Dance ada nggak?" Tanya Bella sambil menyedot esnya."Ada. Kita juga gabung eskul seni tari kok. Kan nanti bisa selang seling latihan tari tradisional sama tarian modern.""Boleh lah aku didaftarin. Vano ternyata bisa nari?""Bisa dibilang jago dance kalo dia Bel," jawab Vanilla."Wahh... Nggak nyangka aku Van.""Kenapa? Karena aku kayak gini ya? Gini-gini aku juga punya kelebihan loh Bel.""Hehehe bukan maksud ngeremehin kok Van.""Kalo beneran minat gabung eskul seni tari besok sore kita mulai latihan Bel," ujar Vano."Oke, siap."Obrolan terhenti saat pesanan ba
Hari ini segala sesuatu tentang Bella tampak mulai berubah. Saat pagi hari Gara bangun, Bella sudah tidak ada di sampingnya. Ia sudah masak bekal untuk dibawa sekolah karena Bella punya kebiasaan tidak sarapan pagi.Begitu di mobil bersama Gara, Bella masih berceloteh seperti biasanya. Hanya saja Gara merasakan ada yang berbeda dari cara Bella berbicara. Bella terkesan agak dingin, meskipun Bella menutupi sikap itu dengan senyuman."Aku turun dulu ya Ra. Oh, ya nanti kamu nggak perlu nunggu aku. Kamu pulang duluan aja nggak apa-apa." Bella menyandang tasnya. Ia sudah akan membuka pintu mobil saat Gara menahan tangannya."Kamu mau kemana lagi?""Aku mau latihan tari," jawab Bella singkat. Ia melepaskan tangan Gara lalu bergegas keluar. Bella bahkan tidak menoleh sama sekali saat meninggalkan Gara. Diperlakukan Bella seperti ini entah mengapa membuat Gara sedih.***Gara tidak pulang begitu kelasnya bubar."Nggak pulang Ra?" Tanya Edo yang melihat Gara masih berdiri di depan kelas."Ngg
Gawai Gara kembali berdering. Bella lihat yang memanggil masih nama yang sama."Angkat coba Ra," kata Bella yang merasa risih.Gara akhirnya meraih gawainya."Hmm... Ya, Bi.""Ke sini bentar Ra. Aku butuh kamu.""Hmmm... Ya, ya. Yasudah ya Bi aku matiin teleponnya."Bella masih memandang keluar."Turun di sini aja Ra. Aku pulang naik ojek online. Kamu bisa kemalaman nanti pulangnya kalau nganterin aku dulu." Bella berharap Gara tidak kerumah sakit sih kalau bisa."Tapi Bel.""Nggak apa-apa kok. Kemarin aku pulang naik ojek online nggak apa-apa tuh. Kan tadi pagi aku udah bilang supaya kamu balik duluan."Gara benar-benar menepikan mobilnya. Bagaimana hal itu tidak membuat hati Bella terasa dongkol sekali. Ternyata Gara memilih mantannya ketimbang istrinya."Tau gini tadi mendingan dianter Kak Edo aja," gerutu Bella sambil keluar dari mobil. Gara jelas mendengar gerutuan Bella tapi entah mengapa ia tetap membiarkan istrinya turun."Dah, pergi sana. Jangan pulang malam. Pulang pagi seka