Setelah 3 hari gadis itu menghilang. Langit dibuat cukup kelimpungan mencarinya. Sampai-sampai pria itu menyuruh seseorang untuk mencari keberadaannya. Hingga akhirnya dari orang suruhanya itulah ia pun bisa mengetauhui kalau gadis tersebut ternyata sedang menginap di rumah pamannya yang berstatus sebagai sopir pribadi ayahnya.Bukannya ia peduli dengan gadis itu. Tetapi, ia hanya takut jika sampai kedua orang tuanya tau kalau gadis itu tak lagi ada di apartemennya, yang ada nanti urusunnya bakal panjang. Belum lagi, ia juga kepikiran dengan ucapan Revan kemarin. Ia takut jika gadis itu benar-benar minggat karena sudah tak tahan denga sikap dingin dan acuhnya selama ini padanya. Sehingga sebelum itu terjadi, ia pun berinisiatif untuk mencarinya dan ingin segera membawanya pulang ke apartemen. Sebenarnya ia merasa cukup kesal padanya. Karena dengan tanpa seizinnya gadis itu malah main pergi dan lebih parahnya lagi sampai menginap pula di rumah Pamannya. Jika sampai gadis itu mengadu
Sembari memegangi perutnya yang terasa sakit, Langit terlihat berjalan sempoyongan akan menuju ruang kerjanya.Bertepatan dengan itu, karena Cahaya merasa penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh suaminya sekarang. Sehingga ia pun berniat membuka pintu untuk mengintip pria tersebut.Namun di luar dugaan, betapa terkejutnya ia ketika melihat Langit yang sedang berjalan sempoyongan sambil merintih kesakitan memegangi perutnya. Sontak membuatnya sangat panik, dengan segera ia keluar dan langsung berlari menghampirinya."Kak Langit kenapa?" tanyanya sembari mengaitkan tangan laki-laki itu ke bahunya. Lalu ia memapah pria itu untuk bisa berjalan."Perutku sakit banget, Ya. Mungkin penyakit maag ku kambuh lagi. Karena berapa hari ini aku selalu telat makan," jawabnya dengan sangat lemah. Wajah pria itu kini terlihat pucat dan sedikit merintih, seperti sedang menahan kesakitan.Sehingga membuat Cahaya tak tega dan merasa sedikit bersalah padanya."Duh ... ini semua pasti gara-gara aku
Ucapan pria muda yang seumuran dengan Langit itu langsung terjeda. Dengan mengerutkan dahi, pria tersebut tampak syok saat melihat siapa orang yang tengah membuka pintu apartemen mewah milik temannya itu."Loh, kok bukan Langit?" tanyanya membatin."Em ... maaf! Anda siapa? Bukankah ini adalah apartemennya Langit? Atau ... aku yang salah tempat, ya?" ujarnya, dengan wajah yang tampak kebingungan, pria tersebut celingukan sedang mencari keberadaan Langit di sekitar sana."Iya benar. Kakak gak salah tempat kok. Ini memang benar apartemennya Kak Langit. Mari silahkan masuk! Kakak ini pasti temannya Kak Langit, bukan?" Sembari tersenyum ramah Cahaya mempersikahkan pria itu untuk masuk.Pria itu mengangguk. "Iya, saya adalah temannya Langit. Apakah Langitnya ada?""Iya, ada, Kak. Dia sedang berada di kamarnya sekarang. Silahkan Kakak langsung saja ke kamarnya!""Oh, baiklah."Lalu dengan penuh tanda tanya, lelaki yang bernama Mahendra Wijaya itu masuk ke dalam apartemen tersebut."Siapa gad
Cahaya hanya terbengong dan terheran-heran melihat interaksi keduanya yang terlihat sangat lucu dan konyol. Sungguh pertemanan kedua orang itu terlihat sangat aneh.Satu orang mempunyai sifat keras kepala, dingin dan kaku sesuai apa yang diucapkan oleh Mahendra tadi. Sedangkan satu orangnya lagi mempunyai sifat yang sangat berlawanan dengannya. Yaitu konyol dan jail. Sehingga orang yang melihatnya pasti akan tertawa geli jika melihat tingkah laku dari keduanya yang terlihat sangat berlawanan sifat itu.Setelah dokter muda itu pulang, Cahaya segera memberikan obat kepada Langit. Lalu setelah meminum obat, gadis itu menyuruhnya untuk segera tidur.Dengan sangat lemah lembut gadis tersebut terlihat begitu tulus dan ikhlas mau merawat dan melayaninya. Hingga tanpa Langit sadari, ia kini mulai merasa nyaman dan senang bila berada di dekatnya.Setelah pria itu membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Cahaya segera menutup tubuh pria tersebut dengan selimut. Lalu ia hendak berjalan menuju sofa
Tiba-tiba Cahaya yang kembali mengigau langsung mendorong dan menendang tubuh Langit. Hingga laki-laki itu pun terjatuh dari atas ranjang.Brrugg!"Aww ...." Langit yang tidak siap dengan serangan dadakan dari Cahaya tadi pun langsung terjungkal akibat dari dorongan gadis tersebut."Auh ... bokongku sakit banget!" pekiknya merasa kesakitan."Duh ... kenapa Aya malah menendangku, sih? Kalau gak mau aku deketin tinggal bilang, 'kan bisa. Kenapa main dorong dan nendang aku segala?" keluhnya merasa sedikit kesal dengan gadis yang masih tertidur pulas di atas kasurnya itu.Kemudian sambil memegangi pinggang dan mengusap-usap bokong, lelaki itu berusaha untuk bangun. Lalu ia tampak kebingungan ketika ia melihat ke arah Cahaya yang ternyata masih dalam keadaan memejamkan mata."Loh, ternyata dianya masih tidur? Berarti dia tadi sedang mengigau lagi? Huff ... ku pikir dia tadi terbangun dan dengan sengaja mendorongku," gumamnya sambil te
Keesokan harinya, Cahaya terbangun dalam posisi yang sama dengan semalam. Yaitu sedang dipeluk oleh suaminya dari belakang. Seketika itu hati Cahaya langsung merasa bahagia dan masih belum bisa percaya kalau semalam ia tertidur di dalam dekapan laki-kaki itu.Semula Cahaya mengira kalau semalam itu hanyalah sebuah mimpi belaka. Tetapi ketika ia terbangun ternyata semua ini adalah nyata. Di mana saat ini laki-laki yang telah berstatus sebagai suaminya itu, kini sedang memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Hingga saking eratnya ia bahkan tak bisa bergerak sedikit pun.Hatinya kini berbunga-bunga merasa sangat bahagia karena tidak mengira dengan semua kejadian ini. Seketika itu Cahaya langsung tersadar dari lamunannya. Lalu ia ingin segera membangunkan laki-laki tersebut."Kak, bangun! Ini sudah pagi loh! Ayo kita shalat subuh dulu!" Dengan menepuk pelan tangan Langit yang melingkar di pinggangnya kini, gadis itu mencoba untuk membangunkannya.Perlahan lelaki itu mulai terbangun, dengan b
"Em ... kalau aku tidak mau, bagaimana?" Dengan tersenyum tengil, Langit mulai jail menggodanya."Hah!" Sontak Cahaya langsung melongo dibuatnya. Kini kedua pipinya memerah seperti tomat. Ia benar-benar merasa sangat grogi."Ih ... Kak Langit jangan be-becanda deh! Bu-buruan lepasin! Aku mau pakai baju dulu, Kak!" Sembari mendorong dada bidang milik suaminya, Cahaya berusaha untuk bisa melepas pelukannya. "Ka-katanya Kakak mau mandi, 'kan? Jadi buruan lepasin aku, Kak!" ucapnya lagi sambil menunduk malu, ia tidak berani menatap wajah suaminya tersebut.Sehingga membuat laki-laki itu semakin merasa gemas saja melihatnya. Ingin rasanya ia membawa gadis itu naik ke atas kasur. Lalu ia akan ...."Ah ... Langit! Kenapa otakmu sekarang jadi mesum, sih?" rutuknya membatin.Seketika itu Langit pun tersadar dan langsung melepaskan pelukannya dengan rasa yang tidak karuan. "Ma-maaf, Ay! Ya udah sana ambil bajunya sekarang!"Dengan tergesa-gesa Cahaya segera mengambil secara asal baju yang a
"Hay, Cantik!" ujar seorang pria tampan yang sedang berdiri di depan pintu tersenyum manis padanya. Untuk sesaat dengan dahi mengerut Cahaya tampak sedikit kaget ketika melihat ada seorang pria yang tak ia kenal tengah berdiri di sana. Namun, setelah berapa detik kemudian ia pun baru bisa mengingat wajah laki-laki itu adalah salah satu orang ataupun teman Langit yang pernah hadir di pernikahan dadakannya dulu. "Eh, Ka-kak, eh maksud aku ...." Dengan menudingkan jari telunjuk, Cahaya tampak kebingungan mau memanggilnya siapa. Karena untuk kali pertamanya ia baru bertatap muka secara langsung dengan lelaki itu. Sehingga mereka pun belum sempat untuk berkenalan."Eh, iy. Kita belum berkenalan ya? Kenalkan namaku Revan." Lelaki itu menyodorkan tangannya. Dengan tersenyum canggung, Cahaya menyambutnya."Dan aku--""Temannya Kak Langit, kan?" sambar Cahaya."Ya, betul. Bukan hanya temannya saja. Tetapi aku juga merangkap sebagai asistennya di kantor," lanjut Revan."Oh, begitu." Cahaya