"Katakan pada bosmu. Dia salah lawan. Bellatrix Hyuugo sama sekali bukan tandingannya. Kali ini kumaafkan. Tapi jika lain kali ia berusaha mengusik hidupku lagi dia harus mati mengenaskan di tanganku." Kata Bella dengan nada yang menakutkan. Saat seperti ini Bella benar-benar menjadi orang lain."Ayo pergi dari sini Bella," Gara meraih tangan Bella, secepat mungkin ia mengajak Bella pergi. Namun di tengah jalan Bella menghentikan langkahnya."Ada apa Bel?" Tanya Gara yang heran melihat Bella berhenti.Bella tampak melepaskan dasi di lehernya. Ia menyingkap roknya, tampak luka di paha Bella mengeluarkan cukup banyak darah. Lukanya juga terlihat dalam. Bella membalut luka di kakinya dengan dasi, bermaksud menghentikan pendarahannya.Gara cepat berjongkok di depan Bella. Ia mengambil alih dasi itu dari tangan Bella."Jangan berusaha melakukan apapun sendirian. Ada suamimu di sini," kata Gara serius. Kata-kata Gara berhasil membuat Bella tersipu malu.Gara mulai membalut luka Bella. Ia bah
"Ra, aku hari ini sekolah nggak apa-apa kan?" Gara sibuk menyimpulkan dasi di depan cermin sementara Bella duduk di tepi ranjang sibuk berbalas pesan dengan Vanilla."Nggak apa-apa. Titip surat ijin ke guru piket ya Ra. Nanti biar diambil Vanilla." Karena kondisi kaki Bella masih sakit dia terpaksa tidak masuk sekolah.Gara tampak mengangguk. Ia meraih jaket sambil mendekati Bella.Cup!Gara mengecup singkat kening Bella. Entah kenapa ia bersikap lembut. Bella pun begitu. Sepertinya ia sudah tidak marah karena buktinya ia mau dicium Gara."Berangkat dulu ya," pamit Gara.Bella mengangguk."Ra..." Bella memanggil dengan nada manja saat Gara sudah mau pergi. Gadis itu mengulurkan kedua tangannya. Gara pun mendekat."Kenapa?" Tanya Gara.Bella menangkup pipi Gara lalu mengecup singkat bibir suaminya."Bukannya kemarin-kemarin sudah kuajari cara ciuman yang bener?" Tanya Gara."A-apaan sih? Buruan berangkat!" Bella mulai blushing.Bukannya berangkat Gara malah mencium Bella. Cukup lama me
Trio cowok kece baru saja masuk kelas. Mereka sudah berganti seragam rapi. "Ra, ikut dulu. Aku mau ngomong sama kamu." Sabia menghadang Gara di depan kelas. Gara menoleh pada Revan. Dia tidak enak terhadap sahabatnya jika hanya berduaan dengan Sabia. Takut Revan salah paham. "Ikut aja. Aku percaya sama kamu sepenuhnya Ra. Kamu nggak akan nikung temen dari Belakang," ucap Revan yang seolah sangat paham makna pandangan mata Gara. "Tenang aja Bro." Gara menepuk bahu Revan sebelum ia mengikuti Sabia keluar menuju belakang kelas. "Ada apa Bi?" Tanya Gara begitu sampai di belakang kelas. Sabia mendengus. Ia menyenderkan punggungnya ke tembok. "Ra, jujur aja deh. Kamu sekarang lagi deket sama siapa? Atau malah udah pacaran?"Gara bingung harus menjawab bagaimana. Dia kan sudah menikah bukan sekedar deket atau pacaran. "Ra, cewek yang waktu aku video call itu ya?" Sabia jadi teringat pada gadis yang sembarangan mencium Gara saat Sabia melakukan video call. "Bi, kenapa mesti tanya sepe
Sraiiinggg!!!TRRRAAANNNGGGG!!!Dua samurai beradung nyaring. Bella dan Papanya sedang berlatih di bagian belakang rumah."Jadi siapa yang berusaha menyentuh putri Papa?"Bella menyentak samurai ditangannya lalu tanpa ragu mengirimkan tendangan mematikan ke arah kepala Tuan Rano.DUUAAAKKKKK!!!Papanya Bella terjajar mundur beberapa langkah ke belakang. Ia bisa merasakan kekuatan putrinya semakin bertambah meskipun kaki Bella masih dalam kondisi kurang baik."Keluarga Rudolf," jawab Bella."Mungkin ini ada kaitannya dengan sengketa kebun anggur sayang," ujar Papanya Bella memberitahu."Kebun anggur?" Bella tidak paham."Ya, keluarga Hyuugo pernah membeli kebun anggur senilai sepuluh triliun dari seorang pengusaha. Sekarang keluarga Rudolf datang, mereka mengaku jika tahan itu milik nenek moyang keluarganya. Sampai sekarang permasalahan ini belum terselesaikan. Tapi, jika permasalahannya sampai merambah ke penculikan putri keluarga Hyuugo, Papa tidak akan tinggal diam.""Bella tidak ap
"Ihh, terus tugas kamu apaan Ra?"Gara meraih katana di tangan Bella. "Tugasku menjaga dan melindungimu. Ajari aku bela diri dan ilmu pedang Bel, biar aku bisa melindungimu."Bella dan Gara saling pandang. Mereka memegang katana yang sama."Nona Bella. Ada teman Nona yang datang." Tiba-tiba Bibi Ina datang tergopoh-gopoh untuk menyampaikan informasi. Bella dan Gara menoleh bersamaan. "Hah? Teman yang mana Bi?" "Nggak tahu Non. Cowok sama cewek.""Waduh, jangan-jangan Vano sama Vanilla. Jangan disuruh masuk dulu Bi."Bella menoleh pada Gara"Ra, kamu ngumpet dulu gih.""Anu... Non, Bibi udah suruh masuk ee. Bibi juga bilang kalo Nona ada dibelakang." Bibi Ina terlihat takut-takut. Tak lama dari itu di belakang Bibi Ina muncul dua wajah yang sangat akrab. "Haii... Bel," sapa Vano dengan senyuman ramah seperti biasanya. Bella menginjak kaki Gara. "Mampus kita Ra!" Desisnya. Gara mengeram sambil menahan sakit. "Eh, hai, Van, La." Bella berusaha mengulas senyuman meskipun sebenarn
Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan 6x + 2y = 4 dan 5x + 3y = -6 adalah...Bella memgusak rambutnya dengan frustasi."Ya, Ampun ini soal apa ujian hidup sih, beban banget!"Jika P(x) = 3x4-(m-1)x3+2(n-1)x+6 dan Q (x) = ax4-bx2+6x+c maka nilai dari m+n adalah..."Apa lagi yang ini. Soalnya aja nggak mudeng apa lagi jawabannya. Huwaaa... Ada nggak sih ujian hidup yang lebih ringan daripada ngerjain soal matematika?"Sudah satu jam Bella duduk di meja belajar. Tapi lima butir soal itu sama sekali tidak ada yang dikerjakan. Sedari tadi Bella hanya terdengar mengeluh terus-terusan."Aduh, kepalaku puyeng cuma gara-gara liat angka-angka ini. Hiks! Hiks!"Gara yang khidmat membaca buku biologi di atas ranjang jadi mendengus sebal mendengar rentetan keluh kesah Bella yang tak berkesudahan. Ia meletakkan bukunya lalu mendekati Bella."Coba lihat," kata Gara. Bella menoleh. "Eh, Sagara Rihanda, suami tercinta." Bella tersenyum. Serasa mendapatkan angin surga melihat kedatangan suaminy
Sepanjang jalan Bella sibuk berswafoto dengan gawainya. Pasalnya hari ini Bella baru saja mengubah tampilan rambutnya menjadi keriting gantung. Layaknya gadis seusianya yang suka narsis Bella pun juga tak ada bedanya."Ra, aku cantik nggak?" Tanya Bella sambil menjepret sebuah pose meletakkan dua jari dipipi.Gara yang menyetir di sampingnya hanya memutar bola matanya merasa malas."Cantik," jawab Gara singkat tapi jujur. Memang Bella itu cantik. Tidak ada yang menampik fakta tersebut.Bella meng-upload satu foto yang menurutnya paling bagus. Ia menuliskan sebuah caption, "berangkat sekolah, untuk menyongsong masa depan yang cerah." Kalau Gara melihatnya pasti ia mencibir.Bella meletakkan gawainya. Sekarang ia sibuk ngaca di kaca dasbor sambil membenahi rambutnya."Cantik rambut lurus apa keriting Ra?"Gara mulai malas kalau sudah ditanya begini."Sama aja Bel. Mukanya sama nggak ada yang berubah. Rambut doang nggak ngubah wajah orang.""Ya, bedalah Ra. Coba kamu rambutnya dilepekin
"Eh, Ra. Kok cincinmu bisa sama bentuk dan motifnya dengan Bella?" Ceplos Edo yang seketika membuat jantung Gara jumpalitan. Wajahnya langsung pucat. Gara menurunkan tangannya. Ia menyembunyikan cincin itu."Masa sih?" Tanya Revan yang juga penasaran."Iya, bener, aku perhatikan sama. Berlian asli kan Ra? Kok kayak cincin pernikahan sih?"Gara diberondong pertanyaan sedemikian rupa menjadi gelagapan."Ra, kok diem aja?" Edo terus memeras penjelasan dari Gara."Coba lihat Ra." Revan menarik tangan kiri Gara. Membandingkan cincin di jari Gara dengan yang ada difoto Bella."Iya, loh sama persis."Gara buru-buru menarik tangannya lagi."Ck, kalian jangan berpikir yang nggak-nggak lah. Cincin begini kan banyak yang sama motifnya. Apalagi kalau modelnya pasaran." Gara mencoba mengelak."Tapi kalian masih sekolah loh Ra, kok pake berlian asli?" Revan masih penasaran. Sedangkan Edo sudah merengut. Ia tampak marah dengan Gara."Siapa bilang ini berlian asli. Ini cincin tiruan. Di toko online j