Richard Bill POVHari ketiga menyambut hari dengan keindahan tropisnya pantai pasir putih yang lembut bertemu dengan ombak biru jernih di Hawaii.Tiga hari yang lalu aku berada di bawah salju tebal dan sekarang aku berdiri di bawah matahari tropis yang hangat. Saat matahari perlahan menyembul dari cakrawala Pasifik, Hawaii menyambut hari baru dengan keindahan tropisnya yang tak tertandingi. Pantai pasir putih yang lembut bertemu dengan ombak biru jernih, menciptakan latar sempurna untuk pemotretan koleksi musim panas. Para model melangkah dengan anggun di tepi air, angin laut yang hangat bermain-main dengan kain ringan gaun dan bikini yang mereka kenakan.Setiap sudut Hawaii menceritakan kisah musim panas—dari pepohonan kelapa yang melambai hingga warna-warni bunga yang mekar. Suara deburan ombak bercampur dengan tawa para kru saat mereka bekerja di bawah sinar matahari.Aku tidak lagi mengenakan pakaian formal melainkan kemeja linen cokelat lengan panjang yang aku gulung hingga siku
“Look at the camera, please…”Stacey bersikap dingin padaku, dia bahkan bersikap lebih arogan daripada yang aku kira, dia membantah semua aturanku dan pergi semau yang dia inginkan bahkan tak meminta izinku lebih dulu ataupun James, aku tidak tahu apa yang dia inginkan tapi aku kesal karena dia mengabaikanku, menganggapku seolah aku tidak ada bahkan ketika kami berada di ruangan yang sama, dia selalu memiliki cara untuk menghindari tatapanku dan melakukan sesuatu agar terlihat sibuk seolah dia tidak ingin diganggu.Aku menundukkan pandanganku melirik jam yang sudah menunjukkan pukul hampir enam dan gadis-gadis itu belum selesai dari pekerjaannya. Ini hari kedua kami berada di Hawaii, sunset kedua bersama tetapi dia tidak pernah sekalipun menghubungiku untuk melihat matahari tenggelam.Otot rahangku mengeras, aku tahu bahwa pria itu, seorang fotografer mengambil gambar beberapa wanita berbikini dari berbagai sudut tapi yang membuat tanganku mengeras adalah dari empat gadis di sana, han
Stacey Waldermar POV “Angkatlah telpon itu, Lynch. Sudah 4 kali dia menelponmu, apa dia kekasih barumu?” “Aku tidak memiliki kekasih baru…” Alessandra, wanita itu segera menoleh dan dia datang membawa dua gelas teh panas kemudian duduk di hadapanku. “Apa dia tampan? Apa dia actor terkenal? Jangan mencoba menyembunyikan apapun dariku, Lynch. Aku tahu segalanya tentangmu, ayolah, siapa dia, kenapa dia terus menelponmu?” Aku mendengus. “Bukan siapa-siapa.” “Apa? Emily, kau mempunyai kekasih baru?” Suara itu, aku dan Alessandra menoleh bersamaan—aku terpejam sesaat, Brad, pemilik restoran Jepang itu menatapku lebih serius sembari melepaskan jas lalu meletakkan di sandaran kursi kemudian memberikan kecupan pada Alessandra yang biasa dilakukan sepasang kekasih lalu duduk di hadapanku, lebih tepatnya duduk di samping Alessandra. “Dia bukan kekasihku,” koreksiku. “Lalu siapa?” Kedua alisku terangkat bersamaan. “Wow, kalian sangat penasaran dengan kehidupan asmaraku, terny
James Herbert POV Dua minggu lebih sudah terlewat setelah kejadian seorang pria yang tidak bertanggung jawab masuk ke dalam mansion tengah malam—menjadi berita hangat dan membuat semua orang mengkhawatirkan keadaannya termasuk Alessandra dan Brad. Mereka datang beberapa hari yang lalu melihat keadaan Stacey yang saat itu mulai membaik—ternyata membutuhkan waktu lebih tidak seperti yang kami perkirakan tentang keadaan fisik Stacey untuk bisa berjalan lancar tanpa kesakitan. Pagi ini, aku kembali melakukan aktivitas seperti biasanya yaitu mempersiapkan perlengkapan Stacey untuk keperluan syutingnya setelah dua minggu tidak melakukan aktivitas yang berat. Stacey sudah kuanggap seperti adikku sendiri, kami memiliki perbedaan usia yang cukup jauh dan tentu aku sangat mengkhawatirkan gadis itu—Stacey adalah seenggok manusia yang tidak mengenal lelah, dia selalu pergi kemanapun, dia banyak bicara, dia tidak menyukai hanya duduk diam di mansion bermain ponselnya, dia suka berpesta, dia s
Richard Bill POV Menemukan kediaman supermodel bernama Emily Lynch bukanlah bagian sulit dalam hidupku—tentu aku tahu siapa gadis itu, tentang siapa dia ada di dalam dunia ini, aku tahu itu dan hanya sekedar tahu, aku tidak mengaguminya atau mencari tentangnya di social media, aku tidak melakukan itu. Hidupku di dunia ini hanya bekerja, bekerja dan menunggu giliranku mati karena tertembak, mungkin kurang lebih seperti itu. Emily Lynch adalah seorang model dan aktris asal Amerika Serikat yang telah bergabung dengan agensi model terkemuka sejak usia 14 tahun. Pada tahun 2013, Emily melakukan debut runway-nya di Burberry, dan tahun berikutnya, 2014, menjadi tonggak penting dalam karier modelingnya, yang membawanya untuk berkolaborasi dengan berbagai rumah mode ternama. Selain berprofesi sebagai model, Emily Lynch juga memulai karir aktingnya dengan peran kecil dalam film pertama yang dirilis pada tahun 2016, yang diadaptasi dari sebuah novel romansa komedi terkenal. Pada tahun ber
Stacey Waldermar POV “Jadi, ceritakan padaku bagaimana pria seksi itu bisa menjadi pengawal pribadimu?” Aku mendongak ke atas, membuang napas panjang dan menunggu hingga cangkirku terisi penuh oleh kopi pahit. Aku tidak terbiasa dengan kopi pahit tapi dengan terpaksa aku membuatnya di pagi hari, aku tidak tahu jika siang nanti lambungku akan terasa perih—aku melakukan ini karena sejak semalam, aku hanya tidur selama empat jam saja dan hari ini aku bekerja hingga malam jadi kuharap kopi ini akan membuatku bertahan hingga malam. Menyebalkan bukan? Aku mengambil cangkirku dan berbalik untuk melanjutkan sarapan pagiku dengan Alessandra yang sejak sepuluh menit yang lalu tak henti-hentinya memandangi pengawal baruku di luar sana dan bertanya dengan ribuan pertanyaan yang sama. “Kau belum menjawab pertanyaanku, Emily.” Aku meliriknya singkat. “James menyewa pengawal baru tanpa sepengetahuanku, dia bekerja sama dengan ayahku untuk ini,” gumamku sambil mengaduk-ngaduk sarapanku.
Richard Bill POV “Jadi, selama 6 bulan mereka mengirimkan surat ancaman ini kepada Stacey?” Aku membiarkan kedua mataku terpejam dan mengangguk dengan deheman kecil sebagai jawaban. “Mr. Waldermar tidak menceritakan ini padamu sebelum menawarkan pekerjaan ini padaku, Dad?” tanyaku, kedua mataku perlahan terbuka melihat Mitchel, dia ayahku sedang focus pada tulisan tangan yang ada di dalam surat tersebut dengan kacamata bertengger di hidung mancungnya. Mitchel menggeleng. “Bakeer hanya bilang bahwa Stacey sedang menjadi incaran orang yang tak bertanggung jawab dan mencoba mengancamnya lalu aku merekomendasimu dalam pekerjaan ini, dia menerimanya,” jawabnya lalu menatapku kilas sebelum kembali membaca tulisan tangan itu. “Seharusnya kau bertanya padaku lebih dulu.” “Aku sudah bertanya padamu, kau bilang akan memikirkannya lagi jadi bagian itu sudah kuanggap kau menerima tawaran Bakeer untuk menjaga putrinya, bagaimana Stacey menurutmu? Dia gadis cantik bukan?” aku mendengus. “Kenapa
Stacey Waldermar POV Suara dentuman musik, alcohol dan asap rokok bercampur menjadi satu—aku tidak tahu sudah berapa banyak yang kuminum dan jelas aku bukanlah peminum, aku cepat mabuk dan aku sudah merasa bahwa aku agak mabuk saat ini. Aku duduk di depan bar dan banyaknya orang yang berjoget di belakangku mengikuti alunan music dengan segelas alcohol di tangan mereka. Aku tidak ingin berpesta, benar, aku hanya ingin duduk, menikmati minumanku dan melupakan kepenatan dalam hidupku, aku butuh beristirahat maka dari itu aku datang untuk minum. “Jadi pengawal seksimu tidak ikut?” Emma berteriak di telingaku saat musik menggema dengan keras. Keningku berkerut, aku menggeleng. “Aku kabur, bagaimana kau tahu?” “Alessandra.” Aku memutar bola mataku bukan Alessandra namanya jika tak selalu membahas pengawalku. Apa yang Alessandra kagumi dari sosok pria berkepala tiga itu? Bukankah itu hal gila? Hal apa yang menyenangkan dari pria irit bicara itu? Mungkin lebih sedikit menyenangkan jika
“Look at the camera, please…”Stacey bersikap dingin padaku, dia bahkan bersikap lebih arogan daripada yang aku kira, dia membantah semua aturanku dan pergi semau yang dia inginkan bahkan tak meminta izinku lebih dulu ataupun James, aku tidak tahu apa yang dia inginkan tapi aku kesal karena dia mengabaikanku, menganggapku seolah aku tidak ada bahkan ketika kami berada di ruangan yang sama, dia selalu memiliki cara untuk menghindari tatapanku dan melakukan sesuatu agar terlihat sibuk seolah dia tidak ingin diganggu.Aku menundukkan pandanganku melirik jam yang sudah menunjukkan pukul hampir enam dan gadis-gadis itu belum selesai dari pekerjaannya. Ini hari kedua kami berada di Hawaii, sunset kedua bersama tetapi dia tidak pernah sekalipun menghubungiku untuk melihat matahari tenggelam.Otot rahangku mengeras, aku tahu bahwa pria itu, seorang fotografer mengambil gambar beberapa wanita berbikini dari berbagai sudut tapi yang membuat tanganku mengeras adalah dari empat gadis di sana, han
Richard Bill POVHari ketiga menyambut hari dengan keindahan tropisnya pantai pasir putih yang lembut bertemu dengan ombak biru jernih di Hawaii.Tiga hari yang lalu aku berada di bawah salju tebal dan sekarang aku berdiri di bawah matahari tropis yang hangat. Saat matahari perlahan menyembul dari cakrawala Pasifik, Hawaii menyambut hari baru dengan keindahan tropisnya yang tak tertandingi. Pantai pasir putih yang lembut bertemu dengan ombak biru jernih, menciptakan latar sempurna untuk pemotretan koleksi musim panas. Para model melangkah dengan anggun di tepi air, angin laut yang hangat bermain-main dengan kain ringan gaun dan bikini yang mereka kenakan.Setiap sudut Hawaii menceritakan kisah musim panas—dari pepohonan kelapa yang melambai hingga warna-warni bunga yang mekar. Suara deburan ombak bercampur dengan tawa para kru saat mereka bekerja di bawah sinar matahari.Aku tidak lagi mengenakan pakaian formal melainkan kemeja linen cokelat lengan panjang yang aku gulung hingga siku
Stacey Waldermar POVSecangkir kopi panas yang menguap berada di depanku dengan dua pria yang berbicara di hadapanku—aku tidak mendengar apa yang mereka bicarakan, aku tidak peduli. Mengawali sore hari dengan pria yang menyentuhku beberapa jam yang lalu dengan kata-kata kotor dan desahan berat dari napasnya adalah hal tergila yang pernah aku alami sepanjang hidupku karena aku harus bersikap seolah tidak terjadi apapun.Richard bersikap seperti biasanya, dia tenang sementara aku tidak tahu bagaimana caranya bernapas saat di dekatnya. Apa yang harus aku lakukan?Aku terbangun dua puluh menit yang lalu tanpa pakaian, aku telanjang di balik selimut—semua pakaianku yang berserakan di lantai sudah tidak ada dan aku menyadari apa yang aku lakukan semalam—aku bercinta dengan pengawalku sendiri, aku menghancurkan batas profesionalnya dan aku pula yang membuatnya terjebak dalam situasi seperti ini.Apa yang harus aku lakukan sekarang?Aku tidak memakai pakaian seksi, aku hanya mengenakan kaus h
Richard Bill POVUcapannya mempengaruhi hidupku, dia juga tahu bahwa aku menginginkannya karena kakinya merasakan kejantananku yang sejak tadi mengeras. Aku menunduk, kakinya sengaja menyentuhku yang masih tertutup celanaku tapi dia sudah menonjol begitu keras ketika dia menyapukan jari-jarinya ke pinggangku, menyentuhnya dengan sentuhan tipis.“Kau membuatku menghancurkan aturan yang selama ini aku buat untuk tidak menyentuhmu, Stacey…”Bibirnya sedikit terbuka. “Maksudmu?”“Aku selalu percaya pada diriku sendiri untuk bekerja secara profesional tapi kali ini aku tidak percaya pada diriku sendiri,” bisikku, aku mengusapkan ibu jariku ke bibir bawahnya dengan lembut. “Setiap kali aku dekat denganmu, aku melupakan semua aturan yang telah kubuat untuk tidak menyentuhmu, Stacey, aku telah lancang mencium bibirmu, aku pengawalmu, Stacey, dan kau klienku,” lanjutku.“Tapi aku yang menginginkannya,” bisiknya.Otot rahangku kembali mengeras, aku menyentuh rahangnya dan menempelkan bibirku di
Richard Bill POVAku berjalan keluar dari mansion, udara dingin seperti jarum menusuk kulitku tapi aku bisa bertahan lebih dari ini saat aku masih berada di angkatan laut, suasana tampak sepi dan semuanya dipenuhi putihnya salju dan aku hanya mengenakan celana panjang berwarna hitam dengan atasan hitam yang terbalut mantel hitam panjang bersama segelas wiski yang kupegang.Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi, aku memiliki gangguan tidur dan jam tidurku kurang dari delapan jam semenjak aku berada di militer—aku memindahkan gelas wiski di sebelah kiri dan tangan kananku meraba celana untuk mengambil senjata ketika telingaku mendengar suara langkah kaki dalam keheningan malam yang membuatku berbalik dengan cepat.“Fuck.”Langkah kakinya terhenti secara tiba-tiba dan tubuhnya membeku ketika dengan tanpa sengaja kutodongkan pistolku padanya begitu tidak sopan. Aku membuang napas dan segera menyimpan pistol itu dibalik saku celana ketika melihat siapa disana. Aku merasa lega sekaligus ter
Stacey Waldermar POVSalju pertama di musim dingin turun menutupi tanah dengan selimut putih yang lembut—aku berdiri di tengah dengan orang-orang yang berlalu lalang melewatiku, tak banyak dari mereka melihat penampilanku dengan piyama beruang yang hampir membuat kedua kakiku membeku meski beberapa orang telah memperingatkanku tentang dinginnya tetapi aku menyukai ketika serpihan salju mencair di telapak tanganku.Angin dingin berhembus kencang, membawa serpihan salju yang turun begitu deras tanpa henti membuat dunia diselimuti oleh dinginnya. Aku mengalihkan pandanganku dan terkunci padanya, satu-satunya pria dengan tubuh tinggi dan lebih besar dari pria yang ada di sekitarnya—langkahnya yang besar menghampiriku dengan terburu-buru namun tetap lembut. Tatapan abu-abunya yang tajam dan hangat akhirnya bertemu denganku setelah dia menghilang beberapa menit ketika aku sibuk menikmati salju pertama.“Kita harus kembali,” kata Richard.Suaranya yang berat hampir tenggelam oleh suara angin
Stacey Waldermar POVAku terbangun karena angin yang bertiup hingga pintu balkonku menghantam dinding dan membuat jantung berdetak kencang—aku mengusap wajahku seraya memegangi dadaku ketika angin membuat tirai berhembus kencang dan udara dingin dari luar menusuk kulitku.“Pukul berapa ini,” gumamku.Aku melihat jam dari ponselku yang menunjukkan pukul enam pagi, baru pukul enam pagi dan angin membuatku terkejut dalam tidurku. Aku turun dari ranjang dan kembali menutup pintu balkon yang ternyata lupa aku kunci semalam—aku berdehem pelan dan berbalik keluar dari kamar untuk mengambil sebotol air mineral hingga langkahku terhenti di dapur, aku membuka lemari es dan mengambil sebotol air dan meminumnya, pandanganku tertuju pada jendela di hadapanku yang menghadap ke halaman yang tertutup kabut embun, menghalangi pandangan ke luar.Aku menyisakan setengah botol dan ketika aku hendak pergi, pandanganku terkunci pada pintu dapur sedikit terbuka dan angin dingin menusuk kulitku—aku memusatkan
Stacey Waldermar POV“Emily, can I ask you something?”Aku menoleh. “Since when did you ask permission to ask?”“What happened between you and your bodyguard?”Aku terdiam, Alessandra mengangkat kedua alisnya bersamaan menatapku penuh selidik. Aku mendengus pelan. “Apa maksudmu?” tanyaku.Alessandra menyandarkan punggungnya seraya menyesap minumannya. “Kau tersenyum, kau tersenyum pada pengawalmu dan… Richard Bill tidak pernah mengalihkan pandangannya padamu.”“Dia pengawalku tentu dia tidak pernah mengalihkan pandangannya padaku, ada apa denganmu?”Alessandra menarik napas panjang dan menggeleng. “Tidak, hanya saja kau terlihat bahagia dekat dengannya tidak seperti awal kau mengenalnya yang penuh amarah dan sangat membencinya, mengumpat dan semua hal buruk kau limpahkan kepadanya.”Alessandra tidak boleh tahu aku tidur satu ranjang dengannya saat di Paris, dia tidak boleh tahu tentang janji cium yang Richard katakan padaku. Aku menggeleng pelan. “Tidak ada apapun tentang aku dan Bill,
Stacey Waldermar POVSetengah jam berlalu aku berada di dalam air kolam renang, berenang pukul sebelas malam—tidak ada orang yang berenang pukul sebelas malam hanya untuk menunggu pengawal pribadiku pulang bersama saudari tiriku entah kemana mereka pergi. Aku tidak tahu mengapa aku melakukan ini tapi aku tahu bahwa aku tidak suka melihat Richard bersamanya, berjalan bersama menuju mobil dan berada di luar sana bersama—selama sepuluh menit, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan lagi, aku bingung dan mereka belum pulang, jadi aku membiarkan tubuhku mengapung sementara kedua mataku terpejam.“Diana mengatakan untuk tidak minum alkohol jenis apapun sampai kau sembuh.”Gelapnya malam dengan bintang-bintang menghiasi langit adalah pandangan pertamaku ketika aku membuka kedua mataku—aku menoleh, ayahku berdiri tepat di samping gelas anggurku yang hampir habis.“Kenapa kau belum pulang?”“Ini mansionku.”Aku kembali memejamkan kedua mataku. “Aku akan membeli mansion ini atau aku akan pinda