Stacey Waldermar POV
Suara dentuman musik, alcohol dan asap rokok bercampur menjadi satu—aku tidak tahu sudah berapa banyak yang kuminum dan jelas aku bukanlah peminum, aku cepat mabuk dan aku sudah merasa bahwa aku agak mabuk saat ini. Aku duduk di depan bar dan banyaknya orang yang berjoget di belakangku mengikuti alunan music dengan segelas alcohol di tangan mereka. Aku tidak ingin berpesta, benar, aku hanya ingin duduk, menikmati minumanku dan melupakan kepenatan dalam hidupku, aku butuh beristirahat maka dari itu aku datang untuk minum. “Jadi pengawal seksimu tidak ikut?” Emma berteriak di telingaku saat musik menggema dengan keras. Keningku berkerut, aku menggeleng. “Aku kabur, bagaimana kau tahu?” “Alessandra.” Aku memutar bola mataku bukan Alessandra namanya jika tak selalu membahas pengawalku. Apa yang Alessandra kagumi dari sosok pria berkepala tiga itu? Bukankah itu hal gila? Hal apa yang menyenangkan dari pria irit bicara itu? Mungkin lebih sedikit menyenangkan jika Richard yang mengawal Alessandra daripada diriku. Malam ini harusnya aku melupakan tentang kemarin malam dan juga pagi tadi tapi Alessandra membuatku mengingat tentang pria itu lagi. “Ada banyak orang yang belum menyadari tentang pengawalmu, percayalah, kupikir itu kekasih barumu sebelum Alessandra bercerita padaku. Emily, pengawalmu terkenal, ada beberapa judul pagi ini muncul di internet. Dia sangat tampan, matanya abu-abu, dia tinggi dengan tubuh berotot dan dia lebih cocok menjadi kekasihmu daripada pengawalmu,” kata Emma berteriak. Aku mendengus. “Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi, pengawalku akan pergi setelah 2 bulan bekerja atau kurang dari itu, percayalah, dia tidak biasa mengawal selebritas, aku adalah klien pertamanya dalam kategori selebritas,” kataku. Emma hanya tertawa. “Lihat saja nanti, Emily. Kau akan jatuh cinta padanya, dia menarik dan tampan!” “Omong-omong, sejak kapan kau sampai?” “Sore tadi, Alessandra menelponku katanya kau akan kesini, jadi aku langsung datang dari kantor suamiku. Tenang saja, wanita itu sedang dalam perjalanan ke sini. Bagaimana dengan James?” “Dia sedang marah karena aku pergi tanpa meminta izin dulu padanya.” “Dan pengawalmu?” Aku memutar bola mataku dengan malas. “Aku harus mengendap-endap seperti maling untuk datang kesini, Emma! Aku harus mengendap-endap di rumahku sendiri agar pengawalku tidak melihatku, aku 23 tahun!” Aku menyesap minumanku sementara Emma mendekatkan wajahnya ke telingaku. “Dia akan menunggumu di depan pintu seperti biasa,” katanya sambil tertawa seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Bagaimana jika kau terluka.” “Bagaimana jika kau terluka,” kataku dan Emma bersamaan. Kami tertawa bersama, semua orang tahu bagaimana James jika marah dan itu sudah menjadi rahasia umum, mungkin dia satu-satunya manager yang bisa memarahiku di depan umum. “Itu sudah menjadi kebiasaannya, tapi tenang saja, dia tidak akan tahu aku disini sekarang.” Aku mengangkat gelasku. “Aku ingin dua gelas seperti biasa,” pintaku pada bartender itu. “Jadi apakah ini permintaan ayahmu lagi?” Aku mengangguk. “Ya, tapi aku tak bisa menolaknya, dia keras kepala. Aku lelah harus berdebat dengan pria tua itu tapi aku senang.” “How much money did your dad pay for it?” Aku menggeleng. “But what I heard from James, he’s the president’s bodyguard,” kataku. Kedua alis Emma terangkat, cukup terkejut. “I’m curious about your dad’s job that he would pay a sexy man so much to look after his daughter.” “He’s just a businessman.” Aku tidak dalam kondisi baik, aku selalu seperti itu dan sekarang pengawal baruku adalah beban tambahanku, beban pikiranku yang baru—entah apa yang ada di kepala Bakeer hingga seperti ini, menyewa pengawal, membayar mahal dan mengeluarkan uang besar setiap bulannya hanya untuk membayar Richard adalah sesuatu yang membuatku terkejut saat melihat bayaran yang diberikan Bakeer saat aku tak sengaja melihat pesan James dan ayahku sekitar ribuan dollar untuk satu minggu hanya untuk mengikutiku sepanjang hari dan membuatku merasa tersiksa. “He’s a secret service agent omg…” teriak Emma memandang ponselnya kemudian menunjukkan benda itu padaku—Richard dalam internet. “Aku bisa membayangkan berapa uang yang dia terima dari ayahmu,” katanya. Aku mengambil kembali gelas yang sudah diisi dengan minuman baru dan kembali menegaknya hingga aku dikejutkan dengan seseorang memeluk pinggangku dan mencium pipiku dari belakang saat aku belum menuntaskan minuman yang berada di mulut hingga tersedak. “Oh, God!” aku menoleh dengan cepat, itu Alessandra. “Apa kau sudah gila, Ale?” timpalku. Wanita itu melepaskan pelukan itu dan menghujamku dengan kecupan-kecupan ringan di kedua pipiku. “Emma, apa kau sudah melihat wajah pengawal barunya Emily secara langsung?” tanya Alessandra antusias. Emma menggeleng. “Aku belum melihat secara langsung, ada apa memangnya? Jangan membuatku seperti wanita yang tak setia dengan suamiku, Ale. Aku sudah menikah! Aku akan memasuki 2 tahun pernikahanku dengan suamiku beberapa bulan lagi, kau gila!” kata Emma dengan senyuman jahatnya. “Jadi benar tentang pengawal itu?” Aku, Alessandra dan Emma menoleh bersamaan. Senyum di bibirku memudar, seorang pria berusia pertengahan tiga puluhan menghentikan langkahnya, ada senyuman manis di bibirnya dan tatapan lembut yang biasa dia lakukan setiap bersamaku dan datang secara tiba-tiba—sudah dua tahun berlalu aku tak lagi bertemu dengannya walaupun kita berada di lingkungan yang sama dan saat ini dia muncul seperti tidak pernah melakukan kesalahan di masa lalu. “Hai, bagaimana kabarmu?” Aku masih duduk di tempatku dan aku agak mabuk. Alessandra dan Emma memeluk pria itu bergantian untuk saling menyapa sementara aku hanya tetap di tempatku, aku tidak ingin turun hanya untuk menyapanya. “Aku baik, Ale, Emma,” katanya. Dan akhirnya aku turun dari kursiku, dan aku hampir terjatuh, kepalaku berputar dan Brentley Hampton menangkapku, aku terpaksa melakukan ini dan dia memelukku, aku merasakan bibirnya mencium pipi kananku selama beberapa detik lalu menjauh dan kembali menatapku. “Sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?” tanyanya di telingaku. Aku tersenyum. “Aku baik, bagaimana denganmu?” “Sama seperti dulu, masih tetap memikirkanmu,” bisiknya. “Jadi, siapa pengawal barumu itu, Emily?” Aku masih bisa berdiri dengan tegak tapi kepalaku berputar, bagus, Stacey—yang kau pikirkan sekarang bagaimana kau bisa berjalan ke depan dan menunggu taksi untuk sampai mansion. “Kau penasaran? Tenang saja, dia ada disini.” Keningku berkerut. “Siapa?” tanyaku, aku curiga apa yang Alessandra bicarakan saat ini. “Pengawalmu, dia datang,” tunjuk Alessandra dengan dagunya. Mataku membulat, aku segera menoleh ke belakang begitupun Brentley dan Emma. Sial, sial, sial. Dia baru saja masuk dan melangkah tegas ke arah kami—aku menangkap mata abu-abu itu dan mata abu-abu itu menusuk mataku begitu tajam. Aku menarik pergelangan tangan Alessandra dan memelototinya. “Apa kau sudah gila, Ale? Bagaimana bisa kau mengajaknya kesini? Aku mengajakmu kesini karena aku ingin memiliki waktu dengan teman-temanku dan kau.” aku menggeram pelan. “Ayolah, tidak untuk kali ini, Ale…” mohonku. “Dia bertanya dan aku menjawab pesannya.” Mulutku terbuka. “Kalian bertukar nomor ponsel?!” ketusku. Alessandra tertawa. “Aku yang memintanya, bukan dia.” “Aku ingin ke toilet.” aku meraih tas juga ponselku dan ketika aku melangkah, aku rasa alcohol itu tidak cukup membuat kedua kakiku menopang berat tubuhku dan aku tidak cukup kuat untuk sampai ke toilet—tubuhku terhuyung dan aku membuat teman-temanku terkejut, aku terjatuh, ponsel dan isi tasku berhamburan di lantai yang gelap. Alessandra dan Emma berteriak terkejut. “Kau baik-baik saja?” mereka berteriak dan berjongkok membantuku. “Kau terlalu mabuk, Emily…” Aku mengangguk. “Ya, aku baik-baik saja,” kataku. “Kau mabuk, Emily.” “Aku tidak mabuk, Brent.” “Kau mabuk,” kata dia. Aku masih menggeleng dan mengambil barang-barangku yang tak tersentuh tanganku karena semuanya berputar. “Kau yakin kau baik-baik saja?” Ketika aku ingin berdiri, dia juga menuntunku. “Brentley, aku baik-baik saja,” kataku dengan suara memelan ketika sebuah tangan besar membantuku memasukkan semua barang-barangku saat aku tak bisa melakukannya. “Ini aku, Nona Stacey.” Itu bukan suara Brentley dan Brentley tidak tahu identitasku, apalagi memanggil namaku asliku, itu Richard Bill. Seorang pria yang mengetahui identitasku begitu mudah yang selama ini aku tutupi berjongkok di hadapanku. Aku mengangkat kepalaku hingga aku bisa melihat mata abu-abu itu dengan jelas, aku menatap kosong mata itu, aku yakin wajahku memerah karena alkohol dan semuanya menjadi dua dan itu benar-benar Richard. “Sudah cukup untuk malam ini, kau mabuk dan biarkan aku membawamu pulang,” bisiknya. Richard menyentuh lenganku dan membawaku berdiri, kakiku sedikit goyah tapi Richard menahanku agar aku tidak terjatuh. “Biar aku yang mengantarmu pulang, Emily…” Brentley bersuara, ada raut wajah yang khawatir. Aku menggeleng. “Tidak, Brent, terimakasih atas tawaranmu.” “Apa dia kekasihmu?” Suara Brentley membuat Richard terdiam—aku menggeleng dengan cepat. “Tidak, dia pengawalku,” koreksiku, dia tahu bahwa Richard pengawalku tapi dia tetap bertanya seolah memastikan bahwa aku bukan milik siapapun. “Ahh… Jadi pria yang saat ini menjadi bahan pembicaraan orang-orang, pengawal tampan yang terkenal.” Brentley mengangguk samar. “Baiklah, jika kau aman bersamanya.” Richard menyentuh kedua bahuku dan melangkah, melewati kerumunan orang yang menabrak kami tetapi Richard dengan sigap langsung membawa tubuhku berada dekat dengan pria itu—untuk melindungiku yang sedikit tak seimbang karena pengaruh alkohol. Aroma tubuh Richard sangat maskulin, sesekali aku melirik singkat pria itu sambil melangkah hingga keluar dari kelab malam. Aku mendengus dan mendorong tubuhnya dengan keras hingga menjauh. “Aku bisa jalan sendiri, menjauhlah dariku, aku tidak butuh dirimu, aku bisa jaga diriku sendiri!” teriakku kemudian masuk ke dalam mobil, duduk di kursi depan, samping Richard. Aku bersandar dan memejamkan kedua mataku hingga aku merasakan sedikit goncangan yang menandakan bahwa pria itu sudah duduk di kursinya. “Pakai sabuk pengamanmu, Nona Stacey.” Aku menarik napas panjang, mataku terlalu berat untuk membuka dan tanganku terlalu berat untuk menarik sabuk pengaman—kepalaku terus berputar ketika aku membuka mata dan tubuhku menegang dan pandangan pertama yang aku lihat adalah Richard. Dia menatapku, tangan kami bersentuhan saat kami ingin menarik sabuk pengamanku—jarak kami hanya lima belas senti membuatku bisa melihat abu-abu itu dengan jelas, wajahnya tenang tapi otot rahangnya mengeras, aku bisa merasakan napasnya menerpa wajahku dan jantungku berdebar kencang karena tatapannya. “Kenapa kau datang?” “Jika kau mendapatkan kebebasan dari James, kau tidak mendapatkan hal itu dengan mudah selama aku masih menjadi pengawalmu. Aku tidak melarangmu melakukan apapun yang kau suka tapi jika selama itu tidak ada aku, kau tidak bisa melakukannya. Aku bukan James ataupun Prescott, aku tidak peduli jika kau membenciku, aku disini untuk membuatmu tetap aman bukan membuatmu mati konyol.” “Kau memang sialan, Richard.” Richard mengangguk. “Demi keselamatanmu.” “Demi keselamatanku kau bilang?” “Kau mendengarnya.” Dia memasang sabuk pengamanku dan menarik diri menjauh dariku kemudian kembali menghadap depan. Richard hanya focus pada jalan, aku hanya bisa menatap wajah itu dari samping. Pria itu benar-benar tak mengizinkanku untuk pergi kemanapun sekalipun itu hanya ke kelab malam yang dimana tempat itu sering di datangi para model dan actor disana. “Apa masalahmu?” gumamku, menatapnya. “Aku tahu persis apa yang aku lakukan, aku bekerja untuk membuatmu tetap hidup.” “Kau tidak melindungiku, kau membuatku merasa tidak nyaman di rumahku sendiri, Bill. Aku memiliki hari yang buruk, aku lelah dan aku membutuhkan sesuatu yang bisa menenangkan pikiranku lalu kau datang dan membuatku malu di hadapan sahabat dan mantanku sendiri, kau tidak bisa melakukan itu.” “Hidupmu monoton, kau selalu datang ke tempat yang sama di hari yang sama.” “Lalu dengan itu kau menganggap jika pembunuh yang ingin membunuhku sekarang sedang melihatku di atas gedung untuk menarik pelatuk mereka?” aku mendengus. “Jika kau bekerja untuk ayahku, jelas kau boleh berpikir seperti itu tapi kau bekerja untukku, Bill.” Hening. Aku memejamkan kedua mataku, pikiranku saling bertabrakan dalam otakku, aku mencoba melawan amarahku, melawan mabuk dan semuanya bercampur menjadi satu membuat kepalaku pening. Tidak ada lagi pembicaraan, Richard tidak menanggapi perkataanku, dia hanya diam dan focus pada jalan untuk sampai mansionku. Selama perjalanan kami hanya diam hingga akhirnya mobil melambat, aku membuka mata dan melihat bahwa kami telah sampai, pintu gerbang terbuka lebar, begitu mobil terparkir dan mesin mati, aku segera melepaskan sabuk pengaman dan keluar membanting pintu, langkah kakiku terhuyung-huyung, di samping itu aku tahu jika Richard juga melangkah masuk untuk mengejarku. “Kita perlu bicara, Nona Stacey,” kata Richard. Langkah kakiku terhenti di depan dapur, aku memutar ke belakang. “Kau membuatku tersiksa di rumahku sendiri, aku tidak ingin berbicara denganmu, kau merusak semua malamku, kau merusak semua apa yang aku lakukan dalam hidupku. Aku peringatkan padamu untuk jaga jarak denganku dan belajar untuk tidak berbicara denganku lalu tinggalkan aku sendiri karena aku tidak akan pernah menginginkanmu dalam hidupku walaupun kau mengorbankan nyawamu untukku.” “Aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa kontrakku tidak lama, Nona Stacey. Aku tidak lama bekerja untukmu.” “Aku 23 tahun, Mr. Bill. Aku bukan anak kecil lagi, aku bebas melakukan apapun yang aku mau, aku bebas minum, aku bebas narkoba bahkan jika harus menghabiskan malam dengan pria 13 tahun lebih tua dariku sepertimu, itu legal untukku.” rahangnya mengeras. “Berhentilah membuat hidupku tersiksa karena permintaan ayahku, aku tidak diinginkan ayahku.” “Aku bekerja untuk melindungi orang-orang yang merasa tidak aman, sebagian besar kasus yang kupegang sama sepertimu, kau tidak bisa diam seperti ini, kau—” Aku mendengus. “Hidupku bukan sebuah film, Bill. Kau sangat berlebihan, kau paranoid.” “Aku bukan paranoid, aku melakukan ini sesuai dengan peraturan yang ada, aku bukan amatir, aku professional dan tentu kau bukan yang pertama di sini, jadi aku ingin kau memahami dan mengikuti aturan yang ada selama kau masih berada di bawah perlindunganku.” “Kau terlalu banyak aturan.” “Itu bukan aturan yang rumit.” “Itu rumit untukku.” Dia melangkah mendekatiku, rahangnya mengertak, tatapannya begitu tajam. “I’m here to protect you.” “Protect me from who? Ghost?” “Seseorang datang dan mengancammu lebih dari 6 bulan, dia menerormu dengan maksud untuk menjatuhkan karirmu, ancaman pembunuhan, ini bukan hanya sekedar surat ancaman yang mereka kirimkan setiap minggu, ini menyangkut nyawamu, James dan orang-orang di sekitarmu, mereka bisa terluka jika kau selalu menyepelekan hal ini, aku lebih tau tentang hal ini daripada dirimu, berapa kali mereka menyerangmu? Berapa kali mereka melukaimu? Berapa banyak surat dan terror yang mereka kirimkan untukmu? Dan berapa kali mereka melecehkanmu dengan tulisan sialan mereka tentangmu?” “Aku memahami keadaan dan situasiku, aku baik-baik saja sampai detik ini.” “Aku membaca semua fantasi seksual mereka tentangmu, fotomu dengan bikini sialan itu, tidakkah kau sadar dengan itu? Mereka melecehkanmu.” Aku mendekat. “I don’t have time to read all that shit, Bill.” Richard menggeleng, dia mendengus dan menatapku kembali. “Kau tidak akan pernah menyadari situasi ini sebelum mereka benar-benar datang untukmu.” ・༓☾ ☆ ☽༓・ “Stacey, aku ingin kau bangun sekarang. Kita perlu bicara!” Kenapa tidak ada seorangpun yang membiarkanku hidup dengan tenang di dunia ini? Aku baru merasakan tidur yang nyenyak semalam, tidak ada matahari yang masuk melewati gorden kamarku karena aku sengaja tidak membukanya, aku ingin tidur sepanjang hari tapi suara James membuatku kembali masuk ke dalam mimpi burukku. “STACEY!” Aku membuang napas kesal, aku berdecak dan membuka mataku. Aku diam sejenak dan melirik jam yang menunjukkan pukul sepuluh pagi, ini terlalu pagi untuk James berteriak sekeras itu. Keningku berkerut, sejak kapan James menyiapkan obat pereda nyeri untukku? Dia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya—aku mengambil segelas air putih dan obat yang ada di atas nakas kemudian menyingkap selimut lalu menurunkan kedua kakinya ke lantai dan melangkah menuju kamar mandiku—aku berkumur, menyikat gigi dan mencuci wajahku dengan sabun, pagi ini aku meninggalkan perawatan wajahku untuk James. Aku melangkah keluar dari kamarku—aroma kopi menusuk indera penciumanku dan langkahku memelan saat menuruni anak tangga, aku terdiam sejenak, Richard sudah ada di sana, pria itu duduk di konter memakan sarapan paginya sementara James, pria itu menyiapkan pancake untukku. Kedua tanganku mengepal, aku menarik napas panjang lalu membuangnya perlahan, melihat raut wajah James pagi ini tidak sehat seperti biasanya—dia pasti marah tentang semalam, dia tahu Richard menjemputku dan membawaku pulang dalam keadaan mabuk. Apa yang sudah pria itu katakan pada James hingga semarah itu? Aku kembali melanjutkan langkahku dan menghampiri kedua pria itu dan duduk di samping Richard tetapi tetapi pria itu justru bergeser menjauh dariku, Stacey mendengus. “Aku mandi semalam, tubuhku tidak bau.” “Aku tidak mengerti apa yang ada dalam otakmu, Stacey. Sudah kukatakan berulang kali padamu untuk jangan pergi kemanapun sendirian. Bagaimana jika seseorang melukaimu nanti, apa kau sudah gila? Aku tidak peduli jika kau menganggapku paranoid atau apapun itu, kau diancam, mereka akan melukaimu, apa kau mengerti apa yang aku ucapkan?” “Aku—” “Aku tidak peduli, Stacey.” “Mr. Bill menjemputku.” “Aku akan sangat marah padamu jika kau pulang dalam keadaan mabuk, Stacey. Aku tidak ingin mendengar apapun yang membuatku marah padamu, semuanya akan kuserahkan pada Richard, kau harus mengikuti peraturannya, aku tidak peduli kau mau atau tidak, jika ini menyangkut keselamatanmu, aku akan tega padamu.” Aku berdecak. “Ayolah James… Kau bilang selama ada Mr. Bill aku aman—” “Tidak.” Aku memusatkan pandanganku padanya. “Kau tidak lelah, Mr. Bill? Mengikuti sepanjang hari—” “Itu pekerjaanku.” “Lalu?” aku mendekat. “Apa yang akan kau lakukan jika aku tidak mengikuti aturanmu, Mr. Bill?” Richard menegakkan tubuhnya lalu mendekat. “Be a good girl or I will do more than that to make sure you understand that I am here to protect you,” bisiknya. ・༓☾ ☆ ☽༓・Richard Bill POV Suara jepretan itu mulai berirama. Aku mengembalikan perhatianku ke jalan tepat ketika mobil berhenti, aku keluar dan memeriksa keadaan sebelum aku benar-benar membuka pintunya. Stacey keluar dan suara itu berasal darinya, suara itu mulai terdengar bahkan ketika Prescott menghentikan mobilnya dan kilatan lampu juga suara jepretan dari kamera berirama memekak telingaku ketika dia keluar dari mobil. Mereka datang lebih dekat dan cepat untuk mengambil gambar terbaik Stacey yang mereka bisa dan mereka saling menyerbu membuat tubuhku juga terdorong. “Emily.” “Emily Lynch!” Langkahku terhenti—mereka sangat ribut hingga tiba-tiba seorang wanita terjatuh di hadapanku karena dorongan itu, aku segera menahan lengannya ketika Stacey hendak membantunya berdiri tetapi gadis itu tetap membantunya. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Stacey. Wanita itu mengangguk. “Ya, aku baik-baik saja.” “Beri jalan!” Setiap bagian darinya dan gerakan kecil yang Stacey buat, mereka selalu m
Richard Bill POV Stacey Welsh Waldermar, satu-satunya orang yang menjadi mimpi burukku selama aku bekerja sebagai pengawal, dia bukan hanya seseorang yang menyebalkan tapi dia seseorang yang membuat kesabaranku teruji, dia selalu membuatku ingin marah setiap kali dia mengatakan tidak ketika aku mengatakan bahwa dia harus selalu berada di dekatku. Aku tidak tahu berapa kali dalam satu bulan dia mengunjungi bar dan setiap kali aku melarangnya untuk memasuki tempat itu, dia selalu memiliki cara agar masuk ke dalam sana dan bersikeras untuk datang, dia selalu membuat kita kembali bertengkar dan akulah yang harus mengalah untuk ini—aku tidak yakin jika aku bisa bertahan bersamanya hingga kontrakku habis. “Aku pulang,” kata Stacey. “Pengawalmu seksi,” bisik wanita itu. “Hentikan.” Dia melirikku kemudian dia turun dari kursinya dan berjalan melewatiku, baik, dia tidak minum tapi hanya mengambil barang dari temannya, Emma Williams, dia istri dari pemilik kelab yang sering didatangi Stacey
Richard Bill POV Hubunganku dengan Stacey terbilang tidak baik sejak kami bertemu, kami menghabiskan berminggu-minggu bersama dengan suasana yang dingin, dia membenciku karena aturan yang kubuat untuknya. Dia membenciku karena dia tidak menginginkanku dalam hidupnya karena dia takut jika aku seperti pengawal yang pernah melukainya dulu—jelas tidak, aku tidak menyentuh klienku jika tidak dalam keadaan mendesak, aku menghormati klienku, aku hanya professional dalam pekerjaanku untuk menjaganya tetap aman dan terkadang tidak nyaman. Aku memiliki kesepakatan dengan ayahnya, Bakeer Waldermar, untuk menjaga putri satu-satunya—kami belum dekat dan hal itu sedikit sulit untuk menjelaskan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dia lakukan selama dia berada di luar mansion. Aku mengalihkan pandanganku ke pergelangan tangan kiriku melihat jam sudah menunjukkan hampir tengah malam, aku melangkah keluar dari kamarku dan—tujuan pertamaku adalah lantai dua, mataku tertuju pada satu pintu di lanta
Stacey Waldermar POV Tidak bisa dipercaya, tidak ada pria manapun yang memperlakukanku seperti itu kecuali James, dia tidak menoleh ke belakang dan memilih terus berjalan ke kamarnya—aku menganga tidak percaya, dia benar-benar menatapku sebagai kliennya bukan seorang wanita. Aku meletakkan gelasku dan mengikuti langkahnya ke kamar, akhirnya dia menoleh karena merasakan kehadiranku di ruangan itu, aku berdiri di depan pintu, bersandar di kusen sementara di berdiri di depan ranjang. “Apa yang kau lakukan di sini?” “Kau harus tau dimana kau berada sekarang, ini tempatku,” kataku. Richard terdiam kemudian mengangguk. “Benar.” dia berdiri menghadapku, memandangku ketika aku mulai melanjutkan langkahku masuk—aku mendekatinya, menarik kursi dan duduk di depan komputer yang memperlihatkan rekaman di setiap sisi mansion. Pria itu diam lalu mengangkat tangan dan melihat jam di pergelangan tangan kirinya. “Aku tidak ingin berdebat lagi, ini sudah tengah malam, kembalilah ke kamarmu dan tidur
Stacey Waldermar POVSupermodel Emily Lynch menelpon 911 setelah seseorang menerobos masuk kediaman pribadinya tengah malam.Rod Wilson, berusia 42 tahun, yang berasal dari Arizona, ditangkap pada minggu lalu atas dugaan telah memanjat pagar properti dan menerobos ke dalam kamar sekitar pukul 4 pagi. Saat kejadian terjadi, Lynch, seorang supermodel dan bintang film, berada di rumahnya. Emily berada di ruang tamu bersama pengawal pribadinya. Ketika Lynch hendak beristirahat, dia menemukan Rod Wilson di dalam kamarnya ketika hendak menutup jendela.Emily Lynch mengalami cedera ringan setelah didorong oleh seorang pria asing hingga jendela pecah, karena pria tersebut melihatnya ketakutan dan berusaha keluar dari kamar. Sang pria mengancamnya dengan pisau dan memperlihatkan pistol yang diduga dibeli secara ilegal. Pada saat kejadian, pengawal pribadinya, Richard Bill, hendak memberikan ponsel yang tertinggal di ruang tamu ke sang supermodel. Richard Bill mendengar teriakan dan pecahan kaca
Stacey Waldermar POV “Luka ini akan membekas, James…”James berdehem pelan. “Ya tapi akan memudar seiring berjalannya waktu, tenang saja, kita hanya perlu merawat kulitmu dengan baik,” kata James seraya mengolesi salep ke bekas lukaku berharap cepat memudar.“Apakah luka Bill sudah mengering?" “Entah, kenapa kau bertanya? Kau mengkhawatirkan pengawalmu, hm?”“Shut up…”James mendengus kemudian bangkit untuk menyimpan kotak obat. Aku memfokuskan diri pada kesehatanku di mansion dan tentunya mengurangi pekerjaan James dan Richard yang terus ikut bekerja denganku sepanjang hari. Dua jam yang lalu, aku tidak sengaja melihatnya mengganti perban di kamar, dia tampak tidak kesakitan tapi begitu tenang bahkan aku melihatnya jauh lebih baik dari sebelumnya. “Richard ‘Bill’ Weston, berusia 36 tahun saat ini, pernah melakukan 2 tur, Bill terbukti menjadi penembak jitu yang efektif dengan sejumlah besar pembunuhan yang dikonfirmasi dan tidak dikonfirmasi, dia pria militer paling seksi yang pern
Stacey Waldermar POV“Apa yang kalian lakukan di sini?”Ibu tiriku dan kakak tiriku, mereka berdua seolah terkejut dengan kehadiranku—dua tas besar ada di atas meja, aku melirik ke arah James, dia hanya mengangkat kedua alisnya seolah dia tidak tahu bahwa kedua wanita itu akan datang selarut ini..Mereka akan menginap.“Aku mendengarmu lewat berita, apa kau baik-baik saja?”“Berita? berita itu muncul beberapa hari setelah kejadianku, ayahku tidak mengatakan apapun padamu tentangku?”Nicole terdiam kemudian tersenyum simpul. “Aku benar-benar mengkhawatirkanmu, ayahmu menitipkan pesan agar kau hidup sehat dan aku akan menginap beberapa hari untuk memeriksa keadaanmu,” ungkapnya, dia mendatangiku dan ketika hendak menyentuh pipiku, aku melangkah mundur menjauh darinya—responku membuat raut wajahnya berubah tetapi wanita itu berusaha sebisa mungkin untuk tidak menunjukkan kekesalannya padaku. “Aku mendapatkan kabar itu aku segera datang dan aku membawakan buah strawberry kesukaanmu, aku me
Richard Bill POV“I want you to die, I’ll put a bullet in my head and yours, I want to die with you…”Surat itu muncul di hari Rabu, aku mengalihkan pandanganku ke arah lain, tidak ada yang mencurigakan, semuanya terlihat sibuk seperti biasanya tetapi surat ini tiba-tiba sudah terselip di bawah tas Stacey dan untungnya aku yang menemukan surat sialan itu sebelum gadis itu yang melihatnya. Aku bisa melumpuhkan seseorang dari jarak panjang, aku terbiasa melihat mayat penuh darah, yang tak berwujud manusia atau dua kaki hancur sekalipun tapi ketika aku melihat Stacey terluka walaupun hanya seujung jari saja—setiap kali aku mengingat darah yang keluar dari kulitnya, darahku mendidih, aku marah dan kesal.Melihatnya berteriak ketakutan saat pria itu hampir membunuhnya saja membuatku lebih panik daripada melihat orang tertembak. Stacey masih terlalu muda untuk mendapatkan hal seperti ini, dia hanya bekerja sejak usianya belasan tahun dan tidak melakukan apapun selain bekerja tapi kenapa dia
Richard Bill POVUcapannya mempengaruhi hidupku, dia juga tahu bahwa aku menginginkannya karena kakinya merasakan kejantananku yang sejak tadi mengeras. Aku menunduk, kakinya sengaja menyentuhku yang masih tertutup celanaku tapi dia sudah menonjol begitu keras ketika dia menyapukan jari-jarinya ke pinggangku, menyentuhnya dengan sentuhan tipis.“Kau membuatku menghancurkan aturan yang selama ini aku buat untuk tidak menyentuhmu, Stacey…”Bibirnya sedikit terbuka. “Maksudmu?”“Aku selalu percaya pada diriku sendiri untuk bekerja secara profesional tapi kali ini aku tidak percaya pada diriku sendiri,” bisikku, aku mengusapkan ibu jariku ke bibir bawahnya dengan lembut. “Setiap kali aku dekat denganmu, aku melupakan semua aturan yang telah kubuat untuk tidak menyentuhmu, Stacey, aku telah lancang mencium bibirmu, aku pengawalmu, Stacey, dan kau klienku,” lanjutku.“Tapi aku yang menginginkannya,” bisiknya.Otot rahangku kembali mengeras, aku menyentuh rahangnya dan menempelkan bibirku di
Richard Bill POVAku berjalan keluar dari mansion, udara dingin seperti jarum menusuk kulitku tapi aku bisa bertahan lebih dari ini saat aku masih berada di angkatan laut, suasana tampak sepi dan semuanya dipenuhi putihnya salju dan aku hanya mengenakan celana panjang berwarna hitam dengan atasan hitam yang terbalut mantel hitam panjang bersama segelas wiski yang kupegang.Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi, aku memiliki gangguan tidur dan jam tidurku kurang dari delapan jam semenjak aku berada di militer—aku memindahkan gelas wiski di sebelah kiri dan tangan kananku meraba celana untuk mengambil senjata ketika telingaku mendengar suara langkah kaki dalam keheningan malam yang membuatku berbalik dengan cepat.“Fuck.”Langkah kakinya terhenti secara tiba-tiba dan tubuhnya membeku ketika dengan tanpa sengaja kutodongkan pistolku padanya begitu tidak sopan. Aku membuang napas dan segera menyimpan pistol itu dibalik saku celana ketika melihat siapa disana. Aku merasa lega sekaligus ter
Stacey Waldermar POVSalju pertama di musim dingin turun menutupi tanah dengan selimut putih yang lembut—aku berdiri di tengah dengan orang-orang yang berlalu lalang melewatiku, tak banyak dari mereka melihat penampilanku dengan piyama beruang yang hampir membuat kedua kakiku membeku meski beberapa orang telah memperingatkanku tentang dinginnya tetapi aku menyukai ketika serpihan salju mencair di telapak tanganku.Angin dingin berhembus kencang, membawa serpihan salju yang turun begitu deras tanpa henti membuat dunia diselimuti oleh dinginnya. Aku mengalihkan pandanganku dan terkunci padanya, satu-satunya pria dengan tubuh tinggi dan lebih besar dari pria yang ada di sekitarnya—langkahnya yang besar menghampiriku dengan terburu-buru namun tetap lembut. Tatapan abu-abunya yang tajam dan hangat akhirnya bertemu denganku setelah dia menghilang beberapa menit ketika aku sibuk menikmati salju pertama.“Kita harus kembali,” kata Richard.Suaranya yang berat hampir tenggelam oleh suara angin
Stacey Waldermar POVAku terbangun karena angin yang bertiup hingga pintu balkonku menghantam dinding dan membuat jantung berdetak kencang—aku mengusap wajahku seraya memegangi dadaku ketika angin membuat tirai berhembus kencang dan udara dingin dari luar menusuk kulitku.“Pukul berapa ini,” gumamku.Aku melihat jam dari ponselku yang menunjukkan pukul enam pagi, baru pukul enam pagi dan angin membuatku terkejut dalam tidurku. Aku turun dari ranjang dan kembali menutup pintu balkon yang ternyata lupa aku kunci semalam—aku berdehem pelan dan berbalik keluar dari kamar untuk mengambil sebotol air mineral hingga langkahku terhenti di dapur, aku membuka lemari es dan mengambil sebotol air dan meminumnya, pandanganku tertuju pada jendela di hadapanku yang menghadap ke halaman yang tertutup kabut embun, menghalangi pandangan ke luar.Aku menyisakan setengah botol dan ketika aku hendak pergi, pandanganku terkunci pada pintu dapur sedikit terbuka dan angin dingin menusuk kulitku—aku memusatkan
Stacey Waldermar POV“Emily, can I ask you something?”Aku menoleh. “Since when did you ask permission to ask?”“What happened between you and your bodyguard?”Aku terdiam, Alessandra mengangkat kedua alisnya bersamaan menatapku penuh selidik. Aku mendengus pelan. “Apa maksudmu?” tanyaku.Alessandra menyandarkan punggungnya seraya menyesap minumannya. “Kau tersenyum, kau tersenyum pada pengawalmu dan… Richard Bill tidak pernah mengalihkan pandangannya padamu.”“Dia pengawalku tentu dia tidak pernah mengalihkan pandangannya padaku, ada apa denganmu?”Alessandra menarik napas panjang dan menggeleng. “Tidak, hanya saja kau terlihat bahagia dekat dengannya tidak seperti awal kau mengenalnya yang penuh amarah dan sangat membencinya, mengumpat dan semua hal buruk kau limpahkan kepadanya.”Alessandra tidak boleh tahu aku tidur satu ranjang dengannya saat di Paris, dia tidak boleh tahu tentang janji cium yang Richard katakan padaku. Aku menggeleng pelan. “Tidak ada apapun tentang aku dan Bill,
Stacey Waldermar POVSetengah jam berlalu aku berada di dalam air kolam renang, berenang pukul sebelas malam—tidak ada orang yang berenang pukul sebelas malam hanya untuk menunggu pengawal pribadiku pulang bersama saudari tiriku entah kemana mereka pergi. Aku tidak tahu mengapa aku melakukan ini tapi aku tahu bahwa aku tidak suka melihat Richard bersamanya, berjalan bersama menuju mobil dan berada di luar sana bersama—selama sepuluh menit, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan lagi, aku bingung dan mereka belum pulang, jadi aku membiarkan tubuhku mengapung sementara kedua mataku terpejam.“Diana mengatakan untuk tidak minum alkohol jenis apapun sampai kau sembuh.”Gelapnya malam dengan bintang-bintang menghiasi langit adalah pandangan pertamaku ketika aku membuka kedua mataku—aku menoleh, ayahku berdiri tepat di samping gelas anggurku yang hampir habis.“Kenapa kau belum pulang?”“Ini mansionku.”Aku kembali memejamkan kedua mataku. “Aku akan membeli mansion ini atau aku akan pinda
Richard Bill POV“Fuck.”Seharusnya aku tidak mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya kukatakan padanya apalagi menjanjikan sesuatu yang aku tahu bahwa aku tidak akan bisa menolaknya.Aku tidak pernah sekalipun menjanjikan sesuatu pada klienku selama aku bekerja apalagi menggantikan pakaiannya, jelas itu sudah menjadi ranah paling pribadi tapi aku melakukannya. Aku membuka semua pakaiannya dan mengganti dengan gaun tidur silk berwarna biru tua yang hampir memperlihatkan setengah tubuhnya karena hanya itu yang aku temukan di dalam kopernya, tidak ada piyama flanel lucu kebesaran. Melihat wanita telanjang di hadapanku bukan hal baru bagiku tapi menggantikan pakaiannya adalah hal yang tidak pernah terpikirkan olehku. Walaupun aku mematikan semua lampu saat aku melepaskan gaunnya, aku masih bisa tetap melihatnya karena cahaya di luar kamar masuk melewati celah tirai.Aku menghapus semua riasan di wajahnya dengan cairan bening dan kapas yang ada di tasnya, aku tidak tahu apa yang harus dil
Richard Bill POVWho is Emily Lynch’s bodyguard?Where did Richard Bill come from?How much did Emily Lynch spend to pay for security?How old is Richard Bill?“Ouch, you’re famous, Bill…”“Famous Bill…”Dunia selebriti adalah kejam, semakin kau terkenal semakin kau tidak memiliki privasi dalam hidupmu, itu yang membuatku tidak pernah ingin melindungi mereka. Keberadaanku di sini adalah sebuah kecelakaan dari ayahku yang menerima permintaan dari seorang politikus yang dia kenal sebagai temannya dan aku di bayar dengan jumlah besar karena aku profesional, aku mempunyai semuanya, lisensi menembak karena aku pernah berada di militer.Aku duduk diam memandang gadis itu yang duduk di ranjangnya membacakan sesuatu di G****e dari ponselku dan tentangku setelah Alessandra mengatakan bahwa namaku sedang ramai di sosial media—Stacey tahu bahwa aku tidak tertarik dengan hal seperti itu dan dia membacakan untukku tapi tetap saja aku tidak peduli. Hubunganku dengannya semakin dekat, aku bebas kelua
Richard Bill POV“I want you to die, I’ll put a bullet in my head and yours, I want to die with you…”Surat itu muncul di hari Rabu, aku mengalihkan pandanganku ke arah lain, tidak ada yang mencurigakan, semuanya terlihat sibuk seperti biasanya tetapi surat ini tiba-tiba sudah terselip di bawah tas Stacey dan untungnya aku yang menemukan surat sialan itu sebelum gadis itu yang melihatnya. Aku bisa melumpuhkan seseorang dari jarak panjang, aku terbiasa melihat mayat penuh darah, yang tak berwujud manusia atau dua kaki hancur sekalipun tapi ketika aku melihat Stacey terluka walaupun hanya seujung jari saja—setiap kali aku mengingat darah yang keluar dari kulitnya, darahku mendidih, aku marah dan kesal.Melihatnya berteriak ketakutan saat pria itu hampir membunuhnya saja membuatku lebih panik daripada melihat orang tertembak. Stacey masih terlalu muda untuk mendapatkan hal seperti ini, dia hanya bekerja sejak usianya belasan tahun dan tidak melakukan apapun selain bekerja tapi kenapa dia