Gian juga melihat mereka.Sekarang tuannya akhirnya bisa tenang.Gian juga ikut lega. Di belakangnya terdengar suara pintu mobil terbuka, lalu Andreas melewati bagian depan mobil dan berlari menghampiri Celine.Senyuman di wajahnya lebih cerah dari matahari hari ini.Gian dan Owen melihatnya langsung bertatapan dan dengan kompak mengangkat alis mereka."Tuan ini ... begitu melihat Nyonya, langsung berubah jadi orang lain!" Gian bingung.Dia tahu cinta sangat kuat, tapi kekuatan ini sepertinya terlalu besar.Owen pun menyindirnya, "Nanti waktu ketemu orang yang kamu suka, mungkin kamu akan mengerti."Orang yang dia suka?Gian dalam hati berharap.Obrolan ini membuat Gian dan Owen rileks, tidak menyadari bahaya yang sedang menanti di luar parkiran....Celine merasa kelopak matanya terus berkedut.Sejak mulai turun gunung, mata kanannya terus berkedut tidak berhenti.Terutama kegelisahan di hatinya juga semakin kuat, seolah-olah akan terjadi suatu hal besar.Hal besar ....Celine teringa
Saat ini, Celine berdiri di dekat jalan raya.Setelah menyeberangi jalan ini, dia akan tiba di parkiran.Celine menunggu lampu merah berubah jadi hijau, tapi meski begitu, dia tidak menginjak jalan raya.Dia melihat ada sebuah mobil yang melaju sangat cepat.Dia berencana menunggu mobil itu berhenti lalu menyeberang, tapi kecepatan mobil itu semakin cepat bahkan sudah naik ke tepi jalan.Mobil itu ... melaju ke arahnya ....Celine refleks ingin menghindar.Namun saat itu, seluruh tubuhnya seakan-akan tidak mendengarkan perintahnya.Dia hanya bisa diam melihat mobil itu semakin dekat ....Apakah dia akan mati?"Celly ...."Dia mendengar teriakan panik.Dia tahu itu suara Hansen.Hansen ingin menyuruhnya menghindar, dia juga tahu, tapi tubuhnya ....Mungkin karena takut, waktu mobil itu sudah mau menabraknya, dia menutup matanya, seakan-akan dengan begitu dia bisa kabur dari kesakitan yang akan dia alami.Kemudian, dia merasakan sebuah dorongan.Namun, dorongan itu tidak seperti sesuatu
Dia tahu, ini pasti salah satu rencana Nyonya hari ini.Namun, tetap tidak berhasil menabrak Celine.Hati Lala seakan-akan ditekan oleh sebuah batu besar. Apa rencana hari ini tidak akan berhasil?Besok yang dimaksud Hansen ....Lala kembali menatap Hansen.Dari kejadian tadi, dia yakin kalaupun Hansen sangat menyayangi "Lala", tapi rasa sayangnya terhadap Celine sudah melewati rasa sayangnya terhadap Lala!Namun ... tidak boleh!Dia melakukan berbagai cara untuk menjadi orang lain.Dia tidak ingin kali ini dia tetap kalah dari Celine!Lala menghirup napas dalam-dalam lalu melihat Hansen dan kembali berteriak, "Kakak ...."Kali ini, dia tidak usah berpura-pura, dia bisa menunjukkan kesakitan yang membuat orang kasihan padanya.Hansen awalnya sedang melihat Celine dan Andreas. Saat mendengar suara ini, dia langsung menyadari sesuatu. Dia segera berbalik dan melihat Lala yang sedang berusaha untuk berdiri."Lala ...." Hansen langsung menghampirinya, merasa sangat bersalah. "Maaf, tadi ..
Meski begitu, dia mengalihkan tatapannya."Kakak, kali ini mungkin cuma bisa meminta Kakak menggendongku ke mobil." Lala tersenyum seperti biasa terhadap Hansen.Saat ini, Hansen membelakangi Celine dan Andreas. Kali ini, Hansen tidak akan melihat mereka."Oke." Tepat ketika Hansen mau berbalik.Terdengar suara keributan di bawah."Ah, ada pembunuh!""Darah, darahnya banyak sekali ...."Celine berdiri di bawah tatapan semua orang. Suara di sekitarnya perlahan-lahan semakin samar.Sementara di pelukannya ...."An ... Andreas ...." Suara Celine bergetar hebat.Teringat kejadian tadi, pisau yang tajam itu awalnya ditujukan ke dia, tapi Andreas mengadangnya.Dia mendengar suara pisau menusuk daging ....Sementara Andreas ...."Sayang, cepat lari ...." Andreas langsung mendorong Celine.Celine langsung terhuyung ke belakang. Waktu dia berbalik, dia melihat Andreas mencengkeram tangan yang memegang pisau itu.Sementara orang yang memegang pisau itu ...."Timothy, kamu ... mau mati?" tatapan
"Tuan Muda Hansen, pinjam mobil," ujar Owen.Semuanya terjadi dengan sangat cepat, sampai-sampai dari melihat Andreas terluka sampai Celine dibawa pergi, dia masih berdiri diam di tempat.Dia baru sadar kembali setelah mendengar suara Owen."Iya, iya," jawab Hansen dengan ekspresi rumit dan masih sedikit bingung.Dia bahkan melepaskan tangan Lala."Kak ...."Hansen yang sedang berlari ke mobil berhenti sejenak, tapi dia tidak berbalik, melainkan terus berlari ke mobilnya bersama Owen."Andreas ...." Hansen membuka pintu mobil lalu menyerahkan kuncinya ke Owen, dia tampak ingin mengatakan sesuatu.Namun, akhirnya matanya menggelap dan dia berhenti.Setelah Owen membawa Timothy pergi, Hansen tidak langsung mencari Lala, melainkan melihat ke arah Inez.Ekspresinya berubah suram dan dia mengeluarkan ponselnya lalu langsung menghubungi seseorang. Tak lama kemudian, ada orang yang datang untuk membawa Inez pergi. Sementara sopir yang tadinya mau menabrak Celine juga dibawa pergi oleh polisi.
"Lala ...." Donny menggumamkan nama ini.Dia hampir saja menyukai gadis itu karena nama yang sama.Oleh karena itu, tadi waktu melihat mereka turun gunung, tatapannya terus mengikuti Lala. Karena itulah, dia melihat jelas semua ekspresi dan pikiran Lala.Lala ... iri dengan Celine!Namun, di depan si "kakak", dia berakting dengan sangat bagus.Wanita ini punya niat yang jahat, apalagi terhadap Celine, sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.Sementara kecelakaan dan percobaan pembunuhan tadi ....Donny mulai mengkhawatirkan Celine.Dia mengernyit. Tepat pada saat ini, dia menerima sebuah panggilan, dia melihat nama di layar lalu menerima panggilan."Paman, waktu aku pergi mencarimu, katanya kamu pergi ke Gunung Prana. Kamu baru saja datang ke Mastika, untuk apa pergi ke Gunung Prana?"Di seberang telepon, Albert sangat bingung.Tiba-tiba dia teringat kalau Keluarga Nadine hari ini juga mau ke Gunung Prana, tapi dia tidak terlalu memikirkannya. "Paman, cepat pulang, nggak, aku pergi jemput
Gian tidak menghindar. "Timothy Jayadi dan ... Inez Bakri!"Albert tentu saja tahu dua orang ini.Namun, Timothy jelas-jelas dikurung di kantor polisi, kenapa bisa keluar? Apalagi punya kesempatan untuk menyerang Celine di Gunung Prana!Ini ... tidak masuk akal!"Timothy sudah ditahan oleh Owen, sedangkan Inez ...."Gian berhenti sejenak, dia teringat dengan informasi yang dia dapatkan dari telepon tadi ...."Hansen menyuruh orang membawa Inez pulang ke Mastika, tapi di perjalanan terjadi kecelakaan, mobilnya hancur, orangnya juga mati." Gian langsung merasa ada yang aneh dengan kecelakaan ini.Seperti ....Mau membunuh untuk menutup mulut!Kalau benar begitu, kejadian ini semakin rumit."Sudah mati?" Albert juga menyadari keanehan di balik semua ini. "Hansen ...."Kalaupun Albert terus beradu mulut dengan Hansen, dia tidak merasa kalau kecelakaan itu ada hubungannya dengan Hansen. Hansen menyuruh orang membawa pergi Inez harusnya untuk mencari tahu tentang kejadian hari ini."Bagaiman
Waktu berjalan sedetik demi sedetik, langit pun semakin terang.Celine masih terus menggenggam tangan Andreas. Di benaknya, terus muncul sosok Andreas yang selalu muncul dan melindunginya.Dia bisa merasakan hal yang tadinya sudah dia putuskan perlahan-lahan berubah."Andreas ...." Celine menatap wajah Andreas yang sepucat kertas.Waktu dia memanggilnya, di hatinya sudah ada sebuah keputusan.Waktu Albert dan Vicky memasuki kamar pasien, samar-samar mendengar Celine menggumamkan sesuatu, tapi mereka tidak bisa mendengar dengan jelas."Celly, kamu sudah harus istirahat."Celine sudah berjaga di sini semalaman. Saat ini, dia terlihat sangat lelah, Albert merasa sangat kasihan padanya.Dia memberi tanda ke Vicky lewat tatapan, Vicky langsung maju dan berkata, "Celly, aku sudah siapkan sarapan, kita pergi makan dulu, yuk."Tanpa menunggu Celine menolak, Vicky sudah menariknya keluar.Setelah mereka berdua pergi, Albert menatap orang yang berbaring di kasur itu. Untuk pertama kalinya, tatap
Di pesta malam, nona-nona yang datang tidak berani mendekati Celine lagi selain untuk menyapanya. Mereka takut tidak sengaja melakukan sesuatu dan menyakiti Nyonya Jayadi ini.Mereka pun semakin kagum dengan Nyonya Jayadi dan semakin berusaha menyanjung Nyonya Yuni.Semua orang sibuk mengelilingi Nyonya Yuni, Gisela bahkan tidak bisa berbaur.Bertha juga berada di luar kerumunan itu, dia sama sekali tidak ada niat untuk menyanjung Nyonya Yuni.Di benaknya masih terus ada bayangan adegan yang terjadi di taman tadi, dia bahkan masih ingat jelas tekstur bibir pria itu.Bertha merasa otaknya sangat berantakan.Ada apa dengannya?Menyadari kondisinya yang aneh, Bertha berusaha untuk menyingkirkan pikiran-pikiran itu. Namun, ingatan itu seperti kutukan yang tertanam di benaknya.Semakin dia pikirkan, wajahnya semakin merah.Dia pun memutuskan untuk diam-diam pergi. Dia ingin mencari tempat yang lebih sepi untuk meredakan panas di wajahnya.Karena terlalu buru-buru, dia menabrak dada seseoran
Gisela mengalihkan pandangannya dan kebetulan melihat Bertha dan Alvin berdiri bersama, sedang membicarakan sesuatu.Bertha mau mendekati Alvin?Muncul tebakan ini di benak Gisela.Kalau Bertha berhasil mendekati Alvin ....Waktu dia sedang berpikir, Evan menghampirinya dengan terburu-buru, terdengar maksud menyalahkan di suaranya. "Tadi kamu kenapa? Kenapa kamu sampai melewatkan kesempatan sebagus itu?""Kamu tahu, nggak? Dia bukan hanya istri Tuan Andreas, dia itu pemegang saham terbesar di Grup Nadine, juga putri Keluarga Tjangnaka ....""Kalau bisa berteman dengannya, Keluarga Wisma pasti bakal sukses, tapi ...."Evan sangat kecewa. Semakin dia memikirkan manfaat yang bisa didapatkan kalau bisa membangun koneksi dengan Nyonya Jayadi, dia semakin merasa kalau Gisela telah melewatkan kesempatan yang sangat bagus."Kenapa kamu ...."Gisela memutar bola matanya di dalam hati.Kalau dia menunjukkan bakatnya di depan Nyonya Jayadi dan disukai Nyonya Jayadi, manfaatnya tentu saja jadi mil
Celine tersenyum ke Yuni untuk menenangkannya. "Nenek, aku benar-benar nggak apa-apa.""Nggak apa-apa juga harus diperiksa."Yuni sangat teguh.Namun, Celine tidak mungkin tenang membiarkan wanita licik seperti ini menyentuhnya. Dia akhirnya terpaksa melihat Gisela."Kamu profesional?""Iya, benar."Gisela segera mengangguk. Entah kenapa, Nyonya Jayadi di depannya ini jelas-jelas terlihat sangat lembut, tapi dia merasa tekanan yang membuatnya susah bernapas.Gisela tersenyum lembut, berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan niat baiknya pada Nyonya Jayadi.Sementara Celine juga bisa melihat "niat baik" Gisela.Dia hanyalah berpura-pura.Celine melihatnya dan berkata secara perlahan, "Kamu dokter?"Gisela tertegun sejenak lalu menggeleng. "Bukan."Celine bertanya lagi, "Perawat?"Gisela terdiam sejenak."Bukan, tapi aku ...."Sebelum Gisela selesai bicara, Celine tidak memberinya kesempatan lagi. "Kamu bukan dokter, juga bukan perawat, mananya yang profesional?"Celine berkata penuh makn
Yuni segera menyuruh orang memanggil dokter pribadi.Saat ini, Gisela juga langsung sadar kembali dan segera mengajukan diri. "Aku ... aku pernah belajar keperawatan ...."Hal yang terjadi tadi ....Gisela merasa dia sudah mau meledak saking kesalnya.Jelas-jelas dia melihat Bertha sudah mau menabrak Nyonya Jayadi, tapi di luar dugaannya .... Teringat dengan kejadian tadi, Gisela tidak hanya merasa kecewa karena rencananya gagal.Pria yang ditimpa Bertha tadi adalah tuan muda pertama Keluarga Sugito.Mereka ... berciuman.Namun, Bertha mana layak?Gisela tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Mendengar Yuni meminta orang memanggil dokter pribadi, Gisela langsung sadar kembali.Rencananya mencelakai Bertha sudah gagal, dia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya.Oleh karena itu, dia pun segera menawarkan diri.Baru saja dia selesai bicara, semua orang pun melihatnya.Termasuk Nyonya Yuni dan juga Nyonya Jayadi itu."Kamu bisa ilmu keperawatan?" Yuni meli
Melihat gadis baju hitam itu sudah mau menabraknya, Celine refleks berteriak, "Andreas ...."Saat ini, di bandara Kota Binara.Seorang pria memegang dadanya, keningnya juga berkerut. Kegelisahan yang tiba-tiba muncul di hatinya membuat kepalanya pusing."Tuan, kamu kenapa?"Orang yang lewat menyadari keanehannya dan segera bertanya.Pria itu berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi hatinya seperti diremas oleh sebuah tangan. Dia tidak pernah merasakan rasa sakit seperti itu.Di hatinya bahkan muncul ketakutan, lalu perlahan-lahan ketakutan itu menyelimutinya.Dia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya."Tuan, kamu kenapa?"Melihat kondisinya, orang yang lewat tadi bertanya lagi.Pria itu menghirup napas dalam-dalam lalu mengibaskan tangannya, tapi ketakutan itu masih mengikutinya.Sebenarnya ... ada apa dengannya?Sementara saat ini, Celine menutup matanya, suasana sekitarnya seakan-akan menjadi hening. Dia berusaha melindungi perutnya, berdoa hal yang dia takutkan tidak akan ter
Semakin Evan menyukai rasa puas ini, dia semakin tidak menyukai Bertha yang angkuh."Kalau begitu, aku ke sana?"Gisela memasuki area dansa dengan hati-hati tapi semangat seakan-akan sudah mendapat dukungan.Dia mengikuti tempo dan irama lalu mulai membaur dengan orang-orang.Di tempat yang tidak diperhatikan orang, Gisela diam-diam mengamati sekelilingnya, mencari kesempatan. Akhirnya, dia melihat Bertha sedang berputar mendekati Celine.Gisela tahu kalau kesempatannya sudah datang."Siapa gadis baju hitam itu? Tariannya lumayan bagus ...."Yuni juga memerhatikan Bertha.Nada pujiannya kebetulan didengar oleh Gisela, Gisela pun semakin yakin dengan rencananya.Nyonya Yuni sedang memuji Bertha? Nanti, takutnya dia baru akan puas setelah membunuh Bertha!Gisela berpikir sambil menunggu waktu yang pas, kemudian dia diam-diam mendorong gadis yang sedang menari membelakanginya ...."Aduh ...."Seiring dengan seruan kaget, gadis itu menabrak orang di depannya."Ah ....""Aduh ...."Suara te
Alvin kenal dengan Nyonya Jayadi ini?Gisela melihat Alvin berjalan kemari bersama Celine, jarak di antara mereka seperti sengaja untuk menghindari rumor.Apakah hubungan mereka tidak biasa?Gisela memutar matanya, otaknya juga ikut berputar.Waktu melihat Nyonya Jayadi sudah mendekati kerumunan orang, Alvin berhenti mengikutinya, tapi matanya tetap tertuju pada Nyonya Jayadi.Gisela pun melihat wanita yang meski sedang hamil, tetap sangat cantik itu. Dalam hati muncul perasaan yang aneh, bahkan dia juga tidak bisa membedakan apakah itu kagum atau iri.Nyonya Jayadi ini benar-benar beruntung.Sedangkan dia ....Gisela mencari Bertha di sekitar, lalu segera menemukannya yang terlihat sangat mencolok di antara kerumunan.Bertha ada di antara kerumunan orang yang menari, sepertinya dia terbawa suasana, terlihat sangat gembira, sama sekali tidak sedih karena Evan mau membatalkan pernikahan mereka.Kenapa dia tidak sedih?Gisela merasa kesal.Bertha harusnya sedih, karena bagaimanapun juga
Celine terus menunggu Andreas, merindukannya setiap hari. Sejak babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional di mana dia menerima cincin "Penantian", dia tidak menemukan petunjuk apa pun lagi tentang Andreas.Dia terjebak dalam penantian yang tidak terlihat ujungnya, seakan-akan mengerti maksud dari orang yang mengirim cincin itu.Penantian ....Orang itu memberi tahu dia kalau dia akan terus menunggu.Alvin bisa melihat kepahitan di mata Celine. Di kalangan para orang kaya di Binara ada sangat banyak rumor tentang Celine dan Andreas.Ada yang bilang Celine sedang hamil, tapi Tuan Andreas tidak pernah muncul di sisinya sekalipun, hubungan mereka sudah renggang.Ada yang bilang Celine hanya diakui karena hamil dengan keturunan Keluarga Jayadi, Yuni juga hanya mementingkan cicitnya yang ada di kandungan Celine.Di luar ada banyak rumor seperti ini, tapi karena identitas Celine yang merupakan pewaris Grup Nadine dan juga putri Keluarga Tjangnaka, tidak ada yang berani meremehkannya.Al
Di bawah tatapan semua orang, seorang wanita berpakaian putih memegang wajahnya, jelas terlihat dia baru saja ditampar.Wanita itu memasang ekspresi bingung, lalu sibuk meminta maaf pada orang yang menamparnya seakan-akan tidak peduli dengan rasa sakit di wajahnya. "Maaf, Kak, aku ...."Sebelum dia selesai, seorang pria maju dan melindungi wanita baju putih itu di belakangnya sambil memelototi wanita baju hitam di depan wanita baju putih itu. "Kenapa kamu memukulnya?""Kak Evan, jangan salahkan Kakak, aku yang salah, membuatnya marah."Wanita baju putih itu terlihat sangat lemah seperti bunga yang mudah rusak.Alasan dia terlihat lemah,adalah karena kekejaman "Kakak" yang disebut olehnya itu. Semakin dia terlihat lemah, semakin bisa merangsang keinginan pria untuk melindunginya.Namun, di mata wanita baju hitam itu ....Celine melihat wanita baju hitam itu dengan tatapan penasaran. Wanita itu terlihat sangat tenang, seakan-akan sudah biasa dengan kelemahan wanita baju putih dan juga s