Ipang mengerutkan kening saat melihat ponselnya dan menemukan panggilan tak terjawab dari Raden.
Tumben Raden sampai meneleponnya.
Lelaki itu menatap ruang meeting yang baru saja ia tinggalkan. Meeting-nya siang ini terpaksa dibatalkan secara mendadak.
Tahu begini mending temenin Julie, pikir Ipang seraya menekan tombol untuk menelepon balik Raden.
Panggilannya dijawab tak lama kemudian, mungkin Ipang hanya butuh dua dering sampai kemudian Raden bicara dengan tergesa.
“Mas, bisa keluar kantor sekarang?” tanya Raden setelah menyapa dengan sangat singkat. “Tadi sebelum kami makan, tiba-tiba Julie pings
“Kupikir kamu nggak akan ke salon lagi.”“Kenapa emangnya, Mas?” Julie bertanya balik dengan heran. “Kok ngiranya begitu?”“Kan kamu lagi hamil,” jawab Ario. “Emang Ipang nggak nyuruh kamu di rumah aja?”Julie tertawa begitu melihat bagaimana serius dan penasarannya raut wajah Ario saat bertanya.“Nyuruh sih….” Julie meringis. “Kelihatan banget Mas Ipang bakal begitu ya?”Kali ini ganti Ario yang terkekeh. “Iyalah, aku tahu dia sejak kuliah, Jules. Jadi aku udah bisa mengira-ngira gimana sikap Ipang begit
Rasanya semakin hari Julie merasa semakin payah.Sudah hampir sebulan berlalu sejak ia tahu kalau ia hamil, tapi hanya bisa dihitung dengan jari kapan ia akan merasa segar selama seharian.Sisanya?Julie merasa lemas dan tak berdaya, seperti sayur yang dimasak hingga terlalu matang.“Kita nggak usah jadi ke rumah Papa ya?” tawar Ipang seraya mengusap peluh di kening Julie dengan tisu di tangannya. “Papa juga ngerti kok kalau kita nggak ke sana dulu.”Tapi bukan Julie namanya kalau langsung setuju untuk menetap di rumah selama sehari penuh. Terlebih lagi, ia sudah janji pada ayah mertuanya sejak dua minggu yang lalu untu
“Gimana Julie? Manjanya jadi sepuluh kali lipat nggak sejak dia hamil?”Ipang tertawa mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Septa, kakak kedua Julie.Hari ini Ipang diajak Septa untuk datang ke restoran milik temannya saat jam makan siang, tentu saja bersama Janu juga.Sejak bergabung dengan keluarga Julie, Ipang kerap kali ikut berkumpul dengan Janu dan Septa. Bertiga saja, waktu khusus untuk para lelaki, kalau mengutip kata Septa.Ipang sendiri sudah cukup akrab dengan Septa sejak lama. Janu yang lebih pendiam dan kadang terlihat seram pun sebenarnya cukup menyenangkan.Ha
“Kamu beneran nggak apa-apa aku tinggal sendiri?""Nggak apa-apa, Mas." Julie berpikir sebentar, lalu bertanya, "Atau... aku ikut aja ya, Mas? Aku juga pengen deh ke makamnya Mama."Ipang langsung menggeleng tegas. "Kamu di rumah aja deh. Mas cuma sebentar kalau gitu.""Nggak usah buru-buru juga nggak apa-apa. Namanya mau ke makam Mama kan." Julie mengusap pelan bahu suaminya, meyakinkan lelaki itu kalau ia tidak apa-apa jika ditinggal sendiri.Hari itu adalah hari ulang tahun ibu kandung Ipang, mendiang ibu mertua Julie yang sudah berpulang bertahun-tahun yang lalu.Rencananya, Ipang akan perg
“Hari ini pada mau ke rumah, Mas. Boleh nggak?”“Siapa yang mau ke rumah?” Ipang yang tengah mengancingkan kemejanya, bertanya seraya menoleh ke belakang, ke arah istrinya yang duduk di tepi ranjang.“Mama Salwa, Mama Sinna, sama Mama Shanine.” Julie menjawab dengan santai. “Mau kumpul-kumpul gitu lho, Mas. Tadinya sih mau di rumah Mama Shanine, tapi katanya nggak mau aku capek. Jadi pada mau ke sini aja.”“Oh… boleh aja. Selagi kamu nggak terganggu dan nggak kecapekan, nggak apa-apa.” Ipang menghampiri Julie dan membiarkan istrinya itu memeriksa penampilannya hari ini.Meski hari ini adalah akhir pekan, tapi Ipang terpaksa keluar rumah karena ada proyek di kantornya yang harus ia datangi. Setidaknya sampai selesai jam makan siang nanti.Tadinya tentu saja Ipang merasa tak rela meninggalkan istrinya di rumah. Sudah cukup bekerja lima hari dalam seminggu, jadi dua hari sisanya ingin ia maksimalkan untuk Julie dan anak mereka yang masih ada di kandungan istrinya tersebut.Apalagi saat i
Meski Julie adalah perempuan yang lumayan cengeng, tapi biasanya ia tak terlalu suka mendengar orang lain menangis.Jika ia mendengar orang lain menangis, maka Julie akan ikut merasa sedih.Tetapi, hal itu tentu berbeda ketika ia mendengar suara tangisan pertama anaknya sendiri setelah proses persalinan yang lumayan lama.Julie sedikit mendongak untuk melihat Ipang yang tengah menatap bayi mereka dengan terharu. Tak lama kemudian, pandangan mereka pun bertemu dan Ipang yang tadinya agak bergeser untuk melihat anak mereka yang baru lahir, kini kembali mendekat padanya dan mencium keningnya dengan penuh perasaan.“Makasih, Babe,” gumam Ipang dengan rasa haru yang memenuhi hatinya.Berjam-jam ia menyaksikan bagaimana Julie berjuang dan berkali-kali juga rasanya Ipang ingin menggantikan istrinya tersebut, supaya Julie tidak perlu mengalami rasa sakit berkepanjangan.Mungkin terdengar berlebihan, tapi kini ia jadi mengerti kenapa ayahnya mengatakan kalau saat dulu sang ibu melahirkannya da
Julie masuk ke kamar anaknya melalui connecting door dan tersenyum saat melihat Ipang yang tengah menggendong Taka, seraya menceritakan masa kecilnya dengan Suri dahulu.“Mas dari selesai makan malam di sini terus gendong Taka, nggak mau istirahat?”Ipang menggeleng. “Taka masih seru dengerin cerita Mas.”Julie terkekeh. Tiga bulan setelah Taka lahir, rutinitas Ipang tentu saja bertambah seperti Julie. Pulang bekerja, Ipang akan segera mandi dan menyapa istri serta anaknya. Lalu mereka akan makan bersama meski kadang makannya harus bergiliran, Julie makan duluan selagi Ipang menggendong Taka atau sebaliknya.Setelahnya, kalau belum waktunya Julie menyusui Taka, maka Ipang-lah yang akan bersama Taka. Ipang tidak mau istrinya itu bahkan tak punya waktu untuk diri sendiri meski hanya satu atau dua jam.Dan bersama Taka, Ipang selalu merasa senang dan bahagia. Meskipun kadang Ipang harus mendadak mengganti popok anaknya atau berkeliling rumah sambil menggendong Taka supaya anaknya itu tak
“Kamu beneran nggak apa-apa ditinggal berdua sama Taka aja, Mas?”Ipang menatap Taka yang tengah tertawa di gendongannya, lalu beralih pada sang istri yang masih duduk di depan meja riasnya dengan gamang.“Beneran, nggak apa-apa.” Ipang berusaha untuk meyakinkan istrinya. “Nggak bakal kenapa-kenapa kok. Anggap aja lagi harinya ayah dan anak.”Julie tertawa grogi, ia jadi ingat kata-kata Padma—istri Badai, sahabat suaminya—yang minggu lalu bertemu dengannya di A Class. Kata Padma, anak dan ayah yang ditinggal tanpa pengawasan bisa saja menciptakan roket lalu pergi ke bulan tanpa bilang-bilang pada mereka.Terdengar berlebihan, tapi yah… kadang memang bisa sekacau itu kalau mereka ditinggal tanpa istrinya.“Tenang, kami nggak akan mengacau.” Ipang menggerakkan tangan kanan Taka seakan-akan anak mereka itu tengah melambaikan tangannya pada Julie, kemudian lelaki itu mengubah suaranya menjadi kekanakan seraya berkata, “Tenang aja, Ma, aku sama Papa nggak akan bikin seisi rumah jadi kolam