Richard Bill POV
Menemukan kediaman supermodel bernama Emily Lynch bukanlah bagian sulit dalam hidupku—tentu aku tahu siapa gadis itu, tentang siapa dia ada di dalam dunia ini, aku tahu itu dan hanya sekedar tahu, aku tidak mengaguminya atau mencari tentangnya di social media, aku tidak melakukan itu. Hidupku di dunia ini hanya bekerja, bekerja dan menunggu giliranku mati karena tertembak, mungkin kurang lebih seperti itu.
Emily Lynch adalah seorang model dan aktris asal Amerika Serikat yang telah bergabung dengan agensi model terkemuka sejak usia 14 tahun. Pada tahun 2013, Emily melakukan debut runway-nya di Burberry, dan tahun berikutnya, 2014, menjadi tonggak penting dalam karier modelingnya, yang membawanya untuk berkolaborasi dengan berbagai rumah mode ternama.
Selain berprofesi sebagai model, Emily Lynch juga memulai karir aktingnya dengan peran kecil dalam film pertama yang dirilis pada tahun 2016, yang diadaptasi dari sebuah novel romansa komedi terkenal. Pada tahun berikutnya, ia berperan sebagai pemeran utama dalam film keduanya, beradu akting dengan aktor terkenal Brentley Hampton. Dari kolaborasi tersebut, Lynch menerima banyak pujian dari penonton dan rekan-rekannya, termasuk Brentley Hampton, yang mengapresiasi penampilannya. Salah satu komentarnya menyatakan bahwa…
“Emily membuktikan bahwa dia layak berada di industry perfilman karena dia memiliki skill acting yang bagus dan tidak kaku dalam film keduanya, dia sudah berusaha keras dalam rumah fashion dan setelah aku melihat film keduanya, aku sangat yakin jika gadis itu akan sukses di film-film selanjutnya.”
Setelah film keduanya, nama Lynch semakin dikenal sekaligus asmara pertamanya dengan aktor dua puluh enam tahun tersebut sejak Emily Lynch muncul ke dunia fashion dan perfilman.
Aku mencari tentangnya—bukan karena aku penasaran tapi karena aku harus mengenalnya. Aku melirik jam di pergelangan tangan kiriku yang menunjukkan pukul enam sore—aku terdiam sejenak lalu meletakkan ponselku di samping kursiku kemudian menjalankan mobilku dan berhenti di depan gerbang hingga pintu terbuka lebar untukku, ujung bibirku tertarik membentuk senyuman tipis lalu menjalankan mobilku masuk ke dalam pekarangan mansion dan berhenti tepat di samping pancuran air.
Aku melepaskan sabuk pengaman dan keluar—mataku dimanjakan dengan bangunan besar modern yang mendominasi warna putih dan abu-abu di hadapanku, tanaman hijau yang sehat bertumbuh besar berada di sekeliling pagar menutupi sisi mansion. Aku mengamati semuanya, tidak memiliki penjaga, gerbang mansion selalu terbuka untuk siapapun, mereka memiliki banyak tumbuhan yang tumbuh di depan pagar tetapi mereka tidak memiliki pagar yang tinggi sehingga siapapun dapat melihat aktivitas yang berada di dalam mansion. CCTV, aku hanya melihat satu kamera terpasang di gerbang, selain itu tidak ada lagi.
Pandanganku teralihkan dengan getaran ponsel dari saku celanaku—pesan itu dari Bakeer Waldermar, seseorang yang memaksaku untuk bekerja dengan seorang gadis tiga belas tahun lebih muda dariku.
Bakeer Waldermar : Terimakasih sudah menerima tawaranku, Bill. Aku percayakan putriku padamu.
Aku berdehem pelan lalu memasukkan ponselku ke dalam saku celana tanpa membalasnya, dari sini aku sangat yakin bahwa siapapun bisa keluar dan masuk secara bebas tanpa terlihat termasuk kejadian malam ketika paparazzi masuk di jam tidur, itu adalah kesalahan fatal. Mansion ini tidak memiliki keamanan yang ketat seperti mansion para orang-orang terkenal pada umumnya. Aku melangkah menuju pintu, menekan tombol bel sebanyak dua kali lalu berbalik dan kembali mengamati besarnya mansion yang akan aku singgahi sampai kontrakku habis dengan Bakeer Waldermar.
“Siapa kau?”
Aku berbalik, seorang wanita berkisaran kepala empat berdiri di depan pintu—mengamatiku dari ujung kaki hingga kepala dengan tatapan bingung. “Richard Bill, sudah membuat janji dengan James Herb—”
“Mr. Bill.”
Pandanganku teralihkan dengan seorang pria muncul di belakang wanita itu. Pria itu tersenyum padaku dan meminta wanita itu masuk untuk melanjutkan pekerjaannya.
“Menunggu lama?”
“Aku baru datang,” kataku.
“Kita langsung saja, ada yang harus aku tunjukkan padamu, ikut aku,” kata James.
James masuk lebih dulu dan aku mengikutinya dari belakang—mataku menjelajahi sekeliling mansion ketika aku di dalam, suasana mansion seperti pada umumnya, tenang, hening dan sepi.
Pandangan pertama ketika aku masuk adalah sebuah meja di tengah ruangan dengan lampu gantung di atasnya. Meja berbentuk lingkaran itu hanya terisi sebuah vas bunga saja kemudian aku kembali melangkah lebih dalam, mansion ini tidak memperlihatkan sisi feminim seorang gadis, semuanya tampak normal seperti mansion kebanyakan hanya saja memiliki beberapa pajangan gambar gadis itu dan James.
“Mansion sebesar ini ditinggali 2 orang saja?”
James mengangguk. “Bakeer Waldermar yang meminta. Tapi belakangan ini, beberapa asisten rumah tangga tetap tinggal karena gadis itu sakit. Awalnya kami ingin tinggal di apartemen tetapi ayahnya menolak.”
Tidak ada foto keluarga ataupun bersama Bakeer Waldermar—gadis yang memiliki masalah ayah akan lebih banyak berontak, liar dan dia akan melatih kesabaranku.
Mataku memperhatikan setiap inci dari mansion yang sebagian besar bangunan dari tempat ini adalah kaca tetapi untungnya ada tirai panjang. Bangunan ini memanjang, ketika masuk, di bagian kiri aku bisa melihat dapur bersih lalu ada pintu kecil menembus ke kolam renang juga taman.
“Jika kau ingin membuat kopi atau teh, buatlah tanpa harus meminta izin. Aku sudah menyiapkan semuanya, kau bisa berenang jika kau mau. Belakangan ini gadis itu jarang berenang dan lebih sering melakukan aktivitas di luar mansion termasuk malam ini, Stacey tidak masalah jika barangnya dipakai, tenang saja, dia terbuka kepada siapapun,” kata James.
Di bagian kanan, aku bisa melihat terdapat meja billiard dan sebuah piano dan tiga ruangan di belakang tangga. “Tiga ruangan di dekat tangga, itu adalah kamarku, ruang CCTV dan kamar tamu, itu akan menjadi tempatmu. Semuanya sudah dibereskan, kau hanya tinggal membawa barang yang kau perlukan.”
Aku berjalan mengikuti langkah pria itu menaiki anak tangga hingga berhenti di depan pintu berwarna putih. James membuka pintu itu lalu mendorongnya hingga terbuka lebar yang ternyata ini adalah milik gadis itu.
“Ada berapa kamar di mansion ini?”
“6 kamar.” aku mengangguk. “Aku meminta maaf karena Mr. Wadermar sedikit memaksamu, tapi percayalah, dia sangat menyayangi Stacey.”
Aroma ruangan yang harum manis, bunga dan memberikan kesan romantis dan feminim untuk seorang gadis—harum yang bertahan lama di ruangan yang terus dingin sepanjang musim panas. Kamar dan ranjang yang cukup besar untuk tidur sendiri, gadis itu tidak memiliki banyak warna merah muda seperti gadis pada umumnya karena sebagian besar diisi dengan warna putih dan cokelat kayu serta buku-buku terpajang rapih di lemarinya—sebagian besar bukunya adalah fiksi dan terhitung sebaris untuk non fiksi.
Tujuan pertamaku masuk ke dalam kamar adalah balkon, aku segera membuka lebar pintu kaca yang tidak terkunci. Aku memeriksa di sekitar balkon dan atap yang cukup menarik perhatian karena kamar ini cukup besar untuk satu orang dan kemungkinan besar, orang asing dapat melihat ke arah kamar ini jika pohon besar itu tidak ada.
“Apa dia sering membuka pintu ini?”
“Saat malam saja,” katanya, aku menoleh dengan cepat dengan kedua alis terangkat. “Terkadang tidak di tutup, musim panas akan terasa begitu panas,” lanjutnya.
“Seberapa sering?”
James memanyunkan bibirnya. “Hampir setiap hari dan ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu, Bill.”
Aku berbalik dan menghampiri James yang sedang mengeluarkan tumpukan surat dari laci—keningku berkerut dan mengambil salah satu surat itu dan membacanya—sebuah surat ancaman dan surat berisikan hal-hal kotor yang mengarah ke hal seksual.
Pandangan mataku teralihkan untuk James dan kembali membaca surat itu. “Sejak kapan Stacey mendapatkan surat ini?” tanyaku seraya membaca surat lainnya satu persatu.
“Sekitar 6 bulan yang lalu, kurasa.”
“Apa kau sudah mencoba melapor?” tanyaku seraya mengangkat salah satu kertas itu. “Ini ancaman pembunuhan, ‘Aku tahu semua rahasiamu, Stacey Waldermar’ kapan surat ini datang?” tanyaku.
“Itu surat pertama yang mereka kirimkan untuk Stacey, lalu surat kedua untuk ancaman pembunuhan yang aku terima dalam dua minggu setelah surat pertama muncul,” kata James, dia meletakkan surat kedua di hadapanku. “Aku memiliki firasat, mereka seperti sangat dekat denganku dan Stacey…”
Hening.
“Katakan sesuatu, Bill…”
“Ada beberapa surat ancaman pembunuhan, pemerkosaan dan menjatuhkan karirnya, apa kau tidak berniat untuk membawa kasus ini lebih lanjut? Jelas ini sudah melewati batas.”
James menaikkan kedua bahunya. “Stacey tidak mau menyewa bodyguard apalagi untuk melaporkan ini, dia pikir ini hal biasa yang didapatkan orang-orang sepertinya dan… menganggap bahwa ini tidak akan serius.”
Keningku berkerut. “Apa saja yang sudah mereka lakukan padanya? Apakah mereka sudah berani melukai fisiknya atau mendapatkan pelecehan?” tanyaku—ada sekitar sepuluh lebih surat ancaman yang James tunjukkan padaku, jelas ini sudah melewati batas.
Rahangku mengertak, bagaimana bisa gadis bermanik biru itu merasa tenang dengan surat ancaman yang selalu datang? Ada begitu banyak kata kasar dan sumpah serapah di dalam satu kertas itu—ini adalah kali pertamaku melihat seseorang tidak takut dengan ancaman, gadis itu akan menjadi kiamat kecilku.
“Belum lama ini melempar batu ke kaca mobil, dan mengirim surat ancaman seperti ini.”
James menyodorkan surat ancaman lain dengan tulisan bercat merah seperti darah dan ada tiga tetesan cat itu di ujung kertas. Aku mengambil surat itu dan membacanya. “Apa mereka sudah pernah melakukan hal yang lebih dari itu?”
“Ya, pernah terjadi. Pengawal sebelumnya pernah melukainya secara fisik dan hampir membunuhnya, beberapa minggu yang lalu dia mengalami insiden ketika seorang paparazzi masuk diam-diam ke mansion sekitar pukul 1-2 pagi. Stacey terkejut dan pergelangan kakinya terkilir, syukurnya pria itu tidak melakukan tindakan fisik yang membahayakan. Dan… CCTV mengalami kerusakan karena Stacey menghancurkannya.”
“Karena?”
James tersenyum kaku. “Karena aku melarangnya untuk pergi sendirian setelah dia mendapatkan semua hal gila itu.”
“Selain itu?”
James terdiam sejenak berpikir. “Emm... Ada seorang pria yang datang dan memberikan kotak merah berisikan burung mati pada penjaga mansion untuknya, kejadiannya baru pagi tadi sebelum aku datang ke rumahmu.”
“Apa mereka orang yang sama?”
James menggeleng. “Aku tidak tahu, mereka tidak menujukkan diri sejak surat itu datang. Surat itu datang secara tiba-tiba, surat itu selalu datang setiap hari minggu di pos mansion. Prescott tidak pernah melihat kapan surat itu datang, surat itu selalu ada di sana saat pagi.”
“Selama 6 bulan itu, mereka tidak menunjukkan diri sedikitpun?”
“Pernah sekali, aku tidak sengaja melihatnya dari kamar Stacey. Saat malam hari, dia seorang pria itu memakai topi dan menutup mulutnya.” James terdiam menatapku, ada harapan di sorot mata cokelatnya. “Apa kau bisa menjaga Stacey?” lanjutnya.
“Aku tidak bisa memastikan keselamatannya jika Stacey tidak menyadari situasinya dan tidak menunjukkan kepedulian terhadap keadaannya, ini terlalu berbahaya,” kataku padanya. “Nyawanya sedang terancam.”
“Akan aku buat Stacey menyadarinya, aku janji.”
Aku mengangkat semua tumpukan surat itu ke udara. “Berapa lama kau bisa membuatnya sadar? 6 bulan bukan waktu yang sebentar dan gadis itu masih belum menyadari tentang bahaya yang mengancamnya, mereka tidak hanya melukainya, mereka bisa melukaimu juga, melukai orang yang dekat dengan gadis itu. Dari semua surat yang aku pegang sudah membuktikan semuanya bahwa gadis ini benar-benar tidak peduli dengan keselamatannya, ini sudah melewati batas, ini sangat berbahaya dan dengan siapa dia pergi hari ini?”
“Prescott, seharusnya siang ini aku menyusulnya ke tempat syuting tapi karena aku harus menemuimu jadi aku meminta Prescott untuk menyusul.”
Keningku kembali berkerut. “Kau hanya memiliki satu penjaga dalam mansion sebesar ini?”
Perkataanku membuatnya terdiam, pria itu menghela napas panjang. “Tidak—”
“Berapa usianya?”
“Pertengahan usia 50 tahun.”
“Apa dia professional?”
James menggeleng. “Tidak ada penjaga di mansion ini, hanya aku dan Stacey yang ada di rumah sebesar ini dan Prescott hanya supir pribadinya.”
“Di mana dia tidur?”
“Prescott tidak tidur di sini, dia bersama keluarganya. Jadi, setelah Stacey selesai, dia kembali ke rumahnya, Stacey terkadang pergi sendirian karena dia tidak ingin mengganggu waktu Prescott dengan keluarganya.”
“Apa Prescott dapat dipercaya?”
James mengangguk. “Aku dan Stacey mengenal baik keluarganya, Prescott sudah mengenal Stacey sejak kecil.”
“Apakah ada orang lain yang masuk selain kau, Prescott dan wanita pembuka pintu tadi?”
Dia mengangguk. “Mansion ini tidak dibersihkan olehku ataupun Prescott dan wanita tadi.”
Aku terdiam. “Maksudmu?”
“Setiap dua minggu sekali, aku menyewa orang untuk membersihkan mansion ini.”
Perkataan James cukup membuatku diam seribu bahasa, aku menaruh kedua tanganku di atas pinggang dan terdiam selama beberapa saat kemudian menghela napas.
“Kau ataupun Stacey tidak bisa memasukkan sembarang orang ke dalam mansion ini, James. Aku ingin kau kirimkan semua jadwal Stacey padaku, apa yang gadis itu lakukan setiap hari maupun hari libur dan aku ingin tahu semua yang dia lakukan, karena ini sudah terencana.”
“Akan aku lakukan, akan kubuat Stacey mengerti.”
・༓☾ ☆ ☽༓・
Stacey Waldermar POV
“Selamat malam, Stacey…”
Aku tersenyum. “Jangan katakan pada James kita pulang selarut ini. Sampaikan salamku pada Daisy, selamat malam, Prescott.” aku menyelipkan ponselku di antara bahu dan telingaku. “James sudah tidur, lampu mansionku sudah mati,” kataku pada Alessandra seraya menutup pintu mobil.
“Baguslah, dia tidak akan marah jika kau pergi denganku,” kata Alessandra.
Aku mendengus. “Dia menyimpan amarahnya saat di rumah, Alessandra. Kau sering mendengar itu.”
“Dia marah untuk kebaikanmu tapi selama kau bersamaku, James tidak akan melarangmu. Brad akan berbicara padanya.”
“Baiklah, aku harus masuk, aku tidak ingin James bangun karena aku baru pulang.”
“Besok pagi aku menjemputmu pukul 10, aku bawa mobil sendiri besok, selamat malam,” kata Alessandra.
“Tentu, selamat malam.”
Aku memutuskan sambungan telepon itu seraya masuk ke dalam, dengan sangat perlahan aku menutup pintu dan menguncinya, berusaha untuk tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan James pukul satu pagi karena kedatanganku dan memarahiku tengah malam.
Seluruh lampu mansion mati, hanya temaram di bagian dapur dan itu tujuanku, aku melangkah ke dapur, meletakkan sepatuku kemudian membuka pintu lemari es—aku terdiam beberapa saat, aku melihat lebih banyak cemilan, minuman kaleng soda, lebih banyak es krim, lebih banyak sparkling water, sejak kapan James menyukai sparkling water? Beberapa jenis buah yang hampir habis sudah terisi penuh kali ini, apakah James pergi ke supermarket tanpa aku? Aku memutuskan untuk mengambil jus jeruk dan menutup kembali lemari es, mengambil roti dan selai cokelat—Aku meletakkan semuanya di atas piring setelah aku membalurkan selai itu ke atas rotiku lalu saat akan meninggalkan dapur, terdengar suara pintu berderik, aku terdiam selama beberapa detik, napasku tercekat saat lampu tiba-tiba mati dari kamar tamu bukan dari kamar James—aku menelan ludah, aku meletakkan piringku kembali dan melangkah menuju kamar tersebut.
Perlahanan aku menyentuh kenop pintu dan mendorongnya—keningku kembali berkerut, mataku menjelajahi ruangan dan jelas aku melihat banyak sekali perbedaan. Terakhir kali aku disini, ini hanya kamar tamu yang kosong tapi kali ini semuanya seperti ada seseorang yang menempati ruangan. Aku masih terdiam di pintu melihat computer CCTV berpindah ruangan—maksudku, sangat jelas bahwa James tidak akan memindahkan apapun tanpa memberitahuku lebih dulu, tapi ini? aku melangkah masuk melewati pintu, membiarkannya tetap terbuka.
Ruangan tampak temaram, hanya terang karena pantulan dari lampu bagian luar mansion. Jantungku berdetak kencang, suara pintu yang kudengar tadi berasal dari pintu kamar mandi dan air shower menyala.
Aku mendekati kamar mandi, menempelkan telingaku di pintu. “James, itu kau?”
Tidak ada jawaban.
“Kenapa kau memindahkan komputer CCTV ke kamar tamu?”
Tidak ada jawaban.
Aku membuang napas dan kembali menghadapkan tubuhku membelakangi kamar mandi. Mataku menjelajahi ruangan, semuanya tertata rapi dan bersih, James tidak serapih dan sebersih ini, dia tidak akan meletakkan pulpen di tempat pulpen, dia tidak memiliki koper berukuran kecil selama kami tinggal bersama dan koper kecil itu hanya milikku, itu berwarna silver tapi ini berwarna hitam. Sepatu pantofel berwarna hitam, jelas itu bukan milik James, ukuran ini lebih besar dan James jarang sekali memakai pantofel, dia selalu mengenakan sneakers.
Mataku melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi, aku melangkah dan berhenti tepat di depan meja komputer. Jantungku seperti berhenti berdetak selama beberapa detik, aku melihat senjata tajam dan pistol di dalam koper yang dibiarkan terbuka itu.
“Sejak kapan kau memiliki benda ini, James?” gumamku.
Aku menyentuh jas hitam yang berada di samping koper itu dan mendekatkan hidungku untuk mencium aromanya, ini bukan aroma parfum James, jelas aku mengetahui selera pria itu, kami memiliki selera yang sama—ini lebih maskulin sementara aroma parfum James sangat lembut.
Prescott? Dia pria kepala lima yang tidak suka memakai parfum dan tidak pernah sekalipun mengenakan jas kecuali acara penting keluargaku, seseorang telah masuk ke dalam mansionku.
Aku teringat bagaimana kejadian malam itu aku menemukan beberapa orang asing masuk ke dalam rumahku, mereka penguntit yang sangat berani muncul tepat di hadapanku. Aku terdiam membeku, air shower mati, aku mencengkeram jas itu sambil meraba koper dan mengambil pistol itu begitu pelan—kedua kakiku terasa tak berdaya, jantungku berdetak kencang, aku mendengar suara pintu di belakangku terbuka, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak pernah menempatkan diriku dalam situasi bahaya tapi aku tahu, aku merasakan dalam diriku bahwa aku merasa tidak aman kali ini, aku takut di rumahku sendiri.
“Nona Stacey.”
Lalu pintu itu kembali tertutup, aku benar-benar membeku sekarang—aku berbalik, napasku tercekat, dia berdiri sekitar lima langkah dari tempatku berdiri, aku tidak bisa melihat jelas wajahnya karena ruangan ini minim penerangan, hanya cahaya pantulan lampu menerangi sisi kanan tubuhnya—bagian atasnya telanjang menghadapku, tetesan air dari rambutnya membasahi bahunya, dia hanya mengenakan celana hitam panjang, dia jauh lebih tinggi dariku, dia berotot, aku bisa melihat dari lengannya yang terkena cahaya lampu.
Aku menelan ludah, aku membeku karena dia menatapku. Kami memandang satu sama lain untuk waktu yang lama, tanganku berkeringat ketika matanya tertuju pada senjata yang kupegang seolah dia harus merebut apa yang ada di tanganku.
“B-bagaimana kau tahu namaku?” dia maju selangkah. “Berhenti disitu atau aku akan melukaimu,” peringatku.
Dia mengangkat kedua tangannya sejajar dengan dada dan berhenti sementara aku melangkah mundur tanpa melepaskan todongan pistolku ke arahnya. “Jangan sentuh benda itu jika kau tidak ingin terluka, Nona Stacey.”
Itu suara terberat yang pernah aku dengar membuatku kembali menelan ludah. Aku bersumpah, untuk kali ini saja, aku merasa sangat takut, pria itu mengintimidasiku, dia tak melepaskan pandangannya pada mataku hingga kami terus berkontak mata. Kemana semua orang disini? Bagaimana semua barang, pakaian dan ruangan CCTV berpindah dalam waktu sesingkat itu?
“Letakkan benda itu di meja, Nona,” peringatnya.
Aku menggeleng. “Kau pencuri?”
Pria itu kembali mendekat. “Nona Stacey—”
“Berhenti disitu! Lebih baik kau pergi sebelum aku benar-benar menelpon polisi untuk memenjarakanmu—aku bilang jangan mendekat atau aku akan berteriak—JAMES—” mataku membulat, dia merebut pistol itu dari tanganku dengan cepat, tubuhku membeku menabrak tubuh kerasnya di punggungku.
“JAMES, TOLONG! AKU—”
Aku mencoba mendorong tubuhnya ketika dia membekap mulutku dan mengunci tubuhku dari belakang serta pistol yang kupegang terlepas dari genggamanku—dia segera mengeluarkan peluru itu dari sangkarnya. “Kau akan membangunkan semua orang, Nona Stacey. Aku bukan pencuri atau penguntit, aku pengawalmu…”
Aku menggeleng. “Aku tidak menyewamu, kau bukan pengawalku.”
“Aku pengawalmu mulai hari ini.”
“JAMES!”
Aku tidak menyewa pengawal dari manapun. Jantungku seperti berhenti berdetak, tubuhnya terlalu kuat ketika aku mencoba memberontak—dia terus menahanku sampai akhirnya bekapan itu terlepas ketika aku menggigitnya bersamaan itu lampu kamar menyala, pria itu meringis rendah sementara aku berlari menghampiri James, mencoba menarik lengan pria itu untuk keluar dari sana.
“Dia penguntit, dia mencoba membunuhku. Ada banyak senjata di kopernya, ayo cepat call 911!” teriakku.
James menarik kembali tangannya dari cengkeramanku, berbalik menghadapku, raut wajahnya tidak memperlihatkan ketakutan atau apapun seperti kejadian yang pernah hampir membuat kami terbunuh. Kali ini, James terlihat tenang seolah dia sudah mengenal siapa pria yang membekapku tadi.
“Tidak ada pencuri, Stacey. Dia bukan pencuri, bukan penguntit juga—”
“Dia pencuri—”
“He’s your bodyguard, Stacey.”
Mataku membulat. “What?” aku menggeleng kemudian memusatkan pandanganku pada pria itu dan kembali menatap James. “My bodyguard?!”
・༓☾ ☆ ☽༓・
Stacey Waldermar POV“Jadi, ceritakan padaku bagaimana pria seksi itu bisa menjadi pengawal pribadimu?”Aku mendongak ke atas, membuang napas panjang dan menunggu hingga cangkirku terisi penuh oleh kopi pahit. Aku tidak terbiasa dengan kopi pahit tapi dengan terpaksa aku membuatnya di pagi hari, aku tidak tahu jika siang nanti lambungku akan terasa perih karena kafein—aku melakukan ini karena sejak semalam, aku hanya tidur selama empat jam saja dan hari ini aku bekerja hingga malam jadi kuharap kopi ini akan membuatku bertahan hingga malam.Menyebalkan bukan?Aku mengambil cangkirku dan berbalik untuk melanjutkan sarapan pagiku dengan Alessandra yang sejak sepuluh menit yang lalu tak henti-hentinya memandangi pengawal baruku di luar sana dan bertanya dengan ribuan pertanyaan yang sama. “Kau belum menjawab pertanyaanku, Emily.”Aku meliriknya singkat. “James menyewa pengawal baru tanpa sepengetahuanku, dia bekerja sama dengan ayahku untuk ini,” gumamku sambil mengaduk-ngaduk sarapanku.
Richard Bill POV“Jadi, selama 4 bulan mereka mengirimkan surat ancaman ini kepada Stacey?”Aku membiarkan kedua mataku terpejam dan mengangguk dengan deheman kecil sebagai jawaban. “Mr. Waldermar tidak menceritakan ini padamu sebelum menawarkan pekerjaan ini padaku, Dad?” tanyaku, kedua mataku perlahan terbuka melihat Jon, dia ayahku sedang focus pada tulisan tangan yang ada di dalam surat tersebut dengan kacamata bertengger di hidung mancungnya.Jon menggeleng. “Bakeer hanya bilang bahwa Stacey sedang menjadi incaran orang yang tak bertanggung jawab dan mencoba mengancamnya lalu aku merekomendasimu dalam pekerjaan ini, dia menerimanya,” jawabnya lalu menatapku kilas sebelum kembali membaca tulisan tangan itu.“Seharusnya kau bertanya padaku lebih dulu.”“Aku sudah bertanya padamu, kau bilang akan memikirkannya lagi jadi bagian itu sudah kuanggap kau menerima tawaran Bakeer untuk menjaga putrinya, bagaimana Stacey menurutmu? Dia gadis cantik bukan?”Aku mendengus. “Kenapa kau mendengu
Stacey Waldermar POVSuara dentuman music, alcohol dan asap rokok bercampur menjadi satu—ini sudah gelas keempatku dan aku bukanlah peminum, aku cepat mabuk dan aku sudah merasa bahwa aku tipsy saat ini. Aku duduk di depan bar dan banyaknya orang yang berjoget di belakangku mengikuti alunan music dengan segelas alcohol di tangan mereka. Aku tidak ingin berpesta, benar, aku hanya ingin duduk, menikmati minumanku dan melupakan kepenatan dalam hidupku, aku butuh beristirahat maka dari itu aku datang untuk minum.“Jadi pengawal seksi-mu tidak ikut?” Emma berteriak di telingaku saat music menggema dengan keras.Keningku berkerut, aku menggeleng. “Aku kabur, bagaimana kau tahu?” “Alessandra.”Aku memutar bola mataku, bukan Alessandra namanya jika tak selalu membahas pengawalku. Apa yang Alessandra kagumi dari sosok pria berkepala tiga itu? Bukankah itu hal gila? Hal apa yang menyenangkan dari pria irit bicara itu? Mungkin lebih sedikit menyenangkan jika Richard yang mengawal Alessandra dari
Richard Bill POVSuara jepretan itu mulai berirama.Aku mengembalikan perhatianku ke jalan tepat ketika mobil berhenti, aku keluar dan memeriksa keadaan sebelum aku benar-benar membuka pintunya. Stacey keluar dan suara itu berasal darinya, suara itu mulai terdengar bahkan ketika Prescott menghentikan mobilnya dan kilatan lampu juga suara jepretan dari kamera berirama memekak telingaku ketika dia keluar dari mobil. Mereka datang lebih dekat dan cepat untuk mengambil gambar terbaik Stacey yang mereka bisa dan mereka saling menyerbu membuat tubuhku juga terdorong.“Emily.”“Emily Lynch!”Langkahku terhenti—mereka sangat ribut hingga tiba-tiba seorang wanita terjatuh di hadapanku karena dorongan itu, aku segera menahan lengannya ketika Stacey hendak membantunya berdiri tetapi gadis itu tetap membantunya.“Apa kau baik-baik saja?” tanya Stacey.Wanita itu mengangguk. “Ya, aku baik-baik saja.”“Beri jalan!”Setiap bagian darinya dan gerakan kecil yang Stacey buat, mereka selalu mengambil ba
Richard Bill POVStacey Welsh Waldermar, satu-satunya orang yang menjadi mimpi burukku selama aku bekerja sebagai pengawal, dia bukan hanya seseorang yang menyebalkan tapi dia seseorang yang membuat kesabaranku teruji, dia selalu membuatku ingin marah setiap kali dia mengatakan tidak ketika aku mengatakan bahwa dia harus selalu berada di sampingku.Aku tidak tahu berapa kali dalam satu bulan dia mengunjungi bar dan setiap kali aku melarangnya untuk memasuki tempat itu, dia selalu memiliki cara agar masuk ke dalam sana dan bersikeras untuk datang, dia selalu membuat kita kembali bertengkar dan akulah yang harus mengalah untuk ini—aku tidak yakin jika aku bisa bertahan bersamanya hingga kontrakku habis.“Aku tidak akan lama di sini.” Dia melirikku kemudian dia turun dari kursinya dan berjalan melewatiku, baik, dia tidak minum tapi hanya mengambil barang dari temannya, Emma Williams, dia istri dari pemilik kelab yang sering didatangi Stacey dan tidak memiliki catatan criminal apapun term
Stacey Waldermar POVHubunganku dengan Stacey terbilang tidak baik sejak kami bertemu, kami menghabiskan berminggu-minggu bersama dengan suasana yang dingin dan dia membenci hal itu, dia membenciku karena aturan yang kubuat untuknya. Dia membenciku karena dia tidak menginginkanku dalam hidupnya karena dia takut jika aku seperti pengawal yang pernah melukainya dulu—jelas tidak, aku tidak menyentuh klienku jika tidak dalam keadaan mendesak, aku menghormati klienku, aku hanya professional dalam pekerjaanku untuk menjaganya tetap aman dan terkadang tidak nyaman.Aku memiliki kesepakatan dengan ayahnya, Bakeer Waldermar, untuk menjaga putri satu-satunya—kami belum dekat dan hal itu sedikit sulit untuk menjelaskan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dia lakukan selama dia berada di luar mansion.Aku mengalihkan pandanganku ke pergelangan tangan kiriku melihat jam sudah menunjukkan hampir tengah malam, aku melangkah keluar dari kamarku dan—tujuan pertamaku adalah lantai dua, mataku tertuj
Stacey Waldermar POVTidak bisa dipercaya, tidak ada pria manapun yang memperlakukanku seperti itu kecuali James, dia tidak menoleh ke belakang dan memilih terus berjalan ke kamarnya—aku menganga tidak percaya, dia benar-benar menatapku kliennya bukan seorang wanita.Aku meletakkan gelasku dan mengikuti langkahnya ke kamar, akhirnya dia menoleh karena merasakan kehadiranku di ruangan itu, aku berdiri di depan pintu, bersandar di kusen sementara di berdiri di depan ranjang.“Apa yang kau lakukan di sini?”“Kau harus tau dimana kau berada sekarang, ini tempatku,” kataku.Richard terdiam kemudian mengangguk. “Benar.” Dia berdiri menghadapku, memandangku ketika aku mulai melanjutkan langkahku masuk—aku mendekatinya, menarik kursi dan duduk di depan komputer CCTV. Pria itu diam lalu mengangkat tangan dan melihat jam di pergelangan tangan kirinya. “Aku tidak ingin berdebat lagi, ini sudah pukul 4 pagi, kembalilah ke kamarmu dan tidur, aku ingin tidur,” katanya.“Bagaimana jika aku tidur di
Stacey Waldermar POVSupermodel Hollywood Emily Lynch alami luka ringan setelah seseorang mencoba mencelakainya di kediamannya sendiri.Dikutip dari …, Model terkenal Emily Lynch mengalami cedera ringan akibat seorang pria asing berusia 39 tahun menerobos masuk ke kediaman Lynch di mansion pribadinya beberapa hari yang lalu. James, selaku manager mengatakan bahwa Emily Lynch diduga mendapatkan kekerasan fisik saat tengah malam tepat di kamar pribadinya.Pada Selasa (05/20) beberapa hari yang lalu, saat Emily Lynch hendak menutup jendela kamar untuk tidur, tiba-tiba seorang pria berpakaian serba hitam dengan penutup mulut sudah berada di samping ranjangnya membawa senjata tajam dan pistol yang diduga pembelian illegal. James Herbert mengatakan bahwa malam itu mendapatkan telpon dari pengawalnya bahwa dia dan Emily baru saja berbincang tentang pekerjaan di lantai bawah lalu beberapa menit setelah Emily memutuskan untuk tidur, sang pengawal mendengar teriakan dan pecahan kaca dari lantai