Saat ini, Celine berdiri di dekat jalan raya.Setelah menyeberangi jalan ini, dia akan tiba di parkiran.Celine menunggu lampu merah berubah jadi hijau, tapi meski begitu, dia tidak menginjak jalan raya.Dia melihat ada sebuah mobil yang melaju sangat cepat.Dia berencana menunggu mobil itu berhenti lalu menyeberang, tapi kecepatan mobil itu semakin cepat bahkan sudah naik ke tepi jalan.Mobil itu ... melaju ke arahnya ....Celine refleks ingin menghindar.Namun saat itu, seluruh tubuhnya seakan-akan tidak mendengarkan perintahnya.Dia hanya bisa diam melihat mobil itu semakin dekat ....Apakah dia akan mati?"Celly ...."Dia mendengar teriakan panik.Dia tahu itu suara Hansen.Hansen ingin menyuruhnya menghindar, dia juga tahu, tapi tubuhnya ....Mungkin karena takut, waktu mobil itu sudah mau menabraknya, dia menutup matanya, seakan-akan dengan begitu dia bisa kabur dari kesakitan yang akan dia alami.Kemudian, dia merasakan sebuah dorongan.Namun, dorongan itu tidak seperti sesuatu
Dia tahu, ini pasti salah satu rencana Nyonya hari ini.Namun, tetap tidak berhasil menabrak Celine.Hati Lala seakan-akan ditekan oleh sebuah batu besar. Apa rencana hari ini tidak akan berhasil?Besok yang dimaksud Hansen ....Lala kembali menatap Hansen.Dari kejadian tadi, dia yakin kalaupun Hansen sangat menyayangi "Lala", tapi rasa sayangnya terhadap Celine sudah melewati rasa sayangnya terhadap Lala!Namun ... tidak boleh!Dia melakukan berbagai cara untuk menjadi orang lain.Dia tidak ingin kali ini dia tetap kalah dari Celine!Lala menghirup napas dalam-dalam lalu melihat Hansen dan kembali berteriak, "Kakak ...."Kali ini, dia tidak usah berpura-pura, dia bisa menunjukkan kesakitan yang membuat orang kasihan padanya.Hansen awalnya sedang melihat Celine dan Andreas. Saat mendengar suara ini, dia langsung menyadari sesuatu. Dia segera berbalik dan melihat Lala yang sedang berusaha untuk berdiri."Lala ...." Hansen langsung menghampirinya, merasa sangat bersalah. "Maaf, tadi ..
Meski begitu, dia mengalihkan tatapannya."Kakak, kali ini mungkin cuma bisa meminta Kakak menggendongku ke mobil." Lala tersenyum seperti biasa terhadap Hansen.Saat ini, Hansen membelakangi Celine dan Andreas. Kali ini, Hansen tidak akan melihat mereka."Oke." Tepat ketika Hansen mau berbalik.Terdengar suara keributan di bawah."Ah, ada pembunuh!""Darah, darahnya banyak sekali ...."Celine berdiri di bawah tatapan semua orang. Suara di sekitarnya perlahan-lahan semakin samar.Sementara di pelukannya ...."An ... Andreas ...." Suara Celine bergetar hebat.Teringat kejadian tadi, pisau yang tajam itu awalnya ditujukan ke dia, tapi Andreas mengadangnya.Dia mendengar suara pisau menusuk daging ....Sementara Andreas ...."Sayang, cepat lari ...." Andreas langsung mendorong Celine.Celine langsung terhuyung ke belakang. Waktu dia berbalik, dia melihat Andreas mencengkeram tangan yang memegang pisau itu.Sementara orang yang memegang pisau itu ...."Timothy, kamu ... mau mati?" tatapan
"Tuan Muda Hansen, pinjam mobil," ujar Owen.Semuanya terjadi dengan sangat cepat, sampai-sampai dari melihat Andreas terluka sampai Celine dibawa pergi, dia masih berdiri diam di tempat.Dia baru sadar kembali setelah mendengar suara Owen."Iya, iya," jawab Hansen dengan ekspresi rumit dan masih sedikit bingung.Dia bahkan melepaskan tangan Lala."Kak ...."Hansen yang sedang berlari ke mobil berhenti sejenak, tapi dia tidak berbalik, melainkan terus berlari ke mobilnya bersama Owen."Andreas ...." Hansen membuka pintu mobil lalu menyerahkan kuncinya ke Owen, dia tampak ingin mengatakan sesuatu.Namun, akhirnya matanya menggelap dan dia berhenti.Setelah Owen membawa Timothy pergi, Hansen tidak langsung mencari Lala, melainkan melihat ke arah Inez.Ekspresinya berubah suram dan dia mengeluarkan ponselnya lalu langsung menghubungi seseorang. Tak lama kemudian, ada orang yang datang untuk membawa Inez pergi. Sementara sopir yang tadinya mau menabrak Celine juga dibawa pergi oleh polisi.
"Lala ...." Donny menggumamkan nama ini.Dia hampir saja menyukai gadis itu karena nama yang sama.Oleh karena itu, tadi waktu melihat mereka turun gunung, tatapannya terus mengikuti Lala. Karena itulah, dia melihat jelas semua ekspresi dan pikiran Lala.Lala ... iri dengan Celine!Namun, di depan si "kakak", dia berakting dengan sangat bagus.Wanita ini punya niat yang jahat, apalagi terhadap Celine, sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.Sementara kecelakaan dan percobaan pembunuhan tadi ....Donny mulai mengkhawatirkan Celine.Dia mengernyit. Tepat pada saat ini, dia menerima sebuah panggilan, dia melihat nama di layar lalu menerima panggilan."Paman, waktu aku pergi mencarimu, katanya kamu pergi ke Gunung Prana. Kamu baru saja datang ke Mastika, untuk apa pergi ke Gunung Prana?"Di seberang telepon, Albert sangat bingung.Tiba-tiba dia teringat kalau Keluarga Nadine hari ini juga mau ke Gunung Prana, tapi dia tidak terlalu memikirkannya. "Paman, cepat pulang, nggak, aku pergi jemput
Gian tidak menghindar. "Timothy Jayadi dan ... Inez Bakri!"Albert tentu saja tahu dua orang ini.Namun, Timothy jelas-jelas dikurung di kantor polisi, kenapa bisa keluar? Apalagi punya kesempatan untuk menyerang Celine di Gunung Prana!Ini ... tidak masuk akal!"Timothy sudah ditahan oleh Owen, sedangkan Inez ...."Gian berhenti sejenak, dia teringat dengan informasi yang dia dapatkan dari telepon tadi ...."Hansen menyuruh orang membawa Inez pulang ke Mastika, tapi di perjalanan terjadi kecelakaan, mobilnya hancur, orangnya juga mati." Gian langsung merasa ada yang aneh dengan kecelakaan ini.Seperti ....Mau membunuh untuk menutup mulut!Kalau benar begitu, kejadian ini semakin rumit."Sudah mati?" Albert juga menyadari keanehan di balik semua ini. "Hansen ...."Kalaupun Albert terus beradu mulut dengan Hansen, dia tidak merasa kalau kecelakaan itu ada hubungannya dengan Hansen. Hansen menyuruh orang membawa pergi Inez harusnya untuk mencari tahu tentang kejadian hari ini."Bagaiman
Waktu berjalan sedetik demi sedetik, langit pun semakin terang.Celine masih terus menggenggam tangan Andreas. Di benaknya, terus muncul sosok Andreas yang selalu muncul dan melindunginya.Dia bisa merasakan hal yang tadinya sudah dia putuskan perlahan-lahan berubah."Andreas ...." Celine menatap wajah Andreas yang sepucat kertas.Waktu dia memanggilnya, di hatinya sudah ada sebuah keputusan.Waktu Albert dan Vicky memasuki kamar pasien, samar-samar mendengar Celine menggumamkan sesuatu, tapi mereka tidak bisa mendengar dengan jelas."Celly, kamu sudah harus istirahat."Celine sudah berjaga di sini semalaman. Saat ini, dia terlihat sangat lelah, Albert merasa sangat kasihan padanya.Dia memberi tanda ke Vicky lewat tatapan, Vicky langsung maju dan berkata, "Celly, aku sudah siapkan sarapan, kita pergi makan dulu, yuk."Tanpa menunggu Celine menolak, Vicky sudah menariknya keluar.Setelah mereka berdua pergi, Albert menatap orang yang berbaring di kasur itu. Untuk pertama kalinya, tatap
Reaksi itu tidak seperti orang yang tahu Timothy akan muncul di sana.Sementara yang dia dengar tadi di Swastamita ...."Tuan, mungkin hal ini ada hubungannya dengan orang lain, hanya saja orang itu ...." Owen ragu-ragu.Fera .... Di orang sekitar, hanya Fera Tandi yang bernama Fera.Owen berpikir sekian lama lalu akhirnya menceritakan apa yang dia dengar tadi."Fera ...."Begitu mendengar nama ini, mata Andreas langsung menyipit.Dia tidak menyangka Fera bisa-bisanya menargetkan Celine!Seluruh tubuh Andreas memancarkan aura dingin. Setelah sekian lama dia sepertinya membuat sebuah keputusan. "Owen, bantu aku lakukan sesuatu!"Waktu dia berpesan pada Owen, dia tidak menghindar dari Albert.Setelah selesai berbicara dengan Owen, Andreas bertatapan dengan Albert. "Tuan Albert, apa orang tua Keluarga Tjangnaka sudah tiba?"Albert agak terkejut mendengar pertanyaannya.Namun, dia tetap menjawab jujur. "Sudah.""Yang datang itu pamanmu?" tanya Andreas lagi."Iya."Setelah mendapat jawaban