James Herbert POV
Dua minggu lebih sudah terlewat setelah kejadian seorang pria yang tidak bertanggung jawab masuk ke dalam mansion tengah malam—menjadi berita hangat dan membuat semua orang mengkhawatirkan keadaannya termasuk Alessandra dan Brad. Mereka datang beberapa hari yang lalu melihat keadaan Stacey yang saat itu mulai membaik—ternyata membutuhkan waktu lebih tidak seperti yang kami perkirakan tentang keadaan fisik Stacey untuk bisa berjalan lancar tanpa kesakitan. Pagi ini, aku kembali melakukan aktivitas seperti biasanya yaitu mempersiapkan perlengkapan Stacey untuk keperluan syutingnya setelah dua minggu tidak melakukan aktivitas yang berat. Stacey sudah kuanggap seperti adikku sendiri, kami memiliki perbedaan usia yang cukup jauh dan tentu aku sangat mengkhawatirkan gadis itu—Stacey adalah seenggok manusia yang tidak mengenal lelah, dia selalu pergi kemanapun, dia banyak bicara, dia tidak menyukai hanya duduk diam di mansion bermain ponselnya, dia suka berpesta, dia suka minum dan dia suka membaca buku—dia juga alergi strawberry setelah aku tahu aku hampir membunuhnya saat kami kecil. Oh, satu kebiasaan yang tidak pernah hilang sejak kecil, dia suka membuat semua orang khawatir termasuk ayahnya sendiri. Aku mengenal Stacey lebih dari ayahnya sendiri yaitu Bakeer Waldermar, aku mengenal Stacey sejak dia berusia lima tahun dan akulah yang lebih tahu bagaimana dia bertumbuh menjadi gadis keras kepala, karena itu ayahnya memintaku untuk menjadi managernya dan akulah melihat pertumbuhannya ketika dia masih setinggi dadaku hingga setara denganku—aku melewati semua proses itu hingga detik ini, sendirian. Aku adalah ibu dan ayah Stacey sesungguhnya. Mataku melirik singkat seseorang menuruni anak tangga, kakinya sudah membaik dan langkahnya sudah tidak pincang seperti sehari setelah dia jatuh—gadis itu mengenakan dress hitam panjang hingga betis yang dibaluti cardigan abu-abu dan sandal selop. “Morning, James…” “Morning.” Stacey duduk di hadapanku, dia masih focus pada ponselnya sementara aku meletakkan smoothies bowl di hadapannya. “Kau yakin tak ingin berangkat bersamaku?” Stacey meletakkan ponselnya dan mengangguk. “Ya, aku baik-baik saja, kakiku sudah membaik, James. Kau menyusul saja,” katanya, dia meletakkan ponselnya dan mulai menyuap sarapan pagi yang kubuat. “Kirimkan aku pesan jika sudah sampai ke lokasi.” “Aku tidak berangkat sendiri, Alessandra akan datang sebentar lagi,” gumamnya sambil mengunyah buah. Aku bersandar di cabinet sembari menyesap kopiku hingga suara mobil membuat kami menoleh bersamaan, itu milik Alessandra—range rover berwarna hitam baru saja berhenti, wanita berambut pirang baru saja turun dan melambaikan tangan pada kami. Belum sampai Alessandra menginjakkan kakinya masuk, Stacey lebih dulu berlari keluar dan menahan wanita itu agar tidak masuk. “Kita akan telat jika kau masuk dan duduk di dalam, lebih baik kita berangkat sekarang, kita sarapan di mobil saja,” timpal Stacey. “Hey, apa yang kau lakukan! Aku belum sarapan pagi.” Aku meletakkan gelasku ke meja dan melangkah ke luar ketika Prescott muncul membawa paket berukuran tidak terlalu besar hanya kotak berwarna merah pada Stacey—aku mendekat dan gadis itu berteriak, membuang kotak itu secara spontan. Mataku membulat, Alessandra menutup mulutnya terkejut melihat isi dari kotak tersebut, itu sebuah burung mati yang masih mengeluarkan darah. “Siapa yang mengirim ini?” Prescott menggeleng. “Seorang pria turun dari mobil pengantar barang dan memberikan itu, dia bilang ini pesanan Emily Lynch.” Aku berjongkok, mengangkat burung itu, darahnya masih menetes lalu menatap Prescott. “Ini baru mati, darahnya masih menetes dan tidak bau bangkai,” kataku. Prescott mengangguk dan mengambil kotaknya, memeriksa tapi tidak menemukan apapun selain hewan mati tersebut, tidak ada surat apapun dan hanya burung yang berlumuran darah. Aku meletakkan burung itu ke dalam kotak dan bangkit. “Apa kau baik-baik saja?” Stacey mengangguk. “Syukurlah, kalian berangkatlah, aku akan mengurus ini lalu menyusul,” kataku. Alessandra mengangguk, dia menyentuh kedua bahu Stacey untuk masuk ke dalam mobil—aku segera masuk ke dalam mansion diikuti Prescott supir pribadi Stacey. Kami masuk ke dalam ruang CCTV dan aku berdecak kesal, CCTV mati. “Sial, aku lupa tentang CCTV.” aku menoleh ke arah Prescott. “Ketika aku tidak di rumah, apakah orang pernah mengirim barang seperti ini sebelumnya?” Prescott menggeleng. “Tidak, baru kali ini. Stacey sudah beberapa bulan ini tidak memesan barang apapun secara online, jika dia memesan, dia akan memberitahuku agar menyimpan pesanannya jika sudah datang,” katanya. “Berapa kali kita mendapatkan hal ini sebelumnya, Scott?” Prescott terdiam. “Itu ketika pengawal Stacey masih bekerja disini, itu sekitar 2 sampai 3 kali.” Aku membuang napas panjang. “James, kau tahu arti burung gagak itu apa?” aku menggeleng pelan. “Dalam budaya Tiongkok, burung gagak adalah hewan yang melambangkan nasib buruk atau kematian. Sedangkan di Eropa, burung gagak dipercaya sebagai burung peliharaan para penyihir dan di Indonesia, burung gagak itu sebagai pertanda munculnya kesulitan. Tapi percayalah, itu semua hanya mitos.” “Aku tahu tapi bagaimana jika mitos itu benar-benar terjadi nanti? Prescott, kau sudah bekerja lama disini, kau tahu Stacey dan hidupnya, bagaimana aku bisa membiarkan ini terus terjadi?” “Katakan pada Bakeer, James. Aku mengenal Stacey sejak gadis itu masih kecil, katakan semua yang terjadi pagi ini, kau tidak perlu memikirkan bagaimana jika Stacey marah, yang perlu kau pikirkan adalah bagaimana cara menjaga Stacey tanpa membuatnya merasa tidak nyaman denganmu, denganku atau dengan pengawal barunya. Dengan aku berbicara seperti ini, aku sangat yakin jika Bakeer akan kembali menyewa pengawal untuknya, kau dan aku tahu seperti apa Bakeer Waldermar, James. Dia sama keras kepalanya seperti Stacey, kau harus bisa menjadi penengah antara mereka berdua.” Hening. Aku terdiam hingga suara ponselku berdering, aku mengeluarkan benda itu dari saku celana—panjang umur untuk Bakeer, pria bermata cokelat itu menelpon. Aku membuang napas panjang lalu menggeser tombol hijau dan menempelkan ke telingaku. “Mr. Waldermar,” kataku. Aku melirik Prescott sembari mendengarkan apa yang Bakeer katakan. “Baru terjadi beberapa menit yang lalu. Seseorang kembali mengirimkan kotak berisi burung gagak mati untuk Stacey. Burung itu baru mati, darahnya masih mengalir dan putrimu yang melihatnya.” Aku mengangguk. “Kesalahanku, aku tidak sempat memeriksa CCTV yang mati dan Stacey tidak ingin jika kau menyewa pengawal lagi, Stacey tidak ingin terlibat dengan polisi atau apapun itu, sir. Prescott di sini dan dia yang menerima kiriman barang itu lalu memberikan pada Stacey tadi.” Aku kembali mengangguk setelah mendapatkan jawaban dari seberang telepon. “Yes, sir…” “Apa yang terjadi?” “Dia sudah berbicara dengan temannya dan sudah menyewa pengawal sekitar beberapa minggu yang lalu tapi pengawal itu sedikit keras, dia menolak untuk hal ini. teman Bakeer itu mengutus putranya untuk ini karena dia sudah pensiun—” “Sepertinya aku tahu dengan siapa Bakeer berbicara.” Kedua alisku terangkat. “Bill?” dia mengangguk. “Bagaimana kau tahu?” “Aku pernah bertemu dengannya, dia mantan penembak jitu di angkatan laut seperti putranya, James. Namanya, Mitchel Jon Weston, orang lebih mengenalnya dengan panggilan Jon dan Bill yang Bakeer katakan itu nama putranya, Richard Bill, benar begitu?” Aku terdiam menatap Prescott. “Kenapa kau tidak mengatakannya dari awal, Scott?” “Aku tidak tahu jika Bakeer menyewa Bill untuk ini dan aku hanya tau itu saja, aku sering melihat Bill ditelevisi setiap acara yang dihadiri presiden.” “Apa kau tahu dimana tempat tinggalnya?” Pria berusia kepala lima itu mendengus. “Aku bukan detektif, James.” Aku memutar bola mata seraya melangkah keluar dari ruang CCTV itu mengambil kunci mobil. “Aku harus pergi sekarang menemui pria itu, jika sesuatu yang menurutmu mencurigakan atau penggemar datang untuk mengirimkan hadiah atau apapun itu, tolak. Katakan pada mereka bahwa James tidak mengizinkan apapun masuk ke dalam mansion tanpa persetujuan darinya.” Pria itu mengangguk, aku segera berjalan cepat keluar dari mansion. Perjalanan memakan waktu kurang lebih dua puluh menit untuk mencari keberadaan alamat yang aku cari hingga akhirnya satu rumah membuatku tertarik untuk mendekat setelah membayangkan apa yang Bakeer katakan—aku memelankan mobilku dan berhenti di depan sebuah rumah tidak begitu besar, bagian depan rumah terisi banyak tanaman dan pohon berukuran besar tapi terlihat sangat terawat juga lebih tertutup. Aku mematikan mesin mobilku lalu melepaskan sabuk pengaman dan keluar. Aku melangkah sambil membuka ponsel memastikan alamat yang dituju sudah benar dan, itu benar alamat yang aku cari sejak tadi. “Ini pertama kalinya aku bertamu pukul 10 pagi ke rumah seseorang yang tidak aku kenal, apa kau sudah gila, James?” Aku membuang napas panjang dan berhenti di depan pintu lalu menekan bel rumah—satu kali… aku tidak menemukan jawaban apapun, dua kali… hasilnya tetap sama, tidak ada tanda-tanda seseorang keluar dari pintu di hadapanku—ketika hendak menekan tombol itu lagi, pintu perlahan terbuka lalu keluarlah seorang gadis kecil bermata abu-abu memiliki kisaran usia empat sampai lima tahun. Aku menoleh ke kanan, ke kiri dan ke belakang memastikan bahwa aku benar-benar datang ke tempat yang seharusnya—aku sedikit bergeser dan menyamakan alamat yang Bakeer kirimkan dengan apa yang kulihat sekarang. Jeez, semuanya benar. Aku berjongkok, mensejajarkan tinggiku dengan gadis kecil bermanik abu-abu itu. “Hai, sweetheart. How are you?” sapaku menatapnya dengan lembut. “Aku James, aku sedang mencari seseorang bernama Richard Bill, apakah benar aku datang ke tempat yang sedang aku cari?” Gadis kecil itu diam lalu beberapa detik kemudian secarik senyuman muncul di bibirnya sambil mengangguk pelan menatapnya. “Baiklah, bisa kau panggilkan Richard Bill untukku?” “Shea! Sudah kukatakan untuk tidak membuka pintu sendirian.” Suara bariton itu membuatku menoleh dengan cepat, aku segera bangkit ketika pemilik suara itu berada lima langkah tepat di belakangku dan aku dihadapkan dengan seorang pria tampan bertubuh kekar yang baru saja menghentikan langkahnya dan menatapku begitu tajam karena kedatanganku begitu tiba-tiba, di pagi hari. Aku menelan ludah ketika menatap mata itu, abu-abu tajam persis seperti gadis kecil yang berdiri di belakangku. “Can I help you, sir?” tanyanya, mendekat. “Aku James Herbert, manager Emily Lynch, aku datang untuk berbicara dengan Richard Bill, dimana aku harus bertemu dengannya?” tanyaku setenang mungkin, aku mengulurkan tangan kananku padanya. Pria itu hanya diam menatap uluran tanganku lalu kembali menatap mataku membuatku kembali menarik tangannya tak mendapatkan respon dari lelaki tampan itu. “Apa kita saling mengenal?” Empat kata yang keluar dari bibirnya sudah membuatku tersadar dengan siapa aku berbicara, aku menelan ludah susah payah melihat dengan siapa aku berhadapan sekarang—dia akan menjadi pengawal baru? Mataku terpaku padanya, dia seksi, benar-benar seksi dan dia seorang pengawal? tidak, tidak mungkin. Pengawal seksi, bagaimana bisa? “K-kau Richard Bill?” tanyaku memastikan. Pria itu mendekat menundukkan tubuhnya berbisik pada gadis kecil itu untuk masuk ke dalam. Sementara itu aku masih membeku melihat siapa yang berdiri di hadapanku ini, bayanganku tentang pria yang ditunjuk Bakeer Waldermar untuk menjaga Stacey adalah pria bertubuh besar, kulit kepala yang kelimis dan menyeramkan tetapi sosok pria di hadapanku ini sangat jauh dari apa yang aku bayangkan. Apakah Mitchel Jon setampan itu hingga menghasilkan seorang putra setampan Richard Bill? Prescott, percayalah bahwa aku tidak menyesal datang dan aku berjanji akan membawa pria ini masuk ke dalam mansion untuk Stacey—gadis itu butuh pemandangan yang indah setelah putus dengan pria sialan Brentley Hampton. “Apa yang membuatmu datang ke rumahku?” Aku tersentak. “Ya? Ah, ya, Mr. Waldermar memintaku ke sini untuk bertemu dengan Richard Bill,” kataku tak bisa mengalihkan pandanganku dari manik abu-abu tajam itu. “Bertemu... bertemu denganmu maksudku,” lanjutku dengan sedikit gumam. Kening pria itu sedikit berkerut. “Mr. Waldermar?” tanyanya. Aku mengangguk cepat. “Mr. Waldermar pagi ini menelponku dan mengatakan padaku dia sudah menghubungi Mitchel Jon. Jadi aku datang untuk bertemu kau…” jawabku, ya kurang lebih seperti itu. Agen memiliki tiga nama belakang Bill dan diantara mereka memiliki usia paling muda dan bermata abu-abu, itu yang dibicarakan Bakeer padanya tadi. “Mr. Bill Weston…” Pria itu terdiam sejenak kemudian mengangguk singkat. “Masuk.” Aku melangkah masuk ke dalam, mengikuti langkah pria itu entah kemana. Mataku sedari tadi terus melihat rumah tampak sangat rapih membuatku menggeleng tidak percaya mengingat Stacey tidak seperti ini. Bagaimana jika nantinya Stacey dan pria ini bertolak belakang? Mengingat Stacey terlalu banyak bicara disatukan dengan pengawal yang tidak banyak bicara? Membayangkan saja sudah membuat kepalaku pening. Aku berdiri di ruang tamu, mataku memandang lemari yang berisi penghargaan dan banyak fotonya saat berada di militer sementara pria itu sibuk membereskan perlengkapan tugasnya di dalam koper kecil. Dia hanya mengenakan kaus polos dan jeans senada berwarna hitam dengan sepatu boots cokelat, dia terlihat mahir bagaimana cara dia menyentuh benda-benda sialan itu, dia memang bertubuh besar, seluruh tubuhnya berisi otot, dia juga tinggi, tingginya melebihi Stacey dan aku berasumsi dia memiliki tinggi enam kaki empat lebih dikit, dia memiliki mata yang tajam dan perawakannya begitu tampan untuk seorang pengawal. Sangat tampan. Aku berdehem mencoba meramaikan keheningan. “Jadi benar kau Richard Bill?” tanyaku kembali, aku benar-benar ingin memastikan. “Yang selalu dibicarakan orang-orang bahwa kau—” Pria itu mengangguk. “Ya.” “Kedatanganku kesini untuk berbicara denganmu tentang tawaran yang Mr. Waldermar berikan padamu untuk menjaga putrinya. Jadi, kapan kau bisa mulai bekerja?” tanyaku menatapnya, aku mendudukkan bokongku di salah satu sofa. “Aku tidak merasa menerima tawaran itu,” ucapnya tanpa melirikku sedikitpun. Aku terdiam. “Okay… Eum, aku ubah pertanyaannya, Mr. Bill. Apa kau menerima tawaran darinya?” “Tidak.” “Tidak?” mataku membelalak. “Kau menolak tawaran dari Mr. Waldermar?” lanjutku tidak percaya pria itu dengan cepat menolak tawaran langsung dari seorang jutawan tanpa memikirkannya lagi. Aku terus memperhatikan pergerakan pria itu yang membuka pintu lemari es dan memutuskan pandangan ketika pria itu melemparkan satu kaleng soda ke arahku tetapi aku kalah cepat, kaleng itu lebih dulu menghantam masa depanku. Poor Johnson. “Pekerjaanku bukan untuk melindungi selebritas, aku melindungi orang penting saja,” jawab pria itu sementara aku masih terpejam keras seraya menunduk menahan sakit di bagian bawahnya terkena kaleng tersebut. Oh sial! Pria itu duduk di hadapanku. “You good?” Aku segera menegakkan tubuh dan menggeleng. “M-menurutmu?” tanyaku. “Mr. Waldermar memberimu bayaran tinggi, Bill,” aku melanjutkan ucapanku yang sempat terhenti tadi dengan nada tertatih. “Aku tahu.” Aku terdiam sejenak kemudian kembali menyadarkan tubuhku di kursi. “Mr. Waldermar orang penting,” tukasku, aku benar-benar tidak percaya dengan pria di hadapanku ini. Bagaimana bisa dia secara terang-terangan menolak tawaran itu sedangkan semua orang justru berbondong-bondong untuk mencari cara supaya bekerja menjadi pengawal supermodel itu. “Aku tidak bisa, aku tidak ingin menghabiskan waktu dan tenagaku hanya untuk menjaga seorang gadis manja dan keras kepala yang tidak menyadari ancaman dalam hidupnya,” jawabnya dengan nada dingin dan menohok tetapi terlihat tenang. “Maka dari itu, kau bisa menyadarkannya. Dengan bayaran besar, kau tetap menolak?” “Aku tidak mau berurusan dengan selebritas. Aku bekerja bukan untuk menjaga seorang selebritas, aku bekerja untuk politikus dan orang pemerintah saja, gadis itu bukan bagianku, aku tidak bisa. Waldermar sudah tahu jawabanku lalu mengapa dia memintamu untuk datang?” Aku menghela napas. “Stacey Waldermar, dia putri kandung Mr. Waldermar.” Pria itu diam seolah sedang mencerna ucapanku. Aku berdehem pelan kemudian mengeluarkan ponsel dan memberikan benda itu pada Richard yang memperlihatkan sebuah gambar milik Stacey yang sedang tersenyum disana. “Kau mengenal Emily Lynch?” Pria itu terus memandangi layar ponselku. “Ya,” jawabnya. “She is quite famous, everyone knows her.” “Stacey dan Emily satu gadis yang sama, Stacey adalah putri kandung Mr. Waldermar, bukan Stella. Stacey seorang model besar, dengan nama panggung Emily Lynch dan sekarang dia sedang diteror seseorang dan hampir membunuhnya selama 6 bulan atau mungkin lebih dari itu, aku lupa…” Aku menjelaskan apa yang seharusnya tidak aku jelaskan kepada orang yang tak dikenal. Tetapi semua itu aku lakukan atas perintah Bakeer Waldermar karena itulah salah satu cara untuk membuat Richard menerima tawaran besar itu. Richard terdiam lalu memberikan ponsel itu lagi padaku. “Apa kau tetap menolaknya Mr. Bill?” tanyaku. “Kau memiliki alasan mengapa aku harus menerima tawaran itu?” “Karena kau orang yang bisa dipercaya Mr. Waldermar. Karena Mr. Waldermar mengenal baik ayahmu jadi dia memintaku untuk berbicara denganmu agar kau menerima tawaran itu untuk menjaga putrinya.” Seorang gadis kecil yang aku ajak bicara tadi sedang bermain boneka di teras taman ketika aku tak sengaja melirik ke arah itu. “Itu putrimu?” tanyaku, mereka berdua memiliki warna mata yang sama. “Hanya karena Bakeer mengenal baik ayahku lalu dia mempercayaiku juga?” dia menggeleng. “Itu sangat bodoh.” Aku kembali memusatkan pandanganku pada Richard. Aku menghela napas. “Oke, baiklah. Bill, Mr. Waldermar tidak akan memohon pada seseorang seperti ini jika dia tidak mengenal orang itu dengan baik, ini menyangkut nyawa putri satu-satunya dan dia memilihmu karena dia tahu kau dapat dipercaya setelah ayahmu, dia sangat menginginkanmu. Apa kau akan tetap menolak? Mr. Waldermar sangat mempercayai ayahmu dan ayahmu mengatakan pada Bakeer untuk mengutusmu karena aku yakin kau yang bisa membuat Stacey menuruti semuanya.” Aku berusaha meyakinkan pria dingin itu supaya menerima pekerjaan untuk mengawal dan menjaga Stacey saat berada di dalam maupun di luar mansion. Pria itu mendengus. “Kenapa bukan ayahku saja yang menerima tawaran itu? Kenapa kau sangat percaya bahwa aku bisa membuatnya menuruti semuanya? Kau mengenalku dengan baik, Mr. Herbert?” Aku terpejam memijat keningku kemudian kembali membuka mata. “Mr. Waldermar hanya menginginkanmu, Bill. Ayahmu sudah pensiun lalu jika bukan ayahmu, dia hanya ingin kau yang menjaga putrinya, bahkan ayahmu sendiri yang berbicara pada Bakeer bahwa orang sepertimu yang Bakeer cari untuk lebih tegas menjaga putrinya.” “Aku tidak bisa dan aku tidak mau,” kata Richard kemudian bangkit. Aku bangkit ketika Richard melangkah ke taman belakang rumah. “Bill, ayolah,” kataku memohon. “Banyak orang yang lebih baik dariku, ambil salah satu dari mereka atau aku akan merekomendasikan yang terbaik pada Bakeer, ada yang jauh lebih baik dariku, mereka juga terbaik dalam pekerjaannya dan jangan memaksaku untuk melakukan hal yang tidak aku inginkan, aku tidak ingin berurusan dengan keluarga Waldermar lagi.” Richard menekankan untuk tidak menerima tawaran besar itu lalu berjalan menggendong putrinya meninggalkanku. “Mr. Waldermar sangat menyayangi putri satu-satunya. Kau pasti mengerti apa yang aku maksud, Bill? Kau memiliki seorang putri juga dan kau pasti akan berbuat hal sama agar putrimu selamat bukan?” kataku memandangi gadis kecil itu ketika Richard menghentikan langkahnya. “Aku yakin, bukankah kalian sama-sama seorang ayah yang menginginkan gadis kecil mereka aman? Begitupun dengan Mr. Waldermar, hanya saja usia mereka jauh berbeda tetapi seorang ayah akan terus menganggap putrinya seorang gadis kecil walaupun mereka sudah dewasa.” Hening sesaat. Aku terus memandangi punggung lebar pria itu dengan intens. “Akan kubuat Stacey menyadarinya dan aku janji untuk membuatnya mengerti keadaan… kau yang dapat Bakeer percaya setelah ayahmu, dia tidak menginginkan orang lain, dia hanya menginginkanmu untuk menjaga putrinya.” aku menarik napas. “Bill, Stacey hanyalah gadis kecil di mata ayahnya, hubungan mereka tidak baik dan Bakeer hanya ingin putrinya aman.” “Berikan alamatnya.” Bola mata dan bibirku terbuka. “K-kau serius dengan ucapanmu?” Pria itu menoleh ke samping. “Jika kau tidak juga keluar dari rumahku, aku akan membatalkannya,” sahut Richard. Aku segera mengambil ponsel dan kaleng soda itu lalu berlari menghampiri Richard memberikan selembar kertas kecil padanya. “Datang ke mansion Stacey sore ini, akan kutunggu.” ・༓☾ ☆ ☽༓・Richard Bill POV Menemukan kediaman supermodel bernama Emily Lynch bukanlah bagian sulit dalam hidupku—tentu aku tahu siapa gadis itu, tentang siapa dia ada di dalam dunia ini, aku tahu itu dan hanya sekedar tahu, aku tidak mengaguminya atau mencari tentangnya di social media, aku tidak melakukan itu. Hidupku di dunia ini hanya bekerja, bekerja dan menunggu giliranku mati karena tertembak, mungkin kurang lebih seperti itu. Emily Lynch adalah seorang model dan aktris asal Amerika Serikat yang telah bergabung dengan agensi model terkemuka sejak usia 14 tahun. Pada tahun 2013, Emily melakukan debut runway-nya di Burberry, dan tahun berikutnya, 2014, menjadi tonggak penting dalam karier modelingnya, yang membawanya untuk berkolaborasi dengan berbagai rumah mode ternama. Selain berprofesi sebagai model, Emily Lynch juga memulai karir aktingnya dengan peran kecil dalam film pertama yang dirilis pada tahun 2016, yang diadaptasi dari sebuah novel romansa komedi terkenal. Pada tahun ber
Stacey Waldermar POV “Jadi, ceritakan padaku bagaimana pria seksi itu bisa menjadi pengawal pribadimu?” Aku mendongak ke atas, membuang napas panjang dan menunggu hingga cangkirku terisi penuh oleh kopi pahit. Aku tidak terbiasa dengan kopi pahit tapi dengan terpaksa aku membuatnya di pagi hari, aku tidak tahu jika siang nanti lambungku akan terasa perih—aku melakukan ini karena sejak semalam, aku hanya tidur selama empat jam saja dan hari ini aku bekerja hingga malam jadi kuharap kopi ini akan membuatku bertahan hingga malam. Menyebalkan bukan? Aku mengambil cangkirku dan berbalik untuk melanjutkan sarapan pagiku dengan Alessandra yang sejak sepuluh menit yang lalu tak henti-hentinya memandangi pengawal baruku di luar sana dan bertanya dengan ribuan pertanyaan yang sama. “Kau belum menjawab pertanyaanku, Emily.” Aku meliriknya singkat. “James menyewa pengawal baru tanpa sepengetahuanku, dia bekerja sama dengan ayahku untuk ini,” gumamku sambil mengaduk-ngaduk sarapanku.
Richard Bill POV “Jadi, selama 6 bulan mereka mengirimkan surat ancaman ini kepada Stacey?” Aku membiarkan kedua mataku terpejam dan mengangguk dengan deheman kecil sebagai jawaban. “Mr. Waldermar tidak menceritakan ini padamu sebelum menawarkan pekerjaan ini padaku, Dad?” tanyaku, kedua mataku perlahan terbuka melihat Mitchel, dia ayahku sedang focus pada tulisan tangan yang ada di dalam surat tersebut dengan kacamata bertengger di hidung mancungnya. Mitchel menggeleng. “Bakeer hanya bilang bahwa Stacey sedang menjadi incaran orang yang tak bertanggung jawab dan mencoba mengancamnya lalu aku merekomendasimu dalam pekerjaan ini, dia menerimanya,” jawabnya lalu menatapku kilas sebelum kembali membaca tulisan tangan itu. “Seharusnya kau bertanya padaku lebih dulu.” “Aku sudah bertanya padamu, kau bilang akan memikirkannya lagi jadi bagian itu sudah kuanggap kau menerima tawaran Bakeer untuk menjaga putrinya, bagaimana Stacey menurutmu? Dia gadis cantik bukan?” aku mendengus. “Kenapa
Stacey Waldermar POV Suara dentuman musik, alcohol dan asap rokok bercampur menjadi satu—aku tidak tahu sudah berapa banyak yang kuminum dan jelas aku bukanlah peminum, aku cepat mabuk dan aku sudah merasa bahwa aku agak mabuk saat ini. Aku duduk di depan bar dan banyaknya orang yang berjoget di belakangku mengikuti alunan music dengan segelas alcohol di tangan mereka. Aku tidak ingin berpesta, benar, aku hanya ingin duduk, menikmati minumanku dan melupakan kepenatan dalam hidupku, aku butuh beristirahat maka dari itu aku datang untuk minum. “Jadi pengawal seksimu tidak ikut?” Emma berteriak di telingaku saat musik menggema dengan keras. Keningku berkerut, aku menggeleng. “Aku kabur, bagaimana kau tahu?” “Alessandra.” Aku memutar bola mataku bukan Alessandra namanya jika tak selalu membahas pengawalku. Apa yang Alessandra kagumi dari sosok pria berkepala tiga itu? Bukankah itu hal gila? Hal apa yang menyenangkan dari pria irit bicara itu? Mungkin lebih sedikit menyenangkan jika
Richard Bill POV Suara jepretan itu mulai berirama. Aku mengembalikan perhatianku ke jalan tepat ketika mobil berhenti, aku keluar dan memeriksa keadaan sebelum aku benar-benar membuka pintunya. Stacey keluar dan suara itu berasal darinya, suara itu mulai terdengar bahkan ketika Prescott menghentikan mobilnya dan kilatan lampu juga suara jepretan dari kamera berirama memekak telingaku ketika dia keluar dari mobil. Mereka datang lebih dekat dan cepat untuk mengambil gambar terbaik Stacey yang mereka bisa dan mereka saling menyerbu membuat tubuhku juga terdorong. “Emily.” “Emily Lynch!” Langkahku terhenti—mereka sangat ribut hingga tiba-tiba seorang wanita terjatuh di hadapanku karena dorongan itu, aku segera menahan lengannya ketika Stacey hendak membantunya berdiri tetapi gadis itu tetap membantunya. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Stacey. Wanita itu mengangguk. “Ya, aku baik-baik saja.” “Beri jalan!” Setiap bagian darinya dan gerakan kecil yang Stacey buat, mereka selalu m
Richard Bill POV Stacey Welsh Waldermar, satu-satunya orang yang menjadi mimpi burukku selama aku bekerja sebagai pengawal, dia bukan hanya seseorang yang menyebalkan tapi dia seseorang yang membuat kesabaranku teruji, dia selalu membuatku ingin marah setiap kali dia mengatakan tidak ketika aku mengatakan bahwa dia harus selalu berada di dekatku. Aku tidak tahu berapa kali dalam satu bulan dia mengunjungi bar dan setiap kali aku melarangnya untuk memasuki tempat itu, dia selalu memiliki cara agar masuk ke dalam sana dan bersikeras untuk datang, dia selalu membuat kita kembali bertengkar dan akulah yang harus mengalah untuk ini—aku tidak yakin jika aku bisa bertahan bersamanya hingga kontrakku habis. “Aku pulang,” kata Stacey. “Pengawalmu seksi,” bisik wanita itu. “Hentikan.” Dia melirikku kemudian dia turun dari kursinya dan berjalan melewatiku, baik, dia tidak minum tapi hanya mengambil barang dari temannya, Emma Williams, dia istri dari pemilik kelab yang sering didatangi Stacey
Richard Bill POV Hubunganku dengan Stacey terbilang tidak baik sejak kami bertemu, kami menghabiskan berminggu-minggu bersama dengan suasana yang dingin, dia membenciku karena aturan yang kubuat untuknya. Dia membenciku karena dia tidak menginginkanku dalam hidupnya karena dia takut jika aku seperti pengawal yang pernah melukainya dulu—jelas tidak, aku tidak menyentuh klienku jika tidak dalam keadaan mendesak, aku menghormati klienku, aku hanya professional dalam pekerjaanku untuk menjaganya tetap aman dan terkadang tidak nyaman. Aku memiliki kesepakatan dengan ayahnya, Bakeer Waldermar, untuk menjaga putri satu-satunya—kami belum dekat dan hal itu sedikit sulit untuk menjelaskan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dia lakukan selama dia berada di luar mansion. Aku mengalihkan pandanganku ke pergelangan tangan kiriku melihat jam sudah menunjukkan hampir tengah malam, aku melangkah keluar dari kamarku dan—tujuan pertamaku adalah lantai dua, mataku tertuju pada satu pintu di lanta
Stacey Waldermar POV Tidak bisa dipercaya, tidak ada pria manapun yang memperlakukanku seperti itu kecuali James, dia tidak menoleh ke belakang dan memilih terus berjalan ke kamarnya—aku menganga tidak percaya, dia benar-benar menatapku sebagai kliennya bukan seorang wanita. Aku meletakkan gelasku dan mengikuti langkahnya ke kamar, akhirnya dia menoleh karena merasakan kehadiranku di ruangan itu, aku berdiri di depan pintu, bersandar di kusen sementara di berdiri di depan ranjang. “Apa yang kau lakukan di sini?” “Kau harus tau dimana kau berada sekarang, ini tempatku,” kataku. Richard terdiam kemudian mengangguk. “Benar.” dia berdiri menghadapku, memandangku ketika aku mulai melanjutkan langkahku masuk—aku mendekatinya, menarik kursi dan duduk di depan komputer yang memperlihatkan rekaman di setiap sisi mansion. Pria itu diam lalu mengangkat tangan dan melihat jam di pergelangan tangan kirinya. “Aku tidak ingin berdebat lagi, ini sudah tengah malam, kembalilah ke kamarmu dan tidur
Richard Bill POVUcapannya mempengaruhi hidupku, dia juga tahu bahwa aku menginginkannya karena kakinya merasakan kejantananku yang sejak tadi mengeras. Aku menunduk, kakinya sengaja menyentuhku yang masih tertutup celanaku tapi dia sudah menonjol begitu keras ketika dia menyapukan jari-jarinya ke pinggangku, menyentuhnya dengan sentuhan tipis.“Kau membuatku menghancurkan aturan yang selama ini aku buat untuk tidak menyentuhmu, Stacey…”Bibirnya sedikit terbuka. “Maksudmu?”“Aku selalu percaya pada diriku sendiri untuk bekerja secara profesional tapi kali ini aku tidak percaya pada diriku sendiri,” bisikku, aku mengusapkan ibu jariku ke bibir bawahnya dengan lembut. “Setiap kali aku dekat denganmu, aku melupakan semua aturan yang telah kubuat untuk tidak menyentuhmu, Stacey, aku telah lancang mencium bibirmu, aku pengawalmu, Stacey, dan kau klienku,” lanjutku.“Tapi aku yang menginginkannya,” bisiknya.Otot rahangku kembali mengeras, aku menyentuh rahangnya dan menempelkan bibirku di
Richard Bill POVAku berjalan keluar dari mansion, udara dingin seperti jarum menusuk kulitku tapi aku bisa bertahan lebih dari ini saat aku masih berada di angkatan laut, suasana tampak sepi dan semuanya dipenuhi putihnya salju dan aku hanya mengenakan celana panjang berwarna hitam dengan atasan hitam yang terbalut mantel hitam panjang bersama segelas wiski yang kupegang.Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi, aku memiliki gangguan tidur dan jam tidurku kurang dari delapan jam semenjak aku berada di militer—aku memindahkan gelas wiski di sebelah kiri dan tangan kananku meraba celana untuk mengambil senjata ketika telingaku mendengar suara langkah kaki dalam keheningan malam yang membuatku berbalik dengan cepat.“Fuck.”Langkah kakinya terhenti secara tiba-tiba dan tubuhnya membeku ketika dengan tanpa sengaja kutodongkan pistolku padanya begitu tidak sopan. Aku membuang napas dan segera menyimpan pistol itu dibalik saku celana ketika melihat siapa disana. Aku merasa lega sekaligus ter
Stacey Waldermar POVSalju pertama di musim dingin turun menutupi tanah dengan selimut putih yang lembut—aku berdiri di tengah dengan orang-orang yang berlalu lalang melewatiku, tak banyak dari mereka melihat penampilanku dengan piyama beruang yang hampir membuat kedua kakiku membeku meski beberapa orang telah memperingatkanku tentang dinginnya tetapi aku menyukai ketika serpihan salju mencair di telapak tanganku.Angin dingin berhembus kencang, membawa serpihan salju yang turun begitu deras tanpa henti membuat dunia diselimuti oleh dinginnya. Aku mengalihkan pandanganku dan terkunci padanya, satu-satunya pria dengan tubuh tinggi dan lebih besar dari pria yang ada di sekitarnya—langkahnya yang besar menghampiriku dengan terburu-buru namun tetap lembut. Tatapan abu-abunya yang tajam dan hangat akhirnya bertemu denganku setelah dia menghilang beberapa menit ketika aku sibuk menikmati salju pertama.“Kita harus kembali,” kata Richard.Suaranya yang berat hampir tenggelam oleh suara angin
Stacey Waldermar POVAku terbangun karena angin yang bertiup hingga pintu balkonku menghantam dinding dan membuat jantung berdetak kencang—aku mengusap wajahku seraya memegangi dadaku ketika angin membuat tirai berhembus kencang dan udara dingin dari luar menusuk kulitku.“Pukul berapa ini,” gumamku.Aku melihat jam dari ponselku yang menunjukkan pukul enam pagi, baru pukul enam pagi dan angin membuatku terkejut dalam tidurku. Aku turun dari ranjang dan kembali menutup pintu balkon yang ternyata lupa aku kunci semalam—aku berdehem pelan dan berbalik keluar dari kamar untuk mengambil sebotol air mineral hingga langkahku terhenti di dapur, aku membuka lemari es dan mengambil sebotol air dan meminumnya, pandanganku tertuju pada jendela di hadapanku yang menghadap ke halaman yang tertutup kabut embun, menghalangi pandangan ke luar.Aku menyisakan setengah botol dan ketika aku hendak pergi, pandanganku terkunci pada pintu dapur sedikit terbuka dan angin dingin menusuk kulitku—aku memusatkan
Stacey Waldermar POV“Emily, can I ask you something?”Aku menoleh. “Since when did you ask permission to ask?”“What happened between you and your bodyguard?”Aku terdiam, Alessandra mengangkat kedua alisnya bersamaan menatapku penuh selidik. Aku mendengus pelan. “Apa maksudmu?” tanyaku.Alessandra menyandarkan punggungnya seraya menyesap minumannya. “Kau tersenyum, kau tersenyum pada pengawalmu dan… Richard Bill tidak pernah mengalihkan pandangannya padamu.”“Dia pengawalku tentu dia tidak pernah mengalihkan pandangannya padaku, ada apa denganmu?”Alessandra menarik napas panjang dan menggeleng. “Tidak, hanya saja kau terlihat bahagia dekat dengannya tidak seperti awal kau mengenalnya yang penuh amarah dan sangat membencinya, mengumpat dan semua hal buruk kau limpahkan kepadanya.”Alessandra tidak boleh tahu aku tidur satu ranjang dengannya saat di Paris, dia tidak boleh tahu tentang janji cium yang Richard katakan padaku. Aku menggeleng pelan. “Tidak ada apapun tentang aku dan Bill,
Stacey Waldermar POVSetengah jam berlalu aku berada di dalam air kolam renang, berenang pukul sebelas malam—tidak ada orang yang berenang pukul sebelas malam hanya untuk menunggu pengawal pribadiku pulang bersama saudari tiriku entah kemana mereka pergi. Aku tidak tahu mengapa aku melakukan ini tapi aku tahu bahwa aku tidak suka melihat Richard bersamanya, berjalan bersama menuju mobil dan berada di luar sana bersama—selama sepuluh menit, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan lagi, aku bingung dan mereka belum pulang, jadi aku membiarkan tubuhku mengapung sementara kedua mataku terpejam.“Diana mengatakan untuk tidak minum alkohol jenis apapun sampai kau sembuh.”Gelapnya malam dengan bintang-bintang menghiasi langit adalah pandangan pertamaku ketika aku membuka kedua mataku—aku menoleh, ayahku berdiri tepat di samping gelas anggurku yang hampir habis.“Kenapa kau belum pulang?”“Ini mansionku.”Aku kembali memejamkan kedua mataku. “Aku akan membeli mansion ini atau aku akan pinda
Richard Bill POV“Fuck.”Seharusnya aku tidak mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya kukatakan padanya apalagi menjanjikan sesuatu yang aku tahu bahwa aku tidak akan bisa menolaknya.Aku tidak pernah sekalipun menjanjikan sesuatu pada klienku selama aku bekerja apalagi menggantikan pakaiannya, jelas itu sudah menjadi ranah paling pribadi tapi aku melakukannya. Aku membuka semua pakaiannya dan mengganti dengan gaun tidur silk berwarna biru tua yang hampir memperlihatkan setengah tubuhnya karena hanya itu yang aku temukan di dalam kopernya, tidak ada piyama flanel lucu kebesaran. Melihat wanita telanjang di hadapanku bukan hal baru bagiku tapi menggantikan pakaiannya adalah hal yang tidak pernah terpikirkan olehku. Walaupun aku mematikan semua lampu saat aku melepaskan gaunnya, aku masih bisa tetap melihatnya karena cahaya di luar kamar masuk melewati celah tirai.Aku menghapus semua riasan di wajahnya dengan cairan bening dan kapas yang ada di tasnya, aku tidak tahu apa yang harus dil
Richard Bill POVWho is Emily Lynch’s bodyguard?Where did Richard Bill come from?How much did Emily Lynch spend to pay for security?How old is Richard Bill?“Ouch, you’re famous, Bill…”“Famous Bill…”Dunia selebriti adalah kejam, semakin kau terkenal semakin kau tidak memiliki privasi dalam hidupmu, itu yang membuatku tidak pernah ingin melindungi mereka. Keberadaanku di sini adalah sebuah kecelakaan dari ayahku yang menerima permintaan dari seorang politikus yang dia kenal sebagai temannya dan aku di bayar dengan jumlah besar karena aku profesional, aku mempunyai semuanya, lisensi menembak karena aku pernah berada di militer.Aku duduk diam memandang gadis itu yang duduk di ranjangnya membacakan sesuatu di G****e dari ponselku dan tentangku setelah Alessandra mengatakan bahwa namaku sedang ramai di sosial media—Stacey tahu bahwa aku tidak tertarik dengan hal seperti itu dan dia membacakan untukku tapi tetap saja aku tidak peduli. Hubunganku dengannya semakin dekat, aku bebas kelua
Richard Bill POV“I want you to die, I’ll put a bullet in my head and yours, I want to die with you…”Surat itu muncul di hari Rabu, aku mengalihkan pandanganku ke arah lain, tidak ada yang mencurigakan, semuanya terlihat sibuk seperti biasanya tetapi surat ini tiba-tiba sudah terselip di bawah tas Stacey dan untungnya aku yang menemukan surat sialan itu sebelum gadis itu yang melihatnya. Aku bisa melumpuhkan seseorang dari jarak panjang, aku terbiasa melihat mayat penuh darah, yang tak berwujud manusia atau dua kaki hancur sekalipun tapi ketika aku melihat Stacey terluka walaupun hanya seujung jari saja—setiap kali aku mengingat darah yang keluar dari kulitnya, darahku mendidih, aku marah dan kesal.Melihatnya berteriak ketakutan saat pria itu hampir membunuhnya saja membuatku lebih panik daripada melihat orang tertembak. Stacey masih terlalu muda untuk mendapatkan hal seperti ini, dia hanya bekerja sejak usianya belasan tahun dan tidak melakukan apapun selain bekerja tapi kenapa dia