"Ihh, terus tugas kamu apaan Ra?"Gara meraih katana di tangan Bella. "Tugasku menjaga dan melindungimu. Ajari aku bela diri dan ilmu pedang Bel, biar aku bisa melindungimu."Bella dan Gara saling pandang. Mereka memegang katana yang sama."Nona Bella. Ada teman Nona yang datang." Tiba-tiba Bibi Ina datang tergopoh-gopoh untuk menyampaikan informasi. Bella dan Gara menoleh bersamaan. "Hah? Teman yang mana Bi?" "Nggak tahu Non. Cowok sama cewek.""Waduh, jangan-jangan Vano sama Vanilla. Jangan disuruh masuk dulu Bi."Bella menoleh pada Gara"Ra, kamu ngumpet dulu gih.""Anu... Non, Bibi udah suruh masuk ee. Bibi juga bilang kalo Nona ada dibelakang." Bibi Ina terlihat takut-takut. Tak lama dari itu di belakang Bibi Ina muncul dua wajah yang sangat akrab. "Haii... Bel," sapa Vano dengan senyuman ramah seperti biasanya. Bella menginjak kaki Gara. "Mampus kita Ra!" Desisnya. Gara mengeram sambil menahan sakit. "Eh, hai, Van, La." Bella berusaha mengulas senyuman meskipun sebenarn
Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan 6x + 2y = 4 dan 5x + 3y = -6 adalah...Bella memgusak rambutnya dengan frustasi."Ya, Ampun ini soal apa ujian hidup sih, beban banget!"Jika P(x) = 3x4-(m-1)x3+2(n-1)x+6 dan Q (x) = ax4-bx2+6x+c maka nilai dari m+n adalah..."Apa lagi yang ini. Soalnya aja nggak mudeng apa lagi jawabannya. Huwaaa... Ada nggak sih ujian hidup yang lebih ringan daripada ngerjain soal matematika?"Sudah satu jam Bella duduk di meja belajar. Tapi lima butir soal itu sama sekali tidak ada yang dikerjakan. Sedari tadi Bella hanya terdengar mengeluh terus-terusan."Aduh, kepalaku puyeng cuma gara-gara liat angka-angka ini. Hiks! Hiks!"Gara yang khidmat membaca buku biologi di atas ranjang jadi mendengus sebal mendengar rentetan keluh kesah Bella yang tak berkesudahan. Ia meletakkan bukunya lalu mendekati Bella."Coba lihat," kata Gara. Bella menoleh. "Eh, Sagara Rihanda, suami tercinta." Bella tersenyum. Serasa mendapatkan angin surga melihat kedatangan suaminy
Sepanjang jalan Bella sibuk berswafoto dengan gawainya. Pasalnya hari ini Bella baru saja mengubah tampilan rambutnya menjadi keriting gantung. Layaknya gadis seusianya yang suka narsis Bella pun juga tak ada bedanya."Ra, aku cantik nggak?" Tanya Bella sambil menjepret sebuah pose meletakkan dua jari dipipi.Gara yang menyetir di sampingnya hanya memutar bola matanya merasa malas."Cantik," jawab Gara singkat tapi jujur. Memang Bella itu cantik. Tidak ada yang menampik fakta tersebut.Bella meng-upload satu foto yang menurutnya paling bagus. Ia menuliskan sebuah caption, "berangkat sekolah, untuk menyongsong masa depan yang cerah." Kalau Gara melihatnya pasti ia mencibir.Bella meletakkan gawainya. Sekarang ia sibuk ngaca di kaca dasbor sambil membenahi rambutnya."Cantik rambut lurus apa keriting Ra?"Gara mulai malas kalau sudah ditanya begini."Sama aja Bel. Mukanya sama nggak ada yang berubah. Rambut doang nggak ngubah wajah orang.""Ya, bedalah Ra. Coba kamu rambutnya dilepekin
"Eh, Ra. Kok cincinmu bisa sama bentuk dan motifnya dengan Bella?" Ceplos Edo yang seketika membuat jantung Gara jumpalitan. Wajahnya langsung pucat. Gara menurunkan tangannya. Ia menyembunyikan cincin itu."Masa sih?" Tanya Revan yang juga penasaran."Iya, bener, aku perhatikan sama. Berlian asli kan Ra? Kok kayak cincin pernikahan sih?"Gara diberondong pertanyaan sedemikian rupa menjadi gelagapan."Ra, kok diem aja?" Edo terus memeras penjelasan dari Gara."Coba lihat Ra." Revan menarik tangan kiri Gara. Membandingkan cincin di jari Gara dengan yang ada difoto Bella."Iya, loh sama persis."Gara buru-buru menarik tangannya lagi."Ck, kalian jangan berpikir yang nggak-nggak lah. Cincin begini kan banyak yang sama motifnya. Apalagi kalau modelnya pasaran." Gara mencoba mengelak."Tapi kalian masih sekolah loh Ra, kok pake berlian asli?" Revan masih penasaran. Sedangkan Edo sudah merengut. Ia tampak marah dengan Gara."Siapa bilang ini berlian asli. Ini cincin tiruan. Di toko online j
Bella baru keluar dari ruang guru untuk menyerahkan buku PR-nya pada Bu Sasna ketika ia melihat Gara turun dari lantai dua. Mereka saling tatap sesaat. Gara memperhatikan seragam Bella yang terlalu ketat sehingga bentuk badannya tercetak jelas.Gara tolah toleh sebentar untuk melihat situasi. Kemudian ia berjalan melewati Bella."Ikut aku bentar," kata Gara.Bella melotot."Ini di sekolah Ra. Banyak orang, kalau ketahuan gimana?""Ikut aja." jawab Gara tanpa menoleh.Gara berjalan lebih dulu. Tapi Bella tidak langsung menyusul. Dia sengaja memberi jarak agar tidak terlihat begitu dekat dengan Gara."Ada apa sih Ra?" Tanya Bella ketika mengikuti Gara ke lorong yang menghubungkan ruang guru dengan laboratorium kimia. Lorong itu memang sepi.Gara tampak melepaskan blazer yang ia kenakan."Pakai ini." Gara mengulurkankan blazer itu."Nggak mau. Blazernya ada namamu."Breett... Krakk!Dengan santainya Gara merobek nama yang terdapat di blazer itu."Pakai aja." Gara memaksa.Bella terpaksa
"Bel, satu putaran lagi ya abis itu kita rehat.""Siap," jawab Bella sambil terus berlari di samping Gara.Ya, sepasang suami istri muda itu memang tengah joging untuk mengisi waktu weekend mereka."Capek nggak?" Tanya Gara setelah mereka menyelesaikan satu putaran."Nggak. Mau lima putaran lagi aku juga masih kuat. Aku ini cewek strong tau Ra. Jangan pernah nganggep aku lemah.""Ya, kan kakimu belum sepenuhnya pulih Bel. Udah duduk sini aja, kita istirahat." Gara menarik Bella untuk duduk di sebuah bangku panjang.Bella menyeka keringat di dagunya. Ia duduk sambil meluruskan kaki."Minum dulu." Gara menyodorkan sebotol air mineral dingin."Makasih misua," Bella menerima air di tangan Gara sambil tersenyum.Gara dan Bella melihat ke tengah danau buatan. Airnya berwarna hijau bening. Di tengah-tengahnya banyak wahana bebek mengapung yang dikayuh dengan kaki. Beberapa pasangan sejoli tampak berada di atasnya. Bersenda gurau dengan bahagia."Mau naik juga?" Gara menawari istrinya karena
"Ka-kau..." Sabia terbata-bata.Bella menyeringai."Ya, aku Bellatrix Hyuugo. Seorang putri Hyuugo yang tempo hari berusaha di culik oleh keluargamu,"desis Bella di telinga Sabia supaya yang lain tidak bisa mendengar. Sabia langsung keringat dingin."Ah, soal aku dan Gara sepertinya kau salah paham Sabia. Aku dan Gara ada saudara sepupu. Bukankah begitu Abang Gara?"Gara yang meringis karena di banting Bella pun menjawab."Ya, benar."Bella menarik Sabia. Menegakkan tubuhnya. Ekspresi wajah yang menakutkan langsung berubah ceria lagi."Hahaha... Aku harap tidak ada yang salah paham lagi antara aku dan Abang Gara."Bella memasang tusuk kondenya lagi. Tak lupa ia juga tersenyum ke arah Edo yang benar-benar membeku di tempatnya."Aku sebaiknya pulang dulu. Dadah semuanya..."Bella cepat-cepat berlari meninggalkan tempat itu. Ia menerobos keluar kerumunan orang-orang yang berkumpul untuk melihat keributan."Gila, Bella..." Gumam Edo penuh takjub.Revan berdiri sambil memegangi kepalanya
"Lama banget sih Ra?" Keluh Bella yang sejak tadi menunggu Gara."Ya, nggak enak sama Edo kan Bel kalo aku keliatan langsung ngejar kamu."Gara menutup pintu mobil. Ia mulai menghidupi mesin mobilnya."Dia tu suka sama kamu." Gara memberitahu."Aku tau kok kalo Kak Edo suka sama aku. Ya, kan aku udah bilang Ra cowok yang nggak suka sama aku tu nggak normal. Kayak kamu misalnya.""Ck, semua orang punya tipe masing-masing untuk disukai Bel."Bella tidak menyahut lagi. Ia diam cukup lama sampai mobil Gara meluncur pulang."Sakit nggak Ra punggungmu aku banting?""Ya, sakit lah Bel. Bukan bantingnya di kasur. Lagipula kenapa sih kamu semarah itu dengan Sabia? Perkara begitu kan bisa diselesaikan dengan baik-baik.""Kamu nggak tahu apa-apa Ra. Antar keluarga mafia punya cara sendiri untuk mengintimidasi lawan-lawannya.""Maksudnya?" Kening Gara dipenuhi tanda tanya."Ah, kalo kamu nggak tahu mending nggak usah tahu deh. Nanti kamu nyesel kalau tahu latar belakang keluarga mantanmu yang mas