Share

35 : Kemelut Rasa

Author: Az Zidan
last update Last Updated: 2024-07-14 23:07:06

Dua minggu berlalu, Sky diizinkan untuk pulang. Namun, dokter berpesan bahwa ia belum diperbolehkan melangkah terlebih dulu. Ia masih harus menggunakan kursi roda demi memaksimalkan kesembuhannya.

Setelah mereka tiba di kediaman keluarga. Kebahagiaan tercurah kembali.

Bahkan Adam dan Kinasih pun diundang ke rumah itu untuk menyambut kedatangan Sky.

"Selamat kembali pulang, Nak," sapa Kinasih dan mendapat anggukan serta senyuman dari Adam.

Sky menatap keduanya, dia asing dengan mereka.

"Terima kasih, tapi ini tidak perlu," timpalnya.

"Mereka datang khusus menyambutmu, Sky. Kuharap kau tidak keberatan," ungkap Sean dengan senyum tulusnya.

Sky melirik sinis dan membuang muka dari kakaknya. Ia lantas meminta Freya untuk lekas mendorong kursinya menjauh dari mereka semua.

Kedua orang tua Freya membuntuti. Begitupun dengan Sean. Dia bahkan tidak terlihat penasaran dengan apa yang dilakukan si kembar.

Zia dan Gea saling tatap kemudian mendengus kasar.

"Dasar, nggak ada hormatnya sam
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   36 : Kanaya Arzeta

    Mobil yang dikendarai Sean berhenti tepat di gapura pemakaman. Pria itu berkunjung ke pemberhentian terakhir ayah dan ibunya. Kaki terus menggiring mendekati nisan Ghazi dan Divya. Lantas ia berjongkok di antara pemakaman kedua orang tuanya. "Kalian apa kabar?" tanyanya, kemudian keheningan merajai. Sean bagai tak mampu mengeluhkan bebannya. "Kalau kalian tanya kabarku, jika boleh jujur— aku sedang tidak baik. Anak sulungmu sudah duda, Ma," cengirnya. Ia tersenyum getir. Mentertawakan kehidupan yang penuh dengan lelucon ini. "Seharusnya Tuhan menciptakan Freya dua orang agar bisa kubagi dengan Sky. Benarkan?" Pria itu terus berceloteh. Seharusnya cukup mengatakan bahwa dia mencintai wanita yang cintanya habis untuk Sky. Akan tetapi, Sean tidak bisa melakukannya. Kalimatnya berputar-putar karena tidak pernah ada yang mau mendengarnya sedari dulu. Menjadi yang kedua bahkan dianggap tidak ada, memengaruhi cara berbicara seseorang. "Putra Ayah berhasil menjadi juara dunia. Pi

    Last Updated : 2024-07-16
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   37 : Black Gold

    Kian hari perut Freya semakin membesar. Usia kandungannya sudah menginjak usia sembilan bulan. Kondisi Sky juga jauh lebih baik. Dia bisa berjalan dengan sempurna tetapi tetap harus menjalani kontrol secara berkala untuk memastikan kesehatannya tidak terganggu. Pria itu sudah tidak sabar ingin kembali bermain di arena balap.Namun, hingga saat ini, Sky belum juga menampakkan keseriusannya dalam menjalin hubungan dengan wanita itu. Freya hanya terus bolak-balik ke rumah orang tua kekasihnya saat siang dan pulang ke rumahnya saat malam tiba.Tubuhnya semakin terlihat kurus, ia seperti orang cacingan. Di mana hanya perutnya yang berkembang. Wajahnya juga semakin kusam. Kinasih terkadang iba melihat perubahan kondisi Freya dari hari ke hari.“Jangan pergi lagi, Nak. Bagaimana kalau di jalan kamu tiba-tiba kontraksi? Kenapa kamu tidak memikirkan bayimu? Benar yang dikatakan oleh Sean, kalau seharusnya Sky yang datang kemari, bukan kamu yang terus bepergian,” seloroh Kinasih.Dia ingin memb

    Last Updated : 2024-07-17
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   38 : Kabar Buruk

    Freya bangkit dari sofa abu-abu hendak pergi dari tempat aneh itu. Namun, Sky dengan tangkas menarik pergelangan tangan Freya dan membuat gadis itu terpelanting, kemudian perutnya mendarat di meja bulat.Suara pekikan Freya kencang. Ia meraung kesakitan dengan tangan memegang bagian bawah perutnya. Kram, seketika menjalar. Membuat tubuhnya panas dingin. Tidak lama tatapannya terarah ke area betis. Wajah yang sudah teramat panik, kini semakin terlihat ketakutan.“Sky! Sky tolong aku! Bawa aku ke rumah sakit!” pintanya sembari berteriak. Ia melihat darah segar mengalir membaluri kakinya.Sky tidak terlihat panik. Dia justru masih sempat menyesap alkoholnya dan berdiri dengan santai.“Kenapa kamu selalu merepotkanku? Sehari saja tidak bisa membuatku tenang,” kesalnya. Tangannya terulur untuk membantu Freya bangkit. Akan tetapi tidak ada kelembutan dari tarikan tangan itu.Ia melangkah dengan cepat dan menyeret tubuh Freya dengan kasar. “Jalan yang benar dan cepat! Kamu minta segera kan?!

    Last Updated : 2024-07-17
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   39 : Bayi Laki-laki

    “Kak Freya kritis,” seru Dinda saat panggilannya yang ke lima terjawab oleh Sean.Setelah tiba di mobilnya, pria itu mendapati ponselnya berkedip berulang kali. Ia lantas menerima panggilan dari Dinda. Setelahnya, ia mengatakan bahwa Freya sekarang berada di rumah sakit.Dengan dorongan rasa panik dan khawatir, Sean melaju di jalanan. Beradu kecepatan dengan pengguna jalan lain. Menyalip sana sini. Di pikirannya hanya satu. Agar, dia bisa cepat sampai di Citra Husada. Tidak ada kata lain kecuali nama rumah sakit dan melihat bagaimana kondisi wanita yang masih bertahta tinggi di hati dan pikirannya.Sampai setengah jalan, matanya menangkap mobil yang melintas dari arah berlawanan sangat mencolok mata. Dia tahu betul itu mobil milik siapa.“Ke mana dia?” gumamnya dengan gigi mengerat. Tangannya menggenggam erat kemudi. Sungguh, Sean geram dengan kelakuan adiknya.Sekarang benaknya terpencar. Antara mengejar Sky lalu menghakimi sang adik kemudian menanyakan apa yang tengah terjadi pada F

    Last Updated : 2024-07-18
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   40 : Bukti dan Persyaratan

    Ruangan dengan nuansa putih dan bau karbol serta obat-obatan menyelimuti kamar perawatan Freya. Gadis itu sudah dipindahkan sejak satu jam yang lalu. Namun, belum juga ia ingin mengatakan apa pun pada Sean. Padahal, pria itu terus bertanya tentang apa yang dirasakan oleh ibu muda itu. "Kalau kamu sudah kentut atau ingin kentut, keluarkan saja, Freya. Jangan ditahan, biar kamu bisa minum. Kamu pasti haus kan?" ucapnya sembari menatap wajah pucat mantan istri yang bahkan belum pernah dia sentuh sekali pun. "Kenapa kamu di sini?" Satu-satunya pertanyaan dari sekian banyak tanya. Kenapa harus pertanyaan itu yang terlontar? Freya seharusnya tahu, hal itu adalah satu diantara soal yang tidak ingin Sean jawab. Namun, pria itu tetap menanggapi dengan sebenar-benarnya jawaban. "Untukmu. Aku sudah mengabulkan apa saja yang kamu mau. Kuharap kau tidak akan melarangku bertemu dengan anakmu ataupun menatapmu, Freya.""Jika kau tuli atau lupa ingatan. Aku ingatkan lagi, kalau aku tidak sudi deka

    Last Updated : 2024-07-19
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   41 : Kerusakan dan Kepalsuan

    "Apa maksudmu ninggalin Freya sendirian di rumah sakit, huh?!" Begitu tiba di rumah ia melihat Sky tengah menikmati kopi di tangannya. Pria itu duduk memangku kaki dan menyulut rokok bak tanpa beban dan dosa. Sean mencengkeram kerah baju adiknya. Menatap netra Sky dengan tatapan tajam menghunus. Dengan gerakan santai, Sky menepis kedua tangan Sean. Ia bahkan meniupkan asap rokoknya di wajah sang kakak. "Terus, lo minta gue ngapain? Menurut lo, gue bakalan bener-bener bertanggung jawab atas apa yang nggak pernah gue lakuin?" ucapnya enteng. "Bajingan!" Sean melayangkan pukulan pada wajah Sky. Sampai gelas yang di pegang pembalap dunia itu terpelanting dan terburai. Pecahan kaca semburat ke segala arah. Bercak kopi hitam mengenai pakaian Sean dan Sky secara bersamaan. Amarah Sean memuncak. Dia tidak lagi menahan diri jika sudah berhubungan dengan Freya. Sky justru tersenyum miring. "Lo yang bajingan! Lo kira gue pantes sama wanita jalang seperti dia?! Lo kira gue mau sama wanita

    Last Updated : 2024-07-19
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   42 : Ibu Susu

    Setelah menunggu tiga menit lamanya, Arzeta dipersilakan masuk oleh Zia. Gadis itu meniti penampilan wanita yang berdiri dengan memberikan senyum ayu ke arah sang empu rumah. "Cari siapa?" tanya Zia tidak ramah. Dia menyesal menerima semua orang dengan kelembutan dan tangan terbuka. Terakhir kali dia melakukannya, dua kakaknya berseteru dan terlebih sang abang terluka batinnya. "Saya ingin mengembalikan dompet, Tuan Sean. Kemarin jatuh di parkiran warung seblak saya," ungkapnya jelas. "Masuk!" perintah Zia. Sekali lagi dia memberikan kesempatan pada wanita lain untuk mengobati luka yang diderita saudara lelaki tertuanya. Zeta mengangguk dan melangkah masuk. Masih dengan senyum yang senantiasa terkembang di wajahnya. "Maaf berantakan." Zia terus berjalan dan berujar tanpa melihat ke arah tamunya. Mereka tiba di ruang tengah. Benar saja, mata Zeta seketika membola. Namun, dia lekas membawa diri. Bersikap biasa saja tanpa mengedarkan mata kecuali menatap ke arah Sean. "Tuan kenap

    Last Updated : 2024-07-20
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   43 : Tersungkur Sebelum Berjuang

    “Hasil seluruh pemeriksaan cukup baik, Tuan. Ibu Nia bisa menjadi ibu susu untuk bayi Anda. Nutrisi setiap harinya harus terpenuhi agar kualitas asi juga terjaga dengan baik,” ujar sang dokter sembari menulis beberapa suplemen yang dibutuhkan untuk Nia. Bahkan beliau mengatakan kata ‘bayinya’ Sean memang menjabarkan semuanya dasn tidak pernah mengutarakan bahwa itu hanya keponakannya. Dia menganggap bahwa anak Freya adalah buah hatinya. Anak dari wanita yang dia kehendaki. Wanita yang belum pernah menggeser tahkta tertinggi di relung jiwanya.“Terima kasih, Dokter.” Sean dibantu Zeta bangkit dan menjabat tangan petugas kesehatan tersebut.“Sebaiknya Anda juga harus melakukan pemeriksaan, Tuan,” imbuh dokter laki-laki itu.“Tentu saja.”Ketiganya kini keluar dengan resep terbaik di tangan Nia. Gadis itu membuntuti di belakang langkah Zeta dan Sean.“Nia, kamu antre obat dulu, ya. Saya mau antar, Tuan Sean ke radiologi.” Nia mengangguk. Dia menurut apa saja yang dikatakan oleh Zeta.Set

    Last Updated : 2024-07-21

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   97 : Enam Tahun Terlewat

    Berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari Trevis Fountain, Freya, Gatra dan juga balita yang Zeta perkirakan usianya empat tahun itu duduk mengelilingi meja. Menyantap hidangan yang sudah mereka pesan. Tidak hanya itu, Freya tampak kelelahan dengan perutnya yang membuncit.“Hai. Gatra apa kabar, Sayang?” Zeta mengulurkan tangannya dengan senyum yang merekah indah.“Siapa?” tanya bocah itu dengan nada sinis. Dia kembali sibuk mengunyah salad di mulutnya.“Dia tante Zeta. Apa kamu lupa? Dia yang mengurusmu saat kecil, Nak. Kamu lupa?” jelas Sean.“Cukup, Sean. Biarkan Gatra menghabiskan makanannya dulu. Duduklah, kamu boleh bergabung,” papar Freya dengan suara yang paling tidak disukai oleh Zeta.“Ah— terima kasih. Tapi kurasa aku buru-buru. Suamiku sudah menunggu. Selamat menikmati hidangan dan indahnya Roma.” Zeta berbalik badan, tetapi sebelum itu ia kembali menoleh untuk memberikan senyum pada gadis imut yang terus menatapnya dengan rasa penasaran.“Hei, aku punya sesuatu untukm

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   96 : Bertemu Kembali

    Trevi Fountain, di sanalah Zeta berada sekarang. Dalam genggamannya sudah ada dua koin yang hendak ia lempar ke kolam di hadapannya. Menyatukan kedua tangan, ia melangitkan harapan sebelum melempar satu koin itu.“Tersisa satu koin lagi,” ucap seseorang yang sudah menemani sepanjang perjalanannya.“Aku tahu diamlah,” sergah Zeta yang disambut tawa kecil dari rekan spesialnya.“Aku akan lakukan dengan caraku. Katanya dengan cara seperti ini akan lebih mudah untuk dikabulkan, kan?” tambah Zeta.“Hm—? Seperti apa itu?”Zeta berbalik badan membelakangi fountain dan memejamkan mata sama seperti yang dilakukannya pertama kali tadi. Latas melemparkan koin melintasi bahu dengan cukup tinggi dan mendengarkan suara benda berat itu meluncur ke dalam air.Senyum ayunya masih mengembang, saat membuka mata. Akan tetapi, tiba-tiba tubuhnya membeku.Bagaimana bisa? Batinnya. Dia bahkan baru saja melayangkan doanya, dia baru saja meminta pada kepercayaan orang-orang Roma ini. Lalu kemudian sudah berdi

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   95 : Kedatangan Zia

    Bukan hal baru bagi Zeta tidak diharapkan atas hidupnya. Jauh sebelum ini, dia juga pernah disia-siakan. Pernah dibuang, dicaci-maki. Sean menawar sekaligus luka baginya setelah bertahun-tahun lalu. "Pergilah, Zie. Sudah tidak ada yang perlu kamu jelaskan, kan?" Zia menggeleng cepat. "Aku tidak akan pergi sendirian, Zeta. Kamu harus ikut denganku. Kamu harus rebut Bang Sean lagi." "Kamu ingin aku menjadi duri untuk wanita lain? Sedang aku sendiri adalah wanita. Aku menentang pengkhianatan seorang wanita, tapi aku tersakiti oleh wanita." "Zeta—" Zeta menatap Zia intens. Setelah sekian hari dia kehilangan isak tangis. Sekarang air mata itu kembali menguar setetes demi setetes. "Ayahku pecandu alkohol dan suka bermain wanita, sekaligus suka memukul ibuku. Kami berjuang sendiri untuk lari darinya. Tapi selalu gagal. Ayahku berkhianat tidak hanya sekali. Tapi, ibuku adalah orang bodoh yang pernah ada di bumi ini. Dia tetap berdiri di sisinya sampai akhir hayat. Setelah dia meninggal,

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   94 : Penjelasan

    Dalam gelap, suhu ruangan yang terasa membekukan setiap tulang dalam tubuh perempuan berambut sepinggang itu. Netra sepekat malam hanya mampu menatap kosong ke depan. Tanpa arah dan tanpa makna. Jemarinya meremas dan mengusap tidak tentu arah gawai putih miliknya. "Mbak Zeta! Buka, ya pintunya. Mbak harus makan," teriakan Runi yang selalu terdengar puluhan kali dalam sehari. Namun, tidak mampu membuat Zeta beranjak dari kursi Belezza yang ia duduki. Air matanya telah mengering, tersisa rasa sesak yang tidak juga mampu ia tepis. Luka yang membekas begitu dalam. Fisiknya telah rusak, pun demikian dengan jiwanya, kian rapuh. Pikiran yang semakin ringkih. "Masih nggak mau buka, Mas. Sebetulnya Pak Sean ke mana, to? Tega banget buat Mbak Zeta begitu. Kurang apa, sih Mbak Zeta? Ini sudah hampir satu Minggu, masih juga nggak ada kejelasan dari Pak Sean," gerutu Runi pada Bagas. Pria itu sesekali datang hanya untuk menjenguk menanyakan kabar Zeta. Namun, tidak ada kemajuan yang berarti

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   93 : Desas-Desus

    Berulangkali Zeta mondar-mandir di ruangan khusus untuk menantikan kedatangan Sean. Entah sudah seberapa keras gadis itu menggigit bibirnya untuk menghalau kegundahan hatinya. Jemari lentik itu berusaha menelepon nomor kekasihnya sudah lebih dari sepuluh kali. "Bagas, dia datang, kan? Kamu sudah pastikan kalau dia akan datang, kan?!" tegasnya. Keringat sebesar jagung sudah menimpuk riasan di wajahnya. Sekarang bukan keanggunan dan juga menawan di wajahnya. Gurat kecemasan yang justru terpancar kian terang. "Sudah, Mbak. Tadi bahkan, Pak Sean sudah siap dengan setelan peachnya. Mungkin macet, Mbak." Meski Bagas juga merasakan apa yang dikhawatirkan oleh Zeta. Namun, dia berusaha untuk membuat pengantin perempuan itu tenang. "Macet di mananya? Kita tadi jalan aman-aman aja, kan? Jalanan lancar, Bagas!" hardik Zeta. Dia sampai harus menaikkan satu oktaf nada bicaranya. Kendati hal itu tidak dilakukan mereka sama-sama tahu kalau Zeta dan seluruh orang yang hadir juga ketakutan dan

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   92 : Akad Nikah

    Zeta mengerjap cepat. "Aku— ya, kurasa aku mimpi. Dan— dan itu mengharuskan aku telepon kamu di— pagi buta. Anggap saja begitu," jawabnya dengan terengah. "Kami baik-baik saja, Nay. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Gatra tidur dengan pulas malam ini bersama Zie dan Zha. Mereka ada di rumah. Sama sepertimu tidak sabar menanti kan hari esok." "Hanya aku? Bagaimana denganmu? Apa, kamu tidak merasakan hal itu?" Entah sudah keberapa kali, Zeta menggigiti bibir bawahnya. Menekan dan menenggelamkan keresahan yang terus saja timbul saat jawaban atas pernyataannya tidak dijawab sesuai ekspektasinya. "Tentu saja aku menantikannya, Nay. Bahkan aku sangat antusias. Aku akan berdiri menantikanmu dengan jas peach yang kau pilihkan," terang Sean. Ia layangkan senyum yang tidak diketahui oleh Zeta. "Ya. Bisa kubayangkan betapa menawan dan menariknya dirimu, Mine. Kamu harus tahu kalau aku—" Lidahnya tiba-tiba terasa kelu. Ada yang menggantung di tenggorokannya hingga sepatah kata tidak mampu

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   91 : Berkhianat

    "Sean, Sky membaik. Pagi ini, dia minta makan enak katanya. Dia sembuh, Sean." Kabar itu meluncur membawa kehangatan untuk Sean. Dia merasa lega akhirnya sang adik mendapatkan harapan itu. Setelah panggilan itu terputus, Sean beralih pada Gatra dan juga Zeta. Mereka juga sudah jauh lebih baik dari semalam. Tatapan penuh keharuan dan beban yang seolah menguar begitu saja. Sekarang, dia tidak harus memikirkan nasib Gatra. Tidak harus menyembunyikan perasaannya pada Zeta dari Freya. Tidak harus menanggung beban atas kehidupan ibu dan anak itu. Sean menarik langkah mendekati Zeta. Mereka berdua duduk di atas matras dengan taburan berbagai macam mainan milik bocah laki-laki itu. "Mine? Kamu senyum? Ada apa?" Zeta menoleh memerhatikan raut wajah sang kekasih yang terlibat berbinar. "Freya baru saja telpon. Dia bilang, Sky membaik. Dia minta sesuatu untuk di makan. Aku senang, Nay." "Syukurlah. Aku juga ikut senang, Mine. Maaf aku egois dengan mengatakan ini." Sebelah alis Sean teran

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   90 : Demam

    Sorot mata Sean menatap penuh kasih pada Gatra yang terlelap di ranjang bersama dengan Zeta. Mereka baru saja pulang dari klinik. Meneguk obat masing-masing dan kini terpengaruh obat-obat tersebut. Tatapan Sean secara bergantian memerhatikan wajah kekasihnya dan juga anak dari adiknya. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Beban yang terasa salah, tetapi juga dirasa tidak benar. Tidak mungkin aku menempatkanmu dalam satu pilihan, Nay. Tapi— bahkan batinnya saja menggantung kalimatnya. Pria itu bertumpu siku pada pahanya. Merangkus wajahnya dengan kasar, mendesah frustasi. Ia raih ponselnya dan menelepon seseorang yang jauh di seberang. "Bagaimana kondisinya?" "Sky— kondisinya semakin menurun, Sean. Aku takut. Saat terlelap begini, seperti tidak terjadi sesuatu padanya. Tapi, suhu tubuhnya tidak turun sama sekali sejak keluar dari ruang pemeriksaan tadi, Sean."Lagi-lagi Sean menghembuskan napasnya secara perlahan. Menyembunyikan kesesakan dalam dirinya. "Semoga saja Tuhan beri

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   89 : Kembali

    Tubuh Zeta gemetar bukan main. Selain ia belum tidur sejak kemarin, ia pun tidak memasukkan makanan ke dalam perutnya kecuali air putih. Sekarang, ia menggendong Gatra yang mulai menurut padanya, tetapi suhu tubuh bocah itu meningkat sejak bangun tidur pagi tadi. "Mau Papa, Tante," rengeknya pelan. Tatapan matanya sayu."Mau telpon Paman dulu sampai dia datang, Sayang?" Gatra menggeleng pelan. "Mau papa, bukan telepon," jawabnya masih dengan suara yang lemah. "Sabar, ya. Paman akan segera datang." Gerakan tangan Zeta tidak berhenti barang sebentar. Ia terus mengayunkan langkah dan lengan agar Gatra merasa nyaman. "Mbak Zeta. Di luar ada masalah," lapor Nia. Ia meremas ujung apron yang dia kenakan dengan gerakan kuat. "Masalah apa?" suaranya tidak kalah lirih dari Gatra. Dengan tidak anggun, ia menarik ingus yang sudah hendak keluar dari hidung. "Itu mbak. Pembeli permasalahkan toping, katanya— katanya—""Katanya apa, Nia? Kepalaku pusing banget, bisa lebih cepat ngomongnya?""Ka

DMCA.com Protection Status