“Mau makan siang?”
Raden mengangguk. “Ada janji sama temenku. Kamu sendirian?”
“Iya, tapi sebenernya lagi janjian—” Julie menghentikan ucapannya ketika manik matanya menangkap sosok yang memang ia tunggu. “Papa!”
Bagindo melambaikan tangan ke arah Julie dan saat itulah lelaki paruh baya itu melihat sosok Raden.
“Siang, Pa,” sapa Raden dengan sopan begitu Bagindo tiba di hadapan mereka.
Bagindo menjawab sapaan tersebut dengan senyum, lalu bertanya pada Raden apakah Raden mau bergabung dengan mereka.
Raden menjawab kalau ia har
“Mas ulang tahun lho hari ini.”“Terus?”“Nggak mau ucapin?”Suri menatap Ipang dengan malas. Selama bertahun-tahun, Ipang tidak pernah peduli dengan ulang tahunnya, tapi hari ini kakaknya malah menagih ucapan selamat ulang tahun darinya.Benar-benar aneh.“Apa sih? Mas sakit?” Suri menempelkan punggung tangannya ke kening Ipang, lalu beralih ke keningnya sendiri. “Nggak panas sih.”Ipang berdecak kesal. Ada apa dengan orang-orang di sekitarnya? Kemarin-kemarin pun Julie selalu memberinya hadiah dan tidak lupa mengingatkan Ipang ka
“Dilihatin terus sepatunya.”Ipang segera mendongak begitu mendengar komentar sang istri. Tanpa bisa ia cegah, wajahnya merona malu karena tertangkap basah terlalu sering dan terlalu lama memperhatikan sepatu yang hari ini ia pakai.“Norak ya?” Ipang bertanya balik pada Julie dan Julie hanya menggeleng.“Nggak kok, Mas kelihatan cute kalau lagi ngelihatin sepatunya.”“Cute?”“Iya. Gemesss.” Julie tersenyum kecil. “Aku suka lihat Mas yang seneng kayak gini.”Mereka berdua memasuki restoran yang seminggu
“Kamu yakin nggak mau ditemenin?”“Yakin.” Julie mengangguk berkali-kali.“Tapi kamu pucat gitu.” Ipang mengerutkan keningnya, tak suka dengan kenyataan kalau ia tak bisa menemani istrinya untuk hari ini.Meskipun ia anak pemilik perusahaan, tapi tetap saja tak bisa cuti atau pergi sesuka hati.Pagi ini Julie bangun dalam keadaan yang sudah pucat dan agak lemas, membuat Ipang khawatir dan ingin menemani istrinya, tapi tak bisa. Ada rapat penting siang ini dan Julie juga mendorong suaminya supaya pergi bekerja tanpa mengkhawatirkannya.“Pusing aja sih, Mas. Kemarin aku makannya agak tel
Ipang mengerutkan kening saat melihat ponselnya dan menemukan panggilan tak terjawab dari Raden.Tumben Raden sampai meneleponnya.Lelaki itu menatap ruang meeting yang baru saja ia tinggalkan. Meeting-nya siang ini terpaksa dibatalkan secara mendadak.Tahu begini mending temenin Julie, pikir Ipang seraya menekan tombol untuk menelepon balik Raden.Panggilannya dijawab tak lama kemudian, mungkin Ipang hanya butuh dua dering sampai kemudian Raden bicara dengan tergesa.“Mas, bisa keluar kantor sekarang?” tanya Raden setelah menyapa dengan sangat singkat. “Tadi sebelum kami makan, tiba-tiba Julie pings
“Kupikir kamu nggak akan ke salon lagi.”“Kenapa emangnya, Mas?” Julie bertanya balik dengan heran. “Kok ngiranya begitu?”“Kan kamu lagi hamil,” jawab Ario. “Emang Ipang nggak nyuruh kamu di rumah aja?”Julie tertawa begitu melihat bagaimana serius dan penasarannya raut wajah Ario saat bertanya.“Nyuruh sih….” Julie meringis. “Kelihatan banget Mas Ipang bakal begitu ya?”Kali ini ganti Ario yang terkekeh. “Iyalah, aku tahu dia sejak kuliah, Jules. Jadi aku udah bisa mengira-ngira gimana sikap Ipang begit
Rasanya semakin hari Julie merasa semakin payah.Sudah hampir sebulan berlalu sejak ia tahu kalau ia hamil, tapi hanya bisa dihitung dengan jari kapan ia akan merasa segar selama seharian.Sisanya?Julie merasa lemas dan tak berdaya, seperti sayur yang dimasak hingga terlalu matang.“Kita nggak usah jadi ke rumah Papa ya?” tawar Ipang seraya mengusap peluh di kening Julie dengan tisu di tangannya. “Papa juga ngerti kok kalau kita nggak ke sana dulu.”Tapi bukan Julie namanya kalau langsung setuju untuk menetap di rumah selama sehari penuh. Terlebih lagi, ia sudah janji pada ayah mertuanya sejak dua minggu yang lalu untu
“Gimana Julie? Manjanya jadi sepuluh kali lipat nggak sejak dia hamil?”Ipang tertawa mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Septa, kakak kedua Julie.Hari ini Ipang diajak Septa untuk datang ke restoran milik temannya saat jam makan siang, tentu saja bersama Janu juga.Sejak bergabung dengan keluarga Julie, Ipang kerap kali ikut berkumpul dengan Janu dan Septa. Bertiga saja, waktu khusus untuk para lelaki, kalau mengutip kata Septa.Ipang sendiri sudah cukup akrab dengan Septa sejak lama. Janu yang lebih pendiam dan kadang terlihat seram pun sebenarnya cukup menyenangkan.Ha
“Kamu beneran nggak apa-apa aku tinggal sendiri?""Nggak apa-apa, Mas." Julie berpikir sebentar, lalu bertanya, "Atau... aku ikut aja ya, Mas? Aku juga pengen deh ke makamnya Mama."Ipang langsung menggeleng tegas. "Kamu di rumah aja deh. Mas cuma sebentar kalau gitu.""Nggak usah buru-buru juga nggak apa-apa. Namanya mau ke makam Mama kan." Julie mengusap pelan bahu suaminya, meyakinkan lelaki itu kalau ia tidak apa-apa jika ditinggal sendiri.Hari itu adalah hari ulang tahun ibu kandung Ipang, mendiang ibu mertua Julie yang sudah berpulang bertahun-tahun yang lalu.Rencananya, Ipang akan perg