Tinn!!! Tinnnn!!!
Mobil di belakang Gara sudah mengklakson tidak sabaran. Terpaksa Gara melajukan mobilnya. Ia sampai di depan gerbang. Dilihatnya Bella berdiri di pinggir jalan panas-panasan. Gara semakin bingung menghadapi situasi ini.Bukan apa-apa sih. Meskipun Gara tidak mencintai Bella tapi ia tetap menghargai Bella sebagai istrinya. Terlebih karena Bella anaknya mafia. Agak riskan jika ingin membuat gara-gara."Aduh, gimana nih?" Batin Gara bingung.Tiba-tiba Revan berlalu di samping mobil Gara dengan mendorong motornya. Aturan sekolah memang mewajibkan untuk mendorong motor hingga ke luar gerbang. Ini demi sopan santun."Duluan ya Ra," kata Revan.Gara langsung mendapatkan ide cemerlang."Van, tunggu bentar. Nepi dulu.""Ada apa?" Tanya Revan dengan kening berkerut. Tapi ia segera melihat ada Sabia yang duduk di kursi samping Gara. Revan pun tidak bertanya lagi. Ia menepi mengikuti permintaan Gara.Gara buru-buru keluar dari mobil sebelum Bella melihatnya."Ada Sabia mau nebeng mobilku. Kamu mau nggak ngaterin dia pake mobilku. Biar aku pake motormu aja.""Wahh? Serius Ra?" Wajah Revan sumringah.Gara mengangguk serius."Ah, kamu benar-benar temen yang baik Ra. Thanks ya Ra. Nih, ambil helmku."Dengan senyum tertembang Revan meninggalkan motornya untuk Gara. Tak berapa lama kemudian terlihat mobil Gara sudah berlalu. Revan mengklakson saat melewati Gara."Yoi, hati-hati di jalan." Gara melambaikan tangan. Ia segera memakai helm dan menghidupkan mesin motor spor Revan.BRUUMMMM!!!Bunyi knalpot motor Revan memang sedikit berisik karena sengaja diganti dengan knalpot brong.Ckitt!Gara berhenti tepat di samping Bella."Naik Bel," perintahnya."Lho, kok naik motor Ra? Mobil kamu kemana?""Naik aja. Keburu panas lho nanti."Bella pun menurut. Ia berpegangan pada puncak Gara ketika naik."Pegangan Bel, awas jatuh."Sambil tersenyum Bella melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Gara.Gara pun menggeber motornya meninggalkan area sekolah."Bel, mampir ke rumah Ibu dulu ya. Tadi beliau kirim pesan kita disuruh mampir.""Boleh," jawab Bella singkat.Rumah Gara berbeda arah depan rumah Bella. Di banding dengan rumah Bella, rumah Gara sedikit lebih jauh. Selain itu mereka juga harus menghindari jalan-jalan besar. Mereka berputar mencari jalan tikus karena Bella tidak memakai helm. Tujuannya jelas, menghindari polisi lalulintas.Cuaca panas berubah dengan cepat. Mendung hitam menggantung tebal bergerak cepat diarak angin. Tak berapa lama angin kencang bertiup bersamaan turunnya rintik-rintik hujan."Bel, lanjut aja ya. Bentar lagi sampe kok. Gak papa kan kalo kehujanan?""Nggak papa, tenang aja."Akhirnya saat tiba di rumah Gara mereka berdua benar-benar basah kuyup. Bella menggigil kedinginan."Masuk yok. Ganti baju biar nggak dingin."Bella menurut saat Gara membimbingnya masuk rumah. Di ruang tamu ternyata ada ibunya Gara yang sedang duduk membaca buku."Buk, Gara dateng nih," ucap Gara saat melihat ibunya."Eh, sudah dateng anak Ibu. Mana menantu Ibu yang cantik?""Eh, hai Ma." Bella muncul di belakang Gara.Melihat tubuh Bella yang basah kuyup Ibunya Gara langsung panik."Ya, ampun Gara, kamu apakah menantu Ibu sampai basah kuyup begini?" Ibunya Gara buru-buru mendekat."Cuma nggak sengaja kehujanan di jalan kok Ma. Bella nggak papa.""Nggak papa gimana? Kamu kedinginan loh sayang. Gara, anak orang kok diajak hujan-hujanan sih.""Loh, kok malah jadi lebih belain menantu sih Buk daripada anak sendiri.""Udah pasti. Kamu kan cowok. Harusnya bisa melindungi cewek. Apalagi istrimu loh Ra, Bella ini. Ibu nggak pernah ngajarin kayak gini ya sama kamu.""Iya deh, iya. Gara minta maaf. Nggak ngulangi lagi."Ibunya Gara tersenyum lembut. Sangat kentara sekali jiwa keibuannya."Ajak Bella masuk dan ganti baju. Ibu bakal buatin wedang jahe buat kalian biar anget."Gara mengangguk singkat. Setelah kepergian Ibunya ke dapur Gara mengajak Bella masuk ke kamarnya."Ibu kamu baik banget ya Ra," ujar Bella yang salut dengan kebaikan Ibunya Gara."Udah pasti lah. Ibuk kan udah lama banget kepengen anak cewek. Tapi nggak dikasih-kasih sama Tuhan. Pas kita terpaksa nikah kemarin aja beliau kaget tapi beliau keliatan seneng dapet menantu."Bella hanya tersenyum. Ia tidak dari kecil tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu jadi merasa beruntung mendapatkan mertua seperti Ibunya Gara."Masih dingin nggak?" Tanya Gara begitu melihat Bella sudah keluar dari kamar mandi. Gadis itu sudah menukar seragamnya yang basah dengan baju yang disiapkan Ibunya Gara sebelum mereka tiba. Ibunya Gara memang seperhatian itu dengan Bella."Sedikit," jawab Bella sambil meniup telapak tangannya.Gara mengambil selimut untuk menutupi tubuh Bella. Kemudian Gara mendekap Bella ke dalam pelukannya."Eh, Ra..." Bella kaget karena tiba-tiba dipeluk Gara."Kenapa?" Tanya Gara."Nggak. Kaget aja karena tiba-tiba dipeluk kamu.""Jangan berpikiran yang nggak-nggak ya Ra. Aku melakukan hal ini biar kamu nggak kedinginan aja. Aku bisa repot kena omel Ibuk kalo beliau liat kamu masih kedinginan.""Berpikiran yang iya-iya juga nggak papa kok Ra. Sekarang mungkin cuma karena alasan males kena omel Ibuk. Ntar lama-lama kamu juga bakal meluk aku karena cinta."Gara meniup wajah Bella."Bangun woe, dah kesiangan jauh ini buat mimpi."Bella memamerkan senyumnya yang manis di depan wajah Gara."Baru kali ini aku nemu cewek dengan tingkat kepedean yang di atas rata-rata air.""Yee... Dikira baris berbaris apa Ra pake rata-rata air."Gara sudah menunduk bersiap memagut bibir istrinya ketika bunyi ketukan pintu membuyarkan semuanya.Tok! Tok! Tok!"Ra, Ibuk nih." Teriak Ibunya Gara."Iya, Buk," jawab Gara. Ia buru-buru membuka pintu."Bella masih kedinginan?" Hal pertama yang langsung ditanyakan Ibunya Gara adalah Bella. Ini sedikit banyak membuat Gara merasa cemburu."Udah nggak kok Ma. Gara baik, tadi dipeluk sama dia."Mendengar jawaban menantunya Ibunya Gara langsung tersenyum. Sementara Gara terlihat merah wajahnya. Ia malu, kenapa Bella harus pake acara bilang dipeluk Gara sih ke Ibunya?"Gitu dong Ra. Jadi suami tuh yang sayang sama istrinya."Gara hanya diam saja. Sebisa mungkin ia menyembunyikan wajahnya yang merah. Takut diledek Ibunya."Turun yok makan dulu. Ibuk dah masak loh buat kalian. Sekalian tadi Ibu dah bikin wedang jahe spesial untuk menantu Ibuk yang cantik.""Buat Gara nggak ada Buk?" Sergah Gara terlihat cemburu. Tapi wajahnya justru terlihat menggemaskan."Ada kok. Tenang aja." Ibunya Gara mencubit pipi anaknya dengan gemas. "Yaudah yok turun."Bella melepaskan selimut dari tubuhnya. Ia menyusul keluar paling belakang."Ra, nggak usah ngomong ke Ibuk dong kalo aku meluk kamu," bisik Gara saat mereka menuruni tangga."Kenapa? Kan bagus. Biar Mama tahu kalau anaknya baik. Berarti kan didikan beliau selama ini berhasil.""Iya, tapi aku malu.""Cieee... Malu-malu. Padahal biasanya juga malu-maluin.""Sialan memang kau Bel. Awas aja nanti.""Aduh, takut nih ye. Wekkkk...!" Bella mengejek Gara sembari lari menuruni tangga."Awas Bel jangan lari, tangganya licin kau bisa jatuh."Belum sampai Gara mingkem ternyata Bella sudah kepleset."BEELLL!!!" Gara berteriak panik."BEELLL!!!" Gara berteriak panik.Grep!Gara sigap menangkap tubuh Bella. Keduanya jatuh terduduk di tangga dengan posisi Bella berada di pangkuan Gara."Ehhh???" Jantung Bella berdegup kencang. Hampir saja ia meluncur dari tangga. Entah bagaimana jadinya kalau Gara tidak menyelamatkannya."Kek bocah sih lari-larian. Kalo jatuh gimana? Aku lagi loh nanti yang disalahin Ibuk.""Tapi aku nggak jadi jatuh kan?" Bella berkilah."Iya, karena aku tangkap. Kalo nggak gimana?""Nah, itulah makanya kita ditakdirkan menikah Ra. Adanya kamu memang untuk menjaga dan melindungi aku. Makasih ya Gara sayang.""Apaan sih lebay. Kita nikah ya karena kita difitnah. Nggak usah ngaco kemana-mana. Buruan bangun gih. Kamu berat tau."Bella mendengus sambil berdiri. Ia segera turun ke ruang makan. Kali ini langkahnya lebih hati-hati. Takut kalau-kalau jatuh lagi."Ada apa Ra, kok tadi teriak?" Selidik Ibunya Gara."Nggak kok Ma." Gara duduk di samping Bella."Ra, Bel, besokkan hari minggu. Gimana kalau kali
Bella dengan asyiknya membalur seluruh tubuhnya dengan busa sabun. Ia kemudian menikmati siraman air hangat dari shower. Air hangat memang dapat memberikan kenyamanan dan merilekskan otot-otot kakinya yang pegal karena berjam-jam keliling mall.Tiba-tiba...Ceklek!Kenop pintu kamar mandi diputar. Daun pintunya terbuka. Gara masuk begitu saja tanpa tahu jika Bella sedang mandi.Refleks Bella menoleh."KKKYYYYYYAAAAAAAAAAA!!!" Bella berteriak sekencang-kencangnya sambil menutupi tubuhnya. Sedangkan Gara bukannya keluar ia justru membeku di tempat."Be-Bella...""Keluar Ra! Buruan keluar!"Kesadaran Gara belum pulih sepenuhnya. Ia masih terpesona melihat Bella."Ra!" Teriak Bella."Cepet keluar!" Bella mengulangi perintahnya."I-iya aku keluar." Gara berbalik badan. Ia buru-buru keluar. Seketika tubuhnya panas dingin. Ia menyenderkan punggungnya di tembok di samping pintu kamar mandi. Berusaha menguasai dirinya, juga menahan gejolak yang ada di dalam tubuhnya.Tak berapa lama Bella kelu
Senin pagi, semua siswa-siswi SMA swasta tengah melaksanakan upacara bendera rutin. Acara upacara berlangsung dengan tertib dan baik. Sampai ketika pada acara amanat berlangsung terdengar suara gaduh dari kelas 12 IPA 1.Glebuk!Sabia tiba-tiba tumbang."Bi!" Teriak Gara panik. Ia lah orang yang menangkap tubuh Sabia. Pasalnya Sabia memang berbaris di sampingnya.Tanpa memikirkan apapun selain rasa khawatir pada Sabia, Gara langsung membopong tubuh Sabia menyebrangi lapangan. Langkahnya setengah berlari menuju UKS. Kejadian ini tentu disaksikan oleh seluruh siswa tanpa terkecuali Bella. Ia hanya bisa menunduk sambil menggigit bibir bawahnya menyaksikan suaminya membopong mantan kekasihnya.Seketika Bella merasa hatinya begitu ngilu. Apalagi suasana diperburuk dengan bisik-bisik siswa lainnya yang mengatakan so sweet banget Gara mau membopong ketua OSIS seorang diri. Bagaimana Bella tidak kesal mendengar suaminya dikatakan so sweet dengan gadis lain."Coba yang lain nggak usah ribut. D
Bel istirahat akhirnya berbunyi. Wajah ketiga bocah itu sudah penuh dengan keringat. Merah padam karena tersengat sinar matahari. Mereka langsung berlari ke kantin untuk memesan es."Bel, ikut eskul apa?" Tanya Vanilla membuka obrolan sembari menunggu pesanan mereka tiba. Kantin masih sepi. Mereka bertiga adalah pengunjung pertama."Ada apa aja?" Tanya Bella.Pesanan es datang."Banyak. Tinggal kamu minat bakatnya dimana?""Dance ada nggak?" Tanya Bella sambil menyedot esnya."Ada. Kita juga gabung eskul seni tari kok. Kan nanti bisa selang seling latihan tari tradisional sama tarian modern.""Boleh lah aku didaftarin. Vano ternyata bisa nari?""Bisa dibilang jago dance kalo dia Bel," jawab Vanilla."Wahh... Nggak nyangka aku Van.""Kenapa? Karena aku kayak gini ya? Gini-gini aku juga punya kelebihan loh Bel.""Hehehe bukan maksud ngeremehin kok Van.""Kalo beneran minat gabung eskul seni tari besok sore kita mulai latihan Bel," ujar Vano."Oke, siap."Obrolan terhenti saat pesanan ba
Hari ini segala sesuatu tentang Bella tampak mulai berubah. Saat pagi hari Gara bangun, Bella sudah tidak ada di sampingnya. Ia sudah masak bekal untuk dibawa sekolah karena Bella punya kebiasaan tidak sarapan pagi.Begitu di mobil bersama Gara, Bella masih berceloteh seperti biasanya. Hanya saja Gara merasakan ada yang berbeda dari cara Bella berbicara. Bella terkesan agak dingin, meskipun Bella menutupi sikap itu dengan senyuman."Aku turun dulu ya Ra. Oh, ya nanti kamu nggak perlu nunggu aku. Kamu pulang duluan aja nggak apa-apa." Bella menyandang tasnya. Ia sudah akan membuka pintu mobil saat Gara menahan tangannya."Kamu mau kemana lagi?""Aku mau latihan tari," jawab Bella singkat. Ia melepaskan tangan Gara lalu bergegas keluar. Bella bahkan tidak menoleh sama sekali saat meninggalkan Gara. Diperlakukan Bella seperti ini entah mengapa membuat Gara sedih.***Gara tidak pulang begitu kelasnya bubar."Nggak pulang Ra?" Tanya Edo yang melihat Gara masih berdiri di depan kelas."Ngg
Gawai Gara kembali berdering. Bella lihat yang memanggil masih nama yang sama."Angkat coba Ra," kata Bella yang merasa risih.Gara akhirnya meraih gawainya."Hmm... Ya, Bi.""Ke sini bentar Ra. Aku butuh kamu.""Hmmm... Ya, ya. Yasudah ya Bi aku matiin teleponnya."Bella masih memandang keluar."Turun di sini aja Ra. Aku pulang naik ojek online. Kamu bisa kemalaman nanti pulangnya kalau nganterin aku dulu." Bella berharap Gara tidak kerumah sakit sih kalau bisa."Tapi Bel.""Nggak apa-apa kok. Kemarin aku pulang naik ojek online nggak apa-apa tuh. Kan tadi pagi aku udah bilang supaya kamu balik duluan."Gara benar-benar menepikan mobilnya. Bagaimana hal itu tidak membuat hati Bella terasa dongkol sekali. Ternyata Gara memilih mantannya ketimbang istrinya."Tau gini tadi mendingan dianter Kak Edo aja," gerutu Bella sambil keluar dari mobil. Gara jelas mendengar gerutuan Bella tapi entah mengapa ia tetap membiarkan istrinya turun."Dah, pergi sana. Jangan pulang malam. Pulang pagi seka
"Katakan pada bosmu. Dia salah lawan. Bellatrix Hyuugo sama sekali bukan tandingannya. Kali ini kumaafkan. Tapi jika lain kali ia berusaha mengusik hidupku lagi dia harus mati mengenaskan di tanganku." Kata Bella dengan nada yang menakutkan. Saat seperti ini Bella benar-benar menjadi orang lain."Ayo pergi dari sini Bella," Gara meraih tangan Bella, secepat mungkin ia mengajak Bella pergi. Namun di tengah jalan Bella menghentikan langkahnya."Ada apa Bel?" Tanya Gara yang heran melihat Bella berhenti.Bella tampak melepaskan dasi di lehernya. Ia menyingkap roknya, tampak luka di paha Bella mengeluarkan cukup banyak darah. Lukanya juga terlihat dalam. Bella membalut luka di kakinya dengan dasi, bermaksud menghentikan pendarahannya.Gara cepat berjongkok di depan Bella. Ia mengambil alih dasi itu dari tangan Bella."Jangan berusaha melakukan apapun sendirian. Ada suamimu di sini," kata Gara serius. Kata-kata Gara berhasil membuat Bella tersipu malu.Gara mulai membalut luka Bella. Ia bah
"Ra, aku hari ini sekolah nggak apa-apa kan?" Gara sibuk menyimpulkan dasi di depan cermin sementara Bella duduk di tepi ranjang sibuk berbalas pesan dengan Vanilla."Nggak apa-apa. Titip surat ijin ke guru piket ya Ra. Nanti biar diambil Vanilla." Karena kondisi kaki Bella masih sakit dia terpaksa tidak masuk sekolah.Gara tampak mengangguk. Ia meraih jaket sambil mendekati Bella.Cup!Gara mengecup singkat kening Bella. Entah kenapa ia bersikap lembut. Bella pun begitu. Sepertinya ia sudah tidak marah karena buktinya ia mau dicium Gara."Berangkat dulu ya," pamit Gara.Bella mengangguk."Ra..." Bella memanggil dengan nada manja saat Gara sudah mau pergi. Gadis itu mengulurkan kedua tangannya. Gara pun mendekat."Kenapa?" Tanya Gara.Bella menangkup pipi Gara lalu mengecup singkat bibir suaminya."Bukannya kemarin-kemarin sudah kuajari cara ciuman yang bener?" Tanya Gara."A-apaan sih? Buruan berangkat!" Bella mulai blushing.Bukannya berangkat Gara malah mencium Bella. Cukup lama me