Sembari memegangi perutnya yang terasa sakit, Langit terlihat berjalan sempoyongan akan menuju ruang kerjanya.Bertepatan dengan itu, karena Cahaya merasa penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh suaminya sekarang. Sehingga ia pun berniat membuka pintu untuk mengintip pria tersebut.Namun di luar dugaan, betapa terkejutnya ia ketika melihat Langit yang sedang berjalan sempoyongan sambil merintih kesakitan memegangi perutnya. Sontak membuatnya sangat panik, dengan segera ia keluar dan langsung berlari menghampirinya."Kak Langit kenapa?" tanyanya sembari mengaitkan tangan laki-laki itu ke bahunya. Lalu ia memapah pria itu untuk bisa berjalan."Perutku sakit banget, Ya. Mungkin penyakit maag ku kambuh lagi. Karena berapa hari ini aku selalu telat makan," jawabnya dengan sangat lemah. Wajah pria itu kini terlihat pucat dan sedikit merintih, seperti sedang menahan kesakitan.Sehingga membuat Cahaya tak tega dan merasa sedikit bersalah padanya."Duh ... ini semua pasti gara-gara aku
Ucapan pria muda yang seumuran dengan Langit itu langsung terjeda. Dengan mengerutkan dahi, pria tersebut tampak syok saat melihat siapa orang yang tengah membuka pintu apartemen mewah milik temannya itu."Loh, kok bukan Langit?" tanyanya membatin."Em ... maaf! Anda siapa? Bukankah ini adalah apartemennya Langit? Atau ... aku yang salah tempat, ya?" ujarnya, dengan wajah yang tampak kebingungan, pria tersebut celingukan sedang mencari keberadaan Langit di sekitar sana."Iya benar. Kakak gak salah tempat kok. Ini memang benar apartemennya Kak Langit. Mari silahkan masuk! Kakak ini pasti temannya Kak Langit, bukan?" Sembari tersenyum ramah Cahaya mempersikahkan pria itu untuk masuk.Pria itu mengangguk. "Iya, saya adalah temannya Langit. Apakah Langitnya ada?""Iya, ada, Kak. Dia sedang berada di kamarnya sekarang. Silahkan Kakak langsung saja ke kamarnya!""Oh, baiklah."Lalu dengan penuh tanda tanya, lelaki yang bernama Mahendra Wijaya itu masuk ke dalam apartemen tersebut."Siapa gad
Cahaya hanya terbengong dan terheran-heran melihat interaksi keduanya yang terlihat sangat lucu dan konyol. Sungguh pertemanan kedua orang itu terlihat sangat aneh.Satu orang mempunyai sifat keras kepala, dingin dan kaku sesuai apa yang diucapkan oleh Mahendra tadi. Sedangkan satu orangnya lagi mempunyai sifat yang sangat berlawanan dengannya. Yaitu konyol dan jail. Sehingga orang yang melihatnya pasti akan tertawa geli jika melihat tingkah laku dari keduanya yang terlihat sangat berlawanan sifat itu.Setelah dokter muda itu pulang, Cahaya segera memberikan obat kepada Langit. Lalu setelah meminum obat, gadis itu menyuruhnya untuk segera tidur.Dengan sangat lemah lembut gadis tersebut terlihat begitu tulus dan ikhlas mau merawat dan melayaninya. Hingga tanpa Langit sadari, ia kini mulai merasa nyaman dan senang bila berada di dekatnya.Setelah pria itu membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Cahaya segera menutup tubuh pria tersebut dengan selimut. Lalu ia hendak berjalan menuju sofa
Tiba-tiba Cahaya yang kembali mengigau langsung mendorong dan menendang tubuh Langit. Hingga laki-laki itu pun terjatuh dari atas ranjang.Brrugg!"Aww ...." Langit yang tidak siap dengan serangan dadakan dari Cahaya tadi pun langsung terjungkal akibat dari dorongan gadis tersebut."Auh ... bokongku sakit banget!" pekiknya merasa kesakitan."Duh ... kenapa Aya malah menendangku, sih? Kalau gak mau aku deketin tinggal bilang, 'kan bisa. Kenapa main dorong dan nendang aku segala?" keluhnya merasa sedikit kesal dengan gadis yang masih tertidur pulas di atas kasurnya itu.Kemudian sambil memegangi pinggang dan mengusap-usap bokong, lelaki itu berusaha untuk bangun. Lalu ia tampak kebingungan ketika ia melihat ke arah Cahaya yang ternyata masih dalam keadaan memejamkan mata."Loh, ternyata dianya masih tidur? Berarti dia tadi sedang mengigau lagi? Huff ... ku pikir dia tadi terbangun dan dengan sengaja mendorongku," gumamnya sambil te
Keesokan harinya, Cahaya terbangun dalam posisi yang sama dengan semalam. Yaitu sedang dipeluk oleh suaminya dari belakang. Seketika itu hati Cahaya langsung merasa bahagia dan masih belum bisa percaya kalau semalam ia tertidur di dalam dekapan laki-kaki itu.Semula Cahaya mengira kalau semalam itu hanyalah sebuah mimpi belaka. Tetapi ketika ia terbangun ternyata semua ini adalah nyata. Di mana saat ini laki-laki yang telah berstatus sebagai suaminya itu, kini sedang memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Hingga saking eratnya ia bahkan tak bisa bergerak sedikit pun.Hatinya kini berbunga-bunga merasa sangat bahagia karena tidak mengira dengan semua kejadian ini. Seketika itu Cahaya langsung tersadar dari lamunannya. Lalu ia ingin segera membangunkan laki-laki tersebut."Kak, bangun! Ini sudah pagi loh! Ayo kita shalat subuh dulu!" Dengan menepuk pelan tangan Langit yang melingkar di pinggangnya kini, gadis itu mencoba untuk membangunkannya.Perlahan lelaki itu mulai terbangun, dengan b
"Em ... kalau aku tidak mau, bagaimana?" Dengan tersenyum tengil, Langit mulai jail menggodanya."Hah!" Sontak Cahaya langsung melongo dibuatnya. Kini kedua pipinya memerah seperti tomat. Ia benar-benar merasa sangat grogi."Ih ... Kak Langit jangan be-becanda deh! Bu-buruan lepasin! Aku mau pakai baju dulu, Kak!" Sembari mendorong dada bidang milik suaminya, Cahaya berusaha untuk bisa melepas pelukannya. "Ka-katanya Kakak mau mandi, 'kan? Jadi buruan lepasin aku, Kak!" ucapnya lagi sambil menunduk malu, ia tidak berani menatap wajah suaminya tersebut.Sehingga membuat laki-laki itu semakin merasa gemas saja melihatnya. Ingin rasanya ia membawa gadis itu naik ke atas kasur. Lalu ia akan ...."Ah ... Langit! Kenapa otakmu sekarang jadi mesum, sih?" rutuknya membatin.Seketika itu Langit pun tersadar dan langsung melepaskan pelukannya dengan rasa yang tidak karuan. "Ma-maaf, Ay! Ya udah sana ambil bajunya sekarang!"Dengan tergesa-gesa Cahaya segera mengambil secara asal baju yang a
"Hay, Cantik!" ujar seorang pria tampan yang sedang berdiri di depan pintu tersenyum manis padanya. Untuk sesaat dengan dahi mengerut Cahaya tampak sedikit kaget ketika melihat ada seorang pria yang tak ia kenal tengah berdiri di sana. Namun, setelah berapa detik kemudian ia pun baru bisa mengingat wajah laki-laki itu adalah salah satu orang ataupun teman Langit yang pernah hadir di pernikahan dadakannya dulu. "Eh, Ka-kak, eh maksud aku ...." Dengan menudingkan jari telunjuk, Cahaya tampak kebingungan mau memanggilnya siapa. Karena untuk kali pertamanya ia baru bertatap muka secara langsung dengan lelaki itu. Sehingga mereka pun belum sempat untuk berkenalan."Eh, iy. Kita belum berkenalan ya? Kenalkan namaku Revan." Lelaki itu menyodorkan tangannya. Dengan tersenyum canggung, Cahaya menyambutnya."Dan aku--""Temannya Kak Langit, kan?" sambar Cahaya."Ya, betul. Bukan hanya temannya saja. Tetapi aku juga merangkap sebagai asistennya di kantor," lanjut Revan."Oh, begitu." Cahaya
"Em ... bukan apa-apa kok, Ay! Udah lupakan saja, gak penting juga, kok!" jawab Langit kikuk. "Oh ya udah, silahkan diminum ya, Kak, jusnya! Dan ini buat Kak Langit juga." Gadis itu meletakkan dua gelas orange jus di atas meja yang ada di hadapan kedua pria tersebut.Setelah itu ia pun berniat kembali lagi ke dapur. "Eh, iya. Kalau kalian sudah selesai, langsung ke meja makan aja, ya! Aku sudah siapkan makan siang untuk kalian," ujarnya.Dengan mulut yang masih dibekap oleh Langit, secara serempak kedua pria itu pun mengangguk. Sehingga membuat gadis berkucir kuda itu tersenyum geli dan menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah aneh dan konyol kedua pria tersebut. Lalu ia kembali ke dapur untuk menyiapkan makan siang.Setelah melihat kepergian Cahaya, laki-laki yang memakai baju santainya itu langsung melepas tangannya dari mulut Revan."Ih ... apaan sih, Bos! Bau tau tanganmu. Habis pegang apaan sih?" sungut Revan kesal.Dengan gregetan Langit kembali memukul kepalanya.Pletakk!K
Dengan sangat terburu-buru Cellina terlebih dahulu masuk ke dalam kantor dan ia ingin segera menuju ke ruang kerjanya Langit. Sementara Cahaya yang sedang berjalan ingin memasuki kantor. Tiba-tiba saja ada yang memanggilnya dari belakang. "Hay, Cahaya!" Panggil Revan yang kebetulan baru saja datang di kantor itu. Karena merasa ada yang memanggil, gadis itu pun menoleh ke arah sumber suara. "Eh, Revan! Kamu juga kerja di sini bareng Kak Langit, ya?" jawab Cahaya. "Enggak, kok. Kalau aku kerjanya di kantor cabang yang ada di Kebon Jeruk. Biasa aku ke sini karena ada meeting gitu. Nanti setelah meetingnya selesai aku balik lagi deh ke kantor cabang." "Kalau kamu kok tumben datang ke sini mau ketemu sama Langit, ya?" tebaknya. "Oh ini, tadi Kak Langit hp-nya ketinggalan. Jadi aku mau anterin HP ini ke dia." Gadis cantik bergaun putih tulang itu menunjukkan ponsel yang ada di tangan kanannya. "Oh gitu." Revan tampak manggut-mangut. "Ya udah, ayo biar aku antar ke ruangan Lan
Begitu mendengar ucapan Aditya tadi, dengan memasang wajah garang, Cahaya langsung melotot ke arah Langit. "Oh, jadi Kakak masih suka ketemuan sama Mbak Cellina?" tanyanya sewot. "E-eh ... enggak enggak kok!" Dengan gelagapan pria berkemeja hitam itu langsung menggelengkan kepala. "Itu tadi si Aditya berbohong, Sayang. Dia memang sengaja ingin ngerjain aku. Agar kamu marah sama aku. Jadi, jangan percaya ya sama dia! Dan lagi pula mana mungkin aku janjian sama Cellina, sementara ada kamu di sini," lanjutnya lagi. "Oh ... berarti kalau nggak ada aku di sini, Kakak masih suka ketemuan sama dia, gitu?" sahut Cahaya jutek. Lalu dengan terlihat sangat kesal, gadis itu langsung saja melangkah pergi meninggalkan lelaki tersebut. "Ya-ya ... bu-bukan begitu, Sayang. Kok kamu malah jadi marah begini, sih! Ah ... sialan! Ini gara-gara si Aditya rese nih. Eh, tunggu!" Dengan terlihat panik, lelaki itu gegas mengejarnya. "Aya, jangan marah begini, dong! Kan, kamu tahu sendiri. Semenjak
Dengan terus menatap tajam ke arah sepasang suami istri itu, tiba-tiba Cellina terdiam dan menghentikan langkahnya. Sehingga membuat kedua temannya merasa keheranan dan juga ikut menoleh ke arah Langit dan Cahaya. Dengan mata yang membola, kedua wanita itu cukup tercengang ketika melihat Langit yang sedang berjalan sambil bergandengan mesra dengan seorang wanita. "Loh, Itu bukanya si Langit? Kok malah lagi jalan sama si cewek kampungan itu, sih? Bukannya kamu bilang kalau dia masih cinta mati sama kamu. Tapi, kenapa dia malah terlihat sangat mesra dengan cewek udik itu?" ujar Alena merasa keheranan. "Diam! Aku juga kesel tau! Ternyata Langit benar-benar sudah terpikat dengan gadis kampungan itu. Sehingga dia rela meninggalkanku demi cewek murahan itu. Tapi, aku gak akan diam saja seperti ini. Lihat saja akan kuberi pelajaran dia nanti. Karena telah berani merebut Langit dariku," jawab Cellina dengan kesal terus menyorot tajam ke arah sepasang suami istri tersebut. "Terus sek
"Em ... kira-kira siapa, ya? Orang yang aku sukai itu adalah ... Kakak," ucapnya sangat pelan dan nyaris tak terdengar. "Hah! Siapa tadi? Aku nggak dengar, Aya." Langit berpura-pura tidak mendengar. "Ah ... tau, ah!" Karena kesal, gadis itu ingin mendorong tubuh laki-laki itu untuk menjauh. Namun kedua tangannya itu langsung di tahan oleh Langit. "Ayo dong, Aya! Katakan sekali lagi. Aku nggak dengar tadi," bujuknya. Pada akhirnya dengan wajah yang bersemu merah, gadis cantik itu pun menjawab pertanyaannya lagi. "Aku ... sukanya ... sama Kak Langit." Lelaki itu langsung tersenyum sumringah ketika mendengar pengakuannya. Lalu sedetik kemudian pria tersebut menyambar bibir ranum gadis itu dan mulai mengechupnya dengan lembut. Cahaya hanya pasrah memejamkan mata dan membalas ciumannya juga. Dan tidak cukup sampai di situ saja. Sepasang suami istri itu pun melanjutkan aksinya hingga sampai tengah malam. Merasakan surga dunia sebagai sepasang suami istri. Dan itulah hal yang te
"Ya, nggak gimana-gimana dong, Sayang." Sembari tersenyum manis, lelaki itu menoel hidungnya gemas. Kemudian ia menakup kedua pipinya dan menatap dalam dua bola mata bening milik gadis itu. "Dengarkan aku, Aya! Yang terpenting, 'kan aku sekarang cuma cintanya sama kamu. Jadi, kamu nggak usah khawatir. Karena mau sampai kapanpun juga, aku berjanji nggak akan pernah mau tinggalin kamu," tukasnya terlihat dengan sangat sungguh-sungguh berusaha untuk meyakinkan sang istri. Sehingga membuat gadis itu tersenyum bahagia mendengar ucapannya. "Tapi ... seumpamanya Mbak Cellina masih pengen balik lagi sama Kakak gimana?" "Hahaha ...." Sontak saja Langit malah tertawa geli, karena nampaknya saat i i sedangmerasa cembur."Hem ... kelihatannya Istriku yang cantik ini lagi cemburu ya? Tapi nggak papa, aku malah seneng kok kalau kamu cemburu kayak gini, itu tandanya kamu cinta banget sama aku." Dengan terseyum tengil, ia malah mengejeknya. "Cih, siapa juga yang cemburu?" elak Cahaya. "Orang
Setelah selesai sarapan, Langit pun kembali lagi masuk ke dalam kamar. Hari ini ia sengaja tidak masuk kerja. Karena ingin menunggu Cahaya yang sedang sakit dan sekaligus ingin segera menyelesaikan kesalah pahaman di antara mereka berdua. Lelaki bertubuh atletis itu membawa laptop ke dalam kamar. Ia ingin melanjutkan pekerjaannya dari rumah. Sembari menunggu istrinya yang masih tertidur karena pengaruh obat yang diminumnya tadi, jari-jemarinya terlihat sibuk mengotak-atik kaybort laptop yang ada di pangkuannya. Lelaki itu kini duduk di atas kasur bersebelahan dengan Cahaya. Dengan sesekali Ia melihat ke arah gadis itu untuk memastikan kalau istrinya itu dalam keadaan baik-baik saja. Lalu tak berapa lama wanita cantik yang ada di sebelahnya itu mulai terbangun. Ia mendapati kalau suaminya kini berada di sampingnya terlihat sedang sibuk dengan laptopnya. Sehingga membuatnya merasa sedikit senang dan terharu padanya. "Oh, ternyata sedari tadi dia nungguin aku, ya? Sampai nggak
"Apaa?!" Sontak saja Langit langsung membelalakan mata menatap tidak percaya pada Cahaya. Sungguh ia sangat syok ketika mendengar kata cerai yang keluar dari bibir gadis itu. Lalu dengan segera lelaki itu kembali menggelengkan kepala. "Tidak, aku mohon jangan berkata seperti itu, Aya!" Kini pria itu memeluk erat tubuh gadis yang sedang terduduk di hadapannya kini. Sedangkan gadis itu hanya terdiam seperti patung tidak mau membalas pelukannya. "Aku mohon dengarkan penjelasanku dulu, Aya! Akan aku jelaskan dengan yang sejujur-jujurnya kalau semua ini hanyalah salah paham saja. Jadi, please jangan berburuk sangka dulu, ok?" Lelaki itu menengadahkan wajahnya menatap gadis itu dengan sayu. "Ya ya memang benar kalau selama ini aku sering pergi menemuinya. Akan tetapi kami tidak pernah melakukan apa pun juga, Aya. Ya, aku pun terpaksa melakukan ini, karena aku sudah terlanjur berjanji kepadanya kalau aku akan menemaninya dalam waktu sebulan ini saja." Dengan sangat gugup dan terbat
Pukul jam 03.00 dini hari, tiba-tiba saja Cahaya terbangun. Dengan perlahan gadis itu mulai mengerjapkan mata dan membukanya dengan lebar. Dirinya kini mulai mengingat-ingat kejadian yang semalam. Seketika itu ia pun menoleh ke arah samping dan mendapati tempat itu dalam keadaan kosong tanpa adanya sosok suaminya di sana. Kemudian ia menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan waktu masih jam 03.00 pagi. Lalu sembari tersenyum kecut ia berkata, "Ternyata ini semua bukanlah mimpi. Dan tidur di mana dia sekarang?" Raut wajah gadis itu kembali murung. Pada awalnya ia berharap semua kejadian tadi adalah hanya sebuah mimpi buruk saja. Namun, semua ini nyata. Lagi-lagi ia tertawa miris. "Hahaha ... bodoh sekali kamu, Cahaya! Palingan juga dia pergi ke tempatnya si Cellina. Mending sekarang aku sholat tahajud saja." Tanpa berpikir panjang lagi, kemudian gadis yang sedang dilanda kesedihan itu pun beranjak dari tempat tidurnya. Ia berniat untuk pergi ke kamar mandi dan akan mengamb
"A-apa?! Ca-cahaya istri kamu?" Sontak saja Aditya terpekik kaget melotot ke arah Langit. "Kamu jangan bercanda deh, Lang!" lanjutnya sambil terkekeh canggung. "Siapa juga yang sedang bercanda? Kalau kamu tidak percaya tanyakan saja pada Cahaya," jawab Langit dingin. Pria berkemeja krem itu menoleh ke arah gadis yang sedang dicekal tangannya oleh Langit. "Apakah itu benar, Cahaya? Kalau kamu ini adalah istrinya Langit?" tanyanya merasa tak percaya. Cahaya yang masih tetap terdiam menganggukkan kepalanya dengan pelan. Sebagai tanda kalau apa yang diucapkan oleh sahabatnya itu adalah benar. Sehingga membuat Langit kini tersenyum sinis padanya. "Sudah jelas, 'kan? Jadi, mulai sekarang tolong jauhi Cahaya!" tukasnya tegas. Lalu sembari menarik tangan Cahaya, lelaki itu langsung meninggalkan Aditya yang masih diam mematung karena merasa sangat syok ketika mengetahui bahwa wanita yang ia sukai selama ini sudah mempunyai suami. Dan lebih parahnya lagi suaminya itu ternyata ada